Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
oleh:
KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL
165090700111010
Asisten:
ANDHIKA PRATAMA (155090700111006)
TANIA FEBRIOLA RACHMAWATI (155090701111012)
YUSUF PRATAMA (155090700111004)
DIMAS ANDREAS (155090707111001)
WIADIRDA FEBRIARAHMA HELIUMETRINA (155090707111016)
KHANSA RASYIDATUL HUSNA (155090701111006)
BOMA DWI NUR WICAKSONO (155090700111008)
LAPORAN PRAKTIKUM
METODE GEOLISTRIK SELF POTENTIAL
2018
oleh:
KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL
165090700111010
2
LEMBAR PERNYATAAN
LAPORAN PRAKTIKUM
METODE GEOLISTRIK SELF POTENTIAL
1. Laporan ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan bukan hasil plagiat dari karya orang
lain. Karya-karya yang tercantum dalam daftar pustaka laporan ini, semata-mata digunakan
sebagai acuan/referensi.
2. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa isi laporan saya merupakan hasil plagiat, maka
saya bersedia menanggung akibat dari keadaan tersebut.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Geolistrik Self
Potential ini dengan baik dan tepat waktu.
Praktikum Geolistrik Self Potential ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib
ditempuh di Program Studi Teknik Geofisika Universitas Brawijaya. Laporan Praktikum ini
disusun sebagai salah satu tugas dari Praktikum Metode Geolistrik.
Dengan selesainya laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Dosen Pengampu matakuliah Metode Geolistrik, Bapak Ir. Wiyono.
2. Seluruh Asisten Praktikum
3. Teman-Teman Penulis
4. Semua pihak yang berperan baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
membantu serta mendukung terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terima Kasih.
Penulis
4
DAFTAR ISI
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR LAMPIRAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode potensial diri (SP) merupakan salah satu metode Geofisika yang prinsip
kerjanya adalah mengukur tegangan statis di alam (static natural voltage) yang berada
dikelompok titik - titik di permukaan tanah. Self Potensial (SP) yang dibangkitkan oleh aliran
air dalam medium berpori dikenal sebagai potensial elektrokinetik. Arus listrik konveksi
persatuan luas:
𝜍𝜀𝑟 𝜀𝑜
𝐼𝑐𝑜𝑛𝑣 = ∇𝑛 𝑃 … (1)
𝜂
Dimana 𝜍 adalah potential zeta (yaitu potensial antara solid and liquid phases), εr adalah
konstanta dielektrik relatif cairan (liquid), εo adalah konstanta dielektrik ruang hampa, 𝜂 adalah
viskositas dari fluida, ∇𝑛 𝑃 adalah gradien perbedaan tekanan (Rupiningsih, 2010).
Sebagai konsekuensi dari arus listrik konveksi, gradien potensial listrik (streaming
potential) dibangkitkan sepanjang lintasan aliran. Arus listrik konveksi persatuan luas selain
tergantung pada beberapa konstanta, berbanding lurus dengan perbedaan gradien tekanan dan
berbanding terbalik dengan viscositas dari fluida. Artinya nilai arus akan bertambah besar jika
gradien perbedaan tekanan semakin besar atau sebaliknya, dan nilai arus akan semakin kecil
jika viscositas dari fluida semakin besar atau sebaliknya (Handoko, 2016).
Gradien potensial eketrokinetik merupakan penyebab arus aliran balik melalui cairan
secara konduksi. Selain itu arus konduksi persatuan luas (icond) yang berlawanan arah dengan
arus konveksi (iconv) juga dipengaruhi oleh koduktivitas dari fluida yang dilalui, sehingga
sesuai dengan hukum Ohm konsep ini bisa dinyatakan dalam bentuk:
𝐼𝑐𝑜𝑛𝑑 = −𝜎𝑤 ∇𝑛 𝑉 … (2)
Dimana 𝜎𝑤 adalah konduktivitas dari fluida (I2T3M-1L-2) dan ∇𝑛 𝑉 adalah gradien potential
elektrokinetik normal (mV) (Rupiningsih, 2010).
Keberadaan arus internal dan eksternal membuat arus total adalah merupakan jumlah
arus konveksi dan arus konduksi, itot = iconv + icond. Dalam kondisi setimbang produksi arus
konvektif aliran fluida diimbangi oleh arus balik konduktif icond = - iconv karena arus total sama
dengan nol. Hasil kombinasi persamaan (1) dan (2) adalah hubungan proporsional antara ∇𝑛 𝑉
dan ∇𝑛 𝑃 yang diketahui sebagai persamaan Helmholz-Smoluchovsky:
𝜍𝜀𝑟 𝜀𝑜
∇𝑛 𝑉 = ∇𝑛 𝑃 = 𝐶𝑠 ∇𝑛𝜌 … (3)
𝜂𝜎𝑤
dimana 𝜍 adalah zeta-potensial, εr adalah konstanta dielektrik relatif cairan, εo adalah konstanta
dielektrik dalam ruang vakum, dan 𝜂 adalah viskositas fluida (Handoko, 2016).
Selanjutnya, besaran C yang baru ini, didefinisikan sebagai konstanta konduktivitas
elektrohidrolik. Berikut ini jenis potensial diri yang mungkin terjadi di alam (Rupiningsih,
2010).
13
Gambar 2.1 Potensial Elektrokinesis (Handoko, 2016).
14
Bila 2 macam logam dimasukkan dalam suatu larutan homogen,
maka pada logam tersebut akan timbul beda potensial. Beda potensial ini disebut
sebagai potensial kontak elektrolit. Pada daerah yang banyak mengandung
mineral, potensial kontak elektrolit dan potensial elektrokimia sering timbul dan
dapat diukur dipermukaan dimana mineral itu berada. Sehingga dalam hal ini
kedua proses timbulnya potensial ini disebut juga dengan potensial mineralisasi.
Potensial mineralisasi bernilai kurang dari 100 mV. Prinsip dasar dari metode
potensial diri adalah pengukuran tegangan statis alam (Static Natural Voltage)
pada permukaan tanah (Rupiningsih, 2010).
Berdasarkan Gambar 2.2 diatas dapat dilihat bahwa bagian atas dari
tubuh sulfida mengalami proses reduksi sedangkan bagian bawah mengalami
proses oksidasi, sehingga terbentuk cell. Bagian dalam dari tubuh mineral
berfungsi sebagai jalur transport elektron dari anoda ke katoda.
Pengukuran potensial dalam metode SP menggunakan Digital
Milivoltmeter. Untuk menghindari kesalahan pengukuran potensial (alam)
karena adanya potensial polarisasi yang timbul pada permukaan elektroda
logam, maka pengukuran SP menggunakan elektroda khusus yang disebut non
polarisable electrode. Elektroda ini dibuat dari logam yang dicelupkan dalam
larutan yang ditempatkan dalam wadah yang berpori-pori (keramik), elektroda
15
ini sering disebut juga dengan porous pot electrode, seperti Gambar 2.19
(Rupiningsih, 2010).
16
Oleh karena jumlah H2O di sini berlebih, maka Fe(OH)2 yang terbentuk masih
bereaksi lagi menjadi:
Fe(OH)2 + H2O Fe(OH)3 + H+ + e-
Jika reaksi-reaksi ini berlangsung terus, maka di sekitar sulfida akan banyak
mengandung ion-ion H+, hal ini mengakibatkan terjadinya aliran ion negatif ke arah
bawah (tertariknya ion-ion OH- dari atas air tanah oleh H+ membentuk H2O. Jika
jumlah ion-ion H+ yang terjadi banyak, maka akan mencapai daerah di atas air tanah,
dan ditarik oleh O2 untuk membentuk H2O dengan persamaan reaksinya sebagai
berikut:
4H+ + O2 + 4e- H2O
Pada umumnya e- diambil dari dalam tubuh sulfida (FeS2). Hal ini
mengakibatkan adanya aliran ion-ion positif dari atas ke bawah (di luar tubuh sulfida)
dan aliran elektron dari bawah ke atas (di dalam tubuh sulfida). Untuk H2O yang terjadi
di daerah atas air tanah akan bereaksi dengan sulfida tersebut, menjadi:
FeS2 + 2H2O Fe(OH)2 + 2S + H+ + 2e-
Karena jumlah H2O nya di daerah ini tidak berlebihan, maka tidak akan terjadi
Fe(OH)3, sehingga Fe(OH)2 yang terjadi akan terurai menjadi:
Fe(OH)2 Fe2+ + 2(OH)-
Jika jumlah Fe++ yang terjadi banyak, maka akan dapat mencapai daerah dibawah
permukaan air tanah, dan bereaksi dengan H2O menjadi:
Fe2+ + 3H2O Fe(OH)3 +3 H+ + e-
Dengan adanya reaksi ini akan mempercepat bertambahnya jumlah ionion H+ di daerah
tersebut. Jika jumlah Fe++ itu tidak banyak, maka akan berubah menjadi:
Fe2+ Fe3+ + e-
Teori Sato dan Mooney mengasumsikan bahwa daerah sulfide seharusnya merupakan
penghantar yang baik untuk dapat membawa elektron dari suatu kedalaman ke daerah
dekat permukaan tanah. Gambar 2.4 menunjukkan mekanisme polarisasi pada mineral
(Vaidila, 2014).
Gambar 2.4 Parameter-parameter mineral untuk bola dua dimensi dan anomali self
potensial yang dimilikinya (Indriana dkk, 2007).
Bola mineral yang tertanam dalam tanah dianggap sebagai suatu mineral yang
merupakan sumber anomali potensial diri yang terletak pada kedalaman h serta
memiliki sudut polarisasi α. Untuk setiap titik-titik di permukaan tanah (hasil
18
penampang melintang pada peta kontur tegangan sama), besar potensial di titik-titik
tersebut yang berada disekitar bola terpolarisasi dapat ditulis dengan persamaan sebagai
berikut:
𝑥 cos 𝛼+ℎ sin 𝛼
𝑉(𝑥) = 𝑀 3 … (8)
(𝑥 2 +ℎ2 )2
19
Metode potensial gradien menggunakan dua elektoda yang terpisah secara tetap dengan
jarak 5 m atau 10 m. Hasil pengukuran perbedaan potensial dibagi dengan spasi elektroda
menghasilkan potensial gradien. Titik pergukuran adalah titik tengah diantara kedua elektroda
tersebut. Kedua elektoda berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Pada metode pengukuran ini
yang perlu diperhatikan adalah pencatatan polaritas potensial.
Pada metode potensial amplitudo, satu elektroda dibiarkan menjadi titik tetap di base
station yang berada diluar daerah mineralisasi dan mengukur perbedaan potensial diantara
kedua elektroda. Sedangkan elektroda lainnya selalu berpindah sesuai lintasan pengukuran
(leap-froged). Metode ini menghindari problem polaritas dan akumulatif error. Tetapi yang
perlu diperhatikan adalah menjaga suhu larutan elektrolit pada elektroda yang berpindah-
pindah agar tetap sama dengan suhu pada elektroda di base station. Koefisien suhu untuk
tembaga-tembaga sulfat, sekitar 0,5 mV/0C sedangkan untuk elektroda perak-perak klorida
sekitar 0,25 mV/0C.
Gambar 2.6 (A) metode potensial gradient dan (B) metode potensial amplitudo.
Sensitivitas metode SP, untuk kedalaman maksimun adalah sekitar 60 – 100 meter,
tergantung kedalaman badan bijih dan sifat overburdennya. Pengukuran SP dapat juga
dilakukan di atas air dengan tujuan pengukuran potensial streaming. Elektroda ditempatkan di
tempat khusus sehingga elektroda tersebut dapat terhubung dengan air tanpa kehilangan larutan
elektrolit dari dalam pots. Metode ini hanya dapat dilakukan jika terdapat aliran arus (vertikal
ataupun horizontal) meskipun sangat sedikit (Ogilvy, 1969).
20
Hasil pengukuran digrafikkan antara jarak (m) dengan hasil pengukuran (mV). Jika
gradien hasil pengukuran memperlihatkan gradien yang tinggi (negatif ke positif yang tinggi)
terhadap zero level dapat dijadikan sebagai indikator anomali (titik infleksi), lihat gambar
berikut.
Gambar 2.7 Potensial diri dan gradien potensial diri sepanjang penampang melintang tubuh
bijih.
Hasil dari survei potensial ini disajikan dalam bentuk peta isopotensial, dan interpretasi
dilakukan terhadap daerah anomali dengan menggunakan penampang melintang yang
memotong daerah anomali.
21
Busur Vulkanik Kuarter
Zona Pusat Depresi Jawa
Zona Kendeng
Zona Depresi Randublatung
Zona Rembang dan Madura.
Dataran Aluvial Utara Jawa
Gambar 2.8 Peta Fisiografi daerah Jawa Timur diambil dari Peta Fisiografi Pulau Jawa
oleh van Bemmelen (1949)
22
Kendeng Tengah mencakup daerah Purwodadi hingga Gunung
Pandan batuan tertua yang tersingkap berumur Miosen Tengah. Daerah ini
terdiri dari sedimen bersifat turbidit (laut dalam) yang diwakili oleh
Formasi Kerek dan Formasi Kalibeng, prosentase kandungan bahan
piroklastik dalam batuan sedimen menurun ke arah Utara. Struktur
geologinya relatif kurang rumit.
Kendeng Timur
Kendeng Timur terdiri dari endapan-endapan Kenozoikum akhir
yang tersingkap di antara Gunung Pandan dan Mojokerto. Di daerah ini
hanya endapan Pliosen dan Plistosen. Struktur geologinya adalah antiklin
yang sumbunya menggeser ke utara dan menunjam ke timur.
23
Balanus dan grainstone. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut
dangkal dan berumur Pliosen.
Formasi Pucangan: terdiri atas batupasir kasar-konglomeratan, batupasir,
batupasir tufaan, dan lempung hitam yang mengandung moluska air tawar.
Di Zona Kendeng bagian barat dan tengah, Formasi Pucangan
berkembang sebagai fasies daratan. Sedangkan di bagian timur Zona
Kendeng, Formasi Pucangan merupakan endapan laut dangkal. Formasi
ini berumur Pliosen Akhir – Pleistosen Awal.
Formasi Kabuh: terdiri dari perlapisan batupasir kasar dengan perlapisan
silang-siur, fosil vertebrata, lensa konglomerat, dan tuf. Di Zona Kendeng
bagian barat dan tengah, Formasi Kabuh diendapkan pada lingkungan
darat, sedangkan di Zona Kendeng bagian timur Formasi Kabuh
mempunyai fasies yang berbeda-beda, fasies darat berangsur- angsur
berubah menjadi fasies laut yang makin keatas berubah ke batuan volkanik
yang diendapkan pada lingkungan pantai.
Formasi Notopuro: terdiri dari endapan lahar, tuf, dan batu pasir tufaan
berumur Pleistosen yang diendapkan pada lingkungan darat.
24
Gambar 2.9 Kolom stratigrafi umum Zona Kendeng (Pringgoprawiro, 1983)
25
Gambar 2.10 Peta Struktur Regional Jawa Timur (Pulunggono dan Martodjojo, 1994)
Zona Kendeng yang terletak di lereng utara, secara tektonik merupakan wilayah
yang secara kuat terlipat dan kadang-kadang tersesarkan dengan kuat. Pembentukan
struktur masih sangat muda dan kemungkinan besar masih aktif. Sumbu perlipatan
memiliki orientasi barat-timur dan paralel dengan rangkaian pegunungan vulkanik di
selatan, hal ini mengindikasikan adanya keterkaitan rezim kompressi dengan
pembentukan struktur yang terjadi di wilayah ini.
Pola struktur yang dominan berkembang di Pulau Jawa (Pulunggono dan
Martodjojo, 1994) adalah Pola Meratus berarah timurlaut – baratdaya terbentuk pada
80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir – Eosen Awal). Pola Sunda berarah
utara-selatan, terbentuk 53 sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal – Oligosen
Awal) dan Pola Jawa yang berarah barat-timur terbentuk sejak 32 tahun yang lalu.
Di Jawa Timur (Gambar 2.10), pola Meratus merupakan arah yang dominan di
kawasan lepas pantai Utara. Pola Sunda (utara-selatan) yang umumnya berpola
regangan tidak terlihat jelas di kawasan Jawa Timur. Untuk Pola Jawa yang berarah
barat-timur, kelurusan Pegunungan Kendeng adalah yang paling khas mewakili Pola
Jawa. Pola Jawa umumnya diwakili oleh perlipatan atau sesar yang beranjak naik ke
utara atau timurlaut.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Peralatan yang digunakan pada akuisisi data metode ini antara lain:
Kabel
28
Multimeter
Payung
Payung digunakan untuk melindungi praktikan agar terlindung dari cuaca ekstrim
(panas terik, hujan, dll)
4 Porous Pot Tanah Liat (2 Porous Pot Rover, 2 Porous Pot Base)
29
Gambar 3.5 Porous Pot
Porous Pot digunakan sebagai alat utama dalam pengukuran self potensial yang
terbuat dari elektroda tembaga dan wadah dari tanah liat dan ditanam di permukaan
tanah
Alat Bor
Alat bor digunakan untuk melubangi tanah tempat menanam porous pot.
Sekop
30
Gambar 3.7 Sekop
Sekop digunakan untuk membersihkan lubang bor dari tanah yang tersisa
Meteran Teknik
Meteran teknik digunakan untuk mengukur panjang dari tiap line pengukuran yang
nantinya digunakan sebagai titik pengukuran.
Bubuk CuSO4
31
Bubuk CuSO4 digunakan sebagai medium fluida pada pengukuran data self
potensial yang kemudian dilarutkan dengan akuades hingga memiliki nilai molaritas
sebesar 1.
Akuades
Akuades merupakan air murni (H2O) tanpa kontaminan lain yang digunakan untuk
melarutkan bubuk CuSO4
Data Sheet Self Potensial digunakan sebagai Qualtity Control dan mencatat data
hasil pengukuran di lapangan.
32
Microsoft Excell
Software Microsoft Excell digunakan untuk mengolah data hasil pengukuran berupa
waktu, koordinat, elevasi dan nilai pengukuran dan melakukan koreksi sesuai
metode Leap Frog. Serta digunakan untuk melakukan perhitungan estimasi
kedalaman investigasi
Sufer 13
34
3. Dilakukan koreksi Leap Frog
4. Dicari nilai persamaan streaming potensial dengan plotting data koreksi
Leap Frog dalam grafik dan dicari persamaan trend nya.
5. Dengan mengurangi nilai koreksi Leap Frog dengan Streaming Potential
didapatkan hasil akhir potensial
6. Data koordinat, elevasi dan hasil akhir potensial dimasukan dalam software
Surfer 13
7. Diubah nilai koordinat latitiude dan longitude menjadi UTM (easting dan
northing)
8. Dilakukan interpolasi nilai dengan x merupakan easting, y merupakan
northing dan z sebagai potensial dengan metode Minimum Curvature.
9. Didapatkan peta isopotensial dan dilakukan profiling/slicing pada peta
isopotensial dan dilakukan perhitungan estimasi kedalaman pada Software
Microsoft Excell.
3.4.3 Interpretasi
3.4.3.1 Interpretasi Kualitatif
Interpretasi dilakukan secara kualitatif dari peta isopotensial yang dihasilkan
dapat dilakukan interpretasi bahwa nilai beda potensial yang terjadi pada daerah
percobaan tidaklah konstan dengan begitu dapat diketahui bahwa pada daerah
percobaan terjadi aktivitas-aktivitas tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya
fluktuasi beda potensial. Akan tetapi dengan data hasil percobaan saja tidak cukup
untuk dapat mengetahui penyebab terjadinya perubahan beda potensial yang terjadi.
Namun, yang kita ketahui bahwa perubahan nilai beda potensial terjadi disebabkan
karena perubahan suhu, gerakan akar pohon, organisme bawah tanah, hingga
keterdapatan kandungan air dan beberapa faktor lain.
35
3.5 Diagram Alir Penelitian
36
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bedasarkan hasil akuisisi data, pengolahan dan interpretasi data Self Potensial pada
lapangan Tidar Malang didapakan hasil yaitu berupa peta Isopotensial 2D dan 3D seperti pada
gambar 4.1.
Gambar 4.1 Peta Kontur Isopotensial 2D dan 3D serta Hasil Profiling pada line A-A’
Bedasarkan pada peta isopotensial didapatkan bahwa persebaran nilai potensial berkisar
dari nilai -75 mV hingga 75 mV. Ditemukan potensial positif yang cukup tinggi pada bagian
utara daerah penelitian dengan kisaran nilai potensial 45 mV hingga 75 mV. Sedangkan
ditemukan potensial negatif yang tinggi pada bagian tenggara dan barat laut dengan kisaran
nilai potensial -35 hingga -75 mV.
Berdasarkan peta kontur isopotensial yang telah dibuat dapat diinterpretasi bahawa
daerah penelitian di bagian utara yang berwarna merah hingga kuning adalah zona konduktif.
Hal ini berasosiasi dengan rendahnya nilai potensial diri yang terukur, yang secara numerik
bernilai negatif. Hal ini mengidikasikan bahwa di zona tersebut kemungkinan terdapat sumber
aliran fluida sumber mata air permukaan bawah tanah yang cukup dangkal.
Sementara itu, di bagian barat laut dan tenggara yang berwarna biru hingga hijau muda
yaitu daerah penelitian yang nilai elevasinya (nilai ketinggiannya) lebih tinggi memiliki sebaran
37
nilai potensial diri yang relatif lebih positif dari pada bagian tengah warna hijau. Hal ini
mengindikasikan atau menunjukkan kemungkinan terjadinya akumulasi (pengumpulan) aliran
fluida air di bawah permukaan tanah.
Aliran fluida air permukaan bawah tanah dari timur hingga barat warna biru, selain
diperkirakan mengikuti perubahan topografi, ternyata juga sesuai dengan perubahan anomali
potensial diri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa semakin kecil anomali potensial diri
(bernilai negatif), maka akumulasi aliran air ke lokasi itu relatif semakin besar
Profiling atau pembuatan penampang melintang bedasarkan nilai anomali potensial diri
yang tinggi (dibagian utara) hingga yang paling rendah dibagian tenggara. Bedasarkan hasil
perhitungan estimasi kedalaman daerah investigasi pada penampang melintang A-A’
didapatkan bahwa aliran fluida berada pada kedalaman 3.39 m dibawah permukaan.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
1. Bagian utara dari peta Isopotensial merupakan zona sumber aliran fluida sumber mata
air permukaan bawah tanah yang cukup dangkal yang diindikasikan nilai potensial yang
negatif.
2. Bagian tenggara dan barat laut daerah penelitian merupakan zona kemungkinan
terjadinya akumulasi aliran fluida di bawah permukaan tanah yang diindikasikan
dengan nilai potensial yang lebih positif.
3. Dari peta kontur topografi dapat diketahui bahwa terjadi aliran air yang berasal dari
zona bagian utara ke bagian tenggara pada kedalaman 3,39 m dibawah permukaan
tanah. Dimana terjadi pula akumulasi air di bagian tenggara zona penelitian.
4. Zona bagian tenggara dapat menjadi daerah yang cukup baik untuk dilakukan pemboran
hingga kedalaman 3,39 m yang diindikasikan sebagai tempat akumulasi air bawah
permukaan. Yang selanjutnya dapat berfungsi sebagai sumber mata air yang dapat
digunakan masyarakat sekitar permukaan.
5.2 Saran
Bedasarkan hasil praktikum dapat disarankan bahwa:
1. Praktikum di lapangan di daerah yang memiliki masalah kesulitan air bersih hingga
pemanfaatan dari hasil penelitian dapat berguna lebih maksimal
2. Daerah penelitian baiknya mencakup kawasan yang lebih luas dengan titik pengukuran
yang lebih banyak agar hasil yang didapatkan lebih maksimal dan lebih akurat.
3. Penelitian dapat diusulkan sebagai percontohan bagi penelitian lain untuk mencari
sumber mata air bagi masyarakat yang membutuhkan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W. Van., 1949. The Geology of Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing
Office, The Hauge.
Darman, H. dan Sidi, F.H., 2000, An Outline of The Geology of Indonesia, Ikatan Ahli
Geologi Indonesia.
Handoko dkk. 2016. Aplikasi Metode Self Potential untuk Pemetaan Sebaran Lindi di
Wilayah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo Surakarta. Universitas
Sebelas Maret Surakarta: Solo
Ogilvy, A. A. 1967.: Studies of underground water movement, Geol. Surv. Can. Rep., 26,
540–543,
Pringgoprawiro, H., 1983, Biostratigrafi dan Paleogeografi Cekungan Jawa Timur Utara:
Suatu Pendekatan Baru. Disertasi Doktor, ITB, Bandung
Pulunggono dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene – Neogene Merupakan
Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceeding Geologi dan Geotektonik Pulau
Jawa, Percetakan NAFIRI, Yogya.
40
LAMPIRAN
41
Perhitungan Estimasi Kedalaman
Lampiran 2: Dokumentasi
42