Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
net/publication/304571423
CITATIONS READS
0 6,358
8 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Abdillah Ahsan on 29 June 2016.
Pengantar Ahli
Dr. Bayu Krisnamurthi, M.Si
Dr. Ir. Handewi Purwati Saliem, MS
Tim Penyusun
Sudibyo Markus
Tien Sapartinah
Deni Wahyudi Kurniawan
Akhmad Jayadi
Abdillah Ahsan
Abdoel Malik
Nugroho Agung Prabowo
Nurhadi Wiyono
Kontributor
Fauzi Ahmad Noor
Dewi Rokhmah
Editor
Asep Mulyana
Desain Cover :
Reza Arfah
Layout Isi :
@elchanatmadja
v
DAFTAR ISI
vii
D. Kondisi Petani Tembakau di Indonesia | 31
1. Tingkat Kesejahteraan Petani Tembakau | 31
2. Kebijakan Tata Niaga Tembakau di Indonesia | 33
3. Posisi Tawar Petani di Temanggung dan Madura | 36
4. Kesulitan mengakses Perkreditan di Perbankan | 66
5. Risiko Green Tobacco Sickness (GTS) Pada
Petani Tembakau | 68
E. Pergeseran Pasar Tembakau Global | 73
1. Turunnya Produksi Tembakau Domestik | 74
2. Meningkatnya Impor Daun Tembakau | 76
3. Masuknya Industri Rokok Asing | 78
4. Konsumsi Rokok Meningkat, Petani Tetap Rugi | 85
F. Intervensi dan Lobi Industri | 87
BAB III Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
Tembakau | 95
A. Peluang-peluang Kebijakan untuk Pemberdayaan Petani | 97
1. UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani | 97
2. UU no. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai | 99
B. Upaya Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
Tembakau | 100
C. Petani Tembakau dan Masyarakat Sipil | 114
BAB IV Simpulan dan Rekomendasi | 125
A. Simpulan | 125
B. Rekomendasi | 130
C. Roadmap Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
Tembakau | 136
Daftar Pustaka | 139
Biodata Penulis | 159
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
ix
Tembakau. Terlebih lagi disadari bersama bahwa belum terlalu
banyak kajian dan pembahasan berupa buku tentang kehidupan
petani Tembakau dalam kaitannya dengan glamornya tata niaga
tembakau di Indonesia. Oleh karena itu dalam penulisan buku
ini IISD melibatkan berbagai pihak yang pernah terlibat dalam
berbagai penelitian mengenai kehidupan petani tembakau seperti
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LD-
FEUI), Universitas Muhammadiyah Magelang dan Rumah Gemilang
Indonesia disamping sejumlah pemerhati pertanian tembakau
lainnya.
Buku ini mencoba memotret peta permasalahan
kehidupan petani tembakau di Indonesia dengan segala macam
kendala dan tantangannya. Buku ini juga mengetengahkan
berbagai macam usulan kebijakan yang dapat diambil oleh para
pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan petani
Tembakau.
IISD memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada
(1) Bapak Dr. Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Pertanian 2010-
2011 dan ketua umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia
(PERHEPI), dan (2) Ibu Dr. Handewi Purwati Saliem, Kepala
Pusat Studi Sosio-Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP)
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, yang telah berkenan
memberikan pandangan-pandangan beliau sekaligus memberikan
pengantar ahli dalam buku ini.
IISD ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam upaya
penyusunan buku ini:
- Para peneliti dan ahli pertanian tembakau yang terlibat
dalam penyusunan buku ini, Abdillah Ahsan S.E, M.S.E.
dan Ir. Nurhadi Wiyono, M.Si., dari Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDFEUI), Bapak
N. A. Prabowo, ST, M.Kom, peneliti Lembaga Penelitian
Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat di Universitas
x
Muhammadiyah Magelang (LPPM-UMM), Akhmad Jayadi
S.E., M.Ec.Dev, Peneliti Senior CIRUS dan Rumah Gemilang
Indonesia, serta bapak Asep Mulyana M.A., sebagai editor
penyusunan buku ini.
- Tim penulis IISD, Bapak Dr. Sudibyo Markus, MBA., sekaligus
koordinator, Deni Wahyudi Kurniawan SSI, dan Abdoel Malik
R. S.H.I.,
- Serta seluruh kontributor buku ini, saudara Fauzi Ahmad
Noor, S.IP, peneliti Muhammadiyah Tobacco Control Center
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MTCC-UMY) dan
Ibu Dewi Rokhmah, M.Kes dari Universitas Jember atas
data-data dan masukkannya terkait dengan kehidupan
petani dan risiko yang dihadapi seputar Green Tobacco
Sickness (GTS).
xi
KATA PENGANTAR
xiii
aspek kesehatan, angka produksi akan dipertahankan pada angka
260 milyar batang.
Kecenderungan meningkatnya konsumsi produk tembakau
di Indonesia terus berlanjut. Akhir-akhir ini industri tembakau
mendapat tekanan kuat di pasar AS, Eropa, dan Australia, karena
kebijakan pengendalian tembakau yang ketat di negeri-negeri itu.
Alhasil, pasar produk tembakau dialihkan ke negeri-negeri dengan
pangsa pasar yang besar, namun lemah dalam perlindungan
terhadap kesehatan masyarakat. Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan tidak
memiliki kerangka kebijakan pengendalian tembakau.
Selain belum mengaksesi Konvensi Kerangka Kerja
Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco
Control—FCTC), Pemerintah Indonesia juga tidak memiliki kebijakan
nasional yang komprehensif dalam perlindungan masyarakat
dari ancaman bahaya produk tembakau. Oleh karena itu, strategi
pasar global produk tembakau dialihkan ke negara yang memiliki
jumlah penduduk besar, namun memiliki kebijakan lemah dalam
pengendalian tembakau. Pengakuisisian PT HM. Sampoerna oleh
Philip Morris pada 2005 dan PT Bentoel oleh British American
Tobacco (BAT) pada 2009 tak lepas dari strategi global pengalihan
produsen sekaligus pasar produk tembakau dari Eropa dan AS ke
Indonesia.
Pesatnya pertumbuhan produksi dan konsumsi rokok serta
keuntungan berlipat yang dinikmati industri rokok tidak tidak serta-
merta diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani tembakau.
Padahal petani tembakau adalah ujung tombak dalam tata niaga
tembakau di Indonesia. Sebuah data yang diluncurkan Biro Pusat
Statistik (BPS) melansir penghasilan petani tembakau di Indonesia
pada 2013 masih berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR).
Data ini sudah cukup menggambarkan betapa petani tembakau
merupakan kelompok paling rentan dalam mata rantai tata niaga
tembakau.
xiv
Dual Paradox (Paradoks Ganda) Petani Tembakau
Situasi yang sangat ironis terjadi ketika para raksasa industri
rokok itu mulai terusik oleh gerakan pengendalian tembakau
yang digulirkan oleh berbagai organisasi kemasyarakatan sejak
2005. Gerakan ini lahir setelah disetujuinya Framework Convention
on Tobacco Control (FCTC) di level dunia. FCTC adalah traktat
pengendalian tembakau yang dimaksudkan untuk melindungi
kesehatan masyarakat dari ancaman bahaya produk tembakau
yang mengandung nikotin tersebut.
Pihak industri rokok yang merasa terusik “zona
kenikmatannya” oleh kegiatan pengendalian tembakau ini,
dengan mudah menggerakkan petani tembakau -yang sudah
sangat tergantung kepada mereka- untuk menjadi bumper dan
ditempatkan pada garda depan dalam perlawanan terhadap gerakan
pengendalian tembakau. Mereka berdalih bahwa ratifikasi atau
aksesi FCTC akan menghancurkan kehidupan petani tembakau.
Demikianlah, petani tembakau di Indonesia mengalami
paradoks ganda: sebagai warga dari negara agraris, mereka
tetap miskin; sebagai petani yang kontributif terhadap tata niaga
tembakau, justru menjadi aktor yang paling dimarginalkan
dan dirugikan dalam tata niaga tembakau. Situasi yang sulit ini
makin berat ketika petani dijadikan bumper dan ditempatkan di
garda depan oleh industri tembakau dalam melawan gerakan
pengendalian tembakau.
Harmonisasi
FCTC adalah satu traktat di bidang kesehatan, yang
dimaksudkan untuk memenuhi the right to health, hak yang
paling asasi untuk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat. Tak
seharusnya traktak ini dimusuhi dan diadu ‘head to head’ dengan
sektor-sektor lain non-kesehatan, dengan alasan untuk melindungi
petani tembakau dan pekerja industri tembakau.
xv
Dalam satu kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu
perlu dikembangkan harmonisasi antarsektor. Terlebih FCTC tidak
dimaksudkan untuk ‘membunuh’ petani tembakau. Dalam buku ini
tergambar bahwa buruknya tingkat kesejahteraan petani tembakau
disebabkan oleh tata niaga tembakau yang meminggirkan
para petani tembakau. Segenap nilai tambah dan keuntungan
menggiurkan dari tembakau dan produk tembakau, hampir
seluruhnya dinikmati oleh pemodal, mulai dari tengkulak, pemilik
gudang, industri rokok, sampai ke jaringan pemasarannya.
Mengingat Undang Undang (UU) nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang menegaskan
bahwa ”setiap kebijakan pembangunan harus memperhatikan aspek
kesehatan”, maka sudah saatnya para pemimpin negerimencari
titik temu kepentingan antaraktor dalam tata niaga tembakau dan
masyarakat pada umumnya yang berhak atas pemenuhan hak atas
kesehatan. Oleh karena itu, upaya harmonisasi antarsektor atas
dasar landasan dan amanat perundang-undangan adalah kunci.
Sudah saatnya kepentingan egosektoral disingkirkan, terlebih atas
dasar kepentingan lobi industri.
xvi
Diperlukan kemauan politik dari seluruh perangkat pemerintahan
dan pembangunan untuk mengakhiri praktek kesewenang-
wenangan dalam tata niaga tembakau yang selama ini mencekik
petani tembakau di Indonesia.
Lingkungan Pendukung
Buku ini memberikan gambaran cukup mendalam tentang
derita petani tembakau yang mengalami dual paradox tersebut.
Para petani tembakau terjebak dalam situasi unavoidable, karena
mereka tidak memiliki enabling environment (faktor lingkungan
yang melindungi dan memberdayakan), mulai di level mikro, meso,
maupun makro.
Lingkungan pendukung di tingkat mikro adalah
perlindungan dan pemberdayaan petani dari setiap tindakan yang
merugikan petani sebagai ujung tombak tata niaga tembakau. Para
petani harus diangkat dari ketidakberdayaan mereka menghadapi
berbagai bentuk kesewenang-wenangan pihak industri sejak
penentuan (grading) terhadap kualitas, timbangan, dan harga
perkilogram daun tembakau. Mereka juga harus dilindungi dari
kesewenang-wenangan dalam menerima atau menolak daun
tembakau petani.
Adapun bentuk lingkungan pendukung di tingkat meso
adalah perlindungan dan pemberdayaan petani berupa fasilitasi
bagi usaha taninya serta memberikan iklim usaha yang kondisif
bagi peningkatan kesejahteraan petani sebagai pribadi, keluarga,
dan kelompok tani. Sebagian besar pasal dalam UU No. 19 Tahun
2013 merupakan janji pemerintah untuk memberikan perlindungan
dan pemberdayaan kepada petani.
Sementara itu, bentuk lingkungan pendukung di tingkat
makro adalah upaya perlindungan dan pemberdayaan petani,
berupa pengembangan kebijakan dan berbagai pengaturan dalam
tata niaga tembakau untuk memangkas kesewenang-wenangan
pihak industri dan jejaringnya. Di level makro, pemerintah juga
xvii
hendaknya mengurangi ketergantungan produk tembakau dalam
negeri dari bahan baku tembakau impor maupun menaikkan cukai
produk tembakau.
xviii
PENGANTAR AHLI 1
PARADOKS PERAN PETANI TEMBAKAU
DALAM SISTEM INDUSTRI ROKOK
Oleh
Dr. Bayu Krisnamurthi, M.Si1
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI)
Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia 2010-2011
xix
tembakau terkenal dan pernah mengalami kejayaan di Sumatera
Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Hampir seluruh produk tembakau –yaitu daunnya–
digunakan untuk rokok. Ada masanya tembakau atau tabac
atau tobacco adalah sebutan untuk rokok, barang yang proses
konsumsinya dilakukan dalam bentuk dibakar dan asapnya
dihisap. Di Indonesia secara garis besar produk rokok terbagi
tiga, yaitu rokok putih, rokok kretek dan cerutu. Rokok putih dan
rokok kretek –yang menambahkan campuran rempah cengkeh
bersama tembakau– merupakan produk yang dominan, sedangkan
perkembangan cerutu relatif terbatas meskipun Indonesia pernah
dikenal sebagai salah satu produsen utama dunia untuk tembakau
yang digunakan memproduksi cerutu kualitas prima. Dalam
perkembangannya ketiga jenis produk itu kemudian ada juga yang
bercampur dan menghasilkan produk-produk baru.
Sejarah tembakau diberbagai negara menunjukkan bahwa
ada masa tembakau menempati posisi terhormat dimana merokok
menjadi simbul anggota masyarakat kelas atas, kaya, dan terhormat.
Ada masanya ketika juga berkembang kesan bahwa jika tidak
merokok maka ‘bukan atau belum laki-laki’. Namun ada masanya
pula tembakau atau rokok-rokok palsu yang tidak membayar cukai
dan diselundupkan antar wilayah yang terlarang beredar luas
dan menjadi salah satu bagian dari kejahatan yang terorganisir.
Bahkan ada masa terjadi perang antar negara dan antar kelompok
masyarakat memperebutkan hak perdagangan tembakau. Sejarah
perkembangan itu turut memberi latar belakang kompleksitas
paradoksal yang dihadapi para petani produsen tembakau.
Saat ini kesan dan pemahaman bahwa rokok tidak baik bagi
kesehatan telah berkembang luas dan diterima masyarakat. Bahkan
rokok telah dipersepsikan sebagai sumber penyakit dan membawa
kematian, dan ini ditunjukkan oleh sekian banyak pembuktian
ilmiah, analisa empiris, testimoni penderita, dan sebagainya.
Kesemuanya bermuara pada kesimpulan bahwa konsumsi rokok
xx
harus dikurangi, wanita hamil jangan merokok, anak-anak jangan
merokok, menjadi perokok pasif –menghisap asap rokok tanpa
merokok– harus dihindari, dan seterusnya. Intinya konsumsi rokok
harus dikurangi dan dihindari, walaupun pada kenyataannya disisi
lain permintaan rokok belum terbendung, dan industri rokok terus
berkembang sebagai industri yang tetap menguntungkan.
Usaha untuk mengurangi konsumsi rokok telah dilakukan
secara intensif dan sistematis. Kampanye anti rokok dilakukan
secara meluas, pendidikan masyarakat akan bahaya rokok
dilakukan hingga ke sekolah-sekolah, pengajian, dan berbagai
kegiatan kemasyarakatan lain. Usaha pengurangan permintaan juga
dilakukan dengan meningkatkan harga rokok melalui peningkatan
cukai rokok. Harga rokok di Indonesia telah meningkat cukup
tinggi, meski harga rokok di Indonesia masih dianggap sebagai
salah satu yang paling rendah di dunia bersama Pakistan, Vietnam
dan Nikaragua dengan nilai yang hanya se-persepuluh harga di
negara-negara seperti Australia, Norwegia atau Inggris.
Pembatasan peredaran juga merupakan bagian dari usaha
untuk mengurangi permintaan rokok. Secara legal formal rokok
hanya dapat dijual ditempat-tempat khusus namun masih dapat
dijual di warung-warung eceran pinggir jalan. Merokok juga hanya
dapat dilakukan ditempat-tempat yang disediakan. Semakin
banyak kota yang telah melakukan pengaturan pembatasan tempat
merokok dan hampir semua gedung pemerintahan dan swasta
serta ruang publik telah melakukan pelarangan merokok. Hal yang
lebih masif dan sistematis adalah pembatasan dan pelarangan iklan
rokok dalam berbagai bentuk dan media. Mulai dari pengaturan
konten iklan, pengaturan lokasi dan waktu pemasangan iklan,
hingga pengaturan rinci mengenai informasi bahaya rokok dalam
setiap iklan.
Apabila semua usaha pembatasan dari sisi permintaan rokok
itu berhasil maka pembelian rokok diharapkan akan berkurang.
Disinilah mulai terjadi Paradoks jika dilihat dari kepentingan
xxi
petani tembakau. Penurunan pembelian rokok pada gilirannya
akan mengurangi produksi rokok, yang kemudian berdampak
pada pengurangan pembelian tembakau petani oleh pabrik rokok.
Dan hal ini akan menekan perkembangan usahatani tembakau
dan mengancam pendapatan petani tembakau. Disisi lain, meski
usahatani tembakau adalah usahatani yang menguntungkan,
tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani tidak tinggi; bahkan
banyak petani tembakau yang terkategorikan sebagai petani
miskin. Kehidupan petani tembakau banyak yang sangat terbatas
dan berkesusahan dengan semua indikator kualitas hidup
yang relatif rendah. Usaha untuk mengurangi konsumsi rokok
karena alasan kesehatan individu dan masyarakat berhadapan
dengan kesejahteraan petani tembakau dan usaha meningkatkan
pendapatan petani.
Usaha untuk membatasi konsumsi tembakau bahkan
pernah dilakukan dengan cara yang lebih kontroversial yaitu dengan
“mengharamkan” usahatani tembakau –menyatakan usahatani
tembakau sebagai usahatani yang “terlarang diusahakan”. Hal ini
bukan hanya menghilangkan pendapatan petani tembakau tetapi
juga berhadapan dengan Undang-undang Budidaya Pertanian
dan Undang-undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Petani memiliki hak untuk mengusahakan pertanaman yang
diinginkannya, kecuali produk tanaman itu memang dilarang
(seperti ganja atau bahan narkoba lainnya).
Pendekatan hukum dan regulasi untuk membatasi konsumsi
tembakau juga telah dilakukan. Undang-undang yang terkait
kesehatan, rokok bahkan secara khusus mengenai tembakau
telah diterbitkan atau akan diterbitkan. Semua bertujuan untuk
memberikan kerangka hukum bagi pembatasan konsumsi rokok
dan mengurangi dampak buruk dari konsumsi rokok. Secara
internasional juga telah dikembangkan regulasi dalam bentuk
kesepakatan antar negara mengenai pembatasan tembakau
yaitu FCTC atau Framework Convention on Tobacco Control.
xxii
Mekanismenya adalah negara-negara diajak untuk meratifikasi
FCTC dan kemudian menetapkannya dalam bentuk peraturan
perundangan-undangan dinegara masing-masing. Indonesia sudah
terlibat dalam pembahasan FCTC namun hingga saat ini belum
menanda-tangani ratifikasinya. Pertimbangan utamanya adalah
nasib para petani tembakau yang akan mengalami kesulitan lebih
besar lagi jika kerangka kerja itu disetujui, meski secara faktual
praktek pengendalian tembakau di Indonesia telah mengadopsi
berbagai prinsip dalam FCTC. Posisi petani tembakau yang
penting disadari sepenuhnya oleh industri rokok, sehingga dalam
setiap pembahasan mengenai FCTC kepentingan petani itulah yang
selalu dikedepankan.
Ditengah berbagai usaha pembatasan konsumsi tembakau,
ternyata tingkat penjualan rokok di Indonesia tidak turun, tetapi
justru meningkat. Ketetapan dalam road-map produk tembakau
agar tingkat produksi (dan penjualan) rokok mencapai 260 milyar
batang pada tahun 2020 telah dicapai pada tahun 2014. Artinya
berbagai usaha pembatasan tembakau tidak berhasil mengurangi
konsumsi, meski mungkin laju pertumbuhan konsumsinya menjadi
lebih lambat akibat berbagai usaha pembatasan itu.
Kondisi ini kembali menimbulkan dilema bagi dalam
pertembakauan. Pertumbuhan produksi membutuhkan
peningkatan pasokan bahan baku tembakau. Artinya pertanamanan
tembakau harus dikembangkan. Teknologi baru perlu diterapkan.
Input pertanian yang lebih baik, terutama bibit dan pengelolaan
usahatani yang lebih produktif, perlu diterapkan. Kesejahteraan
petani harus ditingkatkan melalui usaha tembakau sebagau
usahatani yang menguntungkan. Produktivitas petani harus
ditingkatkan, kualitas harus diperbaiki, identitas geografis dan
jenis tembakau berkualitas tinggi harus dikembangkan –produksi
dan nilai tembakau meningkat. Disamping itu perlu peningkatan
serapan industri rokok yang lebih besar atas tembakau-tembakau
petani lokal. Dan juga harus diusahakan agar bagian petani
xxiii
tembakau dalam rantai nilai rokok dapat diposisikan secara
lebih adil dan proporsional. Tingkat keuntungan yang besar dari
rokok harus juga dinikmati oleh para petani. Namun kesemuanya
itu menimbulkan dilema sebagai bagian dari Paradoks petani
tembakau: jika pengembangan pertembakauan dilakukan demi
kepentingan petani dengan memanfaatkan perkembangan pasar
rokok maka hal itu akan dianggap sebagai bertentangan dengan
usaha mengendalikan rokok dalam rangka menjaga kesehatan
masyarakat.
Disisi lain, mengendalikan rokok dengan hanya menekan
perkembangan pertanian tembakau (baca : menekan perkembangan
kegiatan usaha petani tembakau – juga kurang tepat). Dengan
pendekatan ini, yang pasti adalah tertekannya pendapatan
petani padahal belum pasti menekan perkembangan rokok. Ada
kekhawatiran yang cukup beralasan bahwa pembatasan usahatani
tembakau domestik akan menyebabkan produksi tembakau dalam
negari berkurang, yang pada gilirannya ditengah kebutuhan yang
tetap tinggi akan mendorong peningkatan impor tembakau. Hal ini
sudah mulai terlihat dari perkembangan impor hingga saat ini.
Hal ini ditambah lagi dengan Paradoks lain. Bisnis rokok
yang berkembang, dengan keuntungan industri rokok yang besar
dan berkontribusi pada fakta bahwa 5 dari 10 orang terkaya di
Indonesia memiliki bisnis rokok. Namun bagian yang diterima
petani relatif kecil, dan masih banyak petani tembakau yang
terkategori sebagai rumah tangga miskin. Kondisi tidak adil ini
harus diperbaiki. Pendapatan petani tembakau harus ditingkatkan
dalam sistem industri rokok yang berkembang. Lagi-lagi kondisi
ini dinilai bertentangan dengan kampanye rokok sebagai sesuatu
tidak baik bagi kesehatan dan harus dikurangi.
Ditengah kondisi paradoksal itu, tetap terbuka solusi yang
menghasilkan kemenangan bagi semua (win-win solution), termasuk
dari perspektif kepentingan petani. Pertama, petani tembakau
harus dibukakan pemahamanannya, didukung, dan didorong untuk
xxiv
beralih ke usaha lain. Sudah terbukti cukup banyak usahatani
yang lebih menguntungkan dari tembakau. Namun bukan hanya
itu yang menjadi faktor petani bisa beralih usaha. Banyak aspek
institusional-kultural yang harus diperhatikan, mulai dari hutang
kepada pedagang, tidak adanya kelembagaan pendukung bisnis,
rasa percaya terhadap bisnis baru, kemampuan dan ketrampilan
petani, hingga membangun keberanian petani memulai suatu
usaha yang baru. Oleh sebab itu dibutuhkan dukungan yang
komprehensif bagi petani tembakau. Mengurangi pertanaman
tembakau sebaiknya bukan dengan cara melarang-larang atau
membatasi produksi petani tetapi justru dengan cara memberikan
alternatif yang lebih baik dan lebih mensejahterakan.
Kedua, bagi petani yang tetap bertahan di tembakau
maka produktivitas dan kualitasnya harus ditingkatkan. Harga
yang diterima petani harus semakin baik. Ubah dan lakukan ‘de-
komoditi-sasi’ tembakau. Jadikan tembakau memiliki nilai lebih
dengan berbagai ‘features’ khusus seperti tembakau khusus cerutu,
tembakau khusus kretek, tembakau organik, tembakau rendah tar
dan rendah nikotin, dan sebagainya. Posisi petani dalam rantai
nilai industri rokok juga harus diperbaiki dengan memberikan
bagian yang lebih proporsional. Dengan demikian nilai tembakau
juga akan naik dan harganya akan menjadi lebih mahal, dengan
sebagian besar harga bisa dinikmati oleh petani.
Ketiga, perlu diusahakan pemanfaatan tembakau non-rokok
yang lebih besar. Sebagai pestisida organik dan ramah lingkungan
merupakan salah satu alternatif berpotensi besar. Kuncinya adalah
mendorong investasi dibidang ini. Berbagai produk lain juga perlu
dijajaki pengembangannya.
Jika ketiga hal diatas dilakukan maka setidaknya dari sisi
petani, situasi paradoksal dalam agribisnis tembakau mulai dapat
diurai. Dan hal tersebut harus dilakukan oleh semua pihak karena
semua pihak kiranya sependapat; rakyat harus sehat, petani harus
sejahtera..--
xxv
PENGANTAR AHLI 2
Oleh
Dr. Ir. Handewi Purwati Saliem, MS
Kepala Pusat Studi Sosio-Ekonomi dan Kebjikan Pertanian
Kementerian Pertanian Republik Indonesia
xxvii
kesehatan. Di titik inilah lalu menjadi tidak mudah merumuskan
sikap dan kebijakan yang tepat. Demikian pula dari sisi riset, dimana
tidak mudah untuk membuat rumusan yang seimbang di antara
berbagai segi yang saling berlawanan satu sama lain tersebut.
xxviii
dicapai belum memuaskan. Indonesia berperan aktif dalam proses
penyusunan Kerangka Kerja Organisasi Kesehatan Dunia tentang
Pengendalian Tembakau (WHO FCTC, World Health Organization
Framework Convention on Tobacco Control).
xxix
dengan tema nasional Hari Tanpa Tembakau Sedunia menjadi:
“Naikkan Cukai Rokok, Lindungi Generasi Penerus Bangsa”.
xxx
dengan mengolah daun tembakau menjadi bahan kimia dasar yang
dapat digunakan sebagai pestisida, obat bius, produk kosmetik,
industri farmasi, dan lain-lain.
xxxi
kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan
iklim. Sementara, pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk
meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha tani
yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan
pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran
hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian,
kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi,
serta penguatan kelembagaan petani.
xxxii
industri, pelatihan petani melalui sekolah lapang, eksplorasi
tanaman alternatif, serta pengembangan diversifikasi produk.
Perlindungan petani tembakau ini juga dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas tembakau dalam negeri yang berkualitas
namun harganya murah. Untuk itu, pemerintah akan mengusahakan
berbagai dukungan yang akan segera direalisasikan di antaranya
adalah pemberian asuransi usaha pertanian, bantuan kredit, dan
bantuan pemasaran.
Kepala PSEKP
xxxiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Petani Tembakau di Indonesia: Sebuah Paradoks Kehidupan
xxxv
pemodal besar. Petani tembakau yang berposisi sebagai ujung
tombak industri ini, ironisnya, masih jauh dari glamournya industri
tembakau. Sebagian besar petani tembakau tak menikmati berkah
dari “daun emas” atau golden leaves yang mereka tanam. Tata niaga
tembakau yang timpang menyisakan dual paradox (paradoks ganda)
bagi petani tembakau. Bukan rahasia lagi, pendapatan petani
tembakau masih lebih rendah dari Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK).
xxxvi
9. Organisasi petani tembakau yang belum mandiri dan
berdaya;
10. Ketiadaan lingkungan pendukung yang melindungi petani.
xxxvii
(BAT) pada 2009 tak lepas dari strategi global pengalihan produsen
dan pasar produk tembakau dari Eropa dan AS ke Indonesia dan
Tiongkok. Indonesia dan Tiongkok menjadi pilihan pengalihan
produsen produk tembakau karena ketersediaan faktor produksi,
berupa tenaga kerja dan tembakau yang murah dan melimpah,
serta pangsa pasar yang besar.
Lingkungan Pendukung
Karena ketiadaan kebijakan tata niaga tembakau, maka
keseluruhan mata rantai tata niaga tembakau sangat didominasi
oleh jejaring industri. Keseluruhan Infrastruktur industry, dari hulu
dampai ke hilir, praktis mendominasi mata rantai tersebut.
Posisi tembakau sebagai non-komoditi unggulan, ditambah
ketiadaan kebijakan dan pengaturan dalam pengendalian tata
niaga, membuat pihak industri bisa sewenang-wenang dalam
xxxviii
menekan petani. Mereka juga leluasa melaksanakan lobi-lobi
transaksionalnya.
Harapan ke Depan
Dikeluarkannya Undang Undang (UU) No. 19 Tahun 2013
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani memberikan
harapan bagi peningkatan posisi tawar petani pada umumnya,
maupun petani tembakau khususnya.
Pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah UU terkait
perlindungan dan pemberdayaan petani, antara lain UU No. 6
Tahun 2014 tentang Desa, UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro, UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, dan
UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
xxxix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak ditemukan oleh para penjelajah Eropa pada abad
ke 15 di pedalaman Amerika, saat ini tembakau sudah menyebar
hampir ke seluruh penjuru dunia. Bagi penduduk asli Amerika
waktu itu, pada mulanya Tembakau dipercaya sebagai tanaman
surga yang dikonsumsi oleh para dewa dan diturunkan ke bumi
sebagai anugerah bagi Manusia. Tembakau dipercaya sebagai
penyembuh segala penyakit, dapat membantu manusia untuk
berkomunikasi dengan alam gaib serta digunakan dalam berbagai
upacara keagamaan pada saat itu. Namun seiring waktu dengan
kandungan nikotinnya yang membuat penggunanya ketagihan,
Tembakau secara pasti bertransformasi menjadi komoditas
rekreasi yang digunakan oleh ratusan juta orang di muka bumi yang
mengkonsumsinya secara terus menerus. Tembakau yang disebut
oleh Ian Gately sebagai komoditas yang telah meninabobokan
peradaban saat ini dikenal sebagai salah satu komoditas yang
paling menguntungkan sehingga di beberapa tempat disebut
sebagai ‘emas hijau’.
Kini, Tembakau ditanam di 124 negara dengan luas lahan
sebesar 3,8 juta hektar.2 Tiongkok, Brasil, India, dan Amerika
Serikat (AS) merupakan negara produsen tembakau terbesar di
Dunia. Pada 2010 keempat negara tersebut memproduksi 68,43%
2
Michael Eriksen, dkk. 2012. Tobacco Atlas (Georgia: American Cancer Society),
hal 52.
7
lihat website WHO, http://www.who.int/fctc/about/negotiations/en/ diakses pada
10 Desember 2014.
8
Lihat Website WHO, http://www.who.int/fctc/signatories_parties/en/ diakses 10
Desember 2014.
9
Lihat http://www.antarajateng.com/detail/rugikan-petani-jokowi-diminta-tak-tan-
datangani-fctc.html, diakses 10 Desember 2014.
10
Lihat http://www.merdeka.com/uang/dpr-pengendalian-tembakau-melahirkan-
pengangguran.html, diakses 10 Desember 2014.
B. Tujuan Penulisan
Buku ini disusun untuk mencapai dua tujuan utama, yaitu:
1. Memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai kondisi
petani tembakau dalam tata niaga tembakau di Indonesia,
dengan mengambil sampel dua daerah penghasil utama
tembakau,;
2. Memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait yang
berwenang dalam mengambil langkah kebijakan untuk
memperbaiki situasi yang dihadapi petani tembakau di
Indonesia.
C. Permasalahan Pokok
Bagian ini menggambarkan secara singkat potret petani
tembakau di Indonesia, baik di sektor hulu maupun di sektor hilir.
11
Lihat Keyser, JC and NR Juita 2005, Smallholder Tobacco Growing in Indone-
sia: Cost and profitability compared with agricultural enterprises, HNP Discussion
Paper, World Bank hal 17 – 18.
12
Cycle of Poverty in Tobacco Farming: Tobacco Cultivation in Southeast Asia,
TM Guazon, SEATCA, 2008, hal 12.
13
Keyser, JC and NR Juita 2005, Smallholder Tobacco Growing in Indonesia:
Cost and profitability compared with agricultural enterprises, HNP Discussion Pa-
per, World Bank hal 35
b) Risiko Kesehatan
Berdasarkan penelitian di beberapa negara di Asia
Tenggara, para pekerja yang melakukan pengolahan tembakau
berisiko terkena Green Tobacco Sickness (GTS). Hal itu terjadi
karena interaksi para pekerja itu dengan daun tembakau yang
basah. Tanda-tanda GTS adalah muntah-muntah, pusing, kram
perut, kelelahan, sakit kepala, kesulitan bernapas, tekanan darah,
dan detak jantung yang tidak stabil.15
Selain itu, proses penanaman tembakau juga
mengakibatkan petani terekspose dengan pestisida dan pupuk
kimia tanpa prosedur yang aman. Hal ini menimbulkan keracunan,
iritasi kulit dan mata, gangguan saraf dan pernapasan, serta ginjal.
Dalam jangka panjang, kondisi ini berakibat fatal bagi munculnya
berbagai gangguan kesehatan. Situasi ini, pada gilirannya, dapat
menurunkan produktifitas dan membahayakan kehidupan para
petani tembakau itu sendiri.16
14
Lihat Keyser, JC and NR Juita. Op.cit., hal 62.
15
Cycle of Poverty in Tobacco Farming. Opcit., hal 11—12.
16
Ibid.
d) Anomali cuaca
Tanaman tembakau sangat peka terhadap perubahan cuaca,
khususnya perubahan curah hujan. Jika curah hujan lebih basah
dibanding normal (efek El Nina), maka kualitas daun tembakau
akan menurun (ditandai dengan berkurangnya leletpada daun yang
ditandai dengan daun tidak lengket jika dipegang tangan).
Sementara itu, jika curah hujan di bawah normal (karena
kemarau panjang), maka produksi daun tembakau akan menurun
karena banyaknya tanaman tembakau yang mati.20
17
Akhmad Jayadi. 2012. “Sengsara di Timur Jawa” Makalah yang dipresentasikan di dalam
acara “Seminar Tata Niaga Pertanian Tembakau dan Peran Pemerintah” pada 26 Juni 2012
di LDFEUI.Makalah tidak diterbitkan
18
Ir. H. Suswono. 2014. “Upaya Perlindungan Petani Tembakau Indonesia”, Disampai-
kan pada Seminar Nasional Pertanian Tembakau: Memetakan Masalah dan Solusi Bagi
Kesejahteraan Petani Tembakau Universitas Muhammadiyah, 8 Januari 2014 di Jakarta.
Makalah tidak diterbitkan.
19
Ibid.
20
Abdillah Ahsan. 2012. “MeretasJalanPeningkatanKesejahteraanPetaniTembakau”.
Makalah yang dipresentasikan di dalam acara “Seminar Tata Niaga Pertanian Tembakau
dan Peran Pemerintah?” 26 Juni 2012 di LDFEUI, makalah tidak diterbitkan.
f) Hama Tanaman
Tanaman tembakau harus dirawat dengan tekun karena rawan
terhadap serangan hama. Jika tak dirawat, petani tembakau terancam
mengalami gagal panen yang merugikan petani sendiri. Hama
cepat dalam berkembang dan merusak daun tembakau.23
21
American Cancer Society. 2012. Tobacco Atlas edisi 4 (Atalanta, Georgia: American Can-
cer Society), hal 24.
22
Ir Mastur. 2014. ”Penelitian Tanaman Tembakau dan Diversifikasi Produknya”, Makalah
yang disampaikan pada Seminar Nasional Pertanian Tembakau: Memetakan Masalah dan
Solusi Bagi Kesejahteraan Petani Tembakau di Universitas Muhammadiyah pada 8 Januari
2014 di Jakarta. Makalah tidak diterbitkan.
23
Abdillah Ahsan. Op.cit.
24
Ir. H. Suswono. Op.cit.
25
Tim Tobacco Control Support Center – IAKMI. 2012. Bunga Rampai Fakta Tembakau dan
Permasalahannya di Indonesia (Jakarta: TCSC-IAKMI), Hal 71.
26
Ibid., hal 72.
27
Ibid., hal 37.
28
Ibid., hal 39. Lihat juga Ir. H. Suswono. Op.cit.
29
Ibid., hal 39.
30
Ibid., hal 42.
31
Ibid., hal 54.
D. Sistematika Penulisan
Untuk membahas persoalan paradoks ganda yang dihadapi
petani tembakau, buku ini membagi topik dalam beberapa bagian
berikut:
- BAB I berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang
dan permasalahan pokok yang menjangkiti pertanian petani
tembakau;
- BAB II menguraikan kondisi pertembakauan di Indonesia, dimulai
dari uraian singkat tentang sejarah pertembakauan, tren global,
dan tata niaga pertanian tembakau di Indonesia.;
- BAB III membahas situasi petani tembakau dalam tata niaga
tembakau, baik mikro, meso, maupun makro. Pada bagian
ini dibahas pula tentang kontribusi pertanian tembakau terhadap
ekonomi, posisi tawar petani, dan peluang-peluang kebijakan untuk
melindungi dan memberdayakan petani;
- BAB IV berisi simpulan dan rekomendasi yang disampaikan kepada
pihak-pihak terkait yang berwenang dalam perbaikan kehidupan
petani tembakau di Indonesia. Bagian ini juga menawarkan saran
mengenai pentingnya penyusunan Road Map Perlindungan dan
32
Ibid., hal 57.
33
Ir. H. Suswono. Op.cit.
36
Ibid.
37
Ibid.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indo-
nesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia, ±1700-1900(Jakarta: Balai Pustaka).
43
Jurnal Analisis Sosial , Volume 6, Issue 2 - Page 174
44
Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 hal 56, diunduh pada 2 Januari
2015 di http://www.pertanian.go.id/sakip/admin/file/renstra-setjen-2010-2014.pdf
....
Sumber: BPS. Tabel Input-Output 1995, 2000, 2005, 2008 dan 2010 (diolah)
Tabel 3.1b
Sumbangan Sektor Pertanian TembakauTerhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Untuk 66 Sektor, Indonesia 1995-2010
Kode Sektor 2008 2010
I-O Nominal % Peringkat Nominal % Peringkat
(Rp T) (Rp T)
Sumber: BPS. Tabel Input-Output 1995, 2000, 2005, 2008 dan 2010 (diolah)
Tabel 3.2
Sepuluh Besar Negara Produsen Daun tembakau di Dunia (2010 dan 2012)
Negara 2010 Negara 2012
Sumber: http://faostat.fao.org/site/567/DesktopDefault.
aspx?PageID=567#ancor
*Statistik Perkebunan Indonesia 2011-2013: Tembakau, 2012, Kementerian Pertanian)
Tabel 3.4
Produksi Tembakau menurut Propinsi (2011, 2012)
2011 2012
Propinsi Produksi Presentase Produksi Presentase
(ton) (%) (ton) (%)
Jawa Timur 114.816 53,5 136.329 60,1
NTB 40.992 19,1 38.507 17,0
Jawa Tengah 39.411 18,4 30.078 13,3
Jawa Barat 8.086 3,8 8.081 3,6
Sumatera Utara 2.320 1,1 2.951 1,3
Sulawesi Selatan 2.491 1,2 3.629 1,6
Bali 1.671 0,8 1.585 0,7
Lainnya 7.057 2,2 5.544 2,4
Jumlah 214.524 100,0 226.704 100,0
Catatan: Data 2012 masih data sementara
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012: Tembakau, Kementerian Pertanian, 2011.
Tabel 3.5
Luas Panen dan Produksi Tembakau menurut Pulau dan Pengusahaan (2012)
Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Jumlah
Pulau
Luas panen Produksi Luas Produksi Luas panen Produksi
(ha) (ton) panen (ha) (ton) (ha) (ton)
2011 2012
Propinsi
Tabel 3.8
Proporsi Petani Tembakau terhadap Jumlah Pekerja di Sektor Pertanian
(2000—2012)
% petani tembakau terhadap
Petani Tem- Jumlah pekerja di
Tahun jumlah pekerja di sekor
bakau sektor pertanian (000)
pertanian
2000 665.292 40.667 1,6
2001 913.208 39.744 2,3
2002 808.897 40.634 2,0
2003 714.699 43.042 1,7
2004 693.551 40.608 1,7
2005 683.603 41.814 1,6
2006 512.338 42.323 1,2
2007 597.501 42.608 1,4
2008 581.978 42.689 1,4
2009 628.320 43.029 1,5
2010 679.627 42.826 1,6
2011 761.310 42.475 1,8
2012 786.222* 41.205 1,9
Catatan: * angka sementara, ** estimasi
Sumber: a) Statistik Perkebunan Indonesia 2011-2013: Tembakau, Kementerian
Pertanian, 2012.b) Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia (Sakernas) 2000-2013, BPS,
Jakarta
Tabel 3.9
Nilai, Ekspor, Impor and Nilai Ekspor Bersih (Net) Daun tembakau, Indonesia
(1990—2011)
Nilai Ekspor US$ Nilai Impor US$ Nilai Net Ekspor US$
Tahun
(000) (000) (000)
2000 71.287 114.834 -43.547
2001 91.404 139.608 -48.204
2002 76.684 105.953 -29.269
2003 62.874 95.190 -32.316
2004 90.618 120.854 -30.236
2005 117.433 179.201 -61.768
2006 107.787 189.915 -82.128
2007 124.423 267.083 -142.660
2008 133.196 330.510 -197.314
2009 172.629 290.170 -117.541
2010 195.633 378.710 -183.077
2011 146.698 507.188 -360.490
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012: Tembakau, Kementerian Pertanian, 2013
Jumlah % Jumlah %
*Keterangan: Tembakau Virginia yang dihitung dalam tabel ini meliputi: a) Virginia
tobacco, not stemmed/strip/flue cured; b) Virginia tobacco partly/wholly stemmed/
stripped, flue cured
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012: Tembakau, Kementerian Pertanian,
2013.
54
Ibid.
55
Ibid.
56
Ibid.
57
KamusBesarBahasaIndonesia, http://kbbi.web.id/tata+niaga, diakses pada 30 Desember
2014.
58
Pemerintah Diminta Atur Harga Tembakauhttp://www.tempo.co/read/
news/2014/08/08/090598160/Pemerintah-Diminta-Atur-Harga-Tembakau. Diakses pada 10
Nopember 2014.
64
Thomas Santoso. 2001. “Tata Niaga Tembakau di Madura”. Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan Vol. 3, No. 2, September 2001.
65
Di Temanggung, tembakaudiklasifikasikankedalam grade A–F. Semakinjauh alphabet,
semakintinggiharganya. Sementara di Madura tembakaudiklasifikasikanmenjadi I–IV den-
ganukurandariamatbaiksampaisedang.
66
Thomas Santoso. Op.cit.
a. Kasus Temanggung
Tembakau, bagi masyarakat Kabupaten Temanggung,
menjadi bagian dari urat nadi kehidupan. Tembakau bahkan sudah
dianggap sebagai “heritage”, karena budidaya tembakau dilakukan
secara turun-temurun dari nenek moyang petani di daerah lereng
Gunung Sindoro Sumbing.
Tembakau Temanggung terkenal dengan srinthil, yaitu
tembakau dengan kualitas tinggi dengan kadar nikotin yang tinggi
pula dan biasanya dipakai untuk produksi rokok kretek. Pada 1980-
an, satu keranjang tembakau srinthil bisa ditukar dengan sebuah
mobil hardtop keluaran terbaru dari pabrik otomotif Toyota. Hal
ini mencerminkan betapa besar nilai produk tembakau srinthil
di Temanggung. Namun, seiring berjalannya waktu dan berbagai
perubahan alam, jenis tembakau srinthil makin sulit didapat. Hal
ini diperburuk oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Masalah lain yang tak kalah penting adalah rendahnya
posisi tawar petani. Mereka menggantungkan produk tembakaunya
pada para tengkulak, juragan, dan pabrikan. Hingga kini tata
niaga tembakau di Kabupaten Temanggung masih menggunakan
sistem monopsoni, yaitu jual-beli dengan jumlah penjual yang
67
Sistem tata niaga tembakau semacam ini sering diplesetkan “seperti setan”.Istilah yang
beredar di masyarakat adalah ”soto” (tembakau) = setan (hantu)”. Tata niaga di Temang-
gung makin buruk karena adanya tekanan dari pabrik, sistem timbangan yang tidak men-
guntungkan petani, dan permasalahan jeratan hutang petani kepada juragan.
2. Kasus Madura
Gambar 1
Lembaga Pemasaran dan Hubungannya
pada Agribisnis Tembakau di Madura68
68
Solfiyah dkk. 2009. dalam Handewi P. Saliem, “Permasalahan dan Tantangan Pertanian
Tembakau serta Solusinya”, Makalah yang dipresentasikan pada FGD Pertanian Tembakau,
Bogor, 16 Oktober 2014.
69
Akhmad Jayadi & Taufik Arbiansyah. 2012.Sengsara di Timur Jawa: Kisah Ketidakber-
dayaan para Petani Tembakau Sumenep, Pamekasan dan Jember Menghadapi Tata Niaga
Tembakau yang Memiskinkan(Jakarta: Yayasan Indonesia Sehat), hal 17.
70
Wawancara dengan Anton Waluyo, petani tembakau asal Desa Artodung, Kecamatan
Galis, Kabupaten Pamekasan, 15 Oktober 2014.
71
Wawancara dengan Herli Budianto, petani tembakau asal Desa Montok, Kecamatan
Larangan, Kabupaten Pamekasan, September 2012.
72
Lihat http://rrisumenep.com/penyiar/reporter/1646-panen-tembakau-tinggal-5-persen.
html, diakses 17 Oktober 2014.
73
Lihat pengalaman Samiman, petani dari Desa Sokalelah, Kecamatan Kadur, Kabupaten
Pamekasan dalam Akhmad Jayadi dan Taufik Arbiansyah (2012; hal 15).
80
Lihat http://www.koranmadura.com/2013/10/11/dprd-akan-perketat-pengambilan-sam-
pel-tembakau/, diakses 10 Oktober 2014.
81
Lihat http://www.madurachannel.com/madura/berita-madura/ekonomi/9887-anjlok-komi-
si-b-dprd-sumenep-curigai-ada-permainan.html, diakses 30 September 2014
82
Periksa http://www.pwipamekasan.com/catatan-dialog-tata-niaga-tembakau-pwi-pame-
kasan/, diakses 10 Oktober 2014.
83
Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2009. Panduan Teknis Budidaya Tembakau
Madura(Pamekasan: Pemerintah Kabupaten Pamekasan Press), hal 23.
84
Periksa http://www.koranmadura.com/2014/07/09/pupuk-tetap-langka-di-sejumlah-keca-
matan/, diakses pada 17 Oktober 2014.
85
Lihat http://www.beritamadura.com/2013/05/komisi-b-mengkawatirkan-ketersediaan-
pupuk-pada-musim-tanam-tembakau.html, diakses pada 17 Oktober 2014.
86
Periksa http://mediamadura.com/pemerintah-dinilai-lemah-kendalikan-peredaran-pupuk-
bersubsidi/, diakses pada 17 Oktober 2014
87
Lihat http://www.sumenep.go.id/?page=detailberita.html&id=8338, diakses 17 Oktober
2014.
88
Wawancara dengan Samsuri, ketua Kelompok Tani Dusun Ra’as, Desa Kaduara Barat,
Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, 12 September 2014.
89
Wawancara dengan Anton Waluyo, petani tembakau di Desa Artodung, Kecamatan Ga-
lis, Kabupaten Pamekasan, pada 15 Oktober 2014.
90
Lihat Akhmad Jayadi & Taufik Arbiansyah. Op.cit.,hal 18. Periksa juga http://portalma-
dura.com/harga-stabil-petani-tembakau-jual-perhiasan-untuk-tambahan-modal/12551/,
diakses pada 17 Oktober 2014.
91
Periksa http://m.beritajatim.com/politik_pemerintahan/212017/sejumlah_petani_tem-
bakau_berharap_pemda_ pamekasan_adil.html#.VECcAyKUe3s, diakses pada 17 Oktober
2014.
92
http://surabaya.bisnis.com/m/read/20140616/10/72286/petani-di-pamekasan-dapat-
bantuan-bibit-tembakau, diakses pada 17 Oktober 2014.
93
Akhmad Jayadi. 2014. “Paradoks Kehidupan Petani Tembakau Madura dan Upaya Pem-
berdayaannya”, Makalah dipresentasikan pada FGD Pertanian Tembakau, Marzuki Usman
Office, 24 April 2014. Makalah tidak diterbitkan.
98
Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Op.cit, hal 26.
99
Lihat Huub de Jonge. 1989.Madura Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomi,
dan Islam (Jakarta: KITLV-LIPI-Gramedia), hal 160.
100
Lihat http://www.lensaindonesia.com/2012/07/21/belasan-hektar-tanaman-tembakau-
pamekasan-gagal-panen.html, diakses pada 17 Oktober 2014.
101
Periksa http://skalanews.com/berita/detail/156487/Cuaca-Anomali-Produksi-Tembakau-
Pamekasan-Anjlok, diakses pada 17 Oktober 2014.
102
Lihat http://regional.kompas.com/read/2013/09/19/1045520/.Rekor.Baru.Pamekasan.
Kekurangan.Tembakau.20.000. Ton, diakses pada 17 Oktober 2014.
107
Lihat http://www.tempo.co/read/news/2010/05/26/090250517/Petani-Tembakau-Pame-
kasan-Terjepit, diakses pada 17 Oktober 2014.
108
Lihat http://www.rri.co.id/post/berita/102873/ekonomi/harga_tembakau_madura_di_pa-
mekasan_mencapai_ puncaknya.html, diakses 18 Oktober 2014.
109
Periksa http://radarmadura.co.id/2014/10/hasil-evaluasi-disperindag-dan-dishutbun-
gudang-kekurangan-tembakau/, diakses 17 Oktober 2014.
110
Lihat http://www.maduraterkini.com/berita-pamekasan/pabrikan-berpotensi-mainkan-
harga-tembakau.html/2, diakses 16 Oktober 2014.
111
Periksa http://skalanews.com/news/detail/119879/2/bupati-pamekasan-ancam-cabut-
izin-gudang-pabrikan-rokok-.html, diakses 17 Oktober 2014.
112
Lihat http://www.tempo.co/read/news/2014/08/08/090598160/Pemerintah-Diminta-Atur-
Harga-Tembakau, diakses 30 Agustus 2014.
113
Periksa http://www.antaranews.com/berita/115682/perlawanan-dengan-akal-akalan-
petani-tembakau-madura, diakses 17 Oktober 2014.
114
Lihat http://www.maduraterkini.com/berita-pamekasan/pabrikan-berpotensi-mainkan-
harga-tembakau.html, diakses 25 Agustus 2014
119
Lihat Radar Madura, 12 Juli 2000, “Harga Tembakau Rusak Akibat Ulah Bandul Yang
Rugi”. http://zkarnain.tripod.com/PMKAS-86.HTM, diakses pada 17 Oktober 2014.
120
Wawancara dengan Anton Waluyo, pada 15 Oktober 2014.
121
Lihat http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KAB_PAMEKASAN_6_2008.pdf di-
akses 18 Oktober 2014.
122
Periksa http://www.maduraterkini.com/berita-sumenep/pengambilan-sampel-tembakau-
hanya-1-kilogram.html diakses 17 Oktober 2014.
123
Lihat http://www.maduraterkini.com/berita-pamekasan/pabrik-belum-buka-bandul-tak-
berani-beli-tembakau.html diakses 18 Oktober 2014.
124
Lihat Akhmad Jayadi dan Taufik Arbiansyah. 2012. Op.cit.
125
Lihat http://blokbojonegoro.com/read/article/20140803/pabrikan-tembakau-diharap-
buka-semua.html diakses 18 Oktober 2014.
126 Periksa http://beritajatim.com/ekonomi/215452/gudang_tembakau_buka_pembe-
lian,_dishutbun_turunkan_tim_ pemantau.html#.VEG4SyKUe3s diakses 18 Oktober 2014.
129
Periksa Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 hal 33, http://www.perta-
nian.go.id/sakip/admin/file/renstra-setjen-2010-2014.pdf, diakses pada 2 Januari 2015.
138
ibid
139
Telusuri lebih jauh di http://whqlibdoc.who.int/publications/2002/9241562099.pdf, diak-
ses pada 16 Oktober 2014.
140
Lihat Mardiyah Chamim�����������������������������������������������������������
,����������������������������������������������������������
dkk������������������������������������������������������
. ����������������������������������������������������
2011������������������������������������������������
. ����������������������������������������������
A Giant Pack of Lies, Bongkah Raksasa Kebohon-
gan: Menyorot Kedigdayaan Industri Rokok di Indonesia (Jakarta: KOJI Communications
dan TEMPO Institute), hal 176—177.
141
Lihat Gambar 4, periksa juga www.wits.worldbank.org, diakses pada 17 Oktober 2014.
142
Keterangan lebih lanjut tentang HS Code bisa dibaca di http://customsjakarta.
com/?plh=hscode
143
http://wits.worldbank.org/wits/, diakses pada 20 Oktober 2014.
3,500,000,000
3,000,000,000
2,500,000,000
2,000,000,000
1,500,000,000
1,000,000,000
500,000,000
0
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Brazil India Zimbabwe Malawi Italia
Brasil secara konsisten sejak 1989 (USD 519 juta) hingga 2013
(kecuali tahun 1995) menjadi negara net-eksportir daun tembakau
terbesar di dunia. Luas lahan pertanian di Brasil dan posisinya
di wilayah khatulistiwa memungkinkan Brasil memproduksi
tembakau dalam jumlah besar. Namun demikian,pada 1995 Brasil
kalah dari ASyang mencatat ekspor bersih sebesar USD 818 juta.
AS tidak masuk lima besar pada 2013, walaupun sejak 1992 sampai
2012 selalu berada pada peringkat 5 besar. Pada 1992 hingga 2007
(kecuali tahun 1996 dan 2005), ASmasuk dalam tiga besar bersama
Brasil.
Selain AS, dua negara yang menempati lima besar pada
tahun-tahun sebelum 2013 adalah Tiongkok dan Turki. Turki sejak
1990—2006berada pada kelompok empat besar. Bahkan pada
1990, 1991, dan 2005 Turki berada di urutan kedua net-eksportir
daun tembakau di bawah Brasil. Secara lengkap perubahan urutan
peringkat lima besar negara net-eksportir daun tembakau sejak
1988—2013dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 IND BRA BRA BRA BRA BRA BRA USA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA BRA
2 BRA TUR TUR TUR USA USA USA BRA MWI USA USA USA USA ZWE USA USA ZWE TUR USA MWI IND IND IND ZWE IND IND
3 ZWE IND MWI USA TUR TUR TUR ZWE TUR MWI MWI MWI ZWE USA MWI MWI USA IND MWI USA MWI MWI MWI IND ZWE ZWE
4 MWI IDN IND MWI IND IND MWI MWI USA IND TUR TUR MWI MWI ZWE IND TUR USA TUR IND USA USA USA MWI ITA MWI
5 ITA ZWE IDN IND CHN CHN CHN IND IND TUR CHN IND IND IND IND TUR IND ITA IND ITA ITA ITA ZWE USA USA ITA
144
Nama negara ditulis dengan singkatan mengikuti standar perdagangan internasional,
yaitu: BRA (Brasil), CHN (Tiongkok), DEU (Jerman), FRA (Perancis), GBR (Inggris), IDN
(Indonesia), IND (India), ITA (Italia), JPN (Jepang), MWI (Malawi), NLD (Belanda), RUS
(Rusia), TUR (Turki), USA (Amerika Serikat), dan ZWE (Zimbabwe).
250,000,000
0
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-250,000,000
-500,000,000
-750,000,000
-1,000,000,000
-1,250,000,000
Tabel 3
Lima Besar Negara Net-Importir Daun tembakau, 1988-2013146
No 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
5 IDN NLD NLD CHN GBR IDN FRA IDN RUS RUS NLD GBR NLD NLD NLD NLD GBR JPN JPN JPN GBR JPN JPN CHN IDN NLD
4 CHN CHN CHN RUS RUS NLD GBR GBR NLD NLD RUS NLD RUS GBR GBR GBR NLD GBR GBR GBR JPN GBR GBR GBR CHN IDN
3 RUS RUS RUS IDN NLD GBR NLD NLD JPN JPN GBR RUS JPN JPN JPN JPN JPN NLD NLD NLD NLD NLD DEU DEU NLD DEU
2 JPN DEU JPN JPN JPN JPN DEU JPN DEU DEU JPN JPN DEU RUS DEU RUS DEU DEU DEU DEU DEU DEU NLD NLD DEU CHN
1 DEU JPN DEU DEU DEU DEU JPN DEU GBR GBR DEU DEU GBR DEU RUS DEU RUS RUS RUS RUS RUS RUS RUS RUS RUS RUS
146
Urutan negara net-importir dari atas ke bawah dimulai dari nomor 5 hingga nomor 1,
untuk memberikan penekanan bahwa negara yang paling bawah adalah negara net-importir
tertinggi (nomor 1).
147
Pada tahun 2004 pertumbuhan penjualan pasar domestik Phillip Morris (PM) di Amerika
hanya tumbuh 3%. Sementara dengan ekspansi internasionalnya PM mampu meraih ke-
naikan penjualan hingga 18%. http://finance.detik.com/read/2005/03/15/105751/317484/6/
di-balik-pembelian-hm-sampoerna-oleh-philips-morris diakses pada 19 Januari 2015.
148
Lihat http://www.who.int/fctc/en/ diakses pada 19 Januari 2015.
Tabel 3.a
Akuisisi Perusahaan Rokok Lokal oleh Industri Asing
No Perusahaan Nilai Tahun
1. HM Sampoerna oleh Phillip Morris 48 T 2005
International
2. Bentoel oleh BAT US$ 494 juta (Rp 5 T) 2009
3. TPM oleh KT&G Rp 1,12 triliun 2012
149
Periksa http://news.detik.com/transisipresiden/read/2009/06/17/110437/1149220/6/
akuisisi-bentoel-bat-incar-pasar-kretek-indonesia diakses pada 19 Januari 2015.
150
Lihat http://www.tempo.co/read/news/2005/05/18/05661178/Philip-Morris-Kuasai-97-
Persen-Saham-Sampoerna diakses pada 19 Januari 2015.
151
Lihat http://www.pmi.com/eng/about_us/company_overview/pages/company_overview.
aspx, diakses pada 12 Januari 2015.
152
Periksa http://finance.detik.com/read/2005/03/15/105751/317484/6/di-balik-pembelian-
hm-sampoerna-oleh-philips-morris diakses pada 15 Januari 2015
153
Lihat http://www.thejakartapost.com/news/2009/06/18/bat-buys-bentoel-challenge-big-
three-market-domination.html diakses pada 12 Januari 2015
154
Periksa http://swa.co.id/business-strategy/perjalanan-hm-sampoerna-merajai-swa-100-
tahun-2013 diakses pada 19 Januari 2015
155
Lihat http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/05/09/2013-hm-sampoerna-raup-laba-rp-
108-triliun diakses pada 19 Januari 2015
156
Periksa http://finance.detik.com/read/2009/06/17/110437/1149220/6/akuisisi-bentoel-
bat-incar-pasar-kretek-indonesia, juga lihat http://news.detik.com/transisipresiden/read/2
009/06/17/105830/1149214/6/bat-crossing-85125-saham-bentoel-rp-5003-triliun diakses
pada 19 Januari 2015
157
Lihat http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/506350-perusahaan-rokok-asing-incar-
saham-wismilak dan http://en.wikipedia.org/wiki/British_American_Tobacco
158
Periksa http://en.wikipedia.org/wiki/Korea_Tobacco_%26_Ginseng_Corporation di-
akses pada 19 Januari 2015.
159
Lihat http://www.liputan6.com/read/345051/korsel-beli-perusahaan-rokok-indonesia di-
akses pada 19 Januari 2015.
160
Lihat http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1875686/industri-rokok-diincar-karena-molek
diakses pada 5 Januari 2015.
161
ibid
162
Lihat http://ekbis.sindonews.com/read/849914/35/philip-morris-tutup-pabrik-di-australia-
1396431758 diakses pada 19 Januari 2015.
163
Periksa http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/04/140402_bisnis_philip_mor-
ris_tutup diakses pada 19 Januari 2015.
177
Lihat http://skalanews.com/news/detail/119570/5/setiap-tahun--80-ribu-ton-tembakau-
impor-masuk-indonesia-.htmldiakses 1 Januari 2015.
178
Periksa http://www.neraca.co.id/industri/41898/Impor-Tembakau-Cenderung-Terus-
Meningkat/2, diakses 1 Januari 2015.
179
Lihat http://www.dpr.go.id/id/berita/paripurna/2014/jul/15/8374/ruu-pertembakauan-
disetujui-jadi-usul-inisiatif-dpr, diakses pada 17 Oktober 2014.
186
Ibid., Pasal 7 Ayat (2)
188
Lihat http://wartaekonomi.co.id/berita14517/dana-bagi-hasil-cukai-hasil-tembakau-har-
us-lebih-fokus-untuk-petani-dan-buruh-industri-tembakau.html, diakses pada 17 Oktober
2014.
Gambar : Salah satu Kebun sayuran Alternatif dari Pertanian Tembakau di Dukuh Pakis Ketandan, Magelang
C. Petani Tembakau dan Masyarakat Sipil
Petani tembakau, sebagai pihak yang menanam tembakau
sebagai bahan baku industri tembakau, sebagaimana halnya
pekerja industri, memiliki peran yang amat mendasar dalam tata
niaga tembakau. Tanpa mereka, mata rantai tata niaga tembakau
tidak akan terjadi.
Namun dalam berbagai kasus, baik dalam studi kasus
maupun dalam penelitian lainnya, petani tembakau selalu dalam
posisi paling lemah dan termarginalkan dalam mata rantai tata
niaga tembakau. Hampir semua petani tembakau mewarisi tradisi
budi daya tembakau dari orang tua atau leluhur mereka. Mereka
berada dalam kondisi terbatas, baik dalam kepemilikan lahan,
modal usaha, pengetahuan dan tehnik budi daya.
Situasi semacam ini rawan dimanfaatkan para pemodal
yang terdiri atas beberapa perusahaan besar. Mereka mendorong
lahirnya praktik monopsoni atau oligopsoni dalam industri
tembakau. Praktik semacam inimemaksa petani tembakau untuk
menjual produk daun tembakau hanya kepada satu atau beberapa
pabrik, yang dengan semena-mena menentukan kualitas, harga,
bahkan memutuskan untuk membeli atau tidak membeli daun
tembakau petani.
Pilihannya hanya dua: menjual dengan penentuan kualitas,
timbangan, dan harga yang ditentukan oleh pabrik, melalui para
tengkulak dan grader atau bandol, atau menahan tembakau
mereka dengan resiko yang lebih buruk. Petani tembakau tak
punya pilihan. Mereka harus hidup dan menghidupi keluarga
mereka. Hanya petani bermodal besar yang bisa menyimpan atau
menyetok tembakau mereka, agar bisa dijual dengan harga yang
lebih baik.
a) Budidaya Turun-temurun
Petani tembakau, termasuk sarana dan prasarana
yang mereka miliki serta kemampuan teknis dalam budidaya
tembakau merupakan sesuatu yang dimiliki secara turun-
temurun. Namun situasi lingkungan yang dihadapi petani
tembakau telah berubah dan makin tidak ramah. Lahan
yang mereka miliki semakin sempit, karena dua hal, yaitu
warisan lahan yang harus dibagi dengan sejumlah ahli waris
laindan juga kerana desakan pembangunan wilayah. Selain
itu, perubahan musim juga menekan produktivitas lahan
mereka. Rendahnya tingkat pendidikan keluarga petani
tembakau mengakibatkan situasi dimana generasi pewaris
tanaman tembakau jatuh pada generasi yang lemah dalam
pendidikan. Mereka yang berpendidikan tinggi cenderung
memilih profesi lain yang lebih menjanjikan.
Kehidupan petani tembakau sama sekali tak
memberikan situasi yang kondusif. Mereka tak punya posisi
tawar yang cukup dalam menentukan kualitas dan harga
tembakau. Mereka juga tak memiliki posisi tawar untuk
mendapatkan berbagai kemudahan sejak memperoleh
modal usaha, memperoleh bibit dan pupuk, serta
mendapatkan harga yang pantas dari hasil panen mereka.
189
CIVICUS NGO Alliance mendefinisikan masyarakat sipil sebagai “suatu arena atau
ruang publik diantara keluarga, negara dan pasar, yang dibangun oleh perorangan dan
aksi kolektif, organisasi dan institusi untuk mengangkat dan mengedepankan kepentingan
bersama”.Ada tiga syarat masyarakat sipil, yakni: 1). Bergerak di ruang publik diantara ke-
luarga, negara dan pasar/industri. Masyarakat sipil adalah entitas mandiri, independen dari
tekanan negara dan pasar/industri; 2). Didukung oleh individu/aksi kolektif atau kelompok,
organisasi dan lembaga masyarakat setempat.Pendukung tersebut disamping terdiri atas
perorangan maupun wakil-wakil kelompok organisasi masyarakat dan berbagai lembaga
di komunitas setempat, seperti tokoh agama, tokoh adat, guru, media, perkumpulan pe-
muda, perkumpulan wanita, kelompok tani, majlis taklim, jemaat gereja, dsb; 3). Memiliki
kemampuan dalam mengagendakan dan memperjuangkan kepentingan bersama, dalam
hal ini membebaskan petani tembakau dari tekanan industri tembakau dan jaringan kaki-
tangannya, untuk peningkatan kesejahteraan petani.Lihat htp://www.civicus.org, diakses
pada 1 Februari 2014.
190
Lihat definisi yang ditulis Edwards, B,Foley, MW and Diani, M. 2001. Beyond Tacqueville
Civil Society and the Social Capital Debate in Comparative Perspective, (Hanover: Univer-
sity Press of New England)
- Peningkatan produktivitas
Sebagaimana diatur dalam UU PPP, strategi
perlindungan petani meliputi:(i) prasarana dan prasarana
192
Prof. Soerjono Soekantodalam Sudibyo Markus. 2014. “Pedoman Index Masyarakat
Sipil dan Forum Masyarakat Madani”. Hand Out pada Pertemuan Forum Masyarakat Mad-
ani di Jakarta, 30 Oktober 2014.
193
Ibid.
194
Lihat www.civicus.org, diakses pada 12 Januari 2015.
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dan penggambaran pada Bab I, II dan
III, buku ini menarik simpulan tentang kondisi kehidupan petani
tembakau di Indonesia dan rekomendasi yang penting dilakukan
untuk mengangkat posisi petani tembakau dari berbagai paradoks
yang mereka hadapi.
Simpulan dan Rekomendasi berisikan segala hal yang
berkaitan dengan kondisi petani tembakau sendiri yang mewarisi
budi daya tanam tembakau yang bersifat turun-temurun, juga
berbagai upaya agar para petani dapat memperbaiki taraf hidupnya
dengan keluar dari paradoks kehidupan yang mereka alami. Semua
itu dimulai dari diri petani, tata niaga industri tembakau, serta sisi
lingkungan pendukung di berbagai jenjang.
Negeri paradoks
Indonesia adalah negara agraris yang membiarkan petani
hidup dalam kemiskinan. Selama bertahun-tahun, pemerintah
membiarkan posisi tawar petani sedemikian rendah dalam
mata rantai tata niaga tani di Indonesia. Pemerintah yang justru
mengimpor beras ketika petani sedang dalam masa panen adalah
contoh kasat mata tentang ketiadaan perlindungan pemerintah
terhadap kehidupan petani.
Derita serupa juga dialami petambak garam di negara yang
B. Rekomendasi
Menyadari bahwa petani tembakau adalah aktor utama
sebagai penghasil bahan baku dalam tata niaga tembakau yang
paling dirugikan, maka tidak terbantahkan jika direkomendasikan
perlunya upaya mendasar dan struktural untuk memperbaiki
4. Kepastian Usaha Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan jaminan bagi ter-
dan Pemasaran laksananya kepastian usaha tembakau dan produk tembakau, termasuk
dalam pemasarannya, baik berupa pembelian secara langsung, penam-
pungan hasil usaha tani,maupun pemberian akses pasar.
Arcury T.A, Quandt S.A, Preisser J.S, Norton D. (2005). The Incidence
of Green Tobacco Sickness and Skin Integrity among
Migrant Latino Farmworkers. Journal Occupacional
Environment Medical 2001;43:601-9.
Wawancara :
Wawancara dengan Anton Waluyo, petani tembakau asal Desa
Artodung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan,
15 Oktober 2014.
Website :
Antara Jateng. (2014). Rugikan Petani Jokowi Diminta Tak
Tandatangani FCTC. http://www.antarajateng.
com/detail/rugikan-petani-jokowi-diminta-tak-
tandatangani-fctc.html
CIVICUS, http://www.civicus.org
Neraca. (2012). Bangun Dua Pabrik Baru Sampoerna Buka 8400 Lapangan
Kerja. http://www.neraca.co.id/bursa-saham/16326/Bangun-Dua-
Pabrik-Baru-Sampoerna-Buka-8400-Lapangan-Kerja
The Jakarta Post. (2009). BAT Buys Bentoel Challenge Big Three
Market Domination. http://www.thejakartapost.com/
news/2009/06/18/bat-buys-bentoel-challenge-big-
three-market-domination.html
Editor
Asep Mulyana, M.A.
Adalah Peneliti Komnas HAM di sub komisi Pengkajian dan
Pengembangan. Beliau merupakan Magister Ilmu Politik,
Konsentrasi HAM dan Demokrasi, dari Universitas Gadjah Mada
& University of Oslo (Norwegia), 2011. Minatnya adalah dalam
kajian Bisnis dan Hak Asas Manusia dan ia telah menulis dalam
berbagai jurnal ilmiah seputar kajian Hak Asasi Manusia di dalam
dan luar negeri. Beliau Berpengalaman sebagai wartawan dan
editor penerbitan dengan lebih dari puluhan buku yang sudah
diterbitkan.