Você está na página 1de 7

JURNAL RESTI

(Rekayasa Sistem dan Teknologi I nformasi)


Vol. x No. x (2018) xx – xx ISSN : 2580-0760 (media online)

PERENCANAAN JARINGAN LTE FDD PADA FREKUENSI 900 MHZ


DI KABUPATEN SIAK
Arief Ramadhani
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
arieframadhani42@gmail.com

Abstract

Along with the development of telecommunications technology which is currently widely used by the public,
namely Long Term Evolution (LTE), network planning is needed so that the technology can be enjoyed optimally.
from the results of the simulation test using Atoll for coverage planning, which was obtained through predictions
of transmit power, the average value was -52.06 dBm. This research was conducted to determine the coverage area
for 4G LTE network services in Siak Regency. Determining the 4G LTE network coverage area is very necessary
so that users can be served and for the telecom operator side can continue to improve the quality of the network.
This research method is carried out by analyzing coverage by signal level using Atoll software. The results showed
that the number of eNodeBs needed to build an LTE network in the Siak Regency area with a total bandwidth of
5 MHz at 900MHz was using 119 sites.

Keyword : LTE, Atoll, signal level, Bandwidth, network design

Abstrak

Seiring dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi yang pada saat ini banyak digunakan oleh masyarakat
yaitu Long Term Evolution (LTE), dibutuhkan perencanaan jaringan agar teknologi tersebut dapat dinikmati secara
optimal. dari hasil uji coba simulasi menggunakan Atoll untuk perencanaan secara cakupan,yang didapatkan
melalui prediksi daya pancar didapatkan nilai rata – rata -52,06 dBm. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan
wilayah jangkauan (coverage area) untuk layanan jaringn 4G LTE di Kabupaten Siak. Penentuan coverage area
jaringan 4G LTE ini sangat diperlukan agar pengguna (user) dapat terlayani dan bagi sisi operator telekomunikasi
dapat terus meningkatkan kualitas jaringannya. Metode penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisa
coverage by signal level dengan menggunakan software Atoll. Hasil penelitian menunjukkan Jumlah eNodeB
yang dibutuhkan untuk membangun jaringan LTE pada daerah Kabupaten Siak dengan jumlah bandwidth 5 MHz
pada frekuensi 900MHz yaitu menggunakan site sebanyak 119 buah.

Kata kunci : LTE, Atoll, signal level, Bandwidth, perancangan jaringan


©2018 Jurnal RESTI

1. Pendahuluan dunia maya, maka perlulah koneksi jaringan yang


cepat. Teknologi yang sedang berkembang pada saat
Seiring dengan perkembangan zaman, ini untuk keperluan manusia yaitu Long Term
perkembangan jaringan internet dan komunikasi di Evolution (LTE)
belahan dunia manapun sangatlah berperan penting. Teknologi Long Term Evolution (LTE) diaykini
Hal ini disebabkan oleh kebutuhan manusia itu dengan kemampuannya dapat melayani keperluan
sendiri. Baik untuk kepentingan pribadi maupun manusia untuk menggunakan internet dengan cepat.
negara. Untuk menggunakan jaringan internet, LTE sendiri adalah sebuah teknologi yang
diperlukanlah koneksi jaringan seperti dikembangkan oleh 3GPP (The Third Generation
menggunakan kabel. Akan tetapi untuk zaman saat Project) sebagai pengembangan untuk teknologi
ini penggunaan kabel sangatah tidak efektif. Pada komunikasi bergerak. LTE disebut – sebut sebagai
zaman sekarang manusia sudah banyak evolusi dari GSM / EDGE dan UMTS / HSDPA
menggunakan smartphone untuk berinteraksi di
dengan kemampuan pengiriman data hingga 300 waktunya dengan yang di Amerika, Advance Mobile
Mbps untuk downlink dan 75Mbps untuk uplink. Phone System (AMPS) (Bhalla, 2010). Di Inggris
Pererencanaan jaringan LTE di Kabupaten Siak dikembangkan Total Access Communication
diusulkan karena di Kabupaten Siak penerapan System (TACS), di Skandinavia: Nordic Mobile
teknologi LTE nya belum merata. Simulasi Telephone System (NMT), di Jepang: Nippon
perancangan jaringan sendiri dilakukan Advanced Mobile Telephone Service (NAMTS).
menggunakan software radio planning atoll. Atoll Jerman Barat (negara Jerman waktu itu masih
merupakan sebuah perangkat lunak yang dapat terbagi menjadi dua: Jerman Barat dan Jerman
digunakan untuk mendesain sebuah jaringan Timur) mengembangkan NETZ-C (C-450). Sistem
telekomunikasi. analog yang utama biasanya didasarkan pada
Berdasarkan uraian latar belakang kasus diatas, teknologi circuit-switched dan dirancang untuk
maka dilakukan sebuah perencanaan jaringan LTE suara, bukan data.Faktor biaya pada layanan ini juga
dengan studi kasus wilayah Kabupaten. Perencanaan sangat tinggi.
LTE sendiri di spesifikasikan dengan frekuensi 900
MHz, dengan metode duplex FDD. Perencanaan 2. Generasi Kedua (2G)
menggunakan perangkat lunak radio planning atoll. Generasi Kedua (2G) dari sistem seluler
Okumura-Hata adalah model propagansi yang dikembangkan untuk memperbaiki kelemahan yang
digunakan untuk perencanaan. terdapat pada 1G dari sistem seluler. Pada 2G sistem
ini telah menggunakan modulasi digital, teknik akses
2. Tinjauan Pustaka jamak, dan pengontrolan daya (power control) yang
dapat meningkatkan kinerja sistem. Standar
LTE atau Long Term Evolution merupakan generasi komunikasi seluler 2G telah dibedakan atas cordless
teknologi seluler keempat yang dikembangkan oleh dan seluler berdasar jangkauan dari antena Base
3GPP (3rd Generation Partnership Project) yang Stasion (BS). Jangkauan antena BS untuk cordless
merupakan teknologi lanjutan dari UMTS lebih kecildibanding untuk seluler. Yang paling
(Universal Mobile Telephone Standard). Organisasi populer pada teknologi nirkabel 2G yang dikenal
3GPP memutuskan kriteria teknologi LTE sebagai sebagai Global Systems for Mobile
berikut : Communications (GSM) dan pertama kali
diimplementasikan pada 1991 (Bhalla, 2010).GSM
 Kecepatan data puncak downlink mencapai merupakan teknologi yang dapat mentransmisikan
100Mbps saat pengguna bergerak cepat dan 1 voice dan data, namun bit rate-nya masih kecil yaitu
Gbps saat bergerak pelan atau diam. Sementara sekitar 9,6 kbps untuk data dan 13 kbps untuk voice,
untuk uplink kecepatan data puncak mencapai 50 menggunakan circuit switch, artinya pembagian
Mbps. kanal di mana setiap satu kanal itu mutlak dimiliki
 Delay sistem berkurang hingga 10 ms oleh satu user. Teknologi yang berbasis Time
 Efisiensi spektrum meningkat hingga empat kali Division Multiple Access (TDMA) ini adalah
lipat dari teknologi 3.5 G High Speed Packet sebuah teknologi digital yang memecah-mecah
Access (HSPA) transmisi menjadi paket (burst) lebih kecil
 Migrasi sistem yang hemat biaya dari HSPA ke berdasarkan waktu dan menyusun kembali
LTE informasi-informasi tersebut pada saat penerimaan
 Meningkatkan layanan broadcast sehingga bisa dipahami oleh usernya.
 Bandwidth yang fleksibel mulai dari 1,4 MHz,3
MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz, hingga 20 MHz 3. Generasi Kedua Plus (2.5G dan 2.75G)
 Dapat bekerja di berbagai spektrum frekuensi. Untuk menuju teknologi 3G membutuhkan usaha
 Dapat bekerjasama dengan sistem 3GPP maupun pengembangan teknologi transmisi yang besar dan
sistem non 3GPP. memerlukan banyak modal untuk infrastrukturnya.
Untuk menjembatani kendala tersebut, maka
2.1 Perkembangan Teknologi Seluler lompatan teknologi dipersempit dengan kemunculan
teknologi 2,5G dan 2,75G di sekitar tahun 1999-
Teknologi seluler terus berkembang dari waktu ke an(Bhalla, 2010). Teknologi inilah yang menandai
waktu dengan perubahan teknologi sehingga lahirnya General Packet Radio Service (GPRS) dan
merubah banyak fitur serta kecepatan akses Enhanced Data rate for Global Evolution (EDGE).
didalamnya. Dalam perkembangannya teknologi
seluler berkembang dari generasi pertama (1G) 4. Generasi Ketiga (3G)
hingga generasi keempat (4G). Bila pada 2G masih dibedakan adanya sistem
cordless dan seluler, dan pelayanan yang dapat
1. Generasi Pertama (1G) ditangani masih berorientasi kepada suara dan
Sistem seluler Generasi Pertama (1G) masih sedikit untuk data, maka pada Generasi Ketiga (3G)
memakai teknologi analog. Sistem yang akan mencakup beberapa pelayanan selain voice dan
dikembangkan di Eropa dan Jepang bersamaan data. Pada 2G sel yang digunakan masih dibedakan
atas jenisnya, maka pada 3G akan menggunakan sehingga tidak bisa disamakan. Klasifikasi daerah
bentuk antena yang merupakan gabungan dari makro dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
seluler, mikro seluler, dan piko seluler. Pemakaian 1. Dense Urban
gabungan jenis antena seluler tersebut guna Merupakan daerah perkotaan yang maju dan padat.
mendukung mobilitas dari user. Pada 3G komunikasi Memiliki bangunan-bangunan tinggi dan rapat
jaringan telepon seluler memberikan kecepatan data dengan rata-rata ketinggian bangunan lebih dari 30
maksimum 384 kbps pada download, yang biasanya m, dan jarak antar bangunan adalah 10 m sampai 20
sekitar 200kbps, dan 64kbps pada upload, Gambar 3 m.
menunjukkan evolusi perkembangan 3G. 2. Urban
CDMA 2000 adalah platfom wireless ke dalam Merupakan daerah perkotaan menengah yang
spesifikasi Internasional Mobile memiliki bangunan-bangunan yang cukup tinggi.
Telecommunication 2000 (IMT-2000) dan Rata-rata ketinggian bangunan adalah 20 m, dan
merupakan pengembangan dari standar platform rata-rata jarak antar bangunan adalah sama dengan
wireless CDMA IS-95. Teknologi transmisi radio ketinggian bangunannya yaitu sekitar 20 m.
CDMA 2000 adalah teknologi wideband dengan 3. Sub Urban
teknik spread spectrum yang memanfaatkan Merupakan daerah berkembang yang memiliki
teknologi CDMA untuk memenuhi kebutuhan bangunan-bangunan yang letaknya tidak padat
layanan sistem komunikasi wireless 3G berupa dengan ketinggian bangunan rata-rata 10 m. Jarak
aplikasi layanan multimedia (Chatterjee dkk, 2003). antar bangunan adalah 30 m sampai 50 m. Jalanan
Sistem CDMA 2000 mencakup implementasi luas cukup luas dan masih memiliki area yang terbuka.
yang ditunjukan untuk mendukung data rate baik 4. Rural
untuk circuit switched maupun packet switched Merupakan daerah yang tidak padat yang tidak
dengan memanfaatkan data rate mulai 9,6 kbps memiliki bangunan tinggi. Ketinggian bangunan
(TIA/EIA-95-B) sampai lebih dari 2 Mbps. rata-rata 5 m dan masih banyak terdapat lahan
Beberapa layanan yang dapat didukung antara lain, kosong maupun pepohonan.
wireless internet, wireless e-mail, telemetry dan
wireless commerce. 2.3 Frequency Division Duplex (FDD)

5. Generasi Keempat (4G) Teknologi ini dapat bekerja pada 2 frekuensi berbeda
4G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa secara bersamaan yaitu pada frekuensi FDD LTE
Inggris: fourth-generation technology. Istilah ini 900 MHz dan FDD LTE 1.800 MHz. Penggunaan
umumnya digunakan untuk menjelaskan teknologi FDD di 2 frekuensi ini dikenal dengan
pengembangan teknologi telepon seluler, 4G istilah dual carrier, kelebihannya adalah upload dan
merupakan pengembangan dari teknologi 3G. download menjadi seimbang karena berjalan di
Kecepatan transfer data maksimum 3G adalah 384 frekuensi berbeda. Proses komunikasi dapat
kbps sampai 2 Mbps sedangkan untuk 4G adalah berlangsung secara dua arah (full-duplex).
20Mbps sampai 100Mbps (Santhi dkk, 2003).
Sistem 4G akan dapat menyediakan solusi IP yang 2.4 Time Division Duplex (TDD)
komprehensif dimana suara, data, dan arus
multimedia dapat sampai kepada user kapan saja dan Sementara TDD LTE B40 frekuensi 2.300MHz,
dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari pada struktur kanal untuk uplink dan downlink
generasi sebelumnya. 4G akan merupakan sistem dibedakan berdasarkan waktu transmisi yang
berbasis IP terintegrasi penuh. Ini akan dicapai digunakan. Cara kerja TDD LTE adalah menerima
setelah teknologi kabel dan nirkabel dapat serta mengirim data di frekuensi yang sama secara
dikonversikan dan mampu menghasilkan kecepatan bergantian (halfduplex). Teknologi ini memiliki
100 Mbps dan 1 Gbps dalam maupun luar ruang kelebihan salah satunya adalah unggul dalam
dengan kualitas premium dan keaman tinggi. kecepatan download, dan kelemahannya adalah pada
Kecepatan ini dapat dicapai melalui Orthogonal kecepatan upload. Band untuk FDD dapat dilihat
Frequency Division Multiplexing (OFDM). OFDM pada Tabel 1.
dapat tidak hanya mentransfer data dengan
kecepatan lebih dari 100Mbps, tetapi dapat juga Tabel 1. Alokasi Frekuensi FDD (Motorola,2011)
menghilangkan gangguan yang mengganggu sinyal
pada kecepatan tinggi (Jayakumari, 2010). Uplink (UL)
Operating Downlink (DL)
E-UTRA
Band BS Operating Band Duplex
2.2 Klasifikasi Daerah Operating
Receive UE BS Receive UE Mode
Band
Transmit Transmit (MHz)
Pengklasifikasian daerah bertujuan untuk (MHz)
memudahkan dalam perhitungan serta penempatan 1 1920 – 1980 2110 - 2170 FDD
2 1850 – 1910 1930 – 1990 FDD
site pada proses perancangan jaringan di daerah
3 1710 – 1785 1805 – 1880 FDD
perencanaan, karena masing-masing wilayah 4 1710 -1755 2110 – 2155 FDD
memiliki kebutuhan trafik yang berbeda-beda
5 824 -849 869 – 894 FDD Sehingga untuk menentukan nilai EIRP dibutuhkan
6 830 -840 875 – 885 FDD beberapa parameter lain diantaranya :
7 2500 – 2570 2620 – 2690 FDD
8 880 -915 925 - 960 FDD
1749.9 – a. Transmitter RF power
9 1844.9 – 1879.9 FDD Nilai Transmitter RF power adalah nilai daya
1784.9
10 1710 – 1770 2110 – 2170 FDD keluaran pada pemnacar. Sehingga untuk penentuan
1427.9 – nilai transmitter RF power dapat dilakukan dengan
11 1475.9 – 1495.9 FDD
1447.9
12 699 – 716 729 – 746 FDD
cara melihat spefikasi dari antenna yang digunakan.
13 777 – 787 746 – 756 FDD
14 788 – 798 758 – 768 FDD b. Transmitter antenna gain
15 Reserved Reserved FDD Nilai transmitter gain antenna adalah sebuah
16 Reserved Reserved FDD parameter yang mengukur kemampuan antena
17 704 – 716 734 – 746 FDD
dalam mengarahkan radiasi sinyal atau penerimaan
18 815 – 830 860 – 875 FDD
19 830 -845 875 – 890 FDD sinyal dari arah tertentu. Untuk pemilihan nilai
20 832 - 862 791 – 821 FDD transmitter antenna gain ditentukan berdasarkan
1447.9 – band frekuensi danberdasarkan akan tipe perangkat
21 1495.9 – 1510.9 FDD
1462.9 yang digunakan.

c. Feeder loss
2.5 Radio Link Budget Feeder loss menunjukkan loss sinyal pada berbagai
perangkat pada antenna ke penemerima. Baik pada
Link budget memiliki dua jalur yaitu uplink dan sisi base station maupun terminal penerima harus
downlink. Jalur uplink merupakan jalur dari MS ke memperhatikan loss terminal.
BS, sedangkan jalur downlink merupakan jalur dari
BS ke MS. Parameter dalam link budget adalah 2.5.3 Receiver Parameter
sebagai berikut.
Receiver parameter adalah perhitungan nilai
Pada perhitungan link budget, ada beberapa parameter pada bagian receiver. yang berhubungan
pembagian parameter. Penentuan parameter- dengan pengiriman sampai pada penerima (UE).
parameter tersebut sangat berpengaruh terhadapat Pada bagian ini ada beberapa parameter diantaranya:
nilai cell radius yang didapatkan. Pengelompokan
parameter pada link budget seperti berikut. 1. Noise figure
Noise figure bisa di katakana sebagai perbandingan
2.5.1 General Parameter dari noise sebenarnya dengan noise pada keadaan
ideal. Dan berikut adalah salah satu contoh noise
General parameter pada link budget LTE figure dari huawei, berdasarkan frekuensi yang
menjelaskan tentang parameter umum. Pada general digunakan dan jenis duplex yang digunakan.
parameter digunkan untuk menentukan
kemungkinan operation band, bandwidht, kecepatan 2. Thermal noise
data, jumlah RB yang yang digunakan. Pada general Thermal noise didapatkan dari perkalian antara
parameter juga di lakukan perhitungan cell adge konstanta bolzman dengan nilai 1,38𝑥10−23𝐽/𝐾,
rate. Yang akan menentukan kecepatan data yang dengan temperatur dalam kelvin (2900) bersamaan
akan digunakan. dengan bandwidth.

2.5.2 Transmitter Parameter 3. SINR


Nilai SINR pada dasarnya dapat dengan
Bagian kedua dari parameter adalah trasnmistter mengunakan rumus seperti persamaan dibawah ini.
paramater. Pada bagian ini menjelaskan tentang link 𝑆𝐼𝑁𝑅(𝑑𝐵)=𝑆(𝑑𝐵𝑚)−(𝐼𝑜𝑤𝑛+𝐼𝑜𝑡ℎ+𝑁)(𝑑𝐵𝑚)
budget pada bagian transmitter. Tujuan utama
perhitungan pada bagian ini adalah untuk 4. Fast Fade Margin
menentukan nilai Equitvalent Isotrophially Radio Fast fade margin secara definisi dapat diartikan
Power (EIRP). EIRP itu sendiri adalah keluaran sebagai kenaikan daya pancar yang harus dilakukan
daya antenna isotropis untuk menghasilkan daya agar level daya terima lebih besar dari level daya
maksimum dapat dilihat di gain antenna. terima minimum yang diijinkan.
Perhitungan bisa di buat dengan menghitung daya
keluaran transmitter ditambah gain antenna dan 5. Receiver sensitivity
dikurangi rugi kabel, untuk perumusan EIRP di Berdasarkan LTE Planning Tool Technial report,
rumuskan seperti berikut. Menjelaskan tentang receiver sensitivity. Receiver
𝐸𝐼𝑅𝑃 (𝑑𝐵𝑚)=𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑥(𝑑𝐵𝑚)+𝐺𝑎𝑖𝑛 sensitivity adalah kemampuan dari perangkat untuk
𝑇𝑥(𝑑𝐵)−𝐶𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑠𝑠(𝑑𝐵) dapat mengolah sinyal yang diterima. Nilainya
didaparkan dengan menjumlahkan dari receiver 3.1. Flowchart penelitian
noise dan SINR.

6. Interference margin
Interface margin dapat di artikan sebagai
peningkatan noise, yang di sebabkan oleh
penggunaan site pada frekuensi yang sama pada
posisi yang berdekatan. Sehingga menyebabkan ada
gangguan untuk nilainya antar 1-6 dB.

7. Body loss
Body loss sering juga di sebut sebagai head loss,
body loss dapat didefinisikan sebagai penurunan
kekuatan sinyal yang di sebabkan oleh tubuh
pengguna, yang berdekatan dengan antenna headset.
Berdasarkan dari motorola body loss yang terjadi
diantara kisaran 2 sampai 3 dB yang di gunakan
untuk perancangan sistem.

8. Penetration loss
Pada LTE juga diperhitungkan tentang Building
Penetration Loss (BPL) yang merupakan lossakibat
yang diakibatkan oleh penghalang berupa gedung Gambar 1. Flowchart Penelitian
dan bangunan.

9. Shadowing margin dan Cell load Gambar 1 merupakan flowchart dari optimasi
Pada saat user bergerak dan menuju daerah berbukit penerncanaan jaringan LTE di Kabupaten Siak.
ataupun gedung. Perlu di perhatikan loss yang Proses dimulai dengan studi literature, berupa
disebut shadowing margin. Shadowing margin membaca materi tentang LTE dan Atoll. Selanjutnya
adalah variasi level sinyal dari sinyal yang melakukan perncanaan dengan menggunakan
digunakan. frekuensi 900 MHz dan melakukan simulasi dengan
menggunakan software Atoll. Pada tahap akhir,
10. Isotropic Power Requid dilakukan pembuatan jurnal sebagai hasil nyata telah
Pada perhitungan nilai MAPL ini nantinya dilakukannya penelitian ini.
diperlukan dalam perhitungan cell radius. MAPL di
dapatkan dengan pengurangan dari nilai EIRP 3.2 Perencanaan Model Jaringan
dengan nilai isotropic power required. Sehingga
untuk mendapat nilai MAPL dibutuhkan nilai Pada penelitian ini, dilakukan perencanaan
isotropic power required. pembangunan jaringan 4G LTE di Kabupaten Siak
pada frekuensi 900 MHz menggunakan software
3. Metodologi Penelitian atoll.

Pada penelitian ini, dilakukan perancanaan jaringan Perencanaan ini membutuhkan data-data yaitu :
LTE FDD di Kabupaten Siak pada frekuensi 900
1. Peta klasifikasi Kabupaten Siak
Mhz menggunakan software Radio Planning Atoll.
Tahapan penelitian yang dilaksanakan ditunjukkan
pada gambar 1.

Gambar 2. Peta Klasifikasi Kabupaten Siak

Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada


koordinat 10 16’ 30” — 00 20’ 49” Lintang
Utara dan 100 54’ 21” 102° 10’ 59” Bujur Timur.
Kabupaten Siak memiliki luas wilayah 8.275 km² Shadowing
z = y * 0,67 5.36 5.36
Margin (dB)
yang terdiri dari 14 kecamatan dan 57 kelurahan.
Isotropic
Dalam perencanaan jaringan harus menghitung link Power aa = p – q + u +v
budget, hal ini bertujuan untuk memperoleh nilai -77.38 -95.37
Required +w +z
MAPL (Maximum Allowable Path Loss) antara UE (dB)
dan eNodeB. Maximum
Allow Path
ab = j – aa 122 110
Loss (MAPL)
Tabel 2. General Parameter Skenario 1 (dB)
Dari skenario link budget diatas didapatkan hasil
FDD 5MHz
Link Budget Formula nilai MAPL sebesar 122 untuk downlink dan 110
Downlink Uplink
Operating Band untuk uplink.
A 900 900
(MHz)
Data Rate (Kbps) B 8192 2048
Allocated RB C 45 45 4. Hasil
Allocated Subcariers D 540 540

4.1 Simulasi Coverage by Signal Level


Gambar 3 menunjukkan hasil simulasi coverage by
Tabel 3. Transmitter Skenario 1
signal level yang menggunakan frekuensi 900 MHz
FDD 5MHz
dengan total bandwidth 5 MHz.
Link Budget Formula
Downlink Uplink
Tx RF Power (dBm) e 35 20
Tx Antenna Gain
f 15 0
(dBi)
Feeder Loss per m
g 0.05 0.05
(dB/m)
Feeder Length (m) h 100 100
Feeder Loss (dB) i=gxh 4.9 4.9
EIRP (dBm) j=e+f-i 45.1 45.1

Gambar 3. Coverage by Signal Level


Tabel 4. Receiver skenario 1
Gambar 4 di bawah ini menunjukan histogram
FDD 5MHz
simulasi coverage by signal level dengan frekuensi
Link Budget Formula 900 MHz.
Downlin Uplin
k k
Konstanta
Bolztman k
(dbm/Hz) -174 -174
Thermal km²

Noise l=k+10log(15000* -
3,276
perSubcarrie d) 104.9 3,003
2,730
r (dBm) -104.92 2 2,457
Noise Figure 2,184
m 1,911
(dB) 6 4 1,638
1,365
SINR (dB) n 2.178 1.183 1,092
819
546
Fast Fade
o 0 0 273
Margin (dB) 0
-105

-100

-95

-90

-85

-80

-75

-70

-65

-60

Receiver
Best Signal Level (dBm)
Sensitivity p=l+m+n+o -96.74 -99.73
(dBm) Gambar 4. Histogram Coverage by signal level
Receiver
Antenna q 0 15 Tabel ini berdasarkan pada hasil statistic prediction
Gain (dBi)
yang dilakukan
Receiver RF
Line Loss r 0 3
(dB)
Cell Load
t 60% 60%
(%)
Interference
u 3 3
Margin (dB)
Body Loss
v 4 4
(dB)
Penetration
w 7 7
Loss
Standard
Deviation y 8 8 Tabel 5. Statistic Prediction
(dB)
Berikut adalah tampilan dari report prediction Analysis And Simulation In Rural Area, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Purwokerto.
9. Ardiyamto, Rudi. 2012. Analisa Tekno Ekonomi
Teknologi Jaringan LTE Berbasis FDD-TDD,
Tabel 6. Report Prediction Laporan Tesis. Bandung : Institute Teknologi
Bandung.
5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi coverage by signal level,
didapatkan bahwa nilai signal level ≥ -52.06 dBm.

5.2 Saran
Melakukan penelitian dengan menggunakan
software selain Atoll, untuk melihat perbedaan hasil
yang digunakan dengan Atoll dan software lain.

Daftar Pustaka

1. Firmawan, Andes., 2016. Perencanaan dan


Simulasi Jaringan LTE ( Long Term Evolution )
di kota Pekanbaru. Universitas Riau. Volume 3
No.2 Oktober.
2. Santoso, Gatot., 2016. Perkembangan Jaringan
Komunikasi Wireless Menuju Teknologi 4G.
Jurusan Teknik Elektro, FTI, Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Yogyakarta,
26 November.
3. Pradana, Bobby Juan., 2015 Wireless
Communication system and network. Kuliah
wireless communication, Jurusan teknik
telekomunikasi, Akademi Telkom Jakarta.
Jakarta.
4. Ulfah, Maria., 2017. Analisa Covergae Area
Jaringan 4G LTE. Teknik Elektronika,
Politeknik Negeri Balikpapan. Vol. 5 No. 1
April.
5. Yuli Erma S., Erma. 2018. Perencanaan
Pembaharuan Jaringan LTE FDD
(FREQUENCY DIVISION DUPLEX) pada
Frekuensi 900 MHz di Kabupaten Bengkalis.
Universitas Riau. Pekanbaru.
6. Ahmad nurholis, 2014. Perancangan Jaringan
Teknologi Long Term Evolution (LTE)
Berdasarkan Kapasitas Sel di Wilayah
Kabupaten Jember, Skripsi Sarjana, Program
Studi Teknik Elektro, Universitas Jember.
7. Marwa Elbagir Mohammed, 2014. LTE Radio
Planning Using Atoll Radio Planning and
Optimization Software, Jurnal International,
Faculty of Engineering, EL- Neelain University,
Khartoum, Sudan
8. Lutfita Faradina Hermawan, Via, Alfin
Hikmaturokhman, Achmad Rizal Danisya.,
2017. Analisa Dan Simulasi Jaringan Long Term
Evolution 900 Mhz Dan Backhaul Berbasis Wifi
802.11n Di Daerah Rural Long Term Evolution
900 Mhz And Backhaul Based Wifi 802.11n

Você também pode gostar