Você está na página 1de 2

Sayuran pada Penderita Gangguan Tiroid

Aurelia Prajitno
Tiroid merupakan sebuah kelenjar kecil yang berbentuk seperti kupu-kupu yang
terletak pada pangkal leher. Kelenjar ini menghasilkan hormon yang mengontrol metabolisme
seluruh tubuh. Sehingga gangguan pada kelenjar ini dapat mempengaruhi otak, sistem
pencernaan, jantung dan pembuluh darah, metabolisme lemak, fungsi hati, pembentukan
hormon lainnya, dan banyak lagi. Dua jenis gangguan tiroid adalah hipotiroid (kelenjar yang
kurang aktif) dan hipertiroid (kelenjar yang terlalu aktif). Hipotiroid lebih sering ditemukan
pada perempuan, dengan tingkat kejadian yang meningkat seiring bertambahnya usia. Gejala
dari disfungsi tiroid adalah antaranya kenaikan/penurunan berat badan, mudah lelah, mudah
marah, sulit konsentrasi, dan gangguan tidur.
Gangguan tiroid merupakan kelainan endokrin kedua yang paling sering ditemukan di
Indonesia setelah diabetes. Menurut data dari Kemenkes pada tahun 2015, Indonesia
menempati posisi pertama sebagai negara dengan gangguan tiroid tertinggi di Asia Tenggara.
Data Kemenkes memaparkan hasil riset IMS Health yang menyatakan bahwa sebanyak 17 juta
masyarakat di Indonesia mengalami gangguan tiroid.
Menjaga pola makan berperan dalam menjaga kualitas hidup para penderita gangguan
endokrin, termasuk pada gangguan tiroid. Seperti yang kita ketahui, porsi makan yang ideal
adalah yang seimbang komponen protein, lemak, karbohidrat dan seratnya. Sayur merupakan
sumber serat yang baik. Namun terdapat beberapa sayur-sayuran yang dikenali sebagai
goitrogenik. Goitrogen bekerja dengan cara menghampat penyerapan iodin oleh kelenjar tiroid.
Apabila kadar iodin tidak mencukupi, kelenjar tiroid tidak dapat menghasilkan hormon yang
dibutuhkan oleh tubuh (T4 dan T3). Saat hormon yand diproduksi oleh kelenjar tiroid tidak
mencukupi, maka otak akan melepaskan hormon pemicu tiroid (TSH) untuk menstimulasi
produksi hormon tiroid. Jika dalam keadaan seperti itu pun kelenjar tiroid belum dapat
memenuhi kebutuhan tubuh, maka kelenjar tiroid akan membesar. Akibatnya, dapat terjadi
hipotiroidisme.
Kelompok sayuran cruciferous berasal dari genus Brassica. Sayur-sayuran dari genus
ini mempunyai gagang atau batang. Contoh sayur-sayuran golongan ini adalah brokoli,
kembang kol, kangkong, kubis, selada air, dan sawi hijau. Sayur-sayuran ini merupakan
sumber serat; vitamin C, E, dan K; beberapa karotenoid; folat; dan mineral. Mereka juga
mengandung dua goitrogens: isothiocyanate dan thiocyanate. Karena kandungan dua zat ini,
maka sayur-sayuran cruciferous ini mampu mengganggu fungsi tiroid dengan menghambat
kemampuan tubuh untuk menyerap iodin dan memproduksi hormon tiroid. Pelepasan hormon
oleh kelenjar tiroid menjadi terhambat, dan tidak aktif.
Sehingga pada orang dengan gangguan tiroid dan khususnya orang-orang dengan
defisiensi iodin, mengkonsumsi sayur-sayuran bertangkai atau berbatang dapat menekan
fungsi tiroid seperti obat-obatan anti-tiroid dan pada akhirnya menyebabkan hipotiroidisme.
Pada pasien hipertiroid, mengkonsumsi sayur-sayuran ini dapat memperlambat sekresi hormon
tiroid. Tetapi patut diwaspadai apabila pasien sudah mengkonsumsi obat anti-tiroid karena
dapat menyebabkan penurunan kadar hormon tiroid lebih dari yang diinginkan. Pada pasien
dengan hipotiroid, sayur-sayuran ini, khususnya apabila dimakan dalam kuantitas yang cukup
banyak serta dalam keadaan belum dimasak, dapat menurunkan hormon tiroid dan
memperburuk gejala yang dimilikinya.

Você também pode gostar