Você está na página 1de 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis berterima kasih kepada bapak Dr. H. MK.
Burhanul Arifin selaku dosen mata kuliah Agma Islam V yang telah memberikan tugas ini
kepada penulis.
Makalah yang ada dihadapan pembaca ini memberikan penjelasan tentang “Aswaja
Nusantara Jalan Menuju Hidup Selamat di Dunia Akhirat”. Penulis sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Aswaja
Nusantara Jalan Menuju Hidup Selamat di Dunia Akhirat.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya, sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Malang, Oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada masa Rasullulah SAW. Masa hidupnya, istilah Aswaja sudah pernah ada tetapi
menunjuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Aswaja dalam bahasa terdiri dari tiga kata,
Ahlu, Al –Sunnah dan Al- Jama’ah. Kata Ahlu diartikan sebagai keluarga, komunitas, atau
pengikut. Kata Al- Sunnah diartikan sebagai jalan atau karakte. Sedangkangkan kata Al- Jama’ah
diartikan sebagai perkumpulan. Arti sunnah secara istilah secara istilah adalah segala sesuatu
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, tindakan maupun ketetapan.
Sedangkan Al- Jama’ah adalah makna yang telah disepakati oleh komunitas sahabat nabi pada
masa Rasulullah SAW, dan pada era pemerintahan khulafah Al- Rasyidin ( Abu Bakar, Umar,
Usman dan Ali). Dengan demikian Al Sunnah Wal Jama’ah adalah komunitas orang – orang
yang selalu berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad SAW. Dan jalan para sahabat beliau,
baik dilihat dari aspek akhidah, agama, amal lahiriyah atau akhlak hati. Jama’ah mengandung
beberapa pengertian, yaitu : kaum ulama atau kelompok ilektual, golongan yang berkumpul
dalam suatu pemerintah yang dipimpin oleh seorang amir, golongan yang didalamnya terkumpul
orang- orang yang meimiliki integeritas moral dan akhlak, ketaatan dan keimanan yang kuat,
golongan mayoritas kaum muslimin, dan kelompok sahabat Nabi Muhammad SAW (
Ahlussunnah wal Jama’ah memang “satu istilah” yang mempunyai “banyak makna” ,
sehingga banyak golongan dan faksi dalam Islam yang mengklaim dirinya adalah “Ahlussunnah
wal Jama’ah”. ‘Ulama dan pemikir Islam mengatakan, bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah itu
merupakan golongan mayoritas umat Islam di dunia sampai sekarang, yang secara konsisten
mengikuti ajaran dan amalan (sunnah) nabi dan para sahabat-sahabatnya, serta memperjuangkan
berlakunya di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam.
Inilah kemudian kita sampai pada pengertian Aswaja. Pertama kalau kita melihat ijtihat
para ulama-ulama merasionalkan dan mencerdaskan masalah jika didalam Al- Qur’an dan hadits
tidak menerangkannya. Definisi kedua adalah (melihat cara berfikir dari berbagai kelompok
aliran bertentangan) : orang- orang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup
aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar mederasi menjaga keseimbanga dan toleransi.
Latar belakang sosial dan dan latar belakang politik ini bermunculan adanya paham Aswaja. Jadi
tidak muncul secara tiba- tiba tetapi karena ada sebab, ada ekstrim mu’tazilah yang serba akal,
ada ekstrim jabariyah yang sebar taqdir, aswaja ini di tengah –tengah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keagamaan (ajaran) maupun sebagai aliran pemikiran (manhajul fiqr)
kemunculan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dinamika sosial pada waktu itu, lebih khusus
sejak peristiwa Tahqim yang melibat sahabat ali dan sahabat muawiyyah sekitar akhir tahun 40
H(
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.4 MANFAAT PENULISAN

Você também pode gostar