Você está na página 1de 97

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

SKRIPSI

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT


PENGETAHUAN PENUNJANG TEKNIK PEMESINAN MELALUI
PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DI SMK St. MIKAEL
SURAKARTA

Oleh :
ALEXANDER ARIEF R.N.W
X 2506002

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat dalam Menempuh Gelar Sarjana
Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT


PENGETAHUAN PENUNJANG TEKNIK PEMESINAN MELALUI
PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DI SMK St. MIKAEL
SURAKARTA

Oleh :
ALEXANDER ARIEF R.N.W
X 2506002

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat dalam Menempuh Gelar Sarjana
Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Muhammad Akhyar, M.Pd Yuyun Estriyanto, S.T, M.T


NIP 1961 0729 1991 03 10 01 NIP.1978 0113 2002 12 10 09

commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu


Tanggal : 20 April 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Bambang Prawiro, M.M ( )

Sekretaris : Drs. Suwachid, M.Pd, M.T ( )

Anggota I : Prof. Dr. M. Akhyar, M.Pd ( )

Anggota II : Yuyun Estriyanto, S.T, M.T ( )

Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan

Prof. Dr. H.M Furqon Hidayatulloh, M.Pd


NIP 1960727 198702 1 001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Alexander Arief R.N.W. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL


BELAJAR MATA DIKLAT PENGETAHUAN PENUNJANG TEKNIK
PEMESINAN MELALUI PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING
DI SMK St. MIKAEL SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, April 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Memperoleh gambaran keberhasilan


penerapan model blended learning dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran pada mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik
Pemesinan (PPTP); (2) Memperoleh gambaran keberhasilan penerapan model
blended learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat
Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP).
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Ketiga siklus tersebut adalah: (1)
Pembelajaran konvensional, (2) Pembelajaran online, dan (3) Pembelajaran
campuran (blended learning), yang merupakan gabungan antara pembelajaran
konvensional dan pembelajaran online. Setiap siklus terdiri atas 4 kegiatan yaitu:
(a) Perencanaan tindakan, (b) Pelaksanaan tindakan, (c) Observasi, dan (d)
Refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai guru pengampu
mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan, sedangkan siswa kelas XI
D SMK St. Mikael Surakarta sejumlah 41 siswa menjadi obyek penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan catatan
lapangan. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang terdiri
atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa (1) Penerapan
model blended learning pada mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik
Pemesinan (PPTP) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dari rata-rata
presentase keenam aspek tiap siklusnya yaitu 62.33% pada siklus I, 75.33% pada
siklus II, dan 86.16% pada siklus III. Aspek keaktifan tersebut adalah: (a)
Berinisiatif mencari cara untuk menyelesaikan masalah secara individu, (b)
Berinisiatif menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, (c) Berinisiatif
bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti, (d) Berinisiatif mengambil
keterangan dari materi yang disampaikan guru, (e) Berinisiatif mendiskusikan hal
yang terkait dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari dengan rekannya, dan
(f) Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. (2) Penerapan model blended
learning pada mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di
atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah dari 71% pada siklus I menjadi
84% pada siklus II, dan pada siklus III meningkat menjadi 88%.

commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Alexander Arief R.N.W. The Improvement of the Activity and the Learning
Outcomes in Supporting Knowledge of Machining Techniques Subject through the
Application of Blended Learning Model at SMK St. Mikael Surakarta. Thesis,
Surakarta : Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University,
2011.

This research aims at: (1) Geting the description of success of blended
learning application in improving the activity of the students in following the
learning of Supporting Knowledge of Machining Techniques subject. (2) Geting
the description of success of blended learning application in improving the
learning outcomes of the students in Supporting Knowledge of Machining
Techniques subject.
This type of research is classroom action research performed in 3 cycles,
they are: (1) Conventional learning, (2) Online learning, and (3) Blended learning.
In each cycle consists of four activities: (a) Action Plan, (b) Implementation
action, (c) Observation, and (d) Reflection. The subject in this research is the
researcher as a subject teacher of Supporting Knowledge of Machining
Techniques, while 41 students in class XI D at SMK St. Mikael Surakarta become
the object of research. Data collection methods used are observation, tests, and
field notes. Data analysis method is conducted in descriptive qualitative that
consist of data collection, reduction, data presentation and conclusion.
The results of the research show that: (1) The application of blended
learning model in the subject of Supporting Knowledge of Machining Techniques
subject could improve the activity of students. The average percentage of the six
aspects of each cycle was 62.33% in cycle I, 75.33% in cycle II, and 86.16% in
cycle III. The activity aspects were: (a) Taking the initiative to find ways to solve
problems individually, (b) Taking the initiative to answer questions submitted by
the teacher, (c) Taking the initiative to ask about the things have not understood,
(d) Taking initiative to take information from material presented by the teacher,
(e) Taking initiative to discuss the matters related to subjects being students with
his partners, and (f) Being responsible for the results of his work. (2) The
application of blended learning model in the subject of Supporting Knowledge of
Machining Techniques subject could improve the learning outcomes of the
students. The amount of students score above the minimum completeness criteria
is 70 in one-time test, from 71% in cycle I, 84% in cycle II, and 88% in cycle III.

commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Sekalipun aku berjalan dalam


lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.
(Mazmur 23: 1,4)

(KOMANDO)

Cepat, senyap, tepat, pantang mundur


( )

commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, karya ini


kupersembahkan:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala


karunia-Nya.
2. Bapak dan Ibu yang tidak sempat
mendampingiku di saat-saat karya ini
dikerjakan.
3. Oom Ndung, Tante An, Oom Pomo, dan
Tante Nanik sebagai pengganti bapak dan
ibu
4. Albert Indra, OCD dan Dik Lia, orang-
orang spesial dalam hidupku
5. Keluarga besar SMK St. Mikael Surakarta;
Pak Murdi, Fr. Mahatma, Sasmito, Bu
Rina, Pak Aris, Bu Yani, Bu Yanti, Pak
Happy, Pak Eko, Kinta, Felix
6. Sahabat- 6 UNS Pabelan
yang senantiasa berbagi keceriaan
bersama.
7. Anggota Komunitas Airsoft Gun Batalyon

8. Almamaterku tercinta.

commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
Pendidikan Teknik dan Kejuruan Program Pendidikan Teknik Mesin, skripsi ini
mengungkap tentang peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata
diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) melalui penerapan
model blended learning di SMK St. Mikael Surakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, terutama kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, serta
Ketua Program Pendidikan Teknik Mesin beserta staf atas segala kebijakan,
perhatian, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada
program studi Pendidikan Teknik Mesin.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Akhyar, M.Pd dan Bapak Yuyun Estriyanto,
S.T, M.T selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi, mengarahkan,
dan memberikan dorongan sehingga skripsi ini terselesaikan.
3. Bapak Drs. Suhardi, M.T selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan pengarahan selama menempuh studi di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Romo T. Agus Sriyono, SJ selaku Kepala SMK St. Mikael Surakarta atas ijin
dan kerjasamanya selama proses penelitian.
5. Albertus Murdianto, R. Eko Pristirianto, L. Sri Tjahjana, M.Rina Astuti,
Antonius Sasmita, Agustinus Aris, Felix Pracaya, dan Yohanes Chrismadika
atas dukungannya selama proses penelitian.
Secara khusus penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh
anggota keluarga dan sahabat yang telah memberikan dukungan dari awal studi
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hingga selesainya penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan berkenan memberikan


berkat yang melimpah kepada semua pihak yang memberikan perhatian,
dukungan, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Dengan
kerendahan hati penulis memohon saran untuk perbaikan skripsi ini, sehingga
karya ilmiah ini sungguh bermanfaat bagi banyak pihak dan dunia pendidikan di
Indonesia.

Surakarta, April 2011

Penulis

commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 5
B. Kerangka Berpikir 34
C. Hipotesis Tindakan 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 37
B. Pendekatan Penelitian 38
C. Teknik Pengumpulan Data 39
D. Teknik Analisis Data 39
E. Prosedur Penelitian 39

commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian 54
B. Pembahasan 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 81
B. Implikasi Hasil Penelitian 81
C. Saran 82
DAFTAR PUSTAKA 84
LAMPIRAN

commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Ujian Nasional Teori Kejuruan dan Nilai Pengetahuan


Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) Tahun 2010 di SMK
St. Mikael Surakarta ...2
Tabel 2. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Siklus I 56
Tabel 3. Hasil Pengukuran Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ..56
Tabel 4. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Siklus II .61
Tabel 5. Hasil Pengukuran Hasil Belajar Siswa pada Siklus II 62
Tabel 6. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Siklus III
Tabel 7. Hasil Pengukuran Hasil Belajar Siswa pada Siklus III
Tabel 8. Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Mencari Cara
untuk Menyelesaikan Masalah Secara Individu 71
Tabel 9. Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Menjawab Pertanyaan
yang Disampaikan oleh Guru 72
Tabel 10.Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Bertanya tentang Hal-Hal
yang Belum Dimengerti 72
Tabel 11.Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Mengambil Keterangan
dari Materi yang Disampaikan Guru 72
Tabel 12.Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Mendiskusikan Hal-Hal yang
Terkait dengan Mata Pelajaran yang Dipelajari dengan Rekannya 73
Tabel 13.Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Bertanggung Jawab
Terhadap Hasil Pekerjaannya 73
Tabel 14.Presentase Data Pengamatan Keaktifan Tiap Siklus. ..74
Tabel 15. Presentase Pengamatan Keaktifan dan Pengukuran Hasil Belajar
Siswa 74

commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi Hierarkis Model Pembelajaran


Gambar 2. Skema Pengembangan Pembelajaran Menurut Indonesian
German Institute ...17
Gambar 3. Contoh Tampilan e-Learning dengan Moodle 19
Gambar 4. Aktivitas yang Tersedia pada Moodle .20
Gambar 5. Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas..
Gambar 6.
Gambar 7. Learning Management System di SMK St. Mikael Surakarta
Gambar 8. Petunjuk Cara Pendaftaran untuk Mendapatkan Sebuah Account
bagi Siswa 44
Gambar 9. Formulir Pendaftaran yang harus Diisi oleh Siswa
Gambar 10. Contoh Sumber-Sumber Belajar dan Referensi
Gambar 11. Contoh Tugas yang Diberikan Guru bagi Siswa
Gambar 12. Contoh Batas Waktu untuk Mengumpulkan Tugas 47
Gambar 13. Contoh Pemanfaatan Forum Diskusi
Gambar 14. Contoh Evaluasi dengan Quiz secara Online
Gambar 15. Contoh Daftar Rakaman (Logs) Siswa
Gambar 16. Contoh Hasil Nilai Ulangan Siswa yang Dapat Digunakan
Sebagai Bahan Evaluasi 52
Gambar 17. Contoh hasil Penilaian Pada Evaluasi Online
Gambar 18. Kurva Data Pengamatan Keaktifan dan Pengukuran Hasil
Belajar Siswa 75

commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .. 86


Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II . 88
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III 95
Lampiran4. Daftar Siswa Kelas XI D SMK St. Mikael
Surakarta 98
Lampiran 5. Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa . 99
Lampiran 6. Data Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I 105
Lampiran 7. Data Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II . 111
Lampiran 8. Data Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II . 117
... 123
Lampiran 10. Materi Pembelajaran Siklus II ... 126
Lampiran 11. Materi Pembelajaran Siklus III .. 133
Lampiran 12. Daftar Nilai Tes pada Pembelajaran Siklus I 143
Lampiran 13. Daftar Nilai Tes pada Pembelajaran Siklus II 144
Lampiran 14. Daftar Nilai Tes pada Pembelajaran Siklus III .. 155
Lampiran 15. Surat Perijinan Penelitian 146
. 149
150

commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi sekarang ini berkembang dengan pesat. Dalam kehidupan


manusia di era global sekarang ini akan selalu berhubungan dengan teknologi.
Teknologi pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai tambah dalam
menghasilkan produk yang bermanfaat. Alvin Toffler menggambarkan
perkembangan itu sebagai revolusi yang berlangsung dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama yaitu munculnya teknologi pertanian. Gelombang kedua
yaitu munculnya teknologi industri. Dan gelombang ketiga yaitu munculnya
teknologi informasi dan komunikasi (Munir, 2009:29). Teknologi informasi dan
komunikasi juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pengaruhnya pun
meluas ke berbagai kehidupan, termasuk di bidang pendidikan. Teknologi
informasi dan komunikasi memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara menyediakan informasi selengkap
mungkin yang sulit di atasi dengan cara-cara konvensional. Penggunaan teknologi
berbasis internet atau web di dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan nama
e-Learning (electronic learning).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang
pendidikan formal yang diharapkan mampu menyiapkan calon tenaga kerja
tingkat menengah dan berkualitas. Menurut Direktorat pembinaan SMK (2008),
jumlah SMK di pulau Jawa dengan bidang keahlian teknik mesin menempati
posisi kedua setelah bisnis dan manajemen. Hal ini sangat mendukung
perkembangan industri manufaktur. SMK St. Mikael merupakan salah satu SMK
di wilayah Surakarta dengan program keahlian Teknik Pemesinan. Mata diklat di
SMK St. Mikael terbagi dalam 3 kelompok besar, yaitu : Normatif, Adaptif, dan
Produktif. Mata diklat produktif merupakan ciri khas SMK yang membedakannya
dengan sekolah umum (SMA). Di SMK St. Mikael sendiri, terjadi fenomena
seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Hasil Ujian Nasional Teori Kejuruan dan Nilai Pengetahuan penunjang
Teknik Pemesinan (PPTP) tahun 2010 di SMK St. Mikael Surakarta
Nilai UN Teori Kejuruan 2010 Nilai PPTP Semester Gasal 2010
Rata-Rata 7.02 Rata-Rata 76.7
Terendah 8.75 Terendah 53.4
Tertinggi 9.83 Tertinggi 93.8

Rentang Nilai Jumlah % Rentang Nilai Jumlah %


10 - - 10 0 0
9.00 - 9.99 - - 90.00 - 99.99 13 13
8.00 - 8.99 9 7.89 80.00 - 89.99 50 50
7.00 - 7.99 59 51.75 70.00 - 79.99 65 65
6.00 - 6.99 38 33.33 60.00 - 69.99 28 28
5.50 - 5.99 6 5.26 50.00 - 59.99 5 5
4.25 - 5.49 2 1.75 40.00 - 49.99 0 0
3.00 - 4.24 - - 30.00 - 39.99 0 0
2.00 - 2.99 - - 20.00 - 29.99 0 0
1.00 - 1.99 - - 10.00 - 19.99 0 0
0.01 - 0.99 - - 0 / Tidak Lengkap 0 0
0 / Tidak Lengkap - -

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan beberapa hal penting. Untuk


mata diklat Teori Kejuruan, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 7.00
(tujuh koma nol-nol). Pada tahun 2010, tingkat ketuntasan siswa mencapai 59%.
Pada semester gasal 2010/2011, nilai Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan
(PPTP) untuk kelas XI menunjukkan fakta bahwa pada semester ini tingkat
ketuntasan hanya 67%. Hal ini masih menjadi keprihatinan tersendiri, karena
dalam sasaran mutu (sarmut) SMK St. Mikael, tingkat ketuntasan siswa
ditargetkan minimal mencapai 70%.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 22/2006
tentang Standar Isi Pendidikan dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar
Kompetensi Kelulusan, mengantar kemunculan KTSP atau Kurikulum 2006.
KTSP diberlakukan menggantikan kurikulum lama, yaitu kurikulum 1999. Dalam
KTSP, setiap satuan pendidikan dasar dan menengah diberikan peluang dan
kesempatan untuk mengembangkan serta menetapkan kurikulum. Kecenderungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KTSP mengarah pada kurikulum pendidikan yang menekankan prinsip less is


more. Pokok dari KTSP adalah pengurangan jumlah waktu belajar di sekolah
supaya siswa dapat meneliti secara mendalam. Hal ini dilakukan supaya siswa
mempunyai banyak waktu luang untuk mendalami materi yang diajarkan. Siswa
tidak diburu waktu, tetapi mempunyai kesempatan berpikir kritis dan berefleksi
(St. Kartono, 2009:109). Pelaksanaan KTSP di SMK ternyata memberikan hasil
yang berbeda dengan yang diharapkan. Di SMK St Mikael Surakarta, dengan
diberlakukannya KTSP ini mengakibatkan menurunnya hasil belajar pada mata
diklat produktif sehingga menyebabkan menurunnya kualitas siswa tamatan SMK.
Paradigma-paradigma pendidikan masa kini menekankan pada pendekatan
pembelajaran berpusat pada siswa (student based learning). Pendidikan jaman
sekarang ditandai dengan munculnya hubungan interaktif antara guru dan siswa,
suasana demokratis, pemanfaatan dunia maya, dan hiburan (entertainment) dalam
pendidikan. Pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology) dan
e-Learning menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih mudah, lebih
menarik, lebih bermanfaat, dan menambah produktivitas guru dan siswa. Hal ini
terjadi karena guru dan siswa menjadi terpacu untuk selalu menemukan dan
mengeksplorasi hal-hal yang baru. Melalui penggabungan pembelajaran
konvensional dengan e-Learning, yang lebih dikenal dengan nama blended
learning, pengetahuan siswa SMK akan teori akan semakin kuat, karena teori
disampaikan secara menarik dan interaktif. Ditunjang dengan penerapan e-
Learning, paradigma lama bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar
dapat diubah. Melalui penerapan e-Learning, sumber belajar siswa tidak hanya
berasal dari guru yang bersangkutan saja, tetapi bisa berkembang ke sumber-
sumber yang lain, terutama yang tersedia di dalam internet.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, penelitian tentang peningkatan keaktifan
dan hasil belajar siswa pada mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik
Pemesinan di SMK St. Mikael Surakarta penting dilakukan. Penelitian ini akan
meneliti tingkat keaktifan belajar siswa dalam mengikuti penerapan model
blended learning. Diharapkan dengan penerapan belnded learning, keaktifan dan
hasil belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada, peneliti tertarik untuk


mengambil judul Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Diklat
Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan Melalui Penerapan Model
blended learning

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan


perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model blended learning dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Pengetahuan Penunjang
Teknik Pemesinan di Kelas XI D SMK St. Mikael Surakarta?
2. Apakah penerapan model blended learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa tentang mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP)
di Kelas XI D SMK St. Mikael Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :


1. Memperoleh gambaran keberhasilan penerapan model blended learning untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran
Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) di Kelas XI D SMK St.
Mikael Surakarta.
2. Memperoleh gambaran keberhasilan penerapan model blended learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata diklat Pengetahuan Penunjang
Teknik Pemesinan (PPTP) di Kelas XI D SMK St. Mikael Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:


1. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan hasil belajar
siswa di SMK Mikael Surakarta, secara khusus pada mata diklat Pengetahuan
Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP).
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru.
b. Memotivasi guru untuk memanfaatkan ICT dalam kegiatan pembelajaran.
c. Membiasakan guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered learning).
3. Bagi Siswa
a. Melatih siswa untuk lebih mengenal dan memahami pembelajaran dengan
penerapan model blended learning.
b. Memotivasi dan mengubah sikap (perilaku) siswa dalam pembelajaran
dengan penerapan model blended learning.
c. Mendorong siswa untuk siap belajar dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi, khususnya teknologi informasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran
a. Hakikat Pembelajaran
Dimyati dan Mudjono (Afiq Yuli Sugianto, 2010:8) mendefinisikan
pembelajaran sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa memproses
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Di dalam ensiklopedi bebas Wikipedia
(2010) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku
yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti
pembelajaran adalah sebuah proses yang mengubah perilaku siswa dalam hal
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

Menurut Sulistyowati (2007:2) hakikat pembelajaran adalah proses


interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Sedangkan menurut Sam Sitepu (2010:2)
hakikat pembelajaran adalah terjadinya suatu perubahan perilaku pada setiap
siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Eddy Eko Santoso (2009:1)
menjelaskan bahwa hakikat pembelajaran adalah mengasah dan atau melatih
moral kepribadian manusia, meskipun juga ada aspek fisiknya. Belajar dan
mengajar lebih banyak menyangkut urusan psikis. Mengatur psikis tidak sama
dengan mengatur aspek fisik. Ini berarti hakikat pembelajaran adalah interaksi
yang menyebabkan perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa


hakikat pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek fisik semata, tetapi juga pada
moral dan kepribadian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2002), hasil belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang setelah orang tersebut
belajar, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan. Ini berarti hasil belajar adalah saat terselesaikannya bahan
pelajaran yang ditandai dengan perubahan tingkah laku yang dapat diamati
dan diukur. Perubahan tingkah laku tersebut mencakup aspek pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap.
Menurut Sudjana (1989), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi hasil
belajar siswa dapat diketahui setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Ini
berarti hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran dalam hal ini berupa nilai ulangan ataupun ulangan
harian.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan diukur dalam
aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan tingkah laku tersebut
ditandai dengan perubahan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut diterima siswa
setelah ia melakukan kegiatan belajar dan menyelesaikan bahan pembelajaran.
Hasil belajar merupakan bentuk penguasaan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dan terwujud dalam hasil nilai unjuk kerja siswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Model Pembelajaran e-Learning


a. Model Pembelajaran
Menurut Bruce Joyce (1985), model pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang dirancang atau dikembangkan dengan
menggunakan pola pembelajaran tertentu. Pola pembelajaran yang dimaksud
dapat menggambarkan kegiatan guru dan siswa dalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya proses belajar.
Pola pembelajaran menjelaskan karakteristik serentetan kegiatan yang
dilakukan oleh guru-siswa. Pola pembelajaran dikenal dengan istilah sintak
(Direktorat Pembinaan SMK, 2008: 21). Ini berarti model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

Gambar 1. Posisi Hierarkis Model Pembelajaran

(Direktorat Pembinaan SMK, 2008)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berkenaan dengan model pembelajaran tersebut, Bruce Joyce dan


Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Sinaga, 1990)
mengetengahkan 4 model kelompok pembelajaran yaitu : (1) model interaksi
sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)
model modifikasi tingkah laku. Model interaksi sosial berupaya untuk
memfasilitasi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman
belajar yang kongkret. Model pengolahan informasi dilakukan siswa dengan
tujuan untuk memperoleh informasi dari sumber satu dan dengan sumber yang
lain. Model personal-humanistik dilaksanakan dengan penyesuaian terhadap
kondisi pelaksanaan belajar siswa yang ada. Dan model modifikasi tingkah
laku dilaksanakan untuk menentukan tujuan dan menganalisis karakter siswa
dari tingkah laku yang buruk hingga ke tingkah laku yang baik. Penelitian ini
memfokuskan pada pengertian model pengolahan informasi karena dalam
pembelajaran dengan penerapan e-Learning sumber belajar tidak hanya dari
satu sumber saja. Sumber belajar tersebut bisa diperoleh dari buku dan internet.

Pada lampiran Permendiknas No 41 tahun 2007, tentang Standar Proses


II poin C yang menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran. Standar proses
tersebut menyatakan tentang beberapa model pembelajaran inovatif sesuai
dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi di kelas serta mendukung iklim
belajar PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
Iklim belajar PAKEM diharapkan dapat menumbuhkembangkan secara optimal
multi kecerdasan yang dimiliki setiap siswa.

Model-model pembelajaran yang dapat digunakan terkait dengan iklim


belajar PAKEM antara lain :

1) Project Work
Project Work adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada
prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan
suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi/pekerjaan yang
sesungguhnya. Model pembelajaran project work sering digunakan untuk program
pembelajaran produktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

2) Quantum Teaching ang Learning (QTL)


Quantum Teaching and Learning (QTL) merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik.

3) Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses belajar yang
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan siswa
sehari-hari. Ini berarti, mereka memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya. CTL mempunyai karakteristik kerjasama, saling
menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah,
pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, dan peserta didik aktif.

4) Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan
penyelesaian masalah. Dalam PBL, pembelajaran diawali dengan masalah yang
perlu diselesaikan. Dengan masalah tersebut siswa dirangsang untuk mencari
solusinya.

5) Inquiry Training

Inquiry Training adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa


mengembangkan keterampilan intelektual yang terkait dengan penalaran
sehingga mampu merumuskan masalah, membangun konsep dan hipotesis
serta menguji untuk mencari jawaban.

6) Bermain Peran (Role Playing)

Bermain Peran (Role Playing) adalah model pembelajaran yang digunakan


untuk mengembangkan hasil belajar analogi tentang situasi permasalahan
kehidupan yang sebenarnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Penelitian ini memfokuskan pada model Contextual anda Teaching Learning


(CTL) karena materi pembelajaran yang disampaikan dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari, yaitu dalam industri manufaktur. Selain itu
pembelajaran melalui blended learning juga mempunyai karakteristik yang
sama dengan CTL, salah satunya adalah pembelajaran berpusat pada siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran adalah suatu


kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan pola tertentu untuk
menggambarkan kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran terbagi ata 4 jenis yaitu (1) model interaksi sosial, (2) model
pengolahan informasi, (3) model personal-humanistik, dan (4) model
modifikasi tingkah laku. Sejak tahun 2007, model pembelajaran di kelas
diharapkan mendukung iklim PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan). Model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mendukung iklim PAKEM antara lain (1) Project Work; (2) Quantum Teaching
and Learning (QTL); (3) Contextual Taching and Learning (CTL); (4) Problem
Based Learning (PBL); (5) Inquiry Training; (6) Bermain Peran (Role
Playing).

b. Hakikat e-Learning

1) Definisi e-Learning

Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas,


sehingga banyak pakar yang menguraikan definisi e-Learning dari
beberapa sudut pandang. Darin E. Hartley (Romi Satrio Wahono, 2005:1)
menyatakan bahwa e-Learning merupakan suatu jenis pembelajaran yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms (2001)
menyatakan bahwa e-Learning adalah sistem pendidikan yang
menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung pembelajaran dengan
media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone. Robbin

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Masson dan Frank Rennie (2009:xiii) menyatakan bahwa e-Learning


adalah proses pembelajaran efektif yang diciptakan dengan
menggabungkan konten yang dikembangkan secara digital dengan jasa
dan sarana pendukung pembelajaran.
Dari sudut pandang yan -
185) menyampaikan pendapat beberapa ahli tentang e-Learning. Bank of
America Securities menyatakan bahwa e-Learning adalah konvergensi
antara belajar dan internet. Ellit Massie mengemukakan bahwa
penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih
mengorganisir pembelajaran. Cisco System mendefinisikan e-Learning
adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet. Cornelia Weagen
berpendapat bahwa e-Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media
elektronik termasuk internet, intranet, extranet, satelit broadcast,
audio/video tape, televisi interaktif, dan CD-ROM. Sedangkan Robert
Patterson dan Pipper Jaffray mendefinisikan e-Learning sebagai
keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim,
dan memfasilitasi pembelajaran.
Menurut Clark dan Meyer (Anitah, 2008:127) e-Learning adalah
pembelajaran yang disampaikan dalam komputer dengan CD-ROM,
internet, atau intranet dengan bentuk: (a) memasukkan materi yang relevan
dengan tujuan, (b) menggunakan unsur-unsur media seperti kata-kata,
gambar, untuk menjelaskan materi dan metode, (c) menggunakan metode
pembelajaran seperti contoh dan praktek yang membantu belajar, dan (d)
membangun pengetahuan dan ketrampilan baru yang dikaitkan dengan
tujuan belajar atau meningkatkan kinerja.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, e-Learning dapat
diterjemahkan sebagai kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi informasi, melalui media elektronik, untuk menyampaikan
materi pembelajaran. Dari banyak media elektronik yang ada, media yang
paling banyak digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran
adalah internet. Dari sini muncul paradigma bahwa e-Learning adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan internet untuk


menyampaikan materi pembelajaran.
2) Karakteristik e-Learning
Munir (2009: 170-171) menjelaskan beberapa karakteristik e-
Learning yaitu : (a) memanfaatkan jasa teknologi elektronik sehingga dapat
memperoleh informasi dengan melakukan mudah dan cepat, (b)
memanfaatkan media komputer, (c) menggunakan materi pembelajaran
mandiri / self learning material, (d) materi pembelajaran dapat disimpan di
komputer, sehingga dapat dipetik oleh pengajar dan pembelajar, atau siapa
pub tidak terbatas waktu dan tempat, dan (e) memanfaatkan komputer
untuk proses pembelajaran, mengetahui hasil kemajuan belajar,
administrasi, serta memperoleh informasi dari berbagai sumber.
Indonesian German Institute (2009) menyebutkan beberapa
karakteristik dalam e-Learning antara lain: (a) distance, (b) synchronous
and asynchronous, (c) distribution and interaction, (d) push and pull
methods, (e) principal medium and pacing.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, karakteristik e-Learning
adalah menggunakan media elektronik dan komputer untuk mendapatkan
informasi, pembelajaran dilakukan secara mandiri, materi pembelajaran
dapat disimpan di komputer, dan seluruh proses pembelajaran dilaksanakan
dengan media elektronik. Dalam e-Learning tercipta sebuah jarak
(distance) dalam kegiatan pembelajaran. Distribusi materi dan interaksi
antara guru dan siswa diatur dengan metode tertentu sehingga tercipta
kondisi tarik ulur (pull and push) dalam kegiatan pembelajaran.

3) Kelebihan dan Kelemahan e-Learning


Menurut Bates dan Wulf (Munir, 2009: 174) e-Learning mempunyai
beberapa kelebihan antara lain: (a) meningkatkan interaksi pembelajaran /
enhance interactivity, (b) mempermudah interaksi pembelajaran / time and
place flexibility, (c) memiliki jangkauan yang lebih luas / potential to reach
a global audience, dan (d) mempermudah penyempurnaan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

penyimpanan materi pembelajaran / easy updating of content as well as


archivable capabilities.
Sedangkan kekurangan e-Learning menurut Munir (2009: 176)
antara lain: (a) interaksi antara guru dan siswa kurang karena terpisah jarak
secara fisik, (b) aspek pendidikan cenderung diabaikan karena lebih
terfokus pada aspek bisnis/komersial, (c) proses pembelajaran cenderung
kearah pelatihan daripada pendidikan, (d) jika guru kurang menguasai
strategi, metode, atau teknik yang berbasis teknologi informasi, proses
transfer ilmu pengetahuan dan informasi akan terhambat dan menggagalkan
proses pembelajaran, (e) pemanfaatan internet yang menuntut siswa belajar
mandiri akan mempertinggi peluang kegagalan dalam proses pembelajaran
bagi siswa dengan motivasi belajar rendah, (f) keterbatasan fasilitas internet
membuat siswa perlu mengeluarkan biaya lebih untuk dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran, (g) e-Learning menuntut hasil belajar dalam
mengoperasikan komputer untuk dapat mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa e-
Learning mempunyai kelebihan dan kekurangan. e-Learning mempunyai
kelebihan dapat mempermudah interaksi, memiliki jangkauan yang luas,
serta mempermudah penyimpanan dan penyempurnaan maateri
pembelajaran. Sedangkan kekurangan e-Learning adalah berkurangnya
interaksi antara guru dan siswa karena terpisah oleh jarak, aspek
bisnis/komersial lebih dominan dibandingkan aspek pendidikan, proses
pembelajaran cenderung ke arah pelatihan dibandingkan pendidikan,
memerlukan beberapa prasyarat (prerequirements) bagi guru untuk dapat
menyampaikan materi pembelajaran melalui e-Learning, dan keterbatasan
fasilitas internet yang ada membuat siswa perlu mengeluarkan biaya lebih
untuk dapat mengikuti kegiatan pembelajaran.
4) Pertimbangan Penerapan e-Learning dalam Proses Pembelajaran
Untuk mengembangkan proses pembelajaran dengan penerapan e-
Learning, memerlukan beberapa pertimbangan. Menurut Hartanto, Purbo
dan Soekawati (Munir, 2009: 173), ada beberapa faktor yang perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

dipertimbangkan yaitu: (a) analisis kebutuhan, (b) rancangan pembelajaran,


(c) tahap pengembangan, (d) tahap pelaksanaan, dan (e) evaluasi.
Dalam faktor (a), pertimbangan penerapan e-Learning sangat
tergantung pada pengguna dalam memandang atau menilai e-Learning
tersebut. Untuk menentukan apakah seseorang atau lembaga pendidikan
membutuhkan atau tidak e-Learning itu, diperlukan analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
muncul, yaitu apakah fasilitas pendukungnya sudah memadai, dan apakah
ada dukungan dari pembuat kebijakan. Jika berdasarkan analisis kebutuhan
ini diputuskan bahwa e-Learning diperlukan, perlu dibuat studi kelayakan
(feasibility study). Untuk faktor (b) perlu mempertimbangkan beberapa hal
dalam penerapan e-Learning antara lain Course content and learning unit
analysis (analisis isi pembelajaran), Learner analysis (analisis pembelajar),
Instructional analysis (analisis pembelajaran), State instructional objectives
(tujuan pembelajaran), Construct criterion test items (penyusunan tes), dan
Select instructional strategy (strategi pemilihan pembelajaran). Faktor (c)
dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas teknologi informasi dan
komunikasi yang tersedia. Selain itu, pengembangan prototype materi
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang akan digunakan pun perlu
dipertimbangkan dan dievaluasi secara terus-menerus. Pada faktor (d)
Prototype yang sudah lengkap dapat dipindahkan ke jaringan komputer
(Local Area Network / LAN). Untuk itu pengujian terhadap prototype
hendaknya terus menerus dilakukan. Dengan pengujian ini akan diketahui
berbagai hambatan yang dihadapi, seperti berkaitan dengan management
course tool, apakah materi pembelajarannya memenuhi standar materi
pembelajaran mandiri (self learning materials). Sedangkan pada faktor (e)
Sebelum dilakukan evaluasi, program terlebih dahulu diuji coba dengan
mengambil beberapa sampel orang. Dari uji coba ini lalu dilakukan
evaluasi. Prototype perlu dievaluasi dalam jangka waktu relatif lama dan
secara terus-menerus. Masukan dari pembelajar atau pihak lain sangat
diperlukan untuk perbaikan program tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Dari penjelasan di atas dapat diperoleh informasi bahwa dalam


memanfaatkan e-Learning diperlukan analisis kebutuhan, rancangan
pembelajaran, penngembangan, pelaksanaan dan evaluasi yang kemudian
akan dirumuskan menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan e-Learning.

5) Pengembangan Pembelajaran dengan e-Learning


Rochaety, Rahayuningsih, dan Yanti (2006:78) menjelaskan bahwa
pembelajaran yang dikembangkan dengan e-Learning menekankan pada
resource based learning, yang juga dikenal dengan learner centered
learning. Dengan ini, siswa mampu mengambil bahan ajar dari tempatnya
masing-masing. Keuntungan pembelajaran seperti ini adalah tingkat
kemandirian siswa menjadi lebih baik dan hasil belajar teknik komunikasi
mereka menunjukkan kemajuan.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran yang dikembangan dengan e-
Learning tetap menemui beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Menurut
Indonesia German Institute (2009), e-Learning bisa dilaksanakan dengan
beberapa cara antara lain, offline dan online learning.
Offline learning dilaksanakan pada saat proses pembelajaran dengan
menggunakan media elektronik (komputer), namun tidak menggunakan
perlengkapan komunikasi (communication devices) dalam pelaksanaannya.
Proses ini sering juga disebut sebagai Computer Based Training (CBT).
Offline learning identik dengan proses pembelajaran yang tidak
memanfaatkan internet dalam pelaksanaannya.
Sementara itu, online learning dilaksanakan saat proses
pembelajaran menggunakan media elektronik (komputer), namun juga
menggunakan perlengkapan komunikasi (communication devices). Proses
komunikasi dalam pembelajaran terbagi menjadi dua, yaitu dilaksanakan
secara serempak (synchronous) dan tak serempak (asynchronous). Proses
synchronous dilaksanakan saat guru dan siswa berada pada waktu yang
sama, tetapi mungkin pada tempat yang berbeda. Proses asynchronous
dilaksanakan pada saat guru dan siswa berada pada waktu dan tempat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

berbeda. Online learning identik dengan proses pembelajaran yang


memanfaatkan internet dalam pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaannya, pelaksanaan e-Learning hanya dengan
online learning atau offline learning saja akan menimbulkan beberapa
kendala. berkembanglah sebuah jenis baru yang merupakan kombinasi
dari offline learning dan online learning. Proses ini disebut dengan blended
learning.
Blended learning muncul sebagai solusi untuk mengurangi masalah
pada pelaksanaan pembelajaran secara online. Dalam pelaksanaan
pembelajaran secara online akan membutuhkan beberapa persiapan
(preconditions) yang cukup dan membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan
biaya. Pada pelaksanaannya, beberapa mata pelajaran tetap membutuhkan
proses tatap muka (face to face/ offline) untuk memperkuat pemahaman
siswa tentang mata pelajaran tesebut. Terlebih pada beberapa mata
pelajaran yang membutuhkan keterampilan (skill).

Computer- Video Web-Based Blended


Based Training conferencing Training learning
Virtual Classroom

Gambar 2. Skema Pengembangan Pembelajaran dengan e-Learning


Menurut Indonesian German Institute (2009)

Berdasarkan beberapa paparan di atas, e-Learning menekankan pada


resource based learning, yang juga dikenal dengan learner centered

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

learning. Secara umum, e-Learning terbagi dalam 2 jenis, yaitu offline


learning dan online learning. Pada offline learning kegiatan pembelajaran
yang dilakukan tidak memanfaatkan koneksi internet. Sedangkan pada
online learning, kegiatan pembelajaran yang dilakukan memanfaatkan
koneksi internet. Online learning sendiri masih terbagi atas 2 jenis, yaitu
pembelajaran serempak (synchronous) dan pembelajaran tidak serempak
(asynchronous). Pelaksanaan e-Learning sendiri ternyata masih
menimbulkan banyak kekurangan. Untuk meminimalisasi kekurangan
tersebut, blended learning diperkenalkan sebagai jalan tengah (middle way)
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan e-Learning. Blended
learning merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka (face to
face) dengan pembelajaran online.

6) Pengembangan e-Learning dengan Moodle


Salah satu perangkat (platform) yang paling banyak digunakan
dalam e-Learning adalah moodle. Moodle adalah sebuah nama program
aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk
web. Aplikasi ini memungkinkan siswa masuk ke dalam sebuah ruang kelas
digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan
menggunakan moodle, guru dapat membuat materi pembelajaran, kuis
(ulangan), jurnal elektronik, dan lain-lain.
Moodle merupakan kependekan dari Modular Object Oriented
Dynamic Learning Envvironment. Aplikasi moodle pertama kali
dikembangkan oleh Martin Dougiamas pada tahun 2002 dengan moodle
versi 1.0. Moodle merupakan sebuah aplikasi Learning Management
System (LMS) yang gratis, dapat di-download, dan dapat dimodifikasi oleh
siapa saja. Moodle dapat di-download di http://moodle.org. Saat ini moodle
sudah digunakan di lebih dari 150.000 institusi di lebih dari 160 negara di
dunia. Moodle juga sudah menyediakan berbagai macam pilihan bahasa
(language packs) dan bahasa Indonesia sudah termasuk di dalamnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Dengan moodle, guru dapat membangun sistem dengan konsep e-


Learning (pembelajaran secara elektronik), distance learning
(pembelajaran jarak jauh), maupun blended learning (pembelajaran
kombinasi antara tatap muka dan e-Learning). Dengan moodle,
pembelajaran yang dilaksanakan tidak terbatas pada ruang dan waktu,
sesuai dengan filosofi e-Learning bahwa pembelajaran dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja.

Gambar 3. Contoh Tampilan e-Learning dengan Moodle


(http://moodle.org, 2009)
Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan kedalam
aplikasi moodle. Berbagai sumber (resource) dapat disertakan sebagai
materi pembelajaran. Moodle mendukung pendistribusian paket
pembelajaran dalam bentuk SCORM (Shareable Content Object Reference
Model). SCORM adalah standard pendistribusian paket pembelajaran
elektronik yang dapat digunakan untuk menampung beberapa macam
format materi pembelajaran, baik dalam bentuk teks, animasi, audio, dan
video. Dengan memanfaatkan SCORM, materi pembelajaran dapat
digunakan dimana saja pada aplikasi e-Learning lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Moodle juga menyediakan berbagai macam aktivitas (activity) yang


dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Aktivitas yang
sering digunakan antara lain: (a) assignment, (b) chat, (c) forum, (d) quiz,
dan (e) survey. Aktivitas (a) digunakan untuk memberi penugasan kepada
siswa secara online, dengan batasan waktu (deadline) yang sudah
ditentukan oleh guru. Aktivitas (b) digunakan untuk melakukan percakapan
secara online (chatting) antara guru dan siswa maupun antarsiswa dengan
dialog dalam bentuk teks. Aktivitas (c) digunakan sebagai forum diskusi
untuk membahas dan mendiskusikan suatu materi pembelajaran antara guru
dan siswa. Aktivitas (d) digunakan untuk melakukan test, ulangan ataupun
ujian secara online. Aktivitas (e) digunakan untuk melakukan jajak
pendapat.

Gambar 4. Aktivitas yang Tersedia pada Moodle


(http://moodle.org, 2009)
Berdasarkan penjelasan di atas, moodle adalah perangkat (platform)
yang paling banyak dimanfaatkan dalam saat ini. Moodle menawarkan
beberapa kelebihan, antara lain gratis dan dapat dimodifikasi oleh siapa
saja. Dengan memanfaatkan moodle pelaksanaan e-Learning dapat diatur
oleh guru dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

7) Blended learning
Arbaugh dan Peterson (Mustafa Bakar Dzakiria, 2006:11)
mendefinisikan blended learning the integrated combination of
traditional learning with web-based online approaches, the combination of
media and tools deployed in an e-Learning environment and the
combination of a number of pedagogical approaches, irrespective of the
learning technology used in each case
pembelajaran tradisional dengan pendekatan berbasis web online.
Kombinasi media dan alat digunakan dalam sebuah lingkungan e-Learning
dan kombinasi dari sejumlah pendekatan pedagogis, terlepas dari teknologi
pembelajaran yang digunakan dalam setiap kasus.
Robin Masson dan Frank Rennie (2009:15) menjelaskan bahwa
blended learning mengacu pada kombinasi antara pembelajaran online dan
pembelajaran tatap muka (face to face). Hal yang sama diungkapkan oleh
Munir (2009:200) yang menyatakan bahwa e-Learning model blended
(blended or hybrid learning) adalah program pembelajaran yang
menggabungkan teknologi informasi dan komunikasi dengan pertemuan
langsung (face to face).
Pelaksanaan blended learning pada proses pembelajaran
membutuhkan beberapa syarat (preconditions), antara lain: (a) tersedia
komputer dengan jaringan internet (internet access), (b) peserta, baik guru
mmaupun siswa, harus familiar dengan beberapa teknik belajar yang
memanfaatkan ICT, (c) peserta harus mempunyai pengalaman dalam
pengunaan beberapa peralatan (tools) pada koneksi internet, seperti
browser, email, chatting, discussion forum.
Blended learning sebagai salah satu bentuk alternatif dalam e-
Learning mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
blended learning antara lain; (a) dua bentuk pembelajaran yang berbeda
dapat dikombinasikan, (2) fungsi kependidikan / educational function
antara individual dan kelompok dalam belajar dapat didistribusikan,
misalnya presentasi pengetahuan baru secara online, dan diskusi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

membahas pengalaman-pengalaman secara offline, (c) pembelajaran tatap


muka (face to face) dapat ditingkatkan intensitasnya. Sedangkan
kekurangan blended learning antara lain; (a) persyaratan yang dibutuhkan
untuk harus dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya penyediaan ruang kelas
dan komputer dengan koneksi internet untuk proses pembelajaran, (b) siswa
yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung akan
mengalami kegagalan dalam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, blended learning adalah gabungan
antara pembelajaran tradisional atau tatap muka dengan e-Learning.
Blended learning merupakan kombinasi dari face to face learning, offline
learning dan online learning. Blended learning muncul sebagai solusi
untuk mengurangi masalah-masalah pada pelaksanaan e-Learning. Dengan
blended learning, pembelajaran yang dilakukan diharapkan bisa terkontrol
dengan baik, walaupun membutuhkan beberapa persyaratan yang cukup
rumit. Penelitian ini memilih blended learning sebagai objek kajian.
Blended learning dipilih karena merupakan jalan tengah (middle way)
untuk meminimalkan masalah-masalah yang timbul pada pembelajaran
secara konvensional, offline, maupun online. Dengan blended learning,
dalam penelitian nanti diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan tetap
bisa terkontrol dengan baik.

3. Konsep-Konsep Keaktifan
a. Pengertian Keaktifan Siswa

Keaktifan adalah kegiatan atau segala sesuatu yang dilakukan secara


fisik maupun non fisik. Keaktifan tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik
semata, tetapi juga oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual, dan
emosional. Dalam proses pembelajaran, situasi pembelajaran yang efektif
akan tercapai bila terjadi keaktifan dari siswa.
Menurut Netty Nur Indah Ningsih (2010:10), keaktifan siswa adalah
kegiatan atau aktivitas yang dilakukaan oleh siswa dalam proses pembelajaran
yang menciptakan suasana belajar aktif. Sedangkan Ardiyan Sarutobi (2010:1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

mengemukakan bahwa keaktifan siswa merupakan salah satu prinsip utama


dalam pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar
tanpa aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Ini berarti, keaktifan siswa merupakan
kegiatan atau aktivitas yang menciptakan sebuah pengalaman di dalam proses
pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas
menstransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Pembelajaran
yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi
dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara cara belajar mandiri,
berperan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Dalam kegiatan ini
pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan sasaran yang akan
dicapai.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari hari. Disamping itu
guru dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga dapat
merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa,


harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak
hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap kepada siswa. Akan tetapi, guru juga harus mampu membawa siswa
untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar; berupa belajar penemuan, belajar
mandiri, belajar berkelompok, dan belajar memecahkan masalah.

Dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran,


berarti guru mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki
siswa secara penuh. Dalam konsep kompetensi, kita harus mampu mendeteksi
hasil belajar minimal siswa , sehingga guru akan lebih mudah dalam membuat
soal evaluasi bagi siswa. Hasil dari evaluasi tersebut akan mempengaruhi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

beberapa aspek Kompetensi Dasar (tujuan) dan proses penyampaian materi


pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, keaktifan siswa muncul jika


pembelajaran yang diselenggarakan berpusat pada siswa. Pada kegiatan ini
siswa mendapatkan peranan yang dominan sehingga memunculkan
pengalaman-pengamalan dalam belajar. Dalam pembelajaran berpusat pada
siswa, kegiatan yang dilakukan mengacu pada peningkatan aktivitas dan
partisipasi siswa. Dengan melibatkan peran siswa, guru akan lebih mudah
dalam membuat soal evaluasi bagi siswa.

b. Pengertian Keaktifan Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan


(Poerwodarminto, 1992:17), sedang belajar merupakan perubahan pada diri
individu ke arah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi
dan latihan. Ini berarti keaktifan belajar adalah kegiatan yang membawa
individu ke arah yang lebih baik karena terjadi interaksi antarindividu dan
individu dengan lingkungannya.

Menurut Sardiman (2001:99), keaktifan belajar adalah aktivitas yang


bersifat fisik atau mental. Selama kegiatan belajar berlangsung, kedua
aktivitas tersebut harus saling terkait sehingga tercipta aktivitas belajar yang
optimal. Sedangkan Wahyu Wiratmoyo (2005:15) mengemukakan bahwa
keaktifan belajar ditandai dengan keterlibatan optimal antara fisik, mental, dan
intelektual. Ini berarti keaktifan belajar adalah aktivitas fisik dan mental yang
saling terkait dan dilaksanakan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan


keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna
memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor . Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya
menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan
perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari
guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan


aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam
kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa
adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak
membimbing dan mengarahkan. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat
pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman
dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai hasil belajar minimal
siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih
menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan hasil belajar minimalnya,
dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan
(5) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, keaktifan dalam belajar


menekankan partisipasi aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional. Partisipasi tersebut dibutuhkan untuk memperoleh hasil belajar
yang optimal. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan menciptakan
sebuah keaktifan belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa
terjadi pengalaman-pengalaman dalam belajar. Dalam proses ini guru berperan
sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman-pengalaman dalam belajar.

c. Jenis-Jenis Keaktifan dalam Belajar


Menurut Paul D. Dierich seperti dikutip Nawawi Elfatru (2010 : 1)
keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok yaitu (1)
kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan, (3) kegiatan-kegiatan
mendengarkan, (4) kegiatan-kegiatan menulis, (5) kegiatan-kegiatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

menggambar, (6) kegiatan-kegiatan metrik, (7) kegiatan-kegiatan mental, dan


(8) kegiatan-kegiatan emosional.
Kegiatan (1) misalnya membaca, melihat gambar, mengamati
eksperimen, demosntrasi, mengamati orang bekerja, dan bermain. Kegiatan
(2) misalnya mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, member saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. Kegiatan (3) misalnya
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan suara dari
rekaman kaset atau media perekam audio lainnya. Kegiatan (4) misalnya
menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman,
mengerjakan tes, dan mengisi angket. Kegiatan (5) misalnya menggambar,
mebuat grafik, diagram, dan pola. Kegiatan (6) misalnya melakukan
percobaan, memilih alat-alat, dan melaksanakan pameran. Kegiatan (7)
misalnya merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa
faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan (keterkaitan), dan membuat
keputusan. Sedangkan kegiatan (8) misalnya minat, membedakaan, berani,
dan tenang.
Sardiman (2001:99) membagi keaktifan belajar dalam 8 jenis.
Kedelapan jenis tersebut adalah: (1) visual activities, (2) oral activities, (3)
listening activities, (4) writing activities, (5) drawing activities, (6) motor
activities, (7) mental activities, dan (8) emotional activities. Sedangkan
Soemanto (2003:107) mengemukakan bahwa keaktifan belajar dapat
dilakukan oleh siswa dalam beberapa situasi, yaitu mendengarkan,
memandang, meraba, mencium, mencicipi, menulis/mencatat, membaca,
membuat ringkasan, mengamati tabel/diagram, mengingat, berpikir, dan
latihan/praktek.
Berdasarkan pendapat di atas, keaktifan dalam belajar terbagi menjadi
8 jenis yaitu: (1) kegiatan visual/ visual activities, (2) kegiatan lisan/ oral
activities (3) kegiatan mendengarkan/ listening activities, (4) kegiatan
menulis/ writing activities, (5) kegiatan menggambar/ drawing activities, (6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

kegiatan metrik/ motor activities, (7) kegiatan mental/ mental activities, dan
(8) kegiatan emosional/ emotional activities.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi keaktifan Belajar
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya. Siswa dapat berlatih untuk berfikir
kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran
secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
Ardiyan Sarutobi (2010:2) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
keaktifan belajar ke dalam 2 bagian, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang muncul dari dalam diri
siswa, misalnya motivasi, inisiatif, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang muncul dari luar diri
siswa. Faktor ekstrinsik bisa berasal dari guru maupun dari lingkungan belajar
siswa. Contoh faktor-faktor ekstrinsik tersebut misalnya tujuan pembelajaran,
stimulus (rangsangan), aktivitas, dan umpan balik. Sedangkan Heinz Cock
(1979:80) menyatakan bahwa keaktifan belajar siswa dipengaruhi oelh
beberapa faktor. faktor-faktor tersebut antara lain: (1) motivasi belajar, (2)
tujuan pembelajaran, (3) umpan balik, dan (4) kesimpulan.
Gagne dan Briggs (Nawawi Elfatru 2010:2) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran , yaitu :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan intruksional (hasil belajar dasar kepada siswa)
3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa
4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).
5) Memberi petunjuk kepada siswa
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
7) Memberi umpan balik (feed back)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

8) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.


Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan berdasarkan beberapa penjelasan
di atas. Keaktifan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. secara sederhana,
faktor-faktor tersebut terbagi dalam 2 bagian yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang muncul dari dalam diri
siswa misalnya motivasi belajar, tujuan pembelajaran, inisiatif, dan partisipasi
siswa. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang muncul dari luar
diri siswa. Faktor-faktor ekstrinsik tersebut bisa berasal dari guru maupun dari
lingkungannya. Contoh-contoh faktor ekstrinsik misalnya tujuan
pembelajaran, stimulus (rangsangan), petunjuk, aktivitas, umpan balik, dan
kesimpulan.
e. Karakteristik Siswa yang Aktif
Menurut Heinz Kock (1979:65), siswa pasti tidak belajar secara aktif
jika mereka hanya berperan sebagai pendengar saja. Pada dasarnya, untuk
membuat siswa menjadi aktif dalam belajar adalah dengan mengkondisikan
mereka untuk bekerja sendiri.
Syarat utama untuk membuat siswa aktif dalam belajar adalah dengan
cara memberikan banyak pertanyaan. Guru yang menyampaikan materi
pembelajaran dengan banyak pertanyaan akan mendidik siswa untuk bertanya.
siswa pun juga belajar tentang cara belajar yang benar. Disini guru
menanamkan satu hal kepada siswa bahwa seseorang yang tidak bertanya
tentang apa pun berarti tidak belajar.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru mendidik siswa untuk
mempunyai semangat menyelidiki. Guru memaksa siswa dengan pertanyaan
supaya mereka berpikir. Dengan demikian, siswa tidak akan puas dengan
belajar dari fakta-fakta yang ada saja. Mereka akan meminta latar belakang
dan alasannya. Dengan cara seperti ini murid dapat dikatakan belajar secara
aktif.
Karakteristik siswa yang aktif menurut Heinz Kock (1979:65) antara
lain :
1) Berinisiatif mencari cara untuk memecahkan masalah secara individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

2) Berinisiatif menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru.


3) Berinisiatif bertanya tentang hal yang belum dimengerti.
4) Berinisiatif mengambil keterangan dari materi yang disampaikan oleh
guru.
5) Berinisiatif mendiskusikan suatu hal terkait mata pelajaran yang sedang
dipelajari dengan rekannya.
6) Berinisiatif bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya.
Nanik Yuliani (2010:1) menyatakan bahwa siswa aktif mempunyai
ciri-ciri: (1) berani bertanya/ meminta penjelasan, (2) berani mengemukakan
gagasan, dan (3) mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri.
Sedangkan menurut Conny Semiawan (1992: 9-13), karakteristik siswa yang
aktif antara lain: (1) mempunyai motivasi dalam belajar, (2) fokus pada materi
yang dipelajari, (3) selalu ingin menemukan hal-hal yang baru, dan (4)
mempunyai kepekaan dalam memecahkan masalah. Ini berarti siswa aktif
mempunyai karakteristik berani memulai suatu kegiatan dalam proses
pembelajaran tanpa harus diminta oleh guru. Hal ini muncul karena siswa
yang aktif pasti mempunyai motivasi dalam belajar. Dengan motivasi tersebut,
siswa aktif akan selalu fokus pada materi yang dipelajari. Ini menyebabkan
siswa yang aktif akan selalu mencoba untuk menemukan hal-hal yang baru
dan mempunyai kepekaan dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas, untuk membuat siswa aktif dalam
belajar adalah dengan mengkondisikan mereka untuk bekerja sendiri. Syarat
utamanya adalah dengan memberikan banyak pertanyaan. Dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut, guru memaksa siswa untuk berpikir. Dengan cara ini
siswa dapat dikatakan belajar secara aktif. Sedangkan karakteristik siswa yang
aktif, yang membedakannya dengan siswa lain adalah hasil belajar berinisiatif
untuk melakukan suatu kegiatan yang belum diminta oleh guru. Hasil belajar
berinisiatif tersebut nampak dalam beberapa hal antara lain: (1) mencari data
untuk memecahkan masalah, (2) menjawab pertanyaan, (3) bertanya tentang
hal yang belum dimiliki, (4) mengambil keterangan dari materi yang
disampaikan, (5) mendiskusikan suatu hal yang terkait dengan materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

pembelajaran, dan (6) bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya. Hasil


belajar untuk berinisiatif atau keberanian tersebut muncul karena siswa yang
aktif mempunyai motivasi tinggi dalam belajar. Dengan adanya motivasi
belajar tersebut, siswa yang aktif akan selalu fokus pada materi yang
dipelajari. Hal ini menyebabkan siswa selalu ingin menemukan hal-hal yang
baru dalam pembelajaran dan memiliki kepekaan dalam memecahkan
masalah.

4. Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP)

Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) adalah sebuah nama


mata diklat (mata pelajaran) produktif bagi SMK dengan program keahlian
Teknik Pemesinan. Mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan
muncul karena diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
atau kurikulum 2006. Sejak tahun 2009, mata diklat ini bersama beberapa mata
diklat teori produktif lain masuk dalam Ujian Nasional Teori kejuruan. Pada
kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1999, mata diklat Pengetahuan
Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) terbagi atas beberapa mata diklat, antara
lain : Perhitungan Dasar Konstruksi Mesin (PDKM), Perhitungan Konstruksi
Mesin (PKM), dan Penggunaan Peralatan Mekanik Industri (PPMI).

Untuk siswa kelas XI, bahan ajar atau materi ajar mata diklat Pengetahuan
Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) yang disampaikan antara lain : (1) elemen
mesin, (2) motor bakar (3) pompa dan kompresor (4) perlakuan panas, dan (5)
teknik pembentukan plat / sheet metal.

Menurut KTSP, mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan


(PPTP) untuk kelas XI mempunyai alokasi waktu (pacing time) 238 jam
pembelajaran untuk waktu 1 tahun pelajaran. Jumlah bahan ajar yang disampaikan
pada kurikulum sekarang sama dengan yang kurikulum sebelumnya (kurikulum
1999). Perbedaanya terletak pada alokasi waktu. Pada kurikulum 1999,
mempunyai alokasi waktu 280 jam pembelajaran dalam 1 tahun pelajaran. Jika

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

dibandingkan dengan kurikulum sekarang, terdapat selisih waktu sebesar 52 jam


pembelajaran untuk 1 tahun pembelajaran. Dengan waktu yang berkurang, guru
akan mengalami kesulitan untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa. Untuk
mengatasinya, guru membutuhkan sebuah terobosan baru dalam pembelajaran
mata diklat pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP). Hal ini perlu
dilakukan supaya seluruh bahan ajar bisa disampaikan seluruhnya kepada siswa,
walaupun waktunya terbatas.

Penelitian ini akan meneliti tentang pelaksanaan proses pembelajaran


Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) pada pokok bahasan proses
perlakuan panas (heat treatment process). Pokok bahasan proses perlakuan panas
(heat treatment process) terdiri atas 4 standar kompetensi dan 9 kompetensi dasar.
Keempat standar kompetensi tersebut adalah : (1) mampu mengetahui tentang
proses perlakuan panas / heat treatment, (2) mampu menggunakan proses
perlakuan panas kimiawi, (3) mampu menggunakan proses perlakuan panas
mekanik, (4) mampu memahami waktu proses perlakuan panas.

Standar kompetensi (1) terdiri atas hasil belajar mengetahui konsep


perlakuan panas dan pemnfaatannya di bidang teknik. Standar kompetensi (2)
terdiri atas 2 kompetensi dasar yaitu mampu memahami proese perlakuan panas
kimiawi dan mampu memahami proses pengerasan permukaan (surface
hardening/ case hardening). Standar kompetensi (3) terdiri atas 4 kompetensi
dasar yaitu proses pelunakan (annealing), penormalan (normalizing), pemudaan
(tempering), dan pengerasan penuh (full hardening / quenching). Standar
kompetensi (4) terdiri atas 2 kompetensi dasar yaitu mampu memahami tahap-
tahap proses perlakuan panas dan mampu menghitung proses perlakuan panas.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, mata diklat Pengetahuan


Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) merupakan mata diklat produktif yang
muncul sejak diberlakukannya KTSP. Sejak tahun 2009 mata diklat ini masuk
dalam Ujian Nasional Teori Kejuruan. Mata diklat PPTP mempunyai bahan ajar
yang sama dengan kurikulum sebelumnya, tetapi alokasi waktunya lebih sedikit

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

sehingga menimbulkan keterbatasan waktu bagi guru dalam penyampaiannya.


Dengan keterbatasan waktu ini, guru diharapkan mempunyai sebuah terobosan
baru dalam pembelajaran supaya semua materi dapat disampaikan kepada siswa.
Penelitian ini akan meneliti mata diklat PPTP pada pokok bahasan proses
perlakuan panas (heat treatment). Pokok bahasan proses perlakuan panas terdiri
atas standar kompetensi dan 9 kompetensi dasar.

5. Penelitian Tindakan Kelas

adalah penelitian yang


dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar dengan penekanan

merupakan suatu usaha atas kesadaran untuk memecahkan permasalahan-


permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran dan dirasakan langsung oleh
guru yang bersangkutan.
Berdasarkan definisi tersebut penelitian tindakan kelas dapat diartikan
sebagai salah satu penelitian yang dapat dilaksanakan guru dalam rangka
mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran guna
meningkatkan mutu atau kualitas proses pembelajaran terutama dalam suatu kelas.
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud PTK, perlu diketahui karakteristik
dari PTK itu sendiri. Menurut Zainal Aqib (2008:16) karakteristik PTK meliputi :
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.
2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.
3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik
instruksional.
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
6. Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan
adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.

Karakteristik yang unik dalam PTK adalah adanya tindakan nyata (aksi
atau action) yang dilakukan oleh guru (bersama pihak lain) untuk memperbaiki
praktik dan proses pembelajaran. PTK selalu berangkat dari kesadaran kritis guru

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

terhadap persoalan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung. Tindakan


itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya.
Dalam penelitian ini akan digunakan 3 siklus yang berbeda yaitu: (1)
pembelajaran konvensional, (2) Pembelajaran online, dan (3) pembelajaran
campuran (blended learning). Setiap siklus dilakukan melalui empat tahap, yakni:
(1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Pengamatan, dan (4)
Refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Siklus I : Pembelajaran Konvensional

Rencana Pelaksanaan Observasi Refleksi

Siklus II : Pembelajaran Online

Rencana Pelaksanaa n Observasi Refleksi

Siklus III : Pembelajaran Campuran (Blended learning)

Rencana Pelaksanaa n Observasi Refleksi

Gambar 5 : Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


Tahap perencanaan merupakan tahap pertama yang harus dilakukan oleh
peneliti sebelum masuk ke tahap berikutnya. Pada tahap perencanaan ini peneliti
merencanakan dan menyiapakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
penelitian. Perencaan harus dipersiapkan dengan baik, karena akan berpengaruh
pada tahap selanjutnya dalam kegiatan penelitian.
Tahap pelaksanaan merupakan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih sesuai
dengan rencana pelaksanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya. Langkah
selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran
sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru dan peneliti.
Tahap observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas
dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif
tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Kegiatan pengamatan dilakukan
pada waktu tindakan sedang dilakukan serta dapat dilaksanakan oleh peneliti dan
guru.
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.
pada tahap ini, pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan
diskusi, untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat
meningkatkan pemahaman siswa. Hasil analis data yang dilakukan dalam tahapan
akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya adalah merupakan uraian penalaran
untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan. Kerangka pemikiran yang dikemukakan dalam penelitian tindakan
ini adalah sebagai berikut.
Dari identifikasi masalah diketahui bahwa hasil belajar siswa untuk mata
diklat produktif di SMK St. Mikael mengalami penurunan. Setelah dicari akar
permasalahan penyebab terjadinya menurunnya hasil belajar siswa ini adalah
diberlakukannya kurikulum baru yang mempunyai alokasi waktu lebih sedikit
tetapi dengan bahan yang sama. Alokasi waktu (pacing time) untuk kurikulum
saat ini mempunyai selisih waktu 52 jam per tahun dibandingkan kurikulum
sebelumnya. Dengan kurikulum yang berlaku saat ini, guru dituntut untuk mampu
menyampaikan bahan ajar yang ada sesuai dengan alokasi waktu yang ada. Guru
juga dituntut untuk tidak sekedar menyampaikan bahan ajar saja, tetapi juga
meningkatkan keaktifan dan pengetahuan siswa dalam proses pembelajaran. Hal
ini bisa ditunjukkan dari lembar pengamatan dan nilai-nilai siswa.
Untuk memecahkan masalah ini, perlu dilakukan sebuah tindakan yang
revolusioner. Pembelajaran tradisional dengan tatap muka (face to face) sudah
tidak relevan untuk saat ini. Dengan berkembangnya teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi, pemanfaatan internet dan model blended
learning dalam kegiatan pembelajaran merupakan sebuah solusi untuk mengatasi
masalah yang ada. Dengan blended learning, proses pembelajaran yang dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

siswa diharapkan bisa terkontrol lebih baik. Diharapkan dengan model blended
learning pada mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP),
akar masalah dapat di atasi.
Blended learning diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan
pengetahuan siswa, walaupun dengan waktu yang sedikit. Dengan pemanfaatan
internet, guru dan siswa juga ikut terlibat dalam memanfaatkan perkembangan
teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Walaupun dengan waktu yang terbatas,
kualitas pembelajaran mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan
(PPTP) dapat ditingkatkan dengan peningkatan interaksi dan partisipasi antara
guru dan siswa.
Dengan memanfaatkan internet, siswa dapat mengetahui dan memahami
tentang informasi-informasi yang berkaitan dengan teknik pemesinan pada dunia
industri, yang semakin berkembang pesat saat ini. Dengan multimedia dalam
internet, siswa mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang informasi-informasi
tersebut. Kemudian guru mengaitkannya dengan bahan ajar yang sudah
dipersiapkan, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan dinamis.
Permasalahan yang dijumpai siswa saat mempelajari bahan ajar, khususnya saat
pembelajaran dilaksanakan secara online, dapat dibahas dan didiskusikan saat
pembelajaran tatap muka (face to face) di dalam kelas. Jika dirumuskan kriteria
pembelajaran Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) yang ideal
adalah terjadinya suatu pembelajaran yang inspiratif, interaktif, menyenangkan,
menantang, memotivasi siswa untuk terlibat aktif, dan didukung dengan sumber
belajar yang mencukupi sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan.

Penerapan Peningkatan Keaktifan Peningkatan


e-Learning Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa

Gambar 6. Bagan Hubungan Antar Variabel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

C. Hipotesis Tindakan
Bertolak dari kajian teori dan kerangka berpikir, untuk penelitian tindakan
kelas ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan model blended learning dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa dalam mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) di
Kelas XI D SMK St. Mikael Surakarta.
2. Penerapan model blended learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) di
kelas XI D SMK St. Mikael Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK St. Mikael Surakarta. Sekolah ini
dipimpin oleh Romo T. Agus Sriyono, SJ, M.Hum, M.A selaku kepala sekolah.
Sekolah ini mempunyai 12 kelas yaitu:
a. Kelas X sebanyak 4 kelas.
b. Kelas XI sebanyak 4 kelas, terdiri atas tiga kelas mekanik dan satu kelas
gambar.
c. Kelas XII sebanyak 4 kelas, terdiri atas tiga kelas mekanik dan satu kelas
gambar.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI D pada tahun pelajaran
2010/2011, dengan jumlah siswa 41 siswa. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai
tempat penelitian adalah:
a. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) St. Mikael Surakarta belum pernah
diadakan penelitian tentang penerapan blended learning pada pembelajaran
sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberi manfaat
bagi peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran serta guru
dalam mengajar.
b. Penelitian mendapatkan akses dan perijinan yang mudah dari pihak sekolah
untuk melaksanakan penelitian di tempat tersebut.
c. Masih kurangnya variasi guru dalam mengajar, terutama dalam pemanfaatan
ICT, sehingga diharapkan penerapan model blended learning dapat menjadi
salah satu alternatif dan tambahan dalam mengajar.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan kolaborator
yaitu Antonius Sasmita Adi W, yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan
refleksi selama penelitian berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

2. Waktu Penelitian
Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Oktober 2010
sampai Februari 2011. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan
laporan penelitian dengan jadwal sebagai berikut:

Jenis November Desember Januari Februari Maret


Kegiatan 2010 2010 2011 2011 2011
1.Persiapan Penelitian
a. Penyusunan judul
b. Penyusunan proposal
c. Perijinan
2.Perencanaan Tindakan
3.Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
c. Siklus III
4. Review
5. Penyusunan Laporan

B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Research. Kegiatan pada setiap siklus akan
dilakukan sesuai dengan tahap-tahap tersebut adalah:
1. Tahap Perencanaan (planning)
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
3. Tahap Pengamatan (Observing)
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang terus
berulang, dari tahap perencanaan sampai dengan refleksi. Jadi, siklus itulah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

menjadi suatu bentuk tindakan nyata yang menjadi salah satu karakteristik khusus
sebuah PTK, dan siklus tersebut diakhiri dengan kegiatan refleksi sebagai bentuk
evaluasi terhadap penerapan siklus sebelumnya apakah tindakan yang
dilaksanakan tersebut sudah mencapai tujuan atau belum dan apakah penelitian
perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain
dengan menggunakan lembar observasi dan hasil belajar siswa dalam bentuk tes.
Observasi bertujuan untuk mengamati keaktifan siswa dalam bentuk interaksi,
kreativitas, dan motivasi belajar siswa. Sedangkan nilai tes siswa digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran

Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara mengamati secara sistematik gejala-gejala yang muncul dalam hal
kegiatan PTK ini yaitu dengan melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan
hasil tindakan penerapan model blended learning pada mata diklat Pengetahuan
Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP). Fokus observasi ditekankan pada peran
serta siswa dalam kegiatan apersepsi, keaktifan dalam berbagai aktivitas
pembelajaran serta keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik


analisis ini merupakan penjabaran dari data-data yang ditampilkan pada tabel
dalam bentuk persentase. Presentase ini memberikan gambaran menyeluruh
mengenai data penelitian yang kemudian dijadikan acuan didalam membuat
kesimpulan.
E. Prosedur Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP), pada siswa kelas XI D SMK


St. Mikael Surakarta melalui penerapan model blended learning. Setiap tindakan
upaya peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu
siklus. Dalam penelitian ini, direncanakan dalam tiga siklus.
1. Rancangan Siklus I
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan melalui pembelajaran
konvensional. Dalam pelaksanaan siklus I ini sama sekali belum ada unsur-unsur
e-Learning yang disertakan. Pada siklus I peneliti melakukan persiapan-persiapan
yang berhubungan dengan penyusunan rencana pengajaran, mengorganisasi
siswa, dan mempersiapkan materi ajar yang sesuai dengan tingkat hasil belajar
siswa. Proses tindakan pada siklus I adalah :
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menyusun
skenario pembelajaran sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut
materi yang akan disampaikan kepada siswa.

2) Guru menyiapkan lembar pengamatan untuk keaktifan dan penilaian


hasil belajar siswa.

3) Guru menyiapkan media pembelajaran yang akan dimanfaatkan untuk


menyampaikan materi di kelas.

4) Guru menyiapkan catatan-catatan lapangan (field note) untuk merekam


semua kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

5) Guru menyiapkan daftar soal yang akan digunakan sebagai bahan


evaluasi di akhir kegiatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah melaksanakan
skenario pembelajaran sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

1) Guru memberikan materi yang akan disampaikan kepada siswa sesuai


dengan RPP. Untuk siklus I, materi yang akan disampaikan kepada
siswa adalah tentang pengantar proses perlakuan panas.
2) Guru memanfaatkan media yang sudah disiapkan sebelumnya untuk
menyampaikan materi pembelajaran
3) Guru memberikan evaluasi dalam bentuk tes untuk mengukur hasil
belajar siswa di akhir kegiatan pembelajaran.

c. Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan dengan mengamati pelaksanaan proses belajar
mengajar pada siklus I. Dalam siklus I, kegiatan pembelajaran dilaksanakan
secara konvensional. Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti
dan dibantu oleh guru mitra sebagai kolaborator. Kegiatan observasi ini
dilakukan dalam 2 bagian yaitu :
1) Observasi Terhadap Siswa
Observasi ini meliputi:
a) Apakah siswa memperhatikan apa yang diajarkan guru.
b) Apakah siswa tidak membuat keributan di dalam kelas saat pelajaran
berlangsung.
c) Apakah siswa tidak berbicara (mengobrol) dengan teman sebangku
saat pelajaran berlangsung.
d) Apakah siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
e) Apakah siswa mengerjakan tugas tertulis yang diberikan guru.
f) Apakah siswa menanyakan pertanyaan yang dirasa belum dikuasai
dari materi yang telah diberikan.
g) Apakah siswa mencatat hal yang dirasa perlu dari materi yang telah
diberikan.
h) Apakah siswa mendiskusikan pelajaran yang telah diberikan oleh
guru.
i) Apakah siswa membuat ringkasan dari pelajaran yang telah
diberikan agar lebih mudah dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

j) Apakah siswa tertarik dengan pelajaran yang telah disampaikan.


2) Observasi terhadap Suasana Kelas
Observasi kelas ini meliputi ;
a) Apakah suasana kelas hening saat pelajaran disampaikan.
b) Apakah terjadi situasi interaksi antara guru dengan siswa saat
pelajaran berlangsung.
c) Apakah intensitas dari interaksi tersebut terus mengalami
peningkatan.
d) Apakah masih ada beberapa siswa yang menanyakan pertanyaan di
luar konteks pelajaran saat pelajaran berlangsung.
e) Apakah keadaan di kelas yang telah nyaman dapat mendorong siswa
untuk mencurahkan pemikirannya.
f) Apakah terdapat diskusi tentang pelajaran yang telah disampaikan.
g) Apakah sebagian besar perhatian siswa tertuju pada guru saat
pelajaran berlangsung.
Selain itu juga masih ada beberapa pengamatan yang disusun dengan catatan
lapangan (field note) selama kegiatan observasi berlangsung.

d. Tahap Refleksi
Seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan di siklus I,
kemudian dibuat sebuah kesimpulan yang ditulis pada refleksi untuk
dijadikan pedoman pada penelitian berikutnya dan dilaksanakan pada akhir
siklus tindakan kelas. Aspek yang diamati adalah segala hal yang terjadi
dalam proses pembelajaran meliputi siswa dan suasana pembelajaran.
Berdasarkan langkah ini akan diketahui perubahan yang terjadi dan
dilakukan analisis mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang
ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara
signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam
bentuk replanning dapat dilakukan pada siklus berikutnya. Dari hasil
evaluasi tersebut dijadikan data kualitatif untuk mengetahui tingkat
perubahan hasil tindakan (aksi) berdasarkan hasil refleksi awal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

Pengumpulan data yang diperoleh dari hasil observasi dijadikan


sebagai data kualitaitf. Pada tahap ini semua data dianalisis dan dilakukan
proses untuk memastikan kebenaran data yang akan digunakan untuk
menentukan langkah pada siklus berikutnya.

2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II, guru mulai menerapkan penerapan e-Learning dalam
kegiatan pembelajaran, kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah
mempersiapkan dan memberikan informasi terlebih dahulu kepada siswa
tentang e-Learning dalam pembelajaran Pengetahuan Penunjang Teknik
Pemesinan (PPTP).
Rencana Penelitian Tindakan kelas pada siklus II ini disesuaikan
dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, saat
pembelajaran dilaksanakan secara konvensional. Dalam siklus II ini
rencana tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan atau masalah
yang muncul pada siklus sebelumnya. Hasil refleksi pada siklus I
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. dalam
pelaksanaan silkus II ini, dilakukan dengan menambahkan kekuatan dan
memperbaiki kelemahan yang ada pada siklus I. Pelaksanaan siklus II pada
dasarnya sama dengan siklus I. Proses tindakan pada siklus II adalah :
a. Tahap Perencanaan
Dalam siklus ini guru harus menyiapkan hal-hal yang terkait
dengan penerapan e-Learning dalam pembelajaran. Siklus I telah
memberikan cerminan bagi guru tentang kelebihan dan kelemahan
proses pembelajaran konvensional. Dari sini pengamat bertugas
memberikan masukan bagi guru tentang kelemahan proses
pembelajaran pada siklus I.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan di siklus II ini
adalah:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut materi
yang akan disampaikan kepada siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

2) Menyiapkan LMS (Learning Management System) yang akan


digunakan. Dalam pelakasanaan penelitian ini, LMS yang akan
digunakan selama penelitian berlangsung beralamat di
http://intramikael.sch.id

Gambar 7. Learning Management System di SMK St. Mikael Surakarta


3) Memberikan informasi kepada siswa tentang cara pendafataran
(registration) untuk mengikuti pembelajaran secara online.

Gambar 8. Petunjuk Cara Pendaftaran untuk Mendapatkan Sebuah


Account bagi Siswa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

4) Menyiapkan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan siswa.


Sumber-sumber belajar ini dapat dipetik dalam bentuk tautan
(hyperlinks) dan dapat diunduh (downloaded) oleh siswa.

5) Menyiapkan penugasan (assignment) untuk siswa

6) Menyiapkan soal-soal sebagai bahan evaluasi dalam bentuk tes (quiz) di


akhir kegiatan pembelajaran secara online
7) Menyiapkan lembar pengamatan untuk keaktifan dan penilaian hasil
belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini guru memberikan materi pembelajaran kepada
siswa yang mengacu kepada perencanaan yang telah dibuat. Pada siklus
II siswa diberikan materi tentang proses perlakuan panas kimiawi yang
meliputi : memahami proses perlakuan panass kimiawi dan proses
pengerasan permukaan (case hardening). Tetapi sebelum menginjak ke
materi berikutnya guru haruslah sedikit melakukan flashback yaitu
dengan melontarkan beberapa pertanyaan dengan maksud agar sedikit
menimbulkan ingatan tentang pelajaran yang telah diajarkan
sebelumnya dan mengaitkannya dengan pelajaran yang akan diberikan.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pada tahap ini adalah
sebagai berikut:
1) Memberikan informasi kepada siswa bahwa materi pembelajaran
dapat dipetik oleh siswa melalui LMS (Learning Management
System) yang sudah disediakan.
2) Memanfaatkan LMS (Learning Management System) untuk
mengatur jalannya semua kegiatan pembelajaran secara online
3) Mengkonfirmasi formulir pendaftaran (registration) siswa sehingga
siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara online

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

Gambar 9. Formulir Pendaftaran yang Harus Diisi oleh Siswa


4) Menyampaikan informasi mengenai sumber-sumber belajar dan
referensi lain yang dapat dimanfaatkan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sumber-sumber belajar ini dapat dipetik dalam bentuk
tautan (hyperlinks) dan dapat diunduh (downloaded) oleh siswa

Gambar 10 . Contoh Sumber-Sumber belajar dan Referensi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

5) Guru memberikan penugasan (assignment) kepada siswa

Gambar 11. Contoh Tugas yang Diberikan Guru bagi Siswa


Pada penugasan ini, diberikan secara online kepada siswa dengan batas
waktu (deadline) tertentu, yang ditetapkan oleh guru. Jika siswa
terlambat mengumpulkan tugas, siswa dianggap tidak mengerjakan dan
diberi nilai 0 (nol). Hal ini dilakukan untuk membiasakan siswa tertib
dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas.

Gambar 12. Contoh Batas Waktu untuk Mengumpulkan Tugas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

c. Tahap Observasi
Observasi pada siklus II ini mempunyai fokus pada keaktifan
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pada
pembelajaran online. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1) Guru bersama kolaborator mengamati keaktifan siswa melalui
rekaman (logs) yang ada pada Learning Management System.
Dalam Learning Management System tersebut terekam semua
kegiatan dan interaksi yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran secara online. Dari sini akan tampak siswa
yang aktif dan siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran secara online.
2) Untuk penilaian terhadap hasil belajar siswa dalam bentuk tes,
semuanya dapat memanfaatkan Learning Management System.
Guru hanya mengisikan hasil tersebut pada lembar penilaian yang
sudah dipersiapkan sebelumnya
Observasi untuk mengamati sikap guru dalam mengajar,
observasi siswa saat pelajaran berlangsung dan suasana kelas saat
guru mengajar tidak dilakukan. Hal ini karena siswa belajar secara
mandiri di luar kelas. Interaksi yang terjadi di kelas hanya terbatas
mendiskusikan tentang hal-hal teknis terkait pelaksanaan
pembelajaran secara online.

d. Tahap Refleksi
Siklus II merupakan siklus transisi pada penelitian yang penulis
kerjakan. Diharapkan refleksi pada siklus II ini terjadi perubahan
signifikan dalam pembelajaran. Siswa diharapkan lebih aktif dalam
mempelajari materi pembelajaran. Siswa diberi kebebasan untuk
belajar, tidak dibatasi hanya di dalam kelas saja.
Untuk sumber belajar sendiri siswa mempunyai banyak pilihan.
Jika dalam pembelajaran konvensional (offline), guru menjadi satu-
satunya sumber belajar, dalam pembelajaran secara online, guru hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

menjadi salah satu sumber belajar. Siswa mempunyai sumber belajar


lain selain guru.
Karena merupakan siklus transisi, pada proses ini diharapkan
ditemukan banyak hal yang bisa digali selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal-hal tersebut selanjutnya dijadikan bahan refleksi
untuk siklus berikutnya. Setelah dilaksanakan berbagai perbaikan,
diharapkan pada siklus berikutnya proses pembelajaran yang
berlangsung akan semakin baik dan mengalami kemajuan.
3. Rancangan Siklus III
Siklus III merupakan perpaduan antara pembelajaran konvensional
(offline) dengan pembelajaran online. Kegiatan pada siklus III ini disebut
sebagai pembelajaran campuran (blended learning). Dengan blended
learning diharapkan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran
offline dan online dapat diminimalisir. Blended learning diharapkan
menjadi jalan tengah untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul
tersebut. Proses tindakan pada siklus III adalah:
a. Tahap Perencanaan
Skenario kegiatan yang harus disiapkan guru adalah:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
disampaikan kepada siswa.
2) Menyiapkan LMS (Learning Management System) yang akan
digunakan. LMS beralamat di http://intramikael.sch.id
3) Menyiapkan media yang akan digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa di kelas.
4) Menyiapkan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan siswa.
Sumber-sumber belajar ini dapat dipetik dalam bentuk tautan
(hyperlinks) dan dapat diunduh (downloaded) oleh siswa
5) Menyiapkan catatan-catatan lapangan (field note) untuk merekam
semua kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
6) Menyiapkan fitur-fitur dalam Learning Management System yang akan
digunakan dalam pembelajaran secara online.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

7) Menyiapkan lembar pengamatan keaktifan dan pengukuran hasil


belajar siswa.
8) Menyiapkan soal-soal sebagai bahan evaluasi dalam bentuk tes (quiz)
di akhir kegiatan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Mengacu pada perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya,
pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran campuran
(blended learning). Dalam tahap ini, skenario yang dilaksanakan oleh guru
adalah:
1) Menyampaikan pengantar tentang materi yang akan diberikan kepada
siswa di dalam kelas. Kegiatan diskusi bisa dilakukan disini.
2) Memberikan materi yang lebih lengkap dengan cara meng-upload
materi tersebut kedalam Learning Management System. Materi yang
sudah di-upload tersebut dapat di-download oleh siswa untuk bahan
belajar.

3) Masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran online ini


dapat dibahas melalui forum. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari
siswa dapat ditanggapi oleh guru ataupun oleh siswa yang lain. Jadi
siswa tidak perlu bertemu secara tatap muka dengan guru untuk
membahas masalah tersebut.

Gambar 13. Contoh Pemanfaatan Forum Diskusi


(http://igi-alliance.com/e-Learning, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

4) Pada pertemuan selanjutnya di dalam kelas, dilaksanakan


pembelajaran secara konvensional (offline learning). Pada kegiatan ini
dilakukan evaluasi terhadap tugas yang sudah dikumpulkan oleh siswa.
Masalah-masalah yang timbul selama pembelajaran secara online
dapat dibahas dalam diskusi yang dilakukan di kelas.

5) Pada akhir tahap pelaksanaan pada siklus ini, dilaksanakan evaluasi


dalam bentuk ulangan (quiz) secara online. Saat siswa mulai
mengerjakan soal-soal ulangan, waktu berjalan mundur. Alokasi waktu
tersebut sudah diatur sebelumnya oleh guru. Siswa harus
memanfaatkan waktu yang tersisa tersebut untuk menjawab semua
pertanyaan yang diberikan guru. Hasil dari evaluasi tersebut dapat
langsung diketahui oleh siswa setelah mereka mengirimkan jawaban
ke Learning Management System. Dari sini, siswa dan guru dapat
mengetahui dan mengukur hasil belajar siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.

Gambar 14. Contoh Evaluasi dengan Quiz secara Online


c. Tahap Observasi
Tahap observasi pada siklus III berfokus pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan blended learning. Pengamatan keaktifan siswa dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

dibagai dalam 2 hal. Saat pembelajaran dilaksanakan secara konvensional,


pengamatan keaktifan siswa dapat dilihat dari catatan lapangan (field note).
Sedangkan saat pembelajaran dilaksanakan secara online, pengamatan
keaktifan siswa dapat dilihat dari fitur-fitur e-Learning yang ada. Misalnya
dengan mengamati daftar rekaman (logs) siswa. Pada logs tersebut terekam
semua kegiatan yang dilakukan siswa saat mengikuti pembelajaran secara
online.

Gambar 15. Contoh Daftar Rekaman (Logs) Siswa


Sedangkan untuk pengamatan terhadap hasil belajar pengetahuan
siswa dapat dilihat dari hasil tes yang sudah ada. Karena evaluasi
seluruhnya dilaksanakan secara online, semua nilai tersimpan dalam
Learning Management System. Nilai-nilai tersebut dapat di-download oleh
guru dan digunakan sebagai bahan refleksi.

Gambar 16. Contoh Hasil Nilai Ulangan Siswa yang Dapat


Digunakan sebagai Bahan Evaluasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

d. Tahap Refleksi
Siklus III merupakan siklus penghujung atau siklus terakhir pada
penelitian yang penulis kerjakan. Pada akhir siklus ini diharapkan terjadi
perubahan yang signifikan dalam pembelajaran selama ini yang meliputi
guru, siswa, dan suasana pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini hanya terdiri atas 3 siklus. Hal
ini disebabkan pemikiran, materi, serta ketersediaannya waktu ada.
Mungkin dalam ketiga siklus ini masih terdapat kekurangan dalam
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Jika hasil penelitian yang
dilakukan belum sesuai dengan tujuan penelitian, tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan siklus berikutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang mengambil setting di SMK St. Mikael
Surakarta ini dilakukan dengan alur atau tahapan: perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi disajikan dalam tiga siklus. Hasil penelitian difokuskan
pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata diklat Pengetahuan
Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP).
1. Tindakan Siklus I
a) Perencanaan Tindakan
Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan model
pembelajaran konvensional. Saat pembelajaran berlangsung seluruh kegiatan
dan interaksi antara guru dan siswa dilaksanakan di dalam kelas. Pembelajaran
dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi, kemudian diakhiri dengan
evaluasi berupa tes tertulis. Durasi waktu pembelajaran disesuaikan dengan
RPP yaitu selama 2 jam pelajaran (2 X 45 menit). Sedangkan untuk materi
pembelajaran pada siklus ini adalah mengenai pengantar perlakuan panas.
b) Hasil Tindakan
Tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Januari 2011
jam ke 1-2 (07.00-08.30). Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru
memberitahukan tujuan pembelajaran dan gambaran umum inti materi
pembelajaran. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan kegiatan belajar
secara umum dan materi yang disampaikan adalah tentang pengantar
perlakuan panas.
Selanjutnya guru menjelaskan tentang proses perlakuan panas.
Perlakuan panas dijelaskan dari definisinya hingga tujuan dilakukannya proses
tersebut. Guru menjelaskan materi dengan pendekatan CTL (Contextual
Teaching Learning), yaitu mengaitkan materi yang disampaikan dengan hal-
hal yang terjadi pada dunia nyata, dalam hal ini dengan dunia industri.
Sesekali guru melemparkan pertanyaan kepada siswa untuk merangsang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

pengetahuan siswa. Pertanyaan diberikan kepada siswa secara menyebar dan


bergiliran, tetapi siswa kurang begitu merespon dan hanya beberapa siswa saja
yang bisa menjawab.
Setelah guru memberikan ceramah kepada siswa tentang pengantar
perlakuan panas, kegiatan selanjutnya dilakukan dalam bentuk diskusi. Dalam
diskusi ini guru memberikan kesempatan kepada siswa tentang hal-hal yang
belum dipahami. Sebelum guru menanggapi pertanyaan siswa tersebut, guru
melemparkan pertanyaan yang muncul untuk ditanggapi siswa yang lain. Hal
ini berjalan dengan kurang baik karena hanya sedikit siswa yang berani
memberikan pertanyaan, bahkan ada juga yang memberikan pertanyaan di luar
konteks materi pembelajaran.
c) Hasil Observasi
Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Indikator atau
variabel yang diamati disesuaikan dengan lembar observasi yang sudah
disusun. Adapun variabel yang diamati adalah keaktifan dan hasil belajar
siswa dalam mengikuti mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan
(PPTP). Sebenarnya proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, tetapi
untuk masing-masing aspek baik untuk keaktifan maupun hasil belajar masih
belum mendapatkan hasil yang optimal.
Untuk pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran,
sudah berjalan dengan cukup baik. Siswa memperhatikan apa yang diajarkan
oleh guru dengan tidak membuat keributan ataupun mengobrol dengan teman
sebangku saat pembelajaran berlangsung. Siswa juga menjawab pertanyaan
dari guru dan mengerjakan tugas tertulis yang diberikan dengan cukup baik.
Jika ada materi yang belum dimengerti, siswa dengan cukup baik
menanyakannya kepada guru. Guru sudah meminta kepada siswa untuk
mendiskusikan pelajaran yang diberikan. Namun siswa kurang tertarik untuk
mencatat hal-hal yang dirasa perlu dari materi yang diberikan guru.
Untuk variabel keaktifan siswa, pengamatan dilakukan keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk variabel hasil
belajar siswa, pengukuran dilakukan berdasarkan nilai yang didapat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

evaluasi di akhir pembelajaran. Pada variabel ini, siswa dinyatakan kompeten


jika mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), yaitu 70 (tujuh puluh) untuk mata diklat PPTP. Siswa yang nilainya
kurang dari KKM dinyatakan belum kompeten. Hasil pengamatan dan
pengukuran tersebut bisa dilihat dari tabel-tabel berikut :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Siklus I

Skor
No Objek yang Diamati
1 2 3 4 5
Berinisiatif mencari cara untuk 0 9 17 11 4
1 menyelesaikan masalah secara
(0%) (22%) (41%) (27%) (10%)
individu
1 26 12 2 0
Berinisiatif menjawab pertanyaan
2
yang disampaikan oleh guru (2%) (63%) (29%) (5%) (0%)
4 27 8 2 0
Berinisiatif bertanya tentang hal-
3
hal yang belum dimengerti (10%) (66%) (20%) (4%) (0%)
Berinisiatif mengambil 0 2 39 0 0
4 keterangan dari materi yang
(0%) (5%) (95%) (0%) (0%)
disampaikan guru
Berinisiatif mendiskusikan hal
0 23 17 1 0
yang terkait dengan mata
5
pelajaran yang sedang dipelajari (0%) (57%) (41%) (2%) (0%)
dengan rekannya
0 0 6 21 14
Bertanggung jawab terhadap hasil
6
pekerjaannya (0%) (0%) (15%) (51%) (34%)

Keterangan :
1. Sangat Kurang 2. Kurang 3. Cukup Baik 4. Baik 5. Sangat baik

Tabel 3. Pengukuran Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No. Nama Siswa Nilai Keterangan


1 AP 75 Kompeten
2 ADS 80 Kompeten
3 ACS 75 Kompeten
4 AP 75 Kompeten
5 ADAA 70 Kompeten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

No. Nama Siswa Nilai Keterangan


6 AS 75 Kompeten
7 ADA 80 Kompeten
8 BPP 80 Kompeten
9 BLW 65 Belum Kompeten
10 CRN 70 Kompeten
11 DAKT 80 Kompeten
12 DDW 80 Kompeten
13 DSSP 60 Belum Kompeten
14 DADD 75 Kompeten
15 DAWA 60 Belum Kompeten
16 FHP 65 Belum Kompeten
17 FARS 70 Kompeten
18 GK 70 Kompeten
19 HH 75 Kompeten
20 HL 65 Belum Kompeten
21 HSP 60 Belum Kompeten
22 JEP 65 Belum Kompeten
23 LNB 75 Kompeten
24 MGF 80 Kompeten
25 NBC 80 Kompeten
26 PGAP 75 Kompeten
27 PPS 60 Belum Kompeten
28 RKP 65 Belum Kompeten
29 RSH 60 Belum Kompeten
30 SPP 85 Kompeten
31 SDJ 60 Belum Kompeten
32 SSP 85 Kompeten
33 TMB 70 Kompeten
34 TAS 65 Belum Kompeten
35 TKP 70 Kompeten
36 VDI 80 Kompeten
37 WYK 70 Kompeten
38 YAT 80 Kompeten
39 YDP 70 Kompeten
40 YEP 85 Kompeten
41 YFOR 80 Kompeten

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

Dari hasil pengamatan keaktifan dan pengukuran terhadap hasil


belajar siswa pada siklus I dapat ditarik beberapa kesimpulan. Untuk variabel
keaktifan siswa, pada siklus ini keaktifan siswa masih kurang. Siswa masih
kurang berinisiatif untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan guru. Siswa
juga masih kurang dalam berinisiatif menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti dan mendiskusikannya dengan rekan. Untuk inisiatif siswa dalam
mencari cara untuk menyelesaikan masalah secara individu dan mengambil
keterangan dari materi yang disampaikan guru sudah berjalan cukup baik. Hal
yang baik untuk variabel keaktifan siswa pada siklus ini adalah siswa sudah
mampu bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. Sedangkan untuk
variabel hasil belajar siswa, berdasarkan hasil evaluasi pada akhir
pembelajaran, 29 siswa dinyatakan kompeten dan 12 siswa dinyatakan belum
kompeten. Ketuntasan siswa pada siklus ini mencapai 71%. Hasil ini belum
bisa dinyatakan kualitasnya, karena masih harus dibandingkan dengan dengan
hasil di siklus selanjutnya.
d) Refleksi
Pembelajaran konvensional yang dilaksanakan pada siklus I belum
memberikan manfaat lebih keaktifan siswa dalam pembelajaran. Untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, guru perlu memperbaiki
model pembelajaran dengan model yang berbeda. Pada siklus I ini, hasil
belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran belum bisa didefinisikan
kualitasnya. Hal ini disebabkan karena hasil belajar siswa untuk siklus ini
masih harus dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus berikutnya. Proses
pembelajaran pada siklus II yang menggunakan materi dan model
pembelajaran yang berbeda dengan siklus I menjadi alasan dilaksanakan
tindakan selanjutnya.
Berdasarkan proses pembelajaran pada siklus I, tingkat keaktifan siswa
yang masih rendah tampaknya disebabkan karena keterbatasan pada model
pembelajaran yang digunakan pada siklus I. Pembelajaran konvensional
tampaknya kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada siklus berikutnya akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

menggunakan model pembelajaran online untuk mencapai tujuan


pembelajaran.

2. Tindakan Siklus II
a) Perencanaan Tindakan
Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan model
pembelajaran online. Saat pembelajaran berlangsung seluruh kegiatan dan
interaksi antara guru dan siswa dilaksanakan secara online dengan
memanfaatkan LMS (Learning Management System) yang beralamatkan di
http://intramikael.sch.id. Sebelum melaksanakan pembelajaran, siswa harus
melakukan pendaftaran (registration) terlebih dahulu. Jika siswa belum
melakukan pendaftaran, siswa tersebut tidak dapat mengikuti pembelajaran.
Materi pembelajaran, bahan evaluasi, dan penugasan dilakukan dengan
memanfaatkan fitur-fitur dalam Learning Management System. Interaksi
antara guru dan siswa dan interaksi antarsiswa juga dilaksanakan secara
online. Interaksi yang dipilih guru dalam pembelajaran di siklus ini adalah
menggunakan forum diskusi dan pesan teks (text messages). Guru juga
menyiapkan sumber-sumber belajar bagi siswa dengan menyediakan referensi
dalam bentuk tautan (hyperlinks) yang dapat diunduh dan dimanfaatkan siswa.
Karena pembelajaran online merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi keterbatasan waktu yang muncul dalam pembelajaran
konvensional, durasi pembelajaran bisa berlangsung lebih lama, yaitu selama
2 minggu. Artinya selama 2 minggu tersebut segala bentuk kegiatan dan
interaksi pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru ataupun siswa. Setelah
waktu tersebut lewat, siswa tidak diperkenankan lagi melakukan interaksi
pembelajaran dalam bentuk apa pun. Dalam 2 minggu waktu pembelajaran,
guru bersama kolaborator melakukan pengamatan keaktifan siswa dan sesudah
waktu pembelajaran berakhir guru melakukan pengukuran terhadap hasil
belajar siswa. Materi pembelajaran pada siklus ini adalah mengenai perlakuan
panas kimiawi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

b) Hasil Tindakan
Tindakan kelas II dimulai pada hari Selasa, 25 Januari 2011 pukul
07.00 dan berakhir pada hari Selasa, 8 Februari 2011 pukul 07.00. Pada awal
pembelajaran, guru masuk kelas dan memberitahukan tentang tujuan
pembelajaran serta gambaran umum inti pembelajaran. Pada siklus ini guru
sama sekali tidak menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa di dalam
kelas. Siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan memanfaatkan Learning
Management System yang sudah disediakan.
Kesempatan tatap muka di kelas dimanfaatkan guru untuk memberikan
petunjuk-petunjuk yang bersifat teknis kepada siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran secara online. Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara
mengambil materi pembelajaran, berinteraksi, dan mengumpulkan tugas
secara online. Kesempatan ini digunakan untuk menanggapi pertanyaan siswa
yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran secara online, tetapi guru tidak
menanggapi pertanyaan tentang materi pembelajaran. Dalam siklus ini guru
mengkondisikan siswa untuk belajar mandiri melalui Learning Management
System yang disediakan.
Dalam durasi 2 minggu ini guru melakukan pengamatan keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran online. Selama 2 minggu tersebut siswa
mempunyai kesempatan untuk belajar memahami materi pembelajaran,
menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami, mengerjakan dan
mengumpulkan tugas secara online. Setelah waktu pembelajaran berakhir,
guru memberikan penilaian kepada hasil tugas siswa. Dalam memberikan
penilaian terhadap tugas-tugas siswa, guru memanfaatkan Learning
Management System sehingga hasilnya dapat disimpan di dalam server. Untuk
membiasakan siswa berdisiplin, guru menetapkan batas waktu (dead line)
dalam mengumpulkan tugas. Siswa yang terlambat mengumpulkan tugas,
akan dianggap tidak mengumpulkan tugas dan diberikan nilai 0 (nol).
c) Hasil Observasi Tindakan
Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Indikator atau
variabel yang diamati disesuaikan dengan lembar observasi yang sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

disiapkan. Variabel yang diamati adalah keaktifan dan hasil belajar siswa
dalam mengikuti mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan
(PPTP). Pengamatan keaktifan siswa dilakukan berdasarkan rekaman (logs)
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara online. Sedangkan
pengukuran hasil belajar dilakukan berdasarkan penilaian terhadap hasil tugas
yang dikumpulkan siswa secara online. Pada pengukuran hasil belajar, siswa
dinyatakan kompeten jika mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu 70 (tujuh puluh) untuk mata diklat
Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP). Hasil pengamatan dan
pengukuran dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Siklus II
Skor
No Objek yang Diamati
1 2 3 4 5
Berinisiatif mencari cara untuk 0 0 5 14 22
1 menyelesaikan masalah secara
(0%) (0%) (12%) (34%) (54%)
individu
0 1 13 9 18
Berinisiatif menjawab peranyaan
2
yang disampaikan guru (0%) (2%) (32%) (22%) (44%)
Berinisiatif untuk bertanya 0 33 5 3 0
3 tentang hal-hal yang belum
(0%) (80%) (12%) (8%) (0%)
dimengerti
Berinisiatif mengambil 0 27 3 7 4
4 keterangan dari materi yang
(0%) (66%) (7%) (17%) (10%)
disampaikan guru
Berinisiatif mendiskusikan hal-
0 0 4 22 15
hal yang terkait dengan mata
5
pelajaran yang dipelajari dengan (0%) (0%) (10%) (53%) (37%)
rekannya
0 0 20 14 7
Bertanggung jawab terhadap
6
hasil pekerjaannya (0%) (0%) (49%) (34%) (17%)
Keterangan :
1.Sangat Kurang 2. Kurang 3. Cukup Baik 4. Baik 5. Sangat baik

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

Tabel 5. Pengukuran Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No. Nama Siswa Nilai Keterangan


1 AP 75 Kompeten
2 ADS 85 Kompeten
3 ACS 80 Kompeten
4 AP 85 Kompeten
5 ADAA 75 Kompeten
6 AS 85 Kompeten
7 ADA 85 Kompeten
8 BPP 75 Kompeten
9 BLW 70 Kompeten
10 CRN 75 Kompeten
11 DAKT 75 Kompeten
12 DDW 65 Belum Kompeten
13 DSSP 65 Belum Kompeten
14 DADD 75 Kompeten
15 DAWA 65 Belum Kompeten
16 FHP 65 Belum Kompeten
17 FARS 70 Kompeten
18 GK 70 Kompeten
19 HH 80 Kompeten
20 HL 75 Kompeten
21 HSP 60 Belum Kompeten
22 JEP 70 Kompeten
23 LNB 75 Kompeten
24 MGF 75 Kompeten
25 NBC 80 Kompeten
26 PGAP 75 Kompeten
27 PPS 70 Kompeten
28 RKP 70 Kompeten
29 RSH 65 Belum Kompeten
30 SPP 85 Kompeten
31 SDJ 60 Belum Kompeten
32 SSP 85 Kompeten
33 TMB 75 Kompeten
34 TAS 70 Kompeten
35 TKP 75 Kompeten
36 VDI 75 Kompeten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

No. Nama Siswa Nilai Keterangan


37 WYK 70 Kompeten
38 YAT 80 Kompeten
39 YDP 75 Kompeten
40 YEP 80 Kompeten
41 YFOR 80 Kompeten

Pembelajaran pada siklus ini berjalan lebih baik jika dibandingkan


dengan siklus sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan
pada beberapa aspek, baik dalam hal keaktifan maupun hasil belajar. Namun
pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini juga dirasa masih belum optimal.
Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa aspek yang masih menunjukkan
hasil yang belum memuaskan.
Dari hasil pengamatan keaktifan dan pengukuran terhadap hasil belajar
siswa pada siklus II dapat ditarik beberapa kesimpulan. Untuk variabel
keaktifan siswa, pada siklus ini keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan
ke arah yang lebih baik. Siswa sangat baik dalam mencari cara untuk
menyelesaikan masalah secara individu. Siswa melakukan dengan baik dalam
berinisiatif menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Dalam hal
berinisiatif untuk mendiskusikan hal yang terkait mata pelajaran yang
dipelajari dengan rekannya, siswa sudah melakukan dengan baik. Sedangkan
dalam hal tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dengan mengerjakan
dan mengumpulkan tugas tepat waktu, siswa melakukan dengan cukup baik.
Namun siswa masih kurang dalam hal bertanya tentang hal-hal yang belum
dimengerti dan mendiskusikan hal yang terkait dengan mata pelajaran yang
sedang dipelajari dengan rekannya. Hal ini mungkin terjadi karena model
pembelajaran online baru pertama diterapkan kepada siswa sehingga siswa
belum terbiasa untuk memanfaatkan fitur-fitur yang ada dalam Learning
Management System.
Untuk variabel hasil belajar siswa, berdasarkan hasil penilaian
terhadap tugas yang dikumpulkan siswa, 34 siswa dinyatakan kompeten dan 7
siswa dinyatakan belum kompeten. Tingkat ketuntasan siswa pada siklus ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

mencapai 84%. Jika dibandingkan dengan siklus I dengan tingkat ketuntasan


71%, pada siklus ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran secara online.
d) Refleksi
Pembelajaran online yang dilaksanakan pada siklus II memberi
peningkatan pada keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang berbeda ini
memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu dalam
memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Berbeda dengan
model pembelajaran konvensional dengan waktu yang lebih terbatas,
pembelajaran online memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
dengan waktu yang lebih banyak. Siswa dapat mempelajari materi
pembelajaran di luar jam reguler. Dengan pembelajaran online, interaksi
antara guru dan siswa maupun interaksi antarsiswa juga dapat dilakukan tanpa
batas. Pada model ini memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang
menonjol perannya saat pembelajaran konvensional, untuk lebih berperan
aktif dalam pembelajaran. Walaupun demikian, karena model ini baru pertama
kali diterapkan, banyak fitur-fitur pembelajaran online yang belum
dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
diperlukan sosialisasi supaya siswa terbiasa dengan situasi pembelajaran
online.
Hasil pembelajaran pada siklus II berdasarkan pengamatan keaktifan
siswa dan pengukuran terhadap hasil belajar siswa memutuskan bahwa
keaktifan dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Namun demikian,
berdasarkan hasil pengamatan masih ditemukan aspek-aspek yang masih
menunjukkan hasil kurang. Kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki
di siklus berikutnya. Pembelajaran pada siklus berikutnya akan menggunakan
model pembelajaran yang berbeda, yaitu dengan menggunakan blended
learning. Blended learning merupakan kombinasi (gabungan) antara
pembelajaran konvensional dan pembelajaran online dengan penerapan e-
Learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Dalam blended learning, kegiatan pembelajaran yang utama


dilaksanakan di dalam kelas secara konvensional. Pembelajaran online hanya
dilakukan pada saat evaluasi untuk mengamati tanggung jawab siswa dalam
belajar sekaligus mengukur hasil belajar siswa. Dengan digunakannya blended
learning, diharapkan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

3. Tindakan Kelas III


a) Perencanaan Tindakan
Pada Siklus III, kegiatan pembelajaran direncanakan akan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama kegiatan
pembelajaran dilaksanakan secara konvensional, sedangkan pada
pertemuan berikutnya dilaksanakan evaluasi secara online. Dengan
dilaksanakannya dua model pembelajaran yang berbeda tersebut, ini
berarti pada siklus III kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan model
blended learning, yaitu kombinasi antara pembelajaran konvensional
dengan pembelajaran online.
Pada pertemuan pertama, pembelajaran dilaksanakan secara
konvensional. Pada tahap ini, saat pembelajaran berlangsung guru
menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas. Materi yang akan
disampaikan untuk siklus ini adalah mengenai proses perlakuan panas
mekanik. Setelah materi disampaikan, pada akhir pertemuan pertama
tidak diadakan evaluasi berupa tes tertulis. Evaluasi diadakan pada
pertemuan berikutnya secara online, dengan memanfaatkan Learning
Management System.
b) Hasil Tindakan

Tindakan kelas untuk siklus III dimulai pada hari Selasa, 22


Februari 2011 pukul 07.00 dan berakhir pada hari Selasa, 8 Maret 2011.
Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran dilaksanakan di dalam
kelas secara konvensional. Pada pertemuan ini, guru menyampaikan
materi tentang perlakuan panas mekanik. Guru menyampaikan materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) dengan bantuan


video-video pendukung tentang proses perlakuan panas mekanik seperti
pelunakan (annealing), penormalan (normalizing), pemudaan (tempering),
dan pengerasan penuh (full hardening). Sesekali guru melemparkan
pertanyaan kepada siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Sebelum menanggapi
pertanyaan-pertanyaan dari siswa, guru melemparkan pertanyaan-
pertanyaan tersebut untuk ditanggapi siswa yang lain, sehingga tercipta
sebuah diskusi dan diakhiri dengan pengambilan keputusan. Pada siklus
ini, kegiatan diskusi sudah berjalan lebih baik jika dibandingkan dengan
siklus I.

Pada pertemuan berikutnya dilaksanakan evaluasi dalam bentuk


ulangan (quiz). Evaluasi untuk siklus ini dilaksanakan secara online
dengan memanfaatkan Learning Management System. Dalam evaluasi
secara online ini, pertanyaan atau soal yang disampaikan kepada siswa
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu pilihan ganda (multiple choice), dan
memasangkan (matching) pernyataan-pernyataan dengan pilihan jawaban
yang sudah disediakan. Jumlah soal yang diterima setiap siswa sama.
Untuk mengurangi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan
rekannya, dengan memanfaatkan fitur pada Learning Management
System., guru melakukan pengacakan (shuffling) terhadap urutan
pertanyaan dan pilihan jawaban yang menjadi bahan evaluasi. Dengan
dilakukannya pengacakan ini, setiap siswa mendapatkan jumlah
pertanyaan dan pilihan jawaban yang sama, tetapi berbeda-beda urutannya.
Selain itu, guru juga membuat batas waktu (time limit) untuk siswa dalam
mengerjakan ulangan ini. Jika sampai batas waktu berakhir, siswa belum
selesai mengerjakan dan mengirimkan jawaban ke server, siswa akan
mendapatkan nilai 0 (nol).
Dengan pelaksanaan ulangan secara online, proses penilaian
berlangsung lebih cepat, mudah, dan adil (fair) karena dilakukan secara

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

otomatis oleh server. Pada saat menyusun soal-soal, guru cukup


memasukkan soal, pilihan jawaban, dan jawaban yang bernilai benar.
Selanjutnya distribusi soal kepada siswa dan penilaian dilakukan secara
otomatis oleh server. Setelah siswa selesai mengerjakan ulangan dan
mengirimkan (submitting) jawaban mereka ke server, secara cepat dan
otomatis server akan melakukan penilaian terhadap jawaban-jawaban
tersebut. Siswa langsung dapat mengetahui hasil belajar mereka, lengkap
dengan data-data lain seperti waktu yang mereka capai dalam mengerjakan
ulangan, jawaban-jawaban bernilai salah yang dipilih siswa, dan jawaban-
jawaban bernilai benar untuk setiap pertanyaan.

Gambar 17. Contoh Hasil Penilaian pada Evaluasi Online


(http://intramikael.smkmikael.sch.id, 2011)
c) Hasil Observasi
Pada siklus III, kegiatan observasi dilakukan saat pembelajaran
dan evaluasi berlangsung. Indikator atau variabel yang diamati disusun
berdasarkan lembar observasi yang sudah disusun. Adapun variabel yang
diamati adalah keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti mata
diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP). Untuk observasi
keaktifan siswa dilaksanakan oleh kolaborator saat pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

berlangsung di kelas, sedangkan pengukuran terhadap hasil belajar siswa


dilakukan oleh guru berdasarkan hasil evaluasi yang dicapai siswa di akhir
siklus ini. Pada pengukuran terhadap hasil belajar, siswa dinyatakan
kompeten jika mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal), yaitu 70 (tujuh puluh) untuk mata diklat
Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP). Hasil pengamatan dan
pengukuran dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut:
Tabel 6. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Siklus III

Skor
No Pernyataan
1 2 3 4 5
Berinisiatif mencari cara untuk 0 6 10 18 7
1 menyelesaikan masalah secara
(0%) (15%) (24%) (44%) (17%)
individu
0 12 20 9 0
Berinisiatif menjawab pertanyaan
2
yang disampaikan oleh guru (0%) (29%) (49%) (22%) (0%)
0 7 25 9 0
Berinisiatif bertanya tentang hal-
3
hal yang belum dimengerti (0%) (17%) (61%) (22%) (0%)
0 5 10 23 3
Berinisiatif mengambil keterangan
4
dari materi yang disampaikan guru (0%) (12%) (24%) (56%) (7%)
Berinisiatif mendiskusikan hal
0 5 18 18 0
yang terkait dengan mata pelajaran
5
yang sedang dipelajari dengan (0%) (12%) (44%) (44%) (0%)
rekannya
2 6 6 9 18
Bertanggung jawab terhadap hasil
6
pekerjaannya (5%) (15%) (15%) (22%) (44%)
Keterangan :
1.Sangat Kurang 2. Kurang 3. Cukup Baik 4. Baik 5. Sangat baik

Tabel 7. Pengukuran Hasil Belajar Siswa pada Siklus III

No. Nama Siswa Nilai Keterangan


1 AP 88 Kompeten
2 ADS 75 Kompeten
3 ACS 70 Kompeten
4 AP 75 Kompeten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

No. Nama Siswa Nilai Keterangan


5 ADAA 75 Kompeten
6 AS 100 Kompeten
7 ADA 70 Kompeten
8 BPP 83 Kompeten
9 BLW 100 Kompeten
10 CRN 75 Kompeten
11 DAKT 88 Kompeten
12 DDW 82 Kompeten
13 DSSP 50 Belum Kompeten
14 DADD 82 Kompeten
15 DAWA 82 Kompeten
16 FHP 82 Kompeten
17 FARS 100 Kompeten
18 GK 100 Kompeten
19 HH 94 Kompeten
20 HL 57 Belum Kompeten
21 HSP 57 Belum Kompeten
22 JEP 94 Kompeten
23 LNB 100 Kompeten
24 MGF 70 Kompeten
25 NBC 100 Kompeten
26 PGAP 70 Kompeten
27 PPS 45 Belum Kompeten
28 RKP 94 Kompeten
29 RSH 38 Belum Kompeten
30 SPP 70 Kompeten
31 SDJ 70 Kompeten
32 SSP 94 Kompeten
33 TMB 94 Kompeten
34 TAS 70 Kompeten
35 TKP 88 Kompeten
36 VDI 100 Kompeten
37 WYK 94 Kompeten
38 YAT 94 Kompeten
39 YDP 75 Kompeten
40 YEP 88 Kompeten
41 YFOR 75 Kompeten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan dan pengukuran terhadap


hasil belajar siswa, pembelajaran pada siklus III ini merupakan yang
terbaik dibanding dua siklus sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan yang singnifikan pada variabel keaktifan maupun
pada variabel hasil belajar siswa. Walaupun pada tabel-tabel di atas masih
menunjukkan bebrepa hasil yang belum memuaskan, tetapi secara umum
pembelajaran pada siklus III menunjukkan hasil yang optimal.
Dari pengamatan keaktifan dan pengukuran terhadap hasil belajar
siswa pada siklus III dapat ditarik beberapa kesimpulan. Untuk variabel
keaktifan siswa, pada siklus ini keaktifan siswa menunjukkan hasil yang
paling baik dari 3 siklus yang sudah dilaksanakan. Siswa sudah dapat
berinisiatif mencari cara untuk menyelesaikan masalah secara individu.
Siswa cukup baik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Siswa
cukup baik dalam berinisiatif untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti. Siswa mengambil keterangan yang diberikan guru dengan
baik. Siswa sudah baik dalam mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan
mata pelajaran dengan rekannya. Dan siswa sudah bertanggung jawab
terhadap hasil pekerjaannya dengan sangat baik.
Untuk variabel hasil belajar siswa, berdasarkan hasil evaluasi pada
siklus ini, 36 siswa dinyatakan kompten dan 5 siswa dinyatakan belum
kompeten. Tingkat ketuntasan siswa pada siklus ini mencapai 88%,
dengan 7 siswa mendapatkan nilai maksimal (100). Jika dibandingkan
dengan siklus I dengan tingkat ketuntasan 71% dan siklus II dengan
tingkat ketuntasan 84%, hasil belajar pada siklus III dengan model blended
learning memberikan hasil yang terbaik.
d) Refleksi
Pembelajaran pada siklus III dengan model blended learning,
yaitu kombinasi pembelajaran konvensional dan online memberikan
peningkatan yang cukup signifikan pada keaktifan dan hasil belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Dengan model pembelajaran gabungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

ini, siswa dapat mengikuti pembelajaran di kelas, bertanya tentang hal-hal


yang belum dipahami kepada guru, sekaligus mempunyai banyak waktu
untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Pada evaluasi
pembelajaran, dengan memanfaatkan teknologi (e-Learning), proses
evaluasi dan penilaian hasil belajar siswa dapat dilakukan secara cepat,
tepat, dan adil.
Berdasarkan pengamatan keaktifan dan pengukuran terhadap hasil
belajar siswa pada siklus II, diputuskan bahwa keaktifan dan hasil belajar
siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian, tujuan
dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata diklat Pengetahuan Penunjang
Teknik Pemesinan (PPTP) melalui model pembelajaran e-Learning di SMK
St. Mikael Surakarta telah tercapai.

4. Hasil Penelitian Keseluruhan


Hasil penelitian tindakan kelas secara keseluruhan menunjukkan bahwa
penerapan model blended learning memperoleh hasil berupa peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa seperti ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut ini.
Tabel 8. Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Mencari Cara untuk
Menyelesaikan Masalah Secara Individu
No Skala Penilaian Siklus I Siklus II Siklus III
1 Sangat Kurang 0% 0% 0%
2 Kurang 22% 0% 15%
3 Cukup Baik 41% 12% 24%
4 Baik 27% 34% 44%
5 Sangat Baik 10% 54% 17%

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

Tabel 9. Presentase Skala pengamatan Keaktifan Menjawab Pertanyaan yang


Disampaikan oleh Guru
No Skala Penilaian Siklus I Siklus II Siklus III
1 Sangat Kurang 2% 0% 0%
2 Kurang 63% 2% 29%
3 Cukup Baik 29% 32% 49%
4 Baik 5% 22% 22%
5 Sangat Baik 0% 44% 0%

Tabel 10. Presentase Skala Pengamatan Keaktifan Bertanya tentang Hal-Hal yang
Belum Dimengerti
No Skala Penilaian Siklus I Siklus II Siklus III
1 Sangat Kurang 10% 0% 0%
2 Kurang 66% 80% 17%
3 Cukup Baik 20% 12% 61%
4 Baik 4% 8% 22%
5 Sangat Baik 0% 0% 0%

Tabel 11. Presentase Skala Penilaian Keaktifan Mengambil Keterangan dari


Materi yang Disampaikan Guru
No Skala Penilaian Siklus I Siklus II Siklus III
1 Sangat Kurang 0% 0% 0%
2 Kurang 5% 66% 12%
3 Cukup Baik 95% 7% 24%
4 Baik 0% 17% 56%
5 Sangat Baik 0% 10% 7%

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

Tabel 12. Presentase Skala Penilaian Keaktifan Mendiskusikan Hal yang Terkait
dengan Mata Pelajaran yang Sedang Dipelajari dengan Rekan
No Skala Penilaian Siklus I Siklus II Siklus III
1 Sangat Kurang 0% 0% 0%
2 Kurang 57% 0% 12%
3 Cukup Baik 41% 10% 44%
4 Baik 2% 54% 44%
5 Sangat Baik 0% 37% 0%

Tabel 13. Presentase Skala Penilaian Keaktifan Bertanggung Jawab Terhadap


Hasil Pekerjaan
No Skala Penilaian Siklus I Siklus II Siklus III
1 Sangat Kurang 0% 0% 5%
2 Kurang 0% 0% 15%
3 Cukup Baik 15% 49% 15%
4 Baik 51% 34% 22%
5 Sangat Baik 34% 17% 44%

Dalam penelitian tindakan kelas ini, penerapan model pembelajaran yang


berbeda untuk setiap siklus bertujuan untuk memperoleh perbaikan proses
pembelajaran, selain sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa. Presentase keaktifan siswa merupakan hasil pengolahan nilai dari
aspek-aspek yang diamati, yaitu mencari cara untuk menyelesaikan masalah
secara individu, menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, bertanya
tentang hal-hal yang belum diamati, mengambil keterangan dari materi yang
disampaikan guru, mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan mata pelajaran
yang dipelajari dengan rekan, dan bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.
Hasil observasi yang menunjukkan hasil cukup baik, baik, dan sangat baik pada
tabel 8 hingga tabel 13 kemudian dijumlahkan dan hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Tabel 14. Presentase Data Pengamatan Aspek Keaktifan tiap Siklus


Siklus Siklus Siklus
No Skala Penilaian
I II III

1 Berinisiatif mencari cara untuk 78% 100% 85%


menyelesaikan masalah secara individu
2 Berinisiatif menjawab pertanyaan yang 34% 98% 71%
disampaikan guru
3 Berinisiatif untuk bertanya tentang hal- 24% 20% 88%
hal yang belum dimengerti
4 Berinisiatif mengambil keterangan dari 95% 34% 88%
materi yang disampaikan guru
Berinisiatif mendiskusikan hal-hal yang
5 terkait dengan mata pelajaran yang 43% 100% 88%
dipelajari dengan rekannya
6 Bertanggung jawab terhadap hasil 100% 100% 80%
pekerjaannya

Nilai dari keenam aspek tersebut kemudian dirata-rata sehingga diperoleh


nilai keaktifan siswa. Sedangkan hasil belajar siswa diambil dari tingkat
ketuntasan siswa setiap siklus. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang
mendapatkan nilai minimal sama dengan 70 (tujuh puluh) pada tes yang
dilaksanakan di setiap akhir siklus. Angka 70 ini diambil dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) untuk setiap mata diklat produktif di SMK St. Mikael Surakarta,
dimana mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) merupakan
salah satu mata diklat produktif. Hasil pengukuran hasil belajar siswa pada
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan siswa pada siklus I adalah
71%, pada siklus II menjadi 84%, dan pada siklus III menjadi 88%. Informasi
lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 15. Data Pengamatan Keaktifan dan Pengukuran Hasil Belajar Siswa
Siklus Siklus Siklus
No Variabel Pengamatan
I II III
1 Keaktifan Siswa 62,33% 75,33% 86.16%
2 Hasil Belajar Siswa 71% 84% 88%

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

100%
84% 88%
86.16%
80% 75.33%
71%
60% 62.33%

40%

20%

0%
Siklus I SiklusII Siklus III
Keterangan: Keak fan Siswa Hasil Belajar Siswa

Gambar 18. Kurva Data Pengamatan Keaktifan dan Pengukuran Hasil Belajar
Siswa

B. Pembahasan
Pada sub bab ini memaparkan tentang dua hal, yakni keaktifan siswa dan
hasil belajar siswa. Kedua hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.
1. Keaktifan Siswa
Pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan, variabel keaktifan siswa
dibagi dalam 6 aspek yaitu: (a) berinisiatif mencari cara untuk menyelesaikan
masalah secara individu, (b) berinisiatif untuk menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh guru, (c) berinisiatif untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
dimengerti, (d) berinisiatif mengambil keterangan dari materi yang disampaikan
oleh guru, (e) berinisiatif mendiksuksikan hal-hal yang terkait dengan mata
pelajaran yang dipelajari dengan rekannya, dan (f) bertanggung jawab terhadap
hasil pekerjaannya. Pengamatan terhadap aspek-aspek tersebut dilakukan dalam 3
siklus. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel 14.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

Pada aspek berinisiatif mencari cara untuk menyelesaikan masalah secara


individu, berdasarkan hasil penelitian didapatkan ketercapaian hasil sebanyak
78% untuk siklus I, 100% untuk siklus II, dan 85% untuk siklus III. Untuk aspek
ini, hasil yang paling optimal didapatkan pada siklus II, pada saat pembelajaran
dilaksanakan secara online. Dalam pembelajaran online, nampaknya siswa
dikondisikan untuk dapat menyelesaikan masalah secara individu, karena siswa
dituntut untuk belajar secara mandiri. Hal ini tidak terjadi pada proses
pembelajaran di siklus I dan siklus III yang masih menyertakan proses
pembelajaran konvensional. Pada proses pembelajaran konvensional, masih
dimungkinkan keterlibatan guru untuk menyelesaikan masalah yang dialami
siswa.
Pada aspek berinisiatif untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan
guru, berdasarkan hasil penelitian didapatkan ketercapaian hasil sebanyak 34%
untuk siklus I, 98% untuk siklus II, dan 71% untuk siklus III. Untuk aspek ini,
hasil yang paling optimal masih didapatkan pada siklus II, pada saat pembelajaran
dilaksanakan secara online. Dalam pembelajaran online, dimungkinkan setiap
siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh
guru. Hal ini juga tidak terjadi pada proses pembelajaran di siklus I dan siklus III
yang masih menyertakan proses pembelajaran konvensional. Pada proses
pembelajaran konvensional, guru biasanya memberikan pertanyaan dengan cara
menunjuk beberapa siswa untuk menjawab sehingga tidak setiap siswa
mempunyai kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang
disampaikan oleh guru.
Pada aspek berinisiatif untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
dimengerti, berdasarkan hasil penelitian didapatkan ketercapaian hasil sebanyak
24% untuk siklus I, 20% untuk siklus II, dan 88% untuk siklus III. Untuk aspek
ini, hasil yang paling optimal didapatkan pada siklus III saat pembelajaran
dilaksanakan secara campuran (blended). Dalam pembelajaran campuran (blended
learning), dimungkinkan kesempatan bagi siswa untuk bertanya saat
pembelajaran berlangsung maupun di luar jam pembelajaran dengan
memanfaatkan Learning Management System yang sudah disediakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

Pada aspek berinisiatif untuk mengambil keterangan dari materi yang


disampaikan oleh guru, berdasarkan hasil penelitian didapatkan ketercapaian hasil
sebanyak 95% untuk siklus I, 34% untuk siklus II, dan 88% untuk siklus III.
Untuk aspek ini, hasil yang paling optimal didapatkan pada siklus I saat
pembelajaran dilaksanakan secara konvensional. Dalam pembelajaran
konvensional, seluruh proses pembelajaran dilaksanakan di dalam kelas. Siswa
tidak mempunyai kesempatan untuk mengambil keterangan dari materi yang
disampaikan oleh guru di luar kelas ataupun di luar waktu pembelajaran.
Tampaknya dengan kondisi demikian, siswa akan berinisiatif untuk mengambil
keterangan dari materi yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran
berlangsung di dalam kelas, sehingga untuk aspek ini hasil yang paling optimal
terdapat pada siklus I.
Pada aspek berinisiatif mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan mata
pelajaran yang dipelajari dengan rekannya, berdasarkan hasil penelitian
didapatkan ketercapaian hasil sebanyak 43% untuk siklus I, 100% untuk siklus II,
dan 88% untuk siklus III. Untuk aspek ini, hasil yang paling optimal didapatkan
pada siklus II saat pembelajaran dilaksanakan secara online. Dalam pembelajaran
online, setiap kegiatan (activity) yang dilakukan oleh siswa, termasuk proses
diskusi, hanya dapat dilaksanakan secara online dengan cara memanfaatkan
Learning Management System yang sudah disediakan. Tampaknya hal inilah yang
menyebabkan untuk aspek ini hasil yang paling optimal dicapai pada siklus II.
Pada aspek yang terakhir, yaitu bertanggung jawab terhadap hasil
pekerjaannya, berdasarkan hasil penelitian didapatkan ketercapaian hasil sebanyak
100% untuk siklus I, 100% untuk siklus II, dan 80% untuk siklus III. Untuk aspek
ini, hasil yang paling optimal didapatkan pada siklus I saat pembelajaran
dilaksanakan secara konvensional dan pada siklus II saat pembelajaran
dilaksanakan secara online. Dalam pembelajaran konvensional dan online,
ditetapkan aturan-aturan tertentu yang membatasi siswa saat mengikuti proses
pembelajaran. Berbeda dengan pembelajaran campuran (blended learning) yang
memberikan berbagai kemudahan dengan cara menghilangkan beberapa aturan-
aturan pada proses pembelajaran konvensional dan online, sehingga proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih nyaman dan fleksibel. Model


pembelajaran yang nyaman dan fleksibel ini tampaknya juga menurunkan tingkat
tanggung jawab siswa terhadap hasil pekerjaannya sehingga hasil yang paling
optimal untuk aspek ini dicapai pada siklus I dan siklus II.
2. Hasil Belajar Siswa
Pada siklus I dengan model pembelajaran konvensional, keaktifan siswa
rata-rata tercatat sebanyak 62,33% dan tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai
71%. Pada siklus ini 29 dari 41 siswa siswa dinyatakan kompeten, sedangkan 12
siswa dinyatakan belum kompeten karena belum mencapai hasil minimal yang
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata diklat
Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesianan (PPTP) yaitu 70 (tujuh puluh) dari
skala 0-100. Nilai rata-rata siswa untuk siklus ini adalah 72,31.
Pada siklus II dengan model pembelajaran online, keaktifan dan hasil
belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus II, keaktifan siswa rata-rata
meningkat menjadi 75,33% dan tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 84%.
Pada siklus ini 34 dari 41 siswa dinyatakan kompeten, sedangkan 7 siswa
dinyatakan belum kompeten karena belum mencapai hasil minimal yang sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata siswa untuk siklus ini
adalah 74,26. Peningkatan hasil belajar pada siklus ini dimungkinkan karena
waktu yang dimiliki siswa untuk belajar lebih banyak, tidak terbatas saat di kelas
saja. Dengan waktu belajar yang lebih banyak ini, tampaknya siswa lebih siap
dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga hasil belajar siswa
pada siklus ini mengalami peningkatan.
Pada siklus III yang yang merupakan siklus terakhir pada penelitian ini
dilaksanakan pembelajaran dengan model blended learning, yaitu kombinasi
antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran online. Pada siklus ini juga
ditemukan peningkatan pada aspek keaktifan dan hasil belajar siswa. Pada siklus
ini didapatkan peningkatan yang paling optimal daripada siklus sebelumnya. Pada
siklus III ini, keaktifan siswa rata-rata meningkat menjadi 86,16% dan tingkat
ketuntasan belajar siswa mencapai 88% atau 35 dari 41 siswa dinyatakan
kompeten, sedangkan 5 siswa dinyatakan belum kompeten karena belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

mencapai hasil minimal yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Nilai rata-rata siswa untuk siklus ini adalah 80,68.
Peningkatan hasil belajar pada siklus ini dimungkinkan karena berbagai
kemudahan dan fleksibilitas yang ditawarkan kepada siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Dengan kemudahan dan fleksibilitas tersebut, tampaknya
siswa menjadi lebih nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa pada siklus ini mengalami peningkatan.
Jika ditinjau dari proses pembelajaran, peningkatan keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam penelitian ini sudah berjalan dengan baik. Hal ini dipengaruhi
oleh pelaksanaan proses pembelajaran yang bervariasi, dan merangsang siswa
untuk berpikir serta bereksplorasi sehingga keaktifan siswa dapat ditingkatkan.
Guru mengambil peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran yang
berlangsung, sehingga proses pembelajaran dapat diatur dengan mudah berjalan
dengan baik sesuai skenario yang sudah direncanakan sebelumnya. Dengan
meningkatnya tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
berarti tingkat pemahaman mereka akan materi yang disampaikan guru juga
mengalami peningkatan. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar yang didapatkan
saat proses evaluasi, sehingga hasil belajar siswa pun akan mengalami
peningkatan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa penelitian
tindakan kelas (classroom action research) ini telah berjalan dengan baik.

C. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas atau classroom action research
tidak semata-mata tanpa keterbatasan atau kesulitan. Keterbatasan atau kesulitan
ini cenderung dirasakan menjadi hambatan bila berkaitan dengan faktor waktu
penelitian dan sumber daya manusia. SMK St. Mikael Surakarta sebagai tempat
penelitian dianggap cukup layak untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas
khususnya pada aspek peningkatan keaktifan dan hasil belajar melalui penerapan
model pembelajaran eLearing. Keterbatasan-keterbatasan lainnya antara lain
sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

1) Waktu penjadwalan (scheduling) dan pelaksanaan penelitian harus


diperhitungkan secara cermat, hal ini perlu dilakukan karena banyak waktu
yang tersita untuk berbagai kegiatan sekolah lain, seperti uji coba Ujian
Nasional (UN) bagi siswa kelas XII.
2) Proses pembelajaran dengan sistem blok di SMK St. Mikael Surakarta, yaitu
dengan siklus 1 minggu teori dan 1 minggu praktek cenderung membuat
pembelajaran menjadi tidak nyaman. Hal ini disebabkan siswa tidak
mempelajari kembali materi-materi pembelajaran teori saat praktek karena
fisik dan tenaga mereka sudah terkuras untuk kegiatan praktek.
3) Dari segi sumber daya manusia, banyak siswa dan guru yang belum familiar
dengan model blended learning. Walaupun sarana prasarana di SMK St.
Mikael termasuk lengkap, tetapi belum banyak guru yang siswa yang
menyadari manfaat model blended learning dalam pembelajaran sehingga
Learning Management System yang sudah disediakan belum dimanfaatkan
dengan optimal.
4) Saat penelitian berlangsung, pengamat (kolaborator) yang melaksanakan
pengamatan keaktifan siswa hanya 1 orang. Dalam penelitian tindakan kelas,
proses pengamatan oleh kolaborator idealnya dilaksanakan oleh 3 pengamat
yang mempunyai persepsi sama terhadap instrumen yang akan digunakan.
Sebelum instrumen tersebut digunakan, seharusnya instrument tersebut
diujicobakan terlebih dahulu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat disamapaikan berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas atau classroom action research dalam penerapan model blended
learning untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata diklat
Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) adalah:
1. Penerapan model blended learning dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa dalam mata diklat Peningkatan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP).
Hal ini diambil berdasarkan data dan temuan peneliti di lapangan berupa data
tertulis yang bersumber dari data pengamatan. Penerapan model pembelajaran
ini mampu meningkatkan keaktifan siswa dari 62,33% di akhir siklus I
menjadi 75,33% di akhir siklus II, dan 86,16% di akhir siklus III. Pengamatan
aspek keaktifan siswa didasarkan pada 6 hal yaitu : (a) Berinisiatif mencari
cara untuk menyelesaikan masalah secara individu, (b) Berinisiatif menjawab
pertanyaan yang disampaikan oleh guru, (c) Berinisiatif untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dimengerti, (d) Berinisiatif mengambil keterangan
dari materi yang disampaikan guru, (e) Berinisiatif mendiskusikan hal-hal
yang terkait dengan mata pelajaran yang dipelajari dengan rekan, dan (f)
Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.
2. Penerapan model blended learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP).
Berdasarkan hasil penilaian yang diadakan untuk setiap siklus, diperoleh
peningkatan hasil belajar siswa berupa peningkatan ketuntasan siswa dari 71%
di akhir siklus I menjadi 84% di akhir silus II, dan 88% di akhir siklus III.

B. Implikasi Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka implikasi
yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

1. Pada mata diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP), model


blended learning merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan keaktifan
belajar dan hasil belajar siswa sekaligus mengatasi keterbatasan waktu untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, model
blended learning yang digunakan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa.
2. Rendahnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata
diklat Pengetahuan Penunjang Teknik Pemesinan (PPTP) dapat ditingkatkan
dengan memberikan model-model pembelajaran yang bervariasi sehingga
siswa tidak bosan dan memacu siswa untuk belajar. Salah satu dari model
pembelajaran tersebut adalah model blended learning yang mencakup offline
learning dan online learning. Berdasar penemuan pada hasil penelitian, untuk
meningkatkan keaktifan siswa guru perlu menciptakan sebuah model blended
learning yang mudah, nyaman, dan fleksibel untuk diikuti oleh siswa sehingga
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat ditingkatkan.

C. Saran
Saran dari peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru pengampu mata diklat untuk lebih banyak memberikan sosialisasi
kepada siswa tentang penerapan model blended learning pada proses
pembelajaran sehingga siswa menjadi terbiasa dengan pembelajaran.
2. Bagi sekolah untuk lebih memberikan dorongan kepada guru agar lebih
bersemangat untuk mempelajari dan memanfaatkan ICT (Information and
Communication Technology) pada proses pembelajaran.
3. Bagi mata diklat-mata diklat yang disampaikan kepada siswa untuk dilakukan
pengembangan model dan metode pembelajaran guna meningkatkan hasil
belajar siswa.
4. Bagi peneliti untuk menambah jumlah pengamat saat proses penelitian
berlangsung. Jumlah pengamat yang ideal adalah 3 orang dengan persepsi
yang sama terhadap instrument yang digunakan.
commit to user

Você também pode gostar