Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboraturium untuk menentukan konsentarsi dari reaktan. karena pengukuran
volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali
degan analisis utama dari kimia analitik dan perhitungan nya. Berdasarkan hubungan
Stoikimetri dari reaksi-reaksi kimia. Titrasi adalah sebuah metode yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Caranya adalah dengan menetesi
(menambahi sedikit-sedikit) larutan yang akan dicari konsentrasinnya (analit) dengan
sebuah larutan hasil standarisasi yang sudah diketahui konsentrasinya dan volume
nya (titrat). Tetesan titrant dihentikan ketika titik ekuivalen telah tercapai, titik
ekuivalen yaitu dimana titrant dengan mol larutan analit. Titik ekuivalen ini susah
diamati yang bisa di amati adalah titik akhir titrasi (perbedaan titik ekuivalen dan titik
akhir titrasi). Titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan larutan indikator ini
akan berubah warna jika volume larutan titrant yang menetesi dralit berlebih atau
dengan kata lain saat larutan analit bereaksi semua (Basset, 1994).
Titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan reaksi netralisasi yakni reaksi antara
Ion hidrogen yang berasal dari asam dengan Ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri merupakan penetepan kadar
secara kuantitatif terhadap senyawa –senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan penitraan asam. Sebaiknya alkalimetri adalah penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa –senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
penitraan basa bila kita untuk menetralkan ML larutan bertitra tertentu yang
diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang disebut asidimetri. Penetapan
sebaiknya , asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri. Dalam
titrasi ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara
perhitungan ialah perubahan pH titrat (Sukmarian, 1990).
Larutan baku (larutan standar) merupakan larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titrat sehingga ditampilkan buret,
yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan Erlenmeyar berdasarkan kemurnian larutan baku
dibedakan menjadi larutan baku primer dn larutan baku skunder (Herley&
David,2000).
Indikator asam –basa disebut juga indicator PH adalah senyawa haloktamik yang
ditambahkan dalam jumlah kecil kedalam sampel, umumnya adalah larutan yang
akan memberikan warna sesuai dengan kondisi PH. Larutan tersebut, pada
temperature 45oC, nilai PH untuk larutan netral adalah 7.0 . dibawah nilai tersebut
larutan dikatakan asam, dan diatas nilai tersebut larutan di katakan asam , dan diatas
nilai tersebut larutan dikatakan basa. Kebanyakan basa senyawa organik yang
dihasilkan makhluk hidup muda melepas proton, umumnya asam karbosilat dan
amino. Sehingga indikator asam-asam banyak digunakan dalam bidang biologi dan
kimia analitik. Mekanisme perubahan warna oleh indikator adalah reaksi asam basa,
pembentukan kompleks dan reaksi redoks (Ilmu Kimia ,2008 )
3.1.2 Bahan
a. Larutan Ch3COOH
b. Larutan NaOH 0,1N
c. Larutan asam oksalat
d. Indikator PP
4.1.2 Alkalimetri
No Perlakuan Pengamatan
1 Dituang larutan NaOH yang telah di
standarisasi sebanyak 50ml kedalam
buret
Warna larutan tetap dari bening
2 Dengan menggunakan pipet volume,
menjadi bening
dimasukan 10ml larutan CH3COOH
kedalam elenmeyer dan ditambahkan
2 tetes indikator pp
3 Dilakukan titrasi. Dihentikan titrasi Titrasi pertama menghasilkan 15ml,
pada saat timbulnya warna merah yang titrasi kedua menghasilkan 13 ml, dan
tidak menghilang jika diguncang. titrasi ketiga menghasilkan 13ml.
Dicatat volume NaOH pada warna larutan dari bening menjadi
pembacaan buret, ungu
4 Diulangi titrasi hingga 3 kali,
ditambahkan larutan C2H2O4
5 Dihitung konsentrasi larutan
CH3COOH
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi asidimetri
4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan Asidimetri
Diket : VH2C2O4 (1) = 19ml
VH2C2O4 (2) = 18ml
VH2C2O4 (3) = 18ml
Vrata-rata = 18,3 ml
Mh2l2O4 = 0.1 M
VNaOH = 10ml
Dit : MnaOH ?
Jawab : M1.V1 = M2.V2
0,1 M . 18.3 ml = M2 x 10 ml
M2 = 0.18 M
→ Jadi, MnaOH adalah 0.18 M.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
a. Volume titik akhir titrasi percobaan alkalimetri yaitu 15 ml, 13,ml dan 13 ml
yang totalnya adalah 41 ml. Volume rata-ratanya adalah 13,7 ml.Volume
titrasi dari percobaan asidimetri yaitu 19ml, 18ml, dan 18ml yang totalnya
adalah 55 ml. volume rata-ratanya adalah 18.3 ml.
b. Konsentrasi NaOH pada percobaan ini adalag 0.183 N dan konsetrasi
CH3IOOH pada percobaan ini adalah 0.137 N
Konsentrasi NaOh
Diket : VH2C2O4 (1) = 19ml
VH2C2O4 (2) = 18ml
VH2C2O4 (3) = 18ml
Vrata-rata = 18,3 ml
Mh2l2O4 = 0.1 M
VNaOH = 10ml
Dit : MnaOH ?
Jawab : M1.V1 = M2.V2
0,1 M . 18.3 ml = M2 x 10 ml
M2 = 0.18 M
→ Jadi, MnaOH adalah 0.18 M.
Konsentrasi CH3I00H
Diket : VNaOH (1) = 15ml
VNaOH (2) = 13ml
VNaOH (1) = 13ml
Vrata-rata = 13.6 ml
M NaOH = 0.1 M
VCH3COOH = 10 ml
Dit : MCH3COOH?
Jawab : M1.VI = M2.V2
0,1 M . 13.6 ml = M2.10 ml
M2 = 0.136 M
→ Jadi, MCH3COOH adalah 0.136 M.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya dapat dilakukan titrasi antara asam kuat dan
basa kuat seperti Hcd dan NaOH agar dapat dibandingkan dengan hasil filtrasi asam
lemah dan basa kuat.