Você está na página 1de 2

Analisis masalah gelandangan

A. Definisi Gelandangan
Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (PP No 31/
1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis). Gelandangan adalah seorang yang
hidup dalam keadaan yang tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan
mengembara ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat. Menurut Muthalib dan Sudjarwo (dalam IqBali, 2005) diberikan tiga gambaran
umum gelandangan yaitu:
a) sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyaratnya,
b) orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai,
c) orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan.
Penyebab munculnya geladangan, dilihat dari berbagai prespektif kehidupan banyak
manusia , banyak hal yang mendukung, mendorong bahkan menjadi embrio yang menuju
kearah munculnya gelandangan tersebut.

Menurut Neo-Marxis “teori ketergantungan: dimana integrasi ke dalam ekonomi kapitalis


global semakin membatasi kemungkinan untuk mengembangkan cara-cara hidup yang cocok
dengan struktur dan budaya negara-negara terbelakang sehingga karena ketidak mampuan
mengejar Negara-negara yang semakin maju, timbulah masalah-masalah sosial salah satunya
adalah gelandangan.

B. Faktor Penyebab Gelandangan


Dari beberapa hasil pengamatan terhadap gelandangan, dapat disebutkan bahwa penyebab munculnya
gelandangan di kota kota besar dibedakan kedalam faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi;
faktor malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat, adanya cacat fisik, dan adanya cacat psikis (jiwa).
Sedangkan faktor ekstern terdiri dari; faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, psikologis, kultural,
lingkungan dan agama. Faktor ekstern ini adalah faktor yang utama dan rentan untuk melahirkan
gelandangan, selanjutnya dapat dijelaskan dibawah ini:
a) Faktor ekonomi; kurangnya lapangan pekerjaan, kemiskinan dan akibat rendahnya pendapatan perkapita
serta tidak tercukupinya kebutuhan hidup
b) Faktor geografi; daerah asal yang minus dan tandus sehingga tidak memungkinkan pengolahan tanahnya
c) Faktor sosial; arus urbanisasi yang semakin meningkat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam usaha
kesejahteraan soaial
d) Faktor pendidikan; relative rendahnya pendidikan meyebabkan kurangnya bekal dan keterampilan untuk
hidup layak, kurangnya pendidikan informal ddalam keluarga dan masyarakat
e) Faktor psikologis; adanya perpecahan atau keretakan dalam keluarga dan keinginan melupakan
pengalaman atau kejadian masa lampau yang meyedihkan serta kurangnya gairah kerja
f) Faktor lingkungan; pada gelandangan yang telah berkeluarga atau mempunyai anak, secara tidak langsung
sudah Nampak adanya pembibitan gelandanagn
g) Faktor agama; kurangnya dasar dasar ajaran agama sehingga meyebabkan tipisnya iman, mebuat mereka
tidak tahan mengahadapi cobaan dan tidak mau berusaha untuk keluar dari cobaan itu.
Ada beberapa penyimpangan prilaku yang ditimbulkan oleh fenomena gelandangan dibawah ini
adalah ;
a) Melakukan perbuatan miras, misalnya alkoholisme dan narkoba serta sering mabuk mabukan
b) Melakukan tindakan kriminal, misalnya penodongan, penjambretan, pencurian, pencopetan, pemalakan
dan perkelahian
c) Melakukan tindakan asusia, misalnya pemerkosaan, pencabukan dan bahkan bagi yang wanita terjerumus
menjadi WTS
d) Melakukan perbuatan mengemis dan pemulung
C. Usaha untuk Menanggulangi Gelandangan
Dalam PP No. 31/ 1980 terdapat usaha untuk menanggulangi adanya Gelandangan. Adapun usaha
yang perlu dilakukan adalah:
a) Usaha preventif adalah usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan, bimbingan, latihan, dan
pendidikan, pemberian bantuan, pengawasan serta pembinaan lanjut kepada berbagai pihak yang ada
hubungannya dengan pergelandangan dan pengemisan, sehingga akan tercegah terjadinya:
i. pergelandangan dan pengemisan oleh individu atau keluarga-keluarga terutama yang
sedang berada dalam keadaan sulit penghidupannya;
ii. meluasnya pengaruh dan akibat adanya pergelandangan dan pengemisan di dalam
masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban dan kesejahteraan pada umumnya;
iii. pergelandangan dan pengemisan kembali oleh para gelandangan dan pengemis yang telah
direhabilitir dan telah ditransmigrasikan ke daerah pemukiman baru ataupun telah
dikembalikan ke tengah masyarakat.
b) Usaha represif adalah usaha-usaha yang terorganisir, baik melalui lembaga maupun bukan
dengan maksud menghilangkan pergelandangan dan pengemisan, serta mencegah meluasnya
di dalam masyarakat.
c) Usaha rehabilitasi adalah usaha-usaha yang terorganisir meliputi usaha-usaha penyantunan,
pemberian latihan dan pendidikan, pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali baik ke
daerah-daerah pemukiman baru melalui transmigrasi maupun ke tengah-tengah masyarakat,
pengawasan serta pembinaan lanjut, sehingga dengan demikian para gelandangan dan
pengemis, kembali memiliki kemampuan untuk hidup secara layak sesuai dengan martabat
manusia sebagai Warga negara Republik Indonesia.
Usaha penanggulangan di atas termasuk ke dalam strategi-strategi yang dikemukakan
oleh Midgley (1993) dalam ide pembangunan sosial yang membagi ideology pembangunan
sosial ke dalam tiga jenis, yaitu :
1. Strategi individualis, berfokus kepada aktualisasi diri dan perbaikan diri sendiri
2. Strategi collectivist, berfokus pada pendekatan perkembangan dalam organisasi dan
pendekatan institusional
3. Strategi populasi perencanaan berfokus kepada aktivitas skala kecil di dalam masyarakat
local.

Você também pode gostar