Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan
pengawet.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alergi ?
2. Bagaimanakah pembagian alergi ?
3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala alergi ?
4. Factor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya alergi
5. Sebutkan macam-macam alergi ?
6. Bagaimanakah pencegahan alergi ?
C. Tujuan
Tujuan pembahasan alergi ini dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan patofisiologi,etiologi,penanganan dan lain-lain,sehingga alergi
dapat dicegah secara dini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alergi
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera
atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat
yang tertentu (alergen)
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di
mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi
terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan
orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia
berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh
dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang
yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas
tersebut disebut allergen
B. Klasifikasi Alergi
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan
antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat
oleh antibodi seluler.
1. Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini)
Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk
antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator
(histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of
anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang
terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth
muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan
permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala
atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: - shok anafilaktis -
3
urtikaria, edema Quincke - kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis
vasomotorica
C. Etiologi
4
kekerapan pajanan, (c) daya tahan tubuh seseorang, (d) adanya reaksi
silang antar bahan akan berpengaruh terhadap timbulnya alergi. (Retno
W.Soebaryo,2002)
D. Manifestasi Klinis
Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli
alergi modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar target
organ (organ sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang
disebabkan oleh proses alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat
menggganggu semua sistem tubuh.(Widodo judarwanto,2007)
5
5 Sistem Saluran Kemih berkemih, nyeri saat berkemih, bed wetting
(ngompol) Frequent, urgent or painful
urination, inability to control bladder;
bedwetting, vaginal discharge, itching,
swelling, redness or pain in genitals,painful
intercourse.
6
Telinga : telinga terasa penuh/
bergemuruh/berdenging, telinga bagian
dalam gatal, nyeri telinga dengan
gendang telinga kemerahan atau normal,
gangguan pendengaran hilang timbul,
terdengar suara lebih keras, akumulasi
cairan di telinga tengah, pusing,
gangguan keseimbangan.
7
E. Patofisiologi
Reaksi alergi yang kompleks dapat digambarkan sebagai
berikut: reaksi diawali dengan pajanan terhadap alergen yang ditangkap
oleh Antigen Presenting Cell (APC), dipecah menjadi peptida-peptida
kecil, diikat molekul HLA (MHC II), bergerak ke permukaan sel dan
dipresentasikan ke sel Th-2 . Sel Th-2 diaktifkan dan memproduksi
sitokin-sitokin antara lain IL-4 dan IL-13 yang memacu switching
produksi IgG ke IgE oleh sel B, terjadi sensitisasi sel mast dan basofil,
sedangkan IL-5 mengaktifkan eosinofil yang merupakan sel inflamasi
utama dalam reaksi alergi. Antibodi IgE (antibody tersensitisasi)
melekat pada sel mast dan basofil. Bila ada alergen masuk dalam tubuh
maka akan terbentuk ikatan kompleks alergen dengan IgE. Ikatan
tersebut menyebabkan masuknya ion Ca++ ke dalam sel mast dan terjadi
perubahan pada membran sel mast dan basofil. Akibatnya terjadi
degranulasi sel mast yang kemudian menimbulkan pelepasan histamin
serta mediator peradangan lainnya. Selain itu sel residen juga melepas
mediator dan sitokin yang juga menimbulkan gejala alergi.
Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan
pembengkakan ruang intestinum sehingga permeabilitas kapiler
meningkat dan terjadi perembesan cairan dan protein plasma ke
jaringan yang pada akhirnya menimbulkan oedem dan hipovolemik.
Pada sistem pernafasan histamin menyebabkan bronkokonstriksi
yang menyebabkan dispnoe. Pada saluran pencernaan pengeluaran
histamin pada fundus lambung mengaktifkan sel parietas yang
meningkatkan produksi asam lambung dan menyebabkan mual muntah
dan diare. Reseptor histamin juga terdapat di ujung saraf sensori yang
dapat menimbulkan rasa nyeri dan gatal, sedangkan pada mata
menyebabkan mata gatal dan kemerahan.
Reaksi alergi yang berat dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah, keadaan ini biasa disebut syok anafilaktik yang ditandai dengan
gatal, kram abdomen, kulit kemerahan, gangguan saluran cerna dan
sulit bernafas.
8
Gb. Mekanisme reaksi hipersensitifitas
9
antigen tersebut (yang biasanya dikandung dalam “kotoran” sehari-hari)
secara “mutlak”.
Pengobatan/penatalaksanaan
Pengobatan alergi dilakukan dengan farmakoterapi yang memperhitungkan
keamanan, efektifitas dan kemudahan dalam pemberiannya ; imunoterapi serta
edukasi pasien.
Salah satu farmakoterapi yang dianjurkan dalam pengobatan alergi adalah dengan
obat anti histamin dari generasi terbaru seperti cetirizin. Berbeda dengan
antihistamin klasik / generasi pertama (misalnya chlorpheniramine,
cyproheptadine, dexclorpheniramine, dll), antihistamin generasi kedua / terbaru
umumnya memiliki efek sedatif yang rendah (efek mengantuk rendah), efektif dan
sebagian bersifat anti - inflamasi ringan.
Saat ini salah satu obat anti histamin, yaitu cetirizin telah masuk ke dalam
kategori obat wajib apotek dari Badan POM sehingga dapat dibeli di apotek
dalam jumlah tertentu dengan melalui resep dokter.
G. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:
1. Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun di luar rumah.
Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah
ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu
sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi. Usahakan jangan
memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang
hewan peliharaan di sekitar rumah anda.
2. Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari
tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan
terjadinya reaksi alergi. Untuk mandi, haruslah menggunakan air
hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00'.
Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan
shampoo untuk bayi. Dilarang menggunakan cat rambut.
10
3. Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti
nyamuk. Jika di rumah terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket
anti nyamuk.
4. Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
5. Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali
dengan air hangat akan efektif.
6. Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian
dari bahan katun.
7. Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu
dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
8. Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat yang menimbulkan
reaksi alergi. Hindari bahan makanan, minuman, maupun obat-obatan
tersebut. Harus mematuhi aturan diet alergi.
9. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan
perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi.
Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk
menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi
alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak
debu rumah atau dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette
Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan) berturut-
turut, dan diulang setiap 6 bulan sekali.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diketahui bahwa sekitar 80% kunjungan pernafasan pasien ke dokter
merupakan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi.
2. Ditemukan bahwa zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk
tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan
tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang
tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan
tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu
B. Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai alergi.
2. Bagi masyarakat khususnya penderita alergi dapat dengan rutin dan
rajin mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan dengan harapan dapat segera menanggulangi alergi yang
terjadi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13