Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bencana alam dapat terjadi secara tiba –tiba maupun melalui proses yang berlangsung
secara perlahan. Beberapa jenis gempa seperti gempa bumi ,hampir tidak mungkin
diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran
kekuatannya.sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir,tanah
longsor,kekeringan,letusan gunung api,tsunami dan anomali cuaca masih dapat
diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan
dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian dan jiwa maupun materi. Kekuatan
tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menhadapi ancaman
bahaya.
Oleh karena itu perlu cara penanggulangan sebelum,disaat dan setelah kejadian agar tidak
terjadi krugian yang semakin besar baik korban,harta dan psikologinya.
RUMUSAN MASALAH
upaya penanggulangannya
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Kawasan rawan bencana:Suatu kawasan atau wilayah yang memiliki ancaman atau
gangguan baik yang disebabkan oleh faktor alam,faktor non alam dan faktor social yang
mana semua itu mengakibatkan korban jiwa,kerusakan lingkungan,kehilangan harta
benda serta dampak psikologis.
Kawasan perbukitan
Daerah perbukitan memiliki kemiringan lereng yang agak landai dimana daerah
perbukitan ini biasanya bencana yang sering terjadi antara lain :
kebakaran,longsor,gempa,letusan gunung api.
kawasan dataran
secara periodic bentuk lahan dataran digenangi oleh banjir karena luapaun sungai
didekatnya atau dari akumulasi aliran permukaan bebas maupun hujan lokal,topografi
datar dengan elevasi yang rendah selain itu letaknya juga dikiri dan kanan sebagai akibat
dari luapan air sungai secara periodic maka sedimen yang terangkut dalam jumlah yang
besar diendapkan,akibatnya secara berangsur bertambah tinggi dan lebar dengan
demikian ini dapat menjadi indicator bahwa daerah sekitar rentan terhap banjir.
Merupakan kawsana yang terletak dengan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang
nak air laut sehingga daerah ini sangat mudah untuk terjadi genangan air.Wilayah
pesisir/pantai adalah suatu hal yang lebarnya bervariasi, yang mencakup tepi laut (shore)
yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh marin masih dirasakan .Dan bencana
yang lebih dominan terjadi pada daerah ini seperti tsunami setelah gempa,gelombang
pasang/ badai,abrasi air laut,banjir rob.
Berikut ini ada beberapa faktor penyebab kenapa terjadinya bencana di Indonesia
Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat juga penggunaan lahan disetiap
wilayah,yang dulunya hutan sekarang dijadikan lahan pemukiman sehigga banyak lahan
resapan air berkurang dan akibatnya sering terjadi banjir didaerah dataran dan longsor
pada daerah lereng.
Banyaknya oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab dalam upaya pemeliharan
kelestarian alam,seperti terjadi penyuapan oleh para pelaku penyelundupan kayu kepada
oknum yang terkait
.
korban bencana
orang yang mengalami dampak buruk akibat yang ditimbulkan dari bencana,
korban ini diambil data tahun 2009 dari BNPB :orang hilang dan meninggal (2611
jiwa),menderita dan mengungsi(5.552.166 jiwa),
Kerusakan
bencana yang terjadi tidak hanya menimbulkan dampak korban jiwa,baik yang
meninggal,hilang,menderita dan mengungsi,namun juga menimbulkan kerusakan
rumah,bangunan,dan fasilitas umum lainnya. Jumlah rumah yang rusak ditahun 2009 total
kerusakan baik berat maupun ringan adalah sebanyak 576.016 unit salah satu penyebab
utamanya adalah gempa
Meningkatnya kemiskinan
Akibat yang ditimbulkan dariberbgai macam bencana yang terjadi adalah meningkatnya
tingkat kemiskinan karena banyak dari korban bencana tersebut yang kehilangan harta
benda dan mata pencahariannya seperti terjadinya letusan gunung merapi di Yogyakarta
yang menimbulkan banyak korban jiwa dan matinya ternak-ternak mereka sebagai mata
pencaharian utama masyarakat disitu.
Gangguan psikologis
Dari kejadian bencana tersebut banyak masyarakat merasa cemas dan trauma yang cukup
mendalam khususnya pada anak-anak dan para ibu-ibu. Karena mereka merasa cemas
karena ketidak tenangan dalam kondisi di lingkungan sekitarnya.
Kerusakan ekologi lingkungan
Kerusakan yang terjadi akibat dari bencana ini berbeda-beda dari setiap bencana yang
terjadi,misalnya saja jika terjadi bencana gempa dan tsunami hal ini dapat juga
mempengaruhi kawasan tempat terjadinya bencana, lahan yang dulunya daerah
pemukiman ditepi pantai berubah menjadi daerah pesisir pantai. Terjadi bencana longsor
maka daerah tersebut bisa menjadi daerah yang tidak produktif lagi.
Untuk meminimalisir dampak dari bencana ini dapat dilakukan sebagai berikut:
Pada kawasan gunung berapi ada beberapa upaya dan mitigasi dan pengurangan bencana
antara lain:
Strategi mitigasi: perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus
jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana
Upaya penguran bencana: sebelum krisis letusan,dapat dilakukan untuk menghindar atau
meminimalkan korban(jiwa dan harta) akibat letusan gunung apiantara lain dengan
mengamati kegiatan setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan dari tempat yang
permanen,misalnya pos pengamatan gunung api
Banjir :
Gempa bumi:
Asuransi
Tsunami:
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, memiliki lebih dari 128
gunung berapi aktif, dan sekitar 150 sungai, baik besar maupun kecil, yang melintasui
wilayah padat penduduk. Danau toba yang terkenal itupun sebetulnya sebuah Caldera
atau lubang dipermukaan bumi yang diakibatkan oleh gempa vulkanik. Bila luas danau
toba mencapai 100 kilometer persegi, bisa dibayangkan betapa besar gempa tersebut,
yang konon terjadi sekitar 74000 tahun lalu. Coba kita ingat beberapa catatan bencana
alam besar yang pernah di alami negeri tercinta ini.
1815
Gunung tambora meletus. Jumlah korban saat itu tidak tercatat dengan baik, namun dapat
dipastikan melebihi jumlah korban letusan gunung krakatau.
1883
Gunung krakatau meletus, mengakibatkan tsunami dan menghilangkan lebih dari 36000
jiwa. Letusan ini menjadi catatan sejarah dunia tersendiri karena tsunami yang
diakibatkan mencapai hingga Hawaii dan Amerika Selatan.
1930
1963
2004
Gempa dan Tsunami melumatkan aceh dan kawasan sekitarnya serta menewaskan sekitar
170 ribu jiwa, jumlah terbesar yang tercatat dalam sejarah modern bencana alam
indonesia
2005
Gempa di Nias - Sumatera tanggal 28 Maret 2005 mengakibatkan sekitar 1000 orang
meninggal
2006
2007
Itu semua belum termasuk bencana banjir, tanah longsor, angin topan dan sebagainya.
Dan yang penting harus tertanam dibenak kita, bencana bukan hanya bencana alam,
bencana dapat terjadi karena faktor alam maupun non alam seperti budaya, agama, dan
tentu saja manusia. Di indonesia, risiko bencana dapat disebabkna oleh faktor geologis
(gempa, tsunami, letusan gunung berapi), Hydrometeorologis (bnajir, tanah longsor,
kekeringan, angin topan), biologis (wabah penyakit, penyakit tanaman, penyakit ternak,
hama tanaman), kegagalan teknologi (kecelakaan industri dan transportasi, radiasi nuklir,
pencemaran bahan kimia), dan faktor sosial politik (konflik horisontal, terorisme,
ideologi, religi).
KRB II, lanjutnya, berada di radius 6 Km. 288 orang penduduk dari tiga desa yaitu Desa
Ngadisari, Desa Jetak, dan Desan Wonotoro jug masih mendiami rumah mereka.
Sedangkan untuk KRB III, berada pada radius 10 Km dari kawah Bromo. Pada radius ini
setidaknya ada 6.344 warga yang berasal dari 6 desa, yaitu Desa Ngadisari, Desa Ngadas,
Desa Jetak, Desa Wonotoro, dan Desan Wonokerto dan Desa Ngadirejo.
Total warga yang tinggal di lereng Bromo ini lebih kurang ada 19 ribu warga.
Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami.
Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di tahun 1883,
setidaknya telah terjadi 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama hampir satu abad
(1900-1996).
Bencana gempa dan tsunami besar yang terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan
sebagian Sumatera Utara. Lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi gempa bumi
terjadi hampir di setiap tahun di Indonesia. Setelah gempa Aceh di akhir 2004, pada 2005
Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda gempa. Sekitar 1000 orang menjadi korban. Akhir
Mei 2006 ini, giliran Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah diporakporandakan gempa
bumi.
Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa
bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh
lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng
ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan
antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan
Sumatera Utara.
Untuk mengetahui kapan gempa bumi akan terjadi merupakan pekerjaan yang sulit. Hal
ini dikarenakan gempa dapat terjadi secara tiba-tiba di manapun asalkan masih berada
dalam zona kegempaan bumi. Maka dari itu yang masih mungkin dilakukan adalah
melakukan sistem peringatan dini (early warning sytem) yang berfungsi sebagai “alarm”
darurat jika sewaktu-waktu datang gempa secara tak terduga. Implementasi sistem ini bisa
diterapkan dengan memasang rangkain seismograph yang tersambung dengan satelit.
National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) USA misalnya, telah
menggunakan sensor bernama DART (Deep Oceaan Assesment and Reporting) yang
mampu mengukur perubahan gelombang laut.
Alat-alat pendeteksi gempa langsung harus diletakkan pada daerah-daerah rawan gempa
seperti Aceh, Nabire, Alor, Bengukulu, pantai selatan Jawa, dan sejumlah daerah rawan
gempa lainnya. Alat-alat pendeteksi dipasang dipantau setiap hari oleh petugas teknis
yang berada di daerah bersangkutan, yang lalu mengirimkannya ke pusat untuk diolah
dan dianalisis lebih lanjut oleh para pakar yang memang ahli di bidangnnya.
Sebesar 92% masyarakat Desa Mranggen memiliki tingkat partisipasi yang tinggi
pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan berbagai upaya mitigasi bencana baik
struktural maupun non-struktural. Masyarakat dengan tingkat partisipasi sedang sebesar
8%, sehingga tidak ada masyarakat yang tingkat partisipasinya rendah. Sebagian besar
masyarakat tingkat partisipasinya tinggi karena mereka sadar bahwa berbagai upaya
mitigasi bencana harus dijaga dan dipelihara agar memberikan manfaat yang lebih lama.
Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Evaluasi Partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi
merupakan tahap dimana masyarakat terlibat dalam kegiatan mitigasi bencana untuk
memberikan penilaian terhadap berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan atau masih ada yang harus diperbaiki. Masyarakat yang terlibat
dalam kegiatan evaluasi mitigasi bencana sebesar 65%. Masyarakat yang terlibat dalam
kegiatan evaluasi, sebesar 48% terlibat aktif dalam memberikan usulan/masukan
diantaranya sebesar 87% mengusulkan jalan dusun menuju jalur evakuasi harus di aspal
atau diperbaiki (dicor), sebesar 64% mengusulkan agar kegiatan sosialisasi
penanggulangan bencana harus dilakukan secara kontinyu dan tepat sasaran. Motivasi
masyarakat Desa Mranggen terlibat dalam kegiatan evaluasi mitigasi bencana antara lain
karena kesadaran sebesar 81%, ikut-ikutan sebesar 11% dan takut sebesar 8%.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi masyarakat yang terlibat
dalam kegiatan evaluasi adalah kesadaran (81%), artinya mereka memiliki kepedulian
tinggi terhadap hasil kegiatan yang dilaksanakan di desanya. Sebesar 53% masyarakat
Desa Mranggen memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap evaluasi sehingga
menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepedulian dan kesadaran untuk menindak
lanjuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan. Masyarakat dengan tingkat partisipasi
sedang sebesar 11%, dan masyarakat yang tingkat partisipasinya rendah sebesar 36%.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kawasan rawan bencana adalah Suatu kawasan atau wilayah yang memiliki ancaman atau
gangguan baik yang disebabkan oleh faktor alam,faktor non alam dan faktor social yang
mana semua itu mengakibatkan korban jiwa,kerusakan lingkungan,kehilangan harta
benda serta dampak psikologis.Macam-macam kawasan rawan bencana ada 3 kawasan
yaitu kawasan perbukitan,kawasan dataran dan kawasan pesisir pantai.