Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kimia Zat Warna)
Oleh :
Grup : 2K3
2018
1.1 Pengertian
Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif atau sebagai kation pada
bagian berwarna, maka zat warna ini disebut zat warna kation. Zat warna basa selalu terionkan
di dalam mediumnya dengan gugus pembawa warna yang bersifat kation yang biasanya
mencelup serat-serat binatang seperti wool dan sutera, poliamida (nylon) dan beberapa serat
poliakrilat (Cresian, Verel dan Orlon). Zat warna basa dikenal juga sebagai zat warna mauvin.
Zat warna basa tidak mempunyai afinitas terhadap selulosa, tetapi dengan pengerjaan
pendahuluan (mordanting) memakai asam tanin, dapat juga mencelup serat selulosa. Zat warna
basa yang telah dimodifikasi sangat sesuai untuk mencelup serat poliakrilat dengan sifat
ketahanan yang cukup baik.
Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat yang tidak larut, tetapi dalam larutan yang
bersifat asam, zat wrna akan berubah menjadi bentuk garam yang mudah larut
Zat warna basa diperdagangkan dapat membentuk garam dengan asam hidroklorida atau
oksalat sebagai asamnya, dan mungkin pula berbentuk garam sengklorida.
1. Azatrazon (Bayer)
2. Rhodamine (I.C.I)
3. Sandocryl (Sandoz)
4. Basacryl (BASF)
5. Cationic (Mitsui)
1.2 Sifat
Diazotasi
+ H2O
Kopling
1.4 Penggolongan
Zat warna basa dapat digolongkan, sebagai berikut :
1. Berdasarkan inti kromofornya :
a) Golongan 1
Yaitu merupakan devirat Tri fenil Metan, Misalnya Malachite Green
b) Golongan 2
Yaitu merupakan devirat Thiasin, misalnya Methylen blue
c) Golongan 3
Yaitu merupakan devirat Oxazin, misalnya Meldola blue
d) Golongan 4
Yaitu merupakan devirat azin, misalnya Neutral red
e) Golongan 5
Yaitu merupakan devirat Xanten, misalnya Rhodamine B
f) Golongan 6
Yaitu merupakan devirat azo, misalnya Bismarck brown.
Adanya gugus-gugus karboksil pada serat wol/sutera dicelup dengan zat warna basa, karena
dapat membentuk ikatan ionik antara serat dan zat warna.
Sebagaimana sifat zat warna yang berikatan ionik dengan serat maka migrasi zat warna dalam
serat agak sukar, terutama ketika melakukan pencelupan warna muda. Oleh karena itu,
pencelupan warna muda relatif akan lebih sukar rata dibanding pencelupan warna tua, dimana
pada pencelupan warna tua masalah sukarnya migrasi zat warna agak tertutup oleh adanya
penurunan laju penyerapan zat warna.
Untuk menjamin terbentuknya kation zat warna basa (seluruh zat warna larut sempurna). Maka
pencelupan perlu dilakukan dalam suasana asam.
Dalam hal ini pH larutan celup yang optimal adalah 4,5 dan perlu dikontrol dengan ketat,
sebab untuk kebanyakan zat warna konvensional yang muatan positifnya ada perpindahan
melalui kromogen. Bila pH lebih besar dari 4,5 maka kelarutan zat warna akan agak berkurang
dan l optimum zat warna akan berubah kearah yang lebih pendek (corak berubah), contoh dari
merah kearah orange) hasil celup lebih muda dan kurang rata.
Di lain pihak, bila pH larutan celup lebih rendah dari 4,5 maka terbentuknya muatan negatif
pada gugus karboksilat pada serat akan lebih sulit sehingga laju pencelupan akan lebih lambat,
dalam hal ini celup akan lebih rata namun ketuaan warna lebih muda dan ada kemungkinan
terjadi kekuatan bahan yang dicelup.
Zat warna basa tidak mempunyai afinitas terhadap serat selulosa kecuali apabila sebelumnya
telah dimordan dengan asam tanin, sehingga terbentuk senyawa yang tidak larut dalam air.
Hasil celupannya pun mempunyai ketahanan cuci yang rendah. Serat protein seperti wol, dapat
dicelup dengan zat warna basa karena terbentuknya ikatan garam.
Afinitasnya kation zat warna basa terhadap serat poliakrilat, seperti mekanisme pencelupan
serat wol. Hal ini disebabkan karena serat poliakrilat mengandung gugus asam yang dapat
mengikat zat warna basa. Jumlah gugus asam tersebut terbatas, dan berbeda-beda tergantung
kepada pabrik pembuatnya. Dengan demikian, maka penyerapan zat warna juga terbatas
sampai sejumlah gugus asam yang ada di dalam serat tersebut. Oleh karena itu di dalam
pencelupan serat poliakrilat harus diperhatikan betulbetul jenis atau asal pabrik pembuat serat
tersebut, sehingga dapat diperhitungkan jumlah penyerapan maksimum dari zat warna.
DAFTAR PUSTAKA