Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SISTEM INTEGUMEN
DISUSUN OLEH:
JURUSAN KEPERAWATAN
BENGKULU
2018
A. Definisi
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Integument berasal dari bahasa yunani yaitu integumentum yang
artinya penutup yang terdiri sebagian besar adalah kulit ,rambut ,kuku, dan kelenjar. Sistem
integumen adalah sistem organ yang paling luas. Sistem ini terdiri atas kulit dan
aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf
khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat
tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada
di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila
terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
B. Anatomi Sistem integument
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau
korium) dan lapisan subkutan/hipodermis
1. Epidermis
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar. Epidermis merupakan lapisan
teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda : 400-600 μm untuk
kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit
selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga
tersusun atas lapisan:
a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis
dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis
anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH).
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi
pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin
gelap warnanya.. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dengan
demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet
dalam sinar matahari yang berbahaya.
b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang
masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis ,
yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel
Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam
sebagai berikut:
1. Stratum Korneum /lapisan tanduk, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan
serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.
2. Stratum Lucidum tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari
protein eleidin. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel
sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali
dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki
3. Stratum Granulosum/ lapisan keratohialin, terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal
gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel
terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja
sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan
efek pelindung pada kulit.
4. Stratum Spinosum/ stratum malphigi / pickle cell layer, tersusun dari beberapa
lapis sel di atas stratum basale. Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan
inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga
tampak seperti duri yang disebut spina dan terlihat saling berhubungan dan di
dalamnya terdapat fibril sebagai intercellular bridge.Sel-sel spinosum saling
terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan
kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-
sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan
seperti telapak kaki.
5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis
(berbatasan dengan dermis), tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal , berbentuk
silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basal ini
terdapat sel-sel mitosis.
Ket :
A: Melanosit
B: Sel Langerhans
C: Sel Merkel
D:Nervanda
Stratum Korneum
Stratum Lucidum
Stratum Granulosum
Stratum Spinosum
Basal membran
2. Kuku
Kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di bawahnya
menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit oleh lipatan kulit
yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu
erat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan
karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasr kuku.
Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku
sebgai epikondrium atau kutikula. Kuku tumbuh dari akarnya yang terletak di bawah
lapisan tipis kulit yang dinamakan kutikula. Pertumbuhan kuku berlangsung sepanjang
hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1 mm/hari. Pembaruan total kuku jaringan tangan
memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan. Bagian dari
kuku, terdiri dari, ujung kuku atas ujung batas, badan kuku yang merupakan bagian
yang besar. dan akar kuku (radik).
.
D. Warna kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat
dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama ditentukan
oleh :
1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan
3. Melanin yang berwarna coklat
4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta
5. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna
kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit ditentukan oleh
faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari tirosin sejenis asam amino
dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir melanin yang berwarna coklat, serta
untuk proses ini perlu adanya enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi
melanin berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultra
violet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi
warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen
melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang
terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.
Kasus
Tn. M berprofesi sebagai kuli bangunan datang ke poli kulit RS Dr. Soetomo dengan keluhan
gatal-gatal. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, terdapat bercak-bercak putih terutama di bagian
lipatan kulit dan leher. Klien mengatakan mandi 2 kali sehari, mengganti baju 1 kali sehari. Klien
sebelumnya menggunakan obat panu yang dijual bebas di pasar namun, setelah satu minggu
pemakaian belum ada perubahan.
Dx.medis : Pitiriasis versikolor (panu)
Dx.keperawatan : Gangguan rasa nyaman: gatal
4. Penanganan Pitiriasis Versicolor (Panu)
Health Education:
a. Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin
b. Mandi rutin (minimal 2 kali sehari), memakai sabun dan bersih
c. Simpan atau gantung pakaian di tempat kering
d. Pola hidup sehat. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya udara yang
panas, lembab, kebersihan diri yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah,
pemakaian obat-obatan yang lama, adanya penyakit kronis seperti TBC atau
keganasan, dan penyakit endokrin (diabetes mellitus).
e. Pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya bila udara terasa panas, maka kita harus rajin
menyeka keringat yang menempel di badan.
f. Selain itu, setelah terkena air, maka sebaiknya segera mengeringkannya, karena
jamur senang dengan tempat yang lembab. Dianjurkan pula untuk menggunakan
pakaian, ataupun handuk secara terpisah antar keluarga.
g. Sebaiknya pula menjaga keseimbangan berat badan. Sebab, pada orang yang
mengalami kegemukan (obesitas), umumnya lebih banyak mengeluarkan keringat.
h. Pada pagi hari hingga siang membuka ventilasi jendela kamar, agar sirkulasi udara dapat
berjalan baik dan terkena sinar matahari.
i. Rajin menjemur kasur, agar bila ada jamur ataupun mikroorganisme patologi bisa
mati terkena terik matahari.
Kolaborasi:
1. Profilaksis
Kekambuhan penyakit ini biasanya terjadi namun dapat ditangani dengan pengobatan
profilaksis.
2. Agen Topikal
Agen topikal yang efektif untuk mengobati panu misalnya, (Rekomendasi dari Craig
G Burkhart, MD, MPH, seorang profesor klinis di Medical College of Ohio at Toledo,
Ohio University School of Medicine) :
a. selenium sulfide lotion, diberikan pada kulit yang terkena panu setiap hari selama 2
minggu. Biarkan obat ini di kulit selama setidaknya 10 menit sebelum dicuci. Pada
kasus yang resisten, pemberian malam hari dapat membantu.
b. sodium sulfacetamide,
c. ciclopiroxolamine,
d. Topical azole antifungals dapat diaplikasikan setiap malam selama 2 minggu
e. Topical allylamines efektif secara mikologis dan klinis.
3. Terapi Oral
a. Ketoconazole. Dosis: 200-mg setiap hari selama 10 hari dan sebagai dosis tunggal 400
mg.
b. Fluconazole. Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu selama 2 - 4 minggu.
c. Itraconazole. Dosis: 200 mg/hari selama 7 hari.
Terapi Tradisional
Berikut beberapa ramuan tradisional untuk menyembuhkan panu:
a. Potong satu ujung lengkuas yang masih segar, lalu celupkan pada bubuk belerang kemudian
digosokan pada kulit yang terkena panu atau kudas. Lakukan rutin dua kali sehari
b. Tumbuk halus satu lembar daun tembakau, kemudia dioleskan pada kulit yang terserang
panu atau kudas. Lakukan secara teratur dua kali dalam satu hari.
c. Ambil tiga butir bawang putih dan lima lembar daun jinten, lala ditumbuk halus. Beri
minyak kelapa secukupnya, aduk hingga merata. Oleskan pada kulit yang terkena panu dan
atau kudas. Oleskan dua kali sehari
REFERENSI
1. Harahap Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. 2000. Jakarta. EGC
2. Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Mansjoer Arif.dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Media Aesculapius. : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Brooks.F.Geo.dkk. Mikrobiologi Kedokteran. 2006. Jakarta. EGC
4. www.tipsehat.net/ramuan-tradisional/ Diakses tanggal 16 Juni 2011 jam 09.00 WIB
5. Jurnal Medscape reference. www.emedicine.medscape.com Diakses tanggal 6 Juni 2011
jam 10.30 WIB
LUKA BAKAR
1. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001). Klasifikasi luka bakar meliputi tingkat I: Hanya mengenai epidermis,
tingkat II: dibagi menjadi superfisial dan dalam, tingkat III: Mengenai seluhur tebal
kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial.
2. Analisis kasus
Ny. Z (26 tahun) datang ke RS. Dr. Soetomo dengan keluhan luka bakar pada perut dan
kedua kaki (tibia-pedis) akibat kecelakaan angkot yang terguling dan terbakar. Pasien
rujukan dari RS. Gresik. Pasien didiagnosa dengan Combutio grade II AB 35%+fraktur
humerus sinistra 1/3 distal. Pasien mendapatkan terapi infuse Tutofusin 1000 cc/24 jam,
infuse kalbamin, meropenom 3x1 mg, omeprazole 1x40 mg, ondancentron 2x1 ampul,
vitamin C 2x2 ampul, transamin 3x1 ampul, novalgin 3x1 ampul, susu 4x250cc, AP min
1000, dulcolax 1x1 bila perlu, ekstra jus buah, ekstra agar-agar, bubur kasar TKTP.
Intervensi Rasional
a. Lakukan perawatan luka bakar a. Menyiapkan jaringan untuk penanaman
yang tepat dan tindakan kontrol dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan
infeksi. kulit.
b. Kain nilon mengandung kolagen porcine
b. Pasang balutan (kain
peptida yang melekat pada permukaan
nilon/membrane silikon) pada
luka
seluruh area luka
3. Penatalaksanaan
Sebagian kasus luka bakar dapat dicegah, terutama dengan memberi pengertian serta
memberi edukasi perilaku untuk orang-orang yang berkecimpung dengan berbagai penyebab
luka bakar. Penggunaan bahan-bahan isolator juga bermanfaat untuk mengurangi risiko
kejadian luka bakar.
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-
trauma lainnya, harus ditangani secara teliti dan sistematik. Prioritas pertama pada
penderita luka bakar yang harus diperhatikan ialah jalan napas, proses bernapas, dan
perfusi sistemik. Bila diperlukan, harus segera dilakukan intubasi endotrakeal atau
pemasangan infus untuk mempertahankan volume sirkulasi. Selanjutnya, anamnesis
untuk mengetahui penyebab dan memperkirakan perjalanan penyakit serta pemeriksaan
fisik untuk memperoleh kelainan pada pasien mutlak diperlukan. Misalnya, apabila
penderita terjebak pada ruang tertutup, maka perlu dicurigai kemungkinan trauma
inhalasi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan derajat dan luas luka bakar.
Pemeriksa wajib memakai sarung tangan steril bila akan melakukan pemeriksaan.
Penderita harus dijauhkan dari sumber panas, termasuk melepas pakaiannya bila terbakar.
Untuk membebaskan jalan napas dapat dipasang pipa endotrakea. Apabila memerlukan
resusitasi, dapat diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/ jam. Dilakukan
pemasangan kateter Foley untuk memonitor jumlah urin yang diproduksi serta
pemasangan pipa nasogastrik untuk dekompresi gastrik. Untuk menghilangkan nyeri
hebat dapat diberikan morfin intravena. Obat yang umum dipergunakan pada nyeri luka
bakar ialah golongan opioid, NSAID, dan obat anestesi.
Bila diperlukan, tetanus toksoid dapat diberikan. Pencucian luka di kamar operasi dalam
keadaan pembiusan umum. Setelah bersih dioles dengan sulfadiazin perak topikal sampai
tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal, lalu pada hari kelima kasa dibuka dan
penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30.
Berdasarkan penelitian, pemberian propanolol dapat menghambat proses metabolisme
sehingga memberikan kesempatan tubuh mengadakan respon anabolic untuk proses
penyembuhan pasien. Pada evaluasi pemberian propanolol jangka panjang belum
ditemukan efek samping.
Referensi
Anonim. 2008. Perawatan Luka Bakar.
http://bedahumum.wordpress.com/2008/12/06/perawatan-luka-bakar/. 16 Juni 2011
Anonim. 2010. Manajemen Luka Bakar. http://tbm110.0rg/artikel-medis/manajemen-luka-bakar.
16 Juni 2011
Carpenito,J,L. 1999. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan).
Jakarta: EGC
Dahlan, Ishandono dan M. Rosadi Siswandana. 2002. Penggunaan Propanolol Untuk
Menghambat Proses Katabolisme Pada Pasien Luka Bakar, Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran
XXXVI (1) UGM. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/tipejurnal.php/. 16 Juni 2011
Doenges M.E.1989. Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A.
Davis Company. Philadelpia.
Finn Geneser. Buku teks Histologi. Jilid 2, terjemahan Arifin Gunawijaya. Jakarta: Binarupa
Aksara, 1994 : 1-32.
Kartini, Monica. 2009. Efek Penggunaan Madu dalam Manajemen Luka Bakar, Jurnal
Kesehatan, Volume 2 No. 2. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22091720.pdf. 16 Juni
2011
Khan et al. 2007. Review Article: Honey: Nutritional and Medicinal Value, International Journal
of Clinical Practice. Volume 61, Number 10. http://www.blackwell-synergy.com. Tanggal 16
Juni 2011
Mutaqqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika
Subrahmanyam, M. 1998. A Prospective Randomised Clinical and Histological Study of
Superficial Burn Wound Healing with Honey and Silver Sulfadiazine, Journal of The
International Society for Burn Injuries, Volume 24, Issue 2.