Você está na página 1de 12

1

Analisis Pengakuan Dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK Nomor 23


Tahun 2017 Pada KUD Sri Tanjung di Lumajang

Findinovita Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang
findinovitasari14@gmail.com

Drs. H. M. Yahdi, M.Si


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang

Noviansyah Rizal, SE., MM., Ak., CA


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang
noviansyah.rizal@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui penerapan metode pengakuan dan
pengukuran pendapatan pada KUD Sri Tanjung di Lumajang, apakah telah sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 Tahun 2017 dan
menganalisa bagaimana proses pengakuan dan pengukuran pendapatan pada KUD Sri
Tanjung di Lumajang. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah
sumber data internal dengan menggunakan data sekunder. Hasil Penelitian pada KUD
Sri Tanjung, KUD menerapkan metode accrual basis dalam pengakuan
pendapatannya.Accrual basis yaitu suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan
peristiwa diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut tanpa memerhatikan waktu kas diterima atau dibayar.Pengukuran
pendapatan pada KUD Sri Tanjung mengacu pada nilai historis (historical cost) dimana
aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat
perolehan.Berdasarkan analisis data yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
pengakuan dan pengukuran pendapatan pada KUD Sri Tanjung telah sesuai dengan
PSAK No. 23 Tahun 2017.

Kata Kunci : PSAK No. 23, pengakuan pendapatan, pengukuran pendapatan.

Abstrack

The purpose of this research is to know the application of recognition method and income
measurement at KUD Sri Tanjung in Lumajang whether it is in accordance with
Statement of Financial Accounting Standards (PSAK) Number 23 of 2017 and analyzed
how the process of recognition and measurement of income at KUD Sri Tanjung in
Lumajang. In this research the method used is descriptive analysis with qualitative
approach. Source and type of data in this research is internal data source by using
secondary data. Research on KUD Sri Tanjung, KUD applies accrual basis method in
recognition of its income. Accrual basis is an accounting basis whereby economic and
event transactions are recognized, recorded, and presented in the financial statements at
the time of the transactions without regard to cash received or paid. The measurement of
income in KUD Sri Tanjung refers to the historical cost at which the assets are recorded
at the amount of cash or cash equivalents paid or at fair value of the consideration
provided for acquisition of the assets at the time of acquisition. Based on data analysis, it
can be concluded that the recognition and measurement of income in KUD Sri Tanjung
has been in accordance with PSAK Number 23 of 2017.

Keywords: PSAK Number 23, revenue recognition, revenue measurement.


2

PENDAHULUAN
Pendapatan adalah suatu unsur penting dalam menyajikan informasi pada laporan
laba rugi.Apabila pendapatan lebih besar dari pada biaya yang dibebankan maka
perusahaan memperoleh laba.Namun sebaliknya, apabila pendapatan lebih kecil dari
pada biaya yang dibebankan maka perusahaan mengalami kerugian.Salah satu penentu
besarnya laba atau rugi adalah pendapatan.Keberhasilan perusahaan secara sederhana
dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang tinggi dalam suatu periode dibandingkan
dengan periode sebelumnya.
Menurut PSAK No. 23 Tahun 2017 menyatakan bahwa pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas normal entitas selama
suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.
Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan yaitu pada saat pengakuan
pendapatan dan pengukuran pendapatan.Pengakuan pendapatan merupakan saat
dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai pendapatan perusahaan.Sedangkan
pengukuran pendapatan adalah berapa besar jumlah pendapatan yang seharusnya
diakui dari setiap transaksi yang terjadi pada suatu periode tertentu.Maka pengakuan dan
pengukuran pendapatan harus dilakukan dengan akurat agar perusahaan mampu
menyajikan laporan keuangan secara wajar.
Apabila pendapatan yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya maka ini
berarti pendapatan yang diukur bisa salah (baik itu terlalu besar atau terlalu kecil). Hal ini
dapat mengakibatkan informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi tidak tepat dan
dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen
perusahaan.
Sehingga penting sekali dalam pengakuan pendapatan, perusahaan menggunakan
suatu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Khususnya Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan atau PSAK Nomor 23, standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI). Merupakan suatu pedoman dalam penyusunan laporan keuangan untuk
tujuan pelaporan bagi pengguna laporan tersebut.Di dalam PSAK Nomor 23 diuraikan
dan dijelaskan tentang pengakuan dan pengukuran pendapatan yang dapat digunakan
bagi perusahaan – perusahaan.
KUD Sri Tanjung adalah koperasi unit desa yang bergerak dalam bidang
perdagangan dan jasa. Ada 11 unit usaha yang dijalankan oleh KUD Sri Tanjung yaitu
Unit Usaha Pengadaan Pangan, Unit Usaha Tebu Rakyat, Unit Usaha
RMU/Penggilingan, Unit Usaha Saprotan, Unit Usaha KUT, Unit Usaha Simpan Pinjam,
Unit Usaha Angkutan, Unit Usaha Waserda/Pertokoan, Unit Usaha Jarek Listrik dan
Telepon, Unit Aneka Usaha dan Terakhir Unit Usaha UPJA. Sumber – sumber
pendapatan KUD Sri Tanjung berasal dari pendapatan operasional yang meliputi
kesebelas unit usaha tersebut.Dan pendapatan non operasional KUD Sri Tanjung berasal
dari penjualan aktiva tetap dan pendapatan bunga.
Karena melihat begitu banyaknya unit usaha yang dijalankan oleh KUD Sri Tanjung
dan untuk menganalisis apakah pencatatan pengakuan dan pengukuran pendapatan
yang diterapkan oleh KUD Sri Tanjung sudah sesuai dengan PSAK No. 23 Tahun 2017,
juga begitu pentingnya penerapan akuntansi pendapatan bagi seluruh perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional, sehingga memerlukan perhatian khusus yang
membuat peneliti merasa tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam bentuk
usulan skripsi dengan judul Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut
PSAK Nomor 23 Tahun 2017 Pada KUD Sri Tanjung di Lumajang.

KAJIAN PUSTAKA
Pendapatan
Pendapatan memiliki pengertian yang bermacam – macam tergantung dari sisi
mana meninjau pengertian pendapatan tersebut.Pendapatan merupakan hasil yang
diperoleh atas kegiatan – kegiatan perusahaan dalam suatu periode. Pendapatan timbul
karena adanya peristiwa ekonomi antara lain penjualan barang, penjualan jasa,
penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen. Pendapatan merupakan hal yang penting dalam sebuah perusahaan karena
3

pendapatan adalah objek atas kegiatan perusahaan.Oleh karena itu, perusahaan harus
berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkan.
Menurut PSAK No. 23 Tahun 2017 menyatakan bahwa pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas normal entitas selama
suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.
Prof. Dr. Imam Ghozali, M. Com, Akt dan Dr. Anis Chariri, M.Com, Akt (2014)
menyatakan bahwa pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode
akuntansi dalam bentuk aliran masuk atau kenaikan aktiva, atau penurunan hutang yang
disebabkan oleh kenaikan dalam ekuitas. Namun demikian tidak termasuk kontribusi
yang dilakukan oleh pemilik, partner atau pemegang saham.
Baridwan mendefinisikan pendapatan sebagai aliran masuk harta – harta (aktiva)
yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha
selama suatu periode tertentu.

Pengakuan Pendapatan
Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat
pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui ketika kemungkinan besar manfaat ekonomik
masa depan akan mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur secara andal.
Pernyataan ini mengidentifikasi keadaan saat kriteria tersebut akan terpenuhi, sehingga
pendapatan dapat diakui.
Dalam PSAK No. 23 Tahun 2017 menyatakan bahwa pengakuan merupakan
proses pembentukan suatu pos dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi
yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan. Pos yang memenuhi definisi
suatu unsur diakui jika:
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomik masa depan yang berkaitan dengan
pos tersebut akan mengalir ke atau dari entitas; dan
2. Pos tersebut mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.

Belkoui menyatakan bahwa ada dua metode pengakuan pendapatan dalam


periode akuntansi, yaitu:
a. Accrual Basis
Accrual Basis adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa
diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi
tersebut tanpa memerhatikan waktu kas diterima atau dibayar.
b. Cash Basis
Dalam metode cash basis, pendapatan diakui ketika kas diterima sedangkan beban
diakui pada saat kas dibayarkan, artinya perusahaan mencatat beban didalam transaksi
jurnal entry ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan dan pendapatan dicatat ketika kas
masuk atau diterima.

Pengukuran Pendapatan
PSAK No. 23 Tahun 2017 menerangkan bahwa entitas harus mengukur
pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus
diterima. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur
antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
PSAK No. 23 Tahun 2017 mendefinisikan pengukuran sebagai berikut, pengukuran
adalah proses penetapan jumlah moneter ketika unsur – unsur laporan keuangan akan
diakui dan dicatat dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.
Dalam PSAK No. 23 Tahun 2017 menyatakan bahwa, sejumlah dasar
pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam
laporan keuangan. Dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Biaya Historis (historical cost). Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh
asset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima
sebagai penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (sebagai contoh,
4

pajak penghasilan), pada jumlah kas atau setara kas yang diekspektasikan akan
dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal.
b. Biaya Kini (current cost). Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang
seharusnya akan dibayarkan jika asset yang sama atau asset yang setara diperoleh
sekarang. Liabilitas dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang tidak
didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini.
c. Nilai Terealisasi (realisable/settlement value). Aset dicatat sebesar jumlah kas atau
setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan
normal. Liabilitas dicatat sebesar nilai penyelesaiannya; yaitu, jumlah kas atau
setara kas yang tidak didiskontokan yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk
memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.
d. Nilai Kini (present value). Aset dicatat sebesar arus kas masuk neto masa depan
yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diekspektasikan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Liabilitas dicatat sebesar arus
kas keluar neto masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang
diekspektasikan akan diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan
usaha normal.

Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 Tahun 2017


PSAK Nomor 23 Tahun 2017 menjelaskan bahwa entitas harus mengakui
pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua kondisi berikut dipenuhi:
a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;
b. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang
dijual;
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
d. Kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur secara andal.

Jika entitas menahan risiko signifikan dari kepemilikan, maka transaksi tersebut
bukanlah penjualan dan pendapatan tidak diakui. Entitas dapat menahan risiko dan
manfaat kepemilikan secara signifikan dalam berbagai cara, sebagai contoh, situasi
dimana entitas dapat mempertukarkan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan
adalah sebagai berikut:
a. Jika entitas menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal tidak
memuaskan yang tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal.
b. Jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada pendapatan pembeli
dari penjualan barang yang bersangkutan.
c. Jika pengiriman barang bergantung pada instalasinya dan instalasi tersebut
merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh entitas.
d. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan
dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan kemungkinan akan terjadi retur.

Jika entitas hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, maka
transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan diakui.
Dalam PSAK Nomor 23 Tahun 2017 mengenai pengakuan pendapatan atas
transaksi penjualan jasa adalah sebagai berikut: jika hasil transaksi yang terkait dengan
penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan
transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada
akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh
kondisi berikut ini dipenuhi:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
b. Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas.
5

c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal.
d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur secara andal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa cara pengakuan pendapatan penjualan jasa adalah
menggunakan perhitungan tingkat penyelesaian pekerjaan.Pengakuan pendapatan
dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai
metode persentase penyelesaian.Dengan metode ini, pendapatan diakui dalam periode
akuntansi pada saat jasa diberikan.Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan
informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja dalam suatu periode.
Menurut PSAK No. 23 Tahun 2017 jika barang atau jasa dipertukarkan untuk
barang atau jasa dengan nilai dan sifat yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak
dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan.Namun, jika barang dijual
atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa,
maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan
pendapatan.Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang
diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.Jika nilai wajar
dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara andal, maka pendapatan
tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan
dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.

Penelitian Terdahulu
Budi Mulia (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengakuan dan Pengukuran
Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pada PT. Raya Utama Travel Medan” dimana tujuan
penelitiannya adalah untuk mengetahui apakah metode pengakuan dan pengukuran
pendapatan menurut PSAK No. 23 sudah diterapkan oleh PT. Raya Utama Travel Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan metode pengakuan
dan pengukuran pendapatan menurut PSAK No. 23.dimana pendapatan diakui pada saat
realisasi.
Pada penelitian Saharia Samsu (2013) yang berjudul “Analisis Pengakuan dan
Pengukuran Pendapatan Berdasarkan PSAK No. 23 Pada PT. Misa Utara Manado”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengakuan dan pengukuran
pendapatan pada PT Misa Utara Manado telah sesuai dengan PSAK No. 23, sehingga
penyajian laporan keuangan PT Misa Utara sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengakuan dan
pengukuran pendapatan pada PT Misa Utara telah sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 23, dimana pengakuan pendapatan perusahaan menggunakan
metode accrual basis yakni pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi penjualan
jasa oleh perusahaan. Pengakuan pendapatan perusahaan telah mengacu pada PSAK
No. 23 terlihat dari nilai penjualan jasa yang dicatat sebagai pendapatan tersebut dapat
diestimasi dengan pasti dan besar kemungkinannya dapat direalisasikan. Pengukuran
pendapatan menggunakan dasar pengukuran historis berdasarkan nilai wajar imbalan
yang diterima atau yang akan diterima dalam bentuk kas dan setara kas.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada analisis
penerapan perlakuan akuntansi pendapatan menurut PSAK No. 23 mengenai
pendapatan.Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian dimana penelitian
ini difokuskan pada Koperasi Unit Desa Sri Tanjung.

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi data
yang mampu menggambarkan komposisi dan karakteristik dari unit yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Menurut
Sugiyono (2013:240), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
6

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari
seseorang.

Teknik Analisis Data


Dalam usaha mencari dan mengumpulkan data untuk penelitian ini, maka peneliti
menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode
deskriptif.
b. Merumuskan permasalahan yang jelas.
c. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
d. Mengumpulkan informasi mengenai gambaran umum perusahaan.
e. Mengumpulkan data mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan pada KUD
Sri Tanjung di Lumajang.
f. Menganalisis pengakuan dan pengukuran pendapatan yang diterapkan oleh KUD
Sri Tanjung di Lumajang apakah telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 23 Tahun 2017.
g. Membuat kesimpulan.
h. Memberikan saran bagi perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum KUD Sri Tanjung
KUD “Sri Tanjung” di Lumajang berlokasi di Jalan Prawiro Sujono Desa Krai
Kecamatan Yosowilangon, Kabupaten Lumajang, telah memperoleh pengesahan sebagai
Badan Hukum dengan nomor 3848/ BH/ II/ 1975 tanggal 2 Juni 1975 oleh Kepala Kantor
Wilayah Departemen Koperasi PK & M Provinsi Jawa Timur. KUD Sri Tanjung ini memiliki
beberapa kegiatan usaha yaitu meliputi Unit Usaha Pengadaan Pangan, Unit Usaha Tebu
Rakyat, Unit Usaha RMU/Penggilingan, Unit Usaha Saprotan, Unit Usaha KUT, Unit
Usaha Simpan Pinjam, Unit Usaha Angkutan, Unit Usaha Waserda/Pertokoan, Unit
Usaha Jarek Listrik dan Telepon, Unit Aneka Usaha dan Terakhir Unit Usaha UPJA.

Hasil Penelitian
Sumber Pendapatan KUD Sri Tanjung
1. Unit Usaha Pengadaan Pangan
Unit Usaha Pengadaan Pangan ini merupakan salah satu kegiatan usaha yang
dilakukan oleh KUD Sri Tanjung.KUD ini membeli gabah kepada petani lalu gabah
tersebut dijemur sampai kering setelah itu gabah digiling menjadi beras.Kemudian beras
tersebut dijual.
2. Unit Usaha Tebu Rakyat
Unit usaha tebu rakyat ini yaitu KUD membantu petani dalam hal penanaman
tebu mulai dari pembibitan, pemberian pupuk, ongkos penebangan tebu hingga sampai
mengantar tebu – tebu tersebut ke Pabrik Gula.Kemudian hasil dari tebu tersebut di
potong biaya – biaya mulai dari pembibitan hingga pengantaran tebu ke Pabrik
Gula.Setelah di potong semua biaya, sisa hasil dari tebu tersebut diberikan kepada
petani.
3. Unit Usaha RMU/Penggilingan
Unit usaha ini menyediakan mesin dan peralatan penggilingan padi bagi
masyarakat.Setelah jasa penggilingan padi dilakukan, masyarakat membayar dengan ½
kg beras dan katul.
4. Unit Usaha Saprotan
Unit usaha ini termasuk dalam kategori usaha dagang karena kegiatan unit ini
membeli berbagai macam pupuk kemudian pupuk tersebut dijual kembali baik kepada
anggota KUD maupun kepada masyarakat umum.
5. Unit Usaha KUT (Kredit Usaha Tani)
Unit usaha ini yaitu khusus untuk petani padi yang mau meminjam pupuk.Jangka
waktu pelunasan pupuk ini yaitu 4 bulan.

6. Unit Usaha Simpan Pinjam


7

Unit Usaha Simpan Pinjam ini ada dua macam yaitu Unit Usaha Simpan Pinjam
untuk anggota KUD Sri Tanjung dan Unit Usaha Simpan Pinjam untuk masyarakat
umum.
7. Unit Usaha Angkutan
KUD memiliki 8 truck, truck – truck tersebut di sewakan kepada petani untuk
mengangkut hasil pertanian mereka.
8. Unit Usaha Waserda/Pertokoan
Unit usaha waserda ini yaitu ia bertindak sebagai agen. Jadi toko – toko kecil di
wilayah yosowilangon membeli barang dagangan di Waserda ini.
9. Unit Usaha Jarek Listrik dan Telepon
Unit usaha ini kegiatannya yaitu menerima pembayaran listrik dan telepon dari
masyarakat di wilayah kerja KUD Sri Tanjung.
10. Unit Aneka Usaha
Kegiatan dari Unit Aneka Usaha ini yaitu melakukan penebusan gula natura dan
jasa lainnya yang tidak ditangani oleh unit usaha yang sudah ada. Jadi KUD
mengambilkan gula milik petani di PG. Bila petani mendapatkan 1 kw gula maka 90 kg
gula di uangkan dan 10 kg gula di berikan kepada petani.
11. Unit Usaha UPJA
KUD Sri Tanjung mendapatkan bantuan berupa peralatan dan mesin pertanian
dari Dirjen Kementerian RI yang bertujuan untuk mekanisasi budidaya tanaman tebu
petani.Peralatan dan Mesin ini disewakan kepada petani dengan tariff yang terjangkau.

Pengakuan Pendapatan pada KUD Sri Tanjung


Menurut prinsip yang berlaku umum, pengakuan pendapatan pada KUD “Sri
Tanjung” di Lumajang dijelaskan dalam hal kebijakan mengenai pengakuan pendapatan
sebagai hasil dari Usaha Pengadaan Pangan, Usaha Tebu Rakyat, Usaha
RMU/Penggilingan, Usaha Saprotan, Usaha KUT, Usaha Simpan Pinjam, Usaha
Angkutan, Usaha Waserda/Pertokoan, Usaha Jarek Listrik dan Telepon, Aneka Usaha
dan Usaha UPJA mengacu pada pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual
basis, yaitu suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa diakui, dicatat,
dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut tanpa
memerhatikan waktu kas diterima atau dibayar.

Pengukuran Pendapatan pada KUD Sri Tanjung


Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran.
Berdasarkan hasil riset pada KUD Sri Tanjung Lumajang diperoleh informasi
bahwa pengukuran pendapatan dilakukan dengan mengacu pada nilai historis (historical
cost) dimana aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar
nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat
perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (sebagai contoh, pajak penghasilan), pada
jumlah kas atau setara kas yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk memenuhi
liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal.

Pembahasan
Analisis Terhadap Pengakuan Pendapatan
Berdasarkan hasil penelitian penulis di KUD Sri Tanjung di Lumajang, pengakuan
pendapatan dari penjualan produk baik barang (beras, pupuk) maupun jasa (usaha tebu
rakyat, penggilingan, KUT, simpan pinjam, angkutan, jarek listrik & telepon dan UPJA)
lebih mengacu pada konsep realisasi. Dimana pendapatan dari hasil penjualan tersebut
akan menjadi milik KUD Sri Tanjung apabila benar – benar telah terjadi penjualan atau
kegiatan pemberian pelayanan jasa dan perpindahkan risiko dan manfaat kepemilikan
barang secara signifikan kepada pembeli dengan bukti yang obyektif.
Jadi, pengakuan pendapatan untuk penjualan barang dilakukan pada saat KUD
telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada
8

pembeli sedangkan pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa diakui pada saat
pekerjaan telah diselesaikan.Dapat disimpulkan bahwa KUD Sri Tanjung menerapkan
metode accrual basis sebagai dasar pengakuan pendapatan.
Dalam penjualan jasa maupun barang dagangan jumlah pendapatan yang dicatat
oleh KUD Sri Tanjung adalah pendapatan yang telah ditetapkan dalam perjanjian atau
kontrak.Setelah kontrak disetujui barulah pendapatan diakui dan dicatat.
Dalam KUD Sri Tanjung pengakuan pendapatan jasa adalah saat pekerjaan telah
diselesaikan.Hal ini sesuai dengan PSAK No. 23 paragraf 21 yang berbunyi “pendapatan
diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan.Pengakuan pendapatan atas
dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja
dalam suatu periode”.

Tabel 1
Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Barang Pada KUD Sri Tanjung
No KUD Sri Tanjung PSAK No. 23 Keterangan
1 Pada KUD Sri Tanjung Entitas telah memindahkan Sesuai
pemindahan risiko dan risiko dan manfaat
manfaat kepemilikan barang kepemilikan barang secara
terjadi pada saat pembuatan signifikan kepada pembeli;
nota kontan untuk penjualan
tunai dan pembuatan faktur
penjualan untuk penjualan
secara kredit dan pada waktu
pengiriman atau penyerahan
barang kepada pembeli.
2 KUD Sri Tanjung tidak lagi Entitas tidak lagi Sesuai
mengelola atau melakukan melanjutkan pengelolaan
pengendalian efektif atas yang biasanya terkait
barang (beras dan pupuk) dengan kepemilikan atas
yang dijual. barang ataupun melakukan
pengendalian efektif atas
barang yang dijual;
3 Pendapatan KUD Sri Tanjung Jumlah pendapatan dapat Sesuai
berasal dari penjualan beras diukur secara andal;
dan pupuk baik secara tunai
maupun kredit. Baik penjualan
tunai maupun kredit, KUD Sri
Tanjung mengakui
pendapatannya pada saat
terjadinya transaksi. Total
pendapatan pada KUD Sri
Tanjung diukur dengan harga
jual dikurangi harga pokok
penjualan dan biaya – biaya
yang diperlukan.
4 Manfaat ekonomik yang Kemungkinan besar Sesuai
diperoleh KUD Sri Tanjung manfaat ekonomik yang
adalah laba atas penjualan terkait dengan transaksi
barang (beras dan pupuk), dan tersebut akan mengalir ke
juga laba dari unit usaha entitas; dan
waserda yang bertindak
sebagai agen.
5 Semua biaya diukur dari Biaya yang terjadi atau Sesuai
penjualan bersih, yaitu harga akan terjadi sehubungan
jual dikurangi harga pokok transaksi penjualan
penjualan, sehingga tersebut dapat diukur
pencapaian pendapatan dapat secara andal.
diperhitungkan.
9

Tabel 2
Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Jasa Pada KUD Sri Tanjung
No KUD Sri Tanjung PSAK No. 23 Keterangan
1 Pendapatan yang diakui oleh Jumlah pendapatan dapat Sesuai
KUD Sri Tanjung merupakan diukur secara andal.
suatu jumlah yang disepakati
bersama antara kedua belah
pihak yang melakukan
pinjaman. Pendapatan yang
diakui merupakan persentase
tingkat pengembalian uang
pinjaman yang akan diterima
KUD Sri Tanjung sesuai
dengan kesepakatan antara
pengurus dan anggota
koperasi.
2 Manfaat ekonomi yang Kemungkinan besar Sesuai
diterima KUD Sri Tanjung dari manfaat ekonomik
pemberian pinjaman kepada sehubungan dengan
anggota adalah penerimaan transaksi tersebut akan
pendapatan bunga atas mengalir ke entitas.
pinjaman tersebut. Sedangkan
untuk unit usaha jasa yang lain
adalah penerimaan ongkos
atas pemberian pelayanan
jasa.
3 Dalam hal ini pendapatan KUD Tingkat penyelesaian dari Sesuai
Sri Tanjung diakui dalam suatu transaksi pada akhir
periode akuntansi saat jasa periode pelaporan dapat
ditunaikan atau pada saat diukur secara andal
anggota mengembalikan uang
pokok pinjaman dan bunga
pinjaman sesuai dengan
perjanjian yang telah
disepakati.
4 Terdapat biaya yang Biaya yang timbul untuk Sesuai
digunakan pada saat transaksi dan biaya untuk
terjadinya transaksi, diakui dan menyelesaikan transaksi
diukur sebagaimana mestinya tersebut dapat diukur
dan dilaporkan dengan andal. secara andal.

Analisis Terhadap Pengukuran Pendapatan


Pengukuran pendapatan pada KUD Sri Tanjung ditentukan berdasarkan jenis
barang dagangan dan jenis pelayanan jasa yang diberikan, serta menunjukkan besarnya
kas ekuivalen yang akan diterima. Dalam pengukuran pendapatan yang diterapkan KUD
Sri Tanjung, menggunakan dasar pengukuran nilai historis.Artinya, pendapatan dan
beban diukur berdasarkan nilai wajar yang ada pada saat perjanjian kontrak tersebut
dibuat.
Pendapatan berdasarkan nilai historis diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau dapat diterima yang diukur dengan nilai mata uang rupiah. Dengan
demikian, pengukuran pendapatan yang diterapkan oleh KUD Sri Tanjung telah sesuai
dengan PSAK No. 23 Tahun 2017 paragraf 09 yang berbunyi
“pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima”.

Tabel 3
Pengukuran Pendapatan Pada KUD Sri Tanjung
10

No KUD Sri Tanjung PSAK No. 23 Keterangan


1 Pengukuran pendapatan pada a. Pendapatan diukur Sesuai
KUD Sri Tanjung dilakukan dengan nilai wajar imbalan
dengan mengacu pada nilai yang diterima atau dapat
historis (historical cost) dimana diterima.
aset dicatat sebesar jumlah b. Nilai wajar adalah harga
kas atau setara kas yang yang akan diterima untuk
dibayar atau sebesar nilai menjual suatu asset atau
wajar dari imbalan yang harga yang akan dibayar
diberikan untuk memperoleh untuk mengalihkan suatu
asset tersebut pada saat liabilitas dalam transaksi
perolehan. Liabilitas dicatat teratur antara pelaku pasar
sebesar jumlah yang diterima pada tanggal pengukuran
sebagai penukar dari
kewajiban, atau dalam
keadaan tertentu (sebagai
contoh, pajak penghasilan),
pada jumlah kas atau setara
kas yang diekspektasikan
akan dibayarkan untuk
memenuhi liabilitas dalam
pelaksanaan usaha yang
normal.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Sumber – sumber pendapatan KUD Sri Tanjung berasal dari pendapatan
operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional diperoleh dari
Usaha Pengadaan Pangan, Usaha Tebu Rakyat, Usaha RMU/Penggilingan, Usaha
Saprotan, Usaha KUT, Usaha Simpan Pinjam, Usaha Angkutan, Usaha
Waserda/Pertokoan, Usaha Jarek Listrik dan Telepon, Aneka Usaha dan Usaha UPJA.
Sedangkan pendapatan non operasional diperoleh dari penjualan aktiva tetap dan
pendapatan bunga.
KUD Sri Tanjung dalam prakteknya menerapkan metode accrual basis, dimana
pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi tanpa memerhatikan waktu kas
diterima.Pengakuan pendapatan atas penjualan barang diakui saat KUD telah
memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada
pembeli.Sedangkan pengakuan pendapatan atas penjualan jasa diakui saat pekerjaan
telah diselesaikan.
Pengukuran pendapatan pada KUD Sri Tanjung dilakukan dengan mengacu pada
nilai historis (historical cost) dimana aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset
tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (sebagai contoh, pajak
penghasilan), pada jumlah kas atau setara kas yang diekspektasikan akan dibayarkan
untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal.
Secara teoritis KUD Sri Tanjung telah memahami dengan baik mengenai konsep
pendapatan pada saat pengakuan dan pengukuran pendapatan, dan dalam prakteknya
telah diterapkan sesuai dengan PSAK No. 23 Tahun 2017.

Saran
11

1. KUD Sri Tanjung hendaknya terus mempertahankan dan menerapkan secara


konsisten perlakuan akuntansi pendapatan khususnya pengakuan dan pengukuran
pendapatan disetiap periode akuntansi agar menghasilkan laporan keuangan yang
lebih akurat dalam mencerminkan posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
2. KUD Sri Tanjung sebaiknya membuat cadangan kerugian piutang agar KUD dapat
mencegah terjadinya piutang tak tertagih akibat pelanggan yang pailit untuk suatu
waktu yang tidak diharapkan.
3. Pendapatan bunga yang diperoleh dari usaha simpan pinjam, KUD sebaiknya
mencatat ke dalam pendapatan non operasional karena tidak termasuk dalam
kegiatan utama KUD agar dapat dibedakan antara pendapatan operasional dan
pendapatan non operasional KUD.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menambah variabel lain diluar variabel yang
telah diteliti, dan dapat bermanfaat secara teoritis dalam menambah wawasan untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut tentang pengakuan dan pengukuran
pendapatan menurut PSAK No. 23 Tahun 2017.

DAFTAR PUSTAKA

Apsa, Sari. 2014. Evaluasi Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan Pendapatan


Berdasarkan PSAK No. 23 Pada PT. Pelayaran Liba Marindo Tanjungpinang
Periode 2013. Penelitian diterbitkan https://scholar.google.co.id. Universitas
Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang.

Azhari, Muhammad Faiza. 2017. Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan
Pajak Terhadap Tax Evasion. Draft Skripsi diterbitkan
http://repository.unpas.ac.id/27868/. Program S1 Universitas Pasundan:
Bandung.

Fadilah, Bayinun. 2013. Tinjauan Atas Penerapan PSAK No. 23 Tahun 2010 Tentang
Pengakuan Pendapatan Operasional Pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.
Cabang Purbaleunyi Bandung.Laporan Tugas Akhir diterbitkan
https://scholar.google.co.id. Program Studi Diploma III Universitas Widyatama:
Bandung.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2014. Teori Akuntansi : International Financial Reporting
Systems (IFRS). Universitas Diponegoro : Semarang.

Harahap, Sofyan Safri. 2015. Teori Akuntansi. Rajawali Pers : Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia.2017 .Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Kharisah, Aulia.dkk. 2016. Analisis Penerapan PSAK No. 23 Tahun 2010 Tentang
Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Dhezign Online Solution.
Penelitian diterbitkan https://scholar.google.co.id. Universitas Bhayangkara:
Surabaya.

Kurniawati, Tanti. 2014. Analisis Recognition dan Measurement Pendapatan Menurut


PSAK Nomor 23 Pada Tjahaja Baroe Group Surabaya.Skripsi diterbitkan
https://scholar.google.co.id. Program S1 Universitas Wijaya Putra: Surabaya.

Linawati, Santi. 2006. Analisis Penerapan Metode Pengakuan Pendapatan (Psak No 23)
Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung.Skripsi diterbitkan
https://repository.widyatama.ac.id. Program S1 Universitas Widyatama: Bandung.

Marcella, Synthia dan Lili Syafitri.2014. Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Berdasarkan PSAK No. 23 Pada PT. Pandu Siwi Sentosa Palembang.Penelitian
diterbitkan https://scholar.google.co.id. STIE MDP: Sumatera Selatan.
12

Mulia, Budi. 2007. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No.
23 pada PT. Raya Utama Travel Medan.Skripsi diterbitkan repository.usu.ac.id.
Program S1 Universitas Sumatera Utara: Medan.

Paramita, Ratna Wijayanti Daniar. 2015. Metode penelitian kuantitatif. STIE Widya Gama:
Lumajang.

Putri, Guruh Tika Ferayanti. 2010. Tinjauan Atas Prosedur Pemberian Kredit Pada
Primkopad Pusdik Passus. Penelitian diterbitkan
https://es.scribd.com/document/353922990/teori-
koperasi#close_user_settings_menu. Program Studi Akuntansi Universitas
Computer Indonesia: Bandung.

Rinawati, Dwi. 2017. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23
pada Perusahaan Biro Jasa Perjalanan. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 6,
No. 1.

Samsu, Saharia. 2013. Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Berdasarkan


PSAK No. 23 Pada PT. Misa Utara Manado.Jurnal EMBA, Vol. 1 No. 3:567-575.

Você também pode gostar