Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut
Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri
sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan
menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan
merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen
(Purba dkk, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling tidak
ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar
450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 –
0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira
2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data
WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan
jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas:

1. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan perilaku kekerasan

2. Tak stimulasi persepsi: perilaku kekerasan

3. Sesi 1: tak, yaitu Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Towsend, 1982).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sundeen, 1995).

PK (perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
memebahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan
gaduh gelisah yang tak terkontrol.

B. Etiologi

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

C. Tanda Dan Gejala

1. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang

2. Suka membentak

3. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal

4. Mata merah dan wajah agak merah

5. Nada suara tinggi dan keras

6. Bicara menguasai

7. Pandangan tajam

8. Suka merampas barang milik orang lain

D. Mekanisme Sebab – Akibat

1. Sebab : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tak langsung. (Towsend, M.C.
1998). Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu, dianggap tidak berharga dan
berguna. Klien kesal kemudian marah dan kemarahan tersebut diekspresikan secara tak konstruktif,
seperti memukul orang lain, membanting-banting barang atau mencederai diri sendiri.

a. Tanda dan Gejala

1) Mengejek dan mengkritik diri sendiri

2) Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri

3) Rasa bersalah atau khawatir

4) Manifestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.

5) Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan


6) Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social

7) Menarik diri dari realitas

8) Merusak diri

9) Merusak atau melukai orang lain

10) Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.

2. Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan

a. Pengertian : Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapt
membahayakan bagi keselamatan jiwanya maupun orang lain disekitarnya (Townsend, 1994). Klien
dengan perilaku kekerasan menyebabkan klien berorientasi pada tindaakan untuk memenuhi secara
listrik tuntutan situasi stress, klien akan berperilaku menyerang, merusak diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan sekitar.

b. Tanda dan Gejala

1) Adanya peningkatan aktifitas motorik

2) Perilaku aktif ataupun destruktif

3) Agresif

E. Rentang respon marah

Adaptif
maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk/PKp

F. Faktor predisposisi

1. Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mendapat suatu tujuan mengalami hambatan akan
timbul dorongan agresif yang memotivasi PK.

b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan.

c. Frustasi

d. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.

2. Faktor sosial budaya

Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan
respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Badura bahwa agresi tidak berbeda dengan
respons-respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapat penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat
memengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah
yang dapat diterima yang tidak dapat diterima.

3. Faktor biologis

Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus(pada sistem limbik) ternyata menimbulakn perilaku agresif, dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbik(untuk emosi dan perilaku), lobus frontal(untuk pemikiran rasional), dan
lobus temporal(untuyk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.

G. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik,
psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut.

1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif
dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari luar.

3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.

H. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memanajemen


perilaku agresif, intervensi tersebut dapat melalui rentang intervensi keperawatan.
Strategi preventif strategi antisipasif stategi pengurungan

Kesadaran diri komunikasi manajemen krisis

Pendidikan klien perubahan lingkungan seclusion

Latihan asertif tindakan psikofarmakologi restain

Keterangan gambar:

1. Kesadaran diri : perawat harus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi
dengan memisahkan masalah pribadi dan masalah klien.

2. Pendidikan klien : pendidikan yang diberikan pada klien mengenai cara komunikasi dan cara
mengekspresikan marah yang tepat, serta respons adaptif dan maladaptif.

3. Latihan asertif : kemampuan dasar perawat yang harus dimiliki adalah berkomunikasi langsung
dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan, sanggup melakukan
komplain, dan mengekspresikan penghargaan yang tepat.

4. Komunikasi : strategi komunikasi terapeutik

5. Perbahan lingkungan : perawat mampu menyediakan berbagai aktivitas untuk meminimalkan/


mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai.

6. Tindakan perilaku : kontrak dengan klien untuk membicarakan mengenai perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak.

7. Psikofarmakologi : pemberian obat sesuai kolaborasi dan mampu menjelaskan manfaat obat
pada pasien dan keluarga.

8. Manajemen krisis : bila pada waktu intervensi yang tidak berhasil, maka perlu intervensi yang
lebih aktif.

I. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatri adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi pemimpin tim krisis

2. Bentuk tim krisis mulai dari dokter, perawat dan konselor

3. Beritahu petugas keamanan jika perlu

4. Jauhkan klien lain dari lingkungan

5. Lakukan pengekangan jika perlu

6. Amankan anggota tubuh klien

7. Jelaskan perlunya intervensi tersebut pada klien dan upayakan kerja sama
8. Pengekangan klien dilakukan jika diminta ketua tim krisis

9. Berikan obat jika diinstruksikan

10. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten pada klien

11. Tinjau kembali intervensi tersebut di atas

12. Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dengan lingkungannya

J. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Faktor predisposisi dan presipitasi, serta kondisi klien sekarang. Kaji riwayat keluarga dan masalah
yang dihadapi klien.

2. Tanda dan Gejala

Jelaskan tanda dan gejala klien pada tahap marah, krisis atau perilaku kekerasan, dan kemungkinan
bunuh diri. Muka merah, tegang, pandangan mata tajam, mondar-mandir, memukul,
memaksa,iritable, sensitif, dan agresif.

3. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengen perilkau kekerasan

Tgl. Diagnosis Perencanaan Intervensi


Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil

1 3 4 5 6

Resiko TUM · klien mau 1. Beri salam/ panggil nama.


perilaku membalas salam.
mencedarai Klien tidak · Sebutkan nama perawat.
diri meciderai diri · Klien mau
menjabat tangan. · Jelaskan maksud hubungan
berhubunga TUK interaksi.
n dengan · Klien mau
perilaku 1. Klien dapat menyebutkan nama. · Jelaskan akan kontrak yang akan
kekerasaan. membina hubungan dibuat.
saling percaya. · Klien mau
tersenyum. · Beri rasa aman dan empati.

· Klien mau kontak · Lakukan kontak singkat tapi


mata. sering.

· Klien mau
mengetahui nama
perawat.
2. Klien dapat · klien dapat 2.1. berikan kesempatan untuk
mengidentifik-asi mengungkapkan mengungkapkan perasaannya.
penyebab perilaku perasaannya.
2.2. bantu klien untuk mengungkapkan
kekerasan.
klien dapat penyebab perasaan jengkel/kesal.
mengungapkan penyebab
perasaan jengkel/ kesal
(dari diri sendiri,
lingkungan, atau orang
lain).

3.Klien dapat 3.1. klien dapat 3.1.1. Anjurkan klen mengungkapkan


mengidentifikas-i mengungkapkan apa ang dialami dan dirasakan saat
tanda dan gejala perasaan saat marah/ marah/jengkel.
perilaku kekerasan. jengkel.
3.1.2. Observasi tanda dan gejala
3.2. klien dapat perilaku kekerasaan padaklien.
menyimpulkan tanda dan
gejala jengkel/kesal yang 3.2.1. Simpulkan bersama klien tanda
dialaminya. dan gejala jengkel/kesal yang akan
dialami.

4. klien dapat 4.1. klien dapat 4.1.1. Anjurkan klien untuk


mengidentifikasi mengungkapkan perilaku mengungkapkan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan kekerasan yang bisa yang biasa dilakukan klien (verbal,
yang bisa dilakukan. dilakukan. pada orang lain pada lingkungan, dan
pada diri sendiri).
4.2. klien dapat bermain
peran sesuai perilaku 4.2.1. bantu klien bermain peran
kekerasan yang biasa sesuai dengan prilaku keerasan yang
dilakukan. bisa dilakukan.

4.3. klien dapat 4.3.1. bicarakan dengan klien,apakah


mengetahui cara yang dengan cara yang klien lakukan
biasa dilakukan untuk masalahnya selesai.
menyesuaikan masalah.

5. klien dapat 5.1. klien dapat 5.1.1. Bicarakan akibat/kerugian dari


mengidentifikasi menjelaskan akibat dari cara yang dilakukan klien.
akibat perilaku cara yang digunakan
kekerasan. klien: 5.1.2. Bersama klien menyimpulkan
akibat dengan cara yang dilakukan
· Akibat pada klien oleh klien.
sendiri.
5.1.3. Tanyakan kepada klien “Apakah
· Akibat pada orang. ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat”.
· Akibat pada
lingkungan.

6. Klien dapat 6.1. Klien dapat 6.1.1. Diskusikan kegiatan fisik yang
mendemonstrasikan menyebutkan contoh biasa dilakukan klien.
cara fisik untuk pencegahan perilaku
mencegah perilaku kekerasan secara fisik: 6.1.2. Beri pujian atas fisik klien yang
kekerasan. bisa dilakukan.
· Tarik nafas dalam.
6.1.3. Diskusika dua cara fisik yang
· Pukul kasur dan paling mudah dilakukan untuk
bantal. mencegah prilaku kekerasan, yaitu:
tarik nafas dalam dan pukul kasur
· Dll: kegiatan fisisk. serta bantal.

6.2. klien dapat 6.2.1. Diskusikan cara melakukan nafas


mendemonstrasikan cara dalam dengan klien.
fisik untuk mencegah
6.2.2. Beri contoh klien tentang cara
prilaku kekerasan.
menarik nafas dalam.

6.2.3. Minta klien mengikuti contoh


yang diberikan sebanyak 5 kali.

6.2.4. Beri pujian positif atas


kemampuan klien mendemonstrasikan
cara menarik nafas dalam.

6.2.5. Tanyakan perasaan klien setelah


selesai.

6.2.6. Anjurkan klien menggunakan


cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel.

6.2.7. lakukan hal yang sama dengan


6.2.1 sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain
dipertemuan yang lain.

6.3. Klien mempunyai 6.3.1. Diskusikan degan klien


jadwal untuk melatih cara mengenai frekuensi latihan yang akan
pencegahan fisik yang dilakukan sendiri oleh klien.
telah dipelajari
6.3.2. susun jadwal kegiatan untuk
sebelumnya.
melatih cara yang telah dipelajari.

6.4. Klien mengevaluasi 6.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan


kemampuan dalam latihan, cara pencegahan perilaku
melakukan cara fisik kekerasan yang telah dilakukan
sesuai jadwal yang telah dengan mengisi jadwal kegiatan harian
disusun. (self-evolution).

6.4.2. Validasi kemampuan klien dalam


melaksanakan latihan.

6.4.3. Berikan pujian atas keberhasilan


klien.

6.4.4. Tanyakan kepada klien “Apakah


kegiatan cara pencegahan perilaku
kekerasan dapat mengurangi perasaan
marah”.

7. klien dapat 7.1. klien dapat 7.1.1. Diskusikan cara bicara yang baik
mendemonstrasikan menyebutkan cara bicara dengan klien.
cara sosial untuk (verbal) yang baik dalam
mencegah perilaku mencegah perilaku 7.1.2. Beri contoh cara bicara yang
kekerasan. kekerasan. baik:

· Meminta dengan · Meminta dengan baik.


baik. · Menolak dengan baik
· Menolak dengan · Mengungkapkan perasaan dengan
baik. baik.
· Mengungkapkan
perasaan dengan baik.

7.2. Klien dapat 7.2.1. Meminta klien mengikuti contoh


mendemonstrasikan cara cara bicara yang baik.
verbal yang baik.
· Meminta dengan baik:

“saya minta uang untuk beli makan”.

· Menolak dengan baik:

“Maaf, saya tidak bisa melakukan


karena ada kegiatan lain”.

· Mengungkapkan perasaan dengan


baik:

“Saya kesal karena permintaan saya


tidak dikabulkan” disertai nada suara
rendah.
7.2.2. Minta klien mengulang sendiri.

7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan


klien.

10. Klien dapat 9.1. Klien dapat 9.2.1. Diskusikan tentang proses
mengikuti TAK: menyebutkan jenis, dosis, minum obat:
stimulasi persepsi dan waktu minum obat
pencegahan serta manfaat dari obat · Klien meminta obat kepada
perawat (jika dirumah sakit), kepada
perilaku kekerasan. itu (prinsip 5 benar:
benar orang, obat, dosis, keluarga (jika dirumah).
waktu, dan cara · Klien memeriksa obat sesuai
pemberian). dosisnya.

· Klien meminum obat pada waktu


yang tepat.

9.2.2. Susun jadwal minum obat


bersama klien.

11. Klien 9.2. Klien 1.1.1. klie mengevaluasi pelaksanan


mendapatkan mendemonstrasikan minum obat dengan mengisi jadwal
dukunga keluarga kepatuhan minum obat kegiatan harian (self-evaluatin).
dalam melakukan sesuai jadwal yang
cara pencegahan 1.1.2. Validasi pelaksanan minum obat
ditetapkan.
klien.
perilaku kekerasan.
1.1.3. Beri pujian atas keberhasilan
klien.

1.1.4. Tanyakan kepada klien:


“Bagaimana perasaan Budi dengan
minum obat secara teratur?, Apakah
keinginan untuk marah berkurang?”.

9.3. Klien mengevaluasi 10.1.1. Anjurkan klien untuk ikut TAK:


kemampuannya dalam stimulasi persepsi pencegahan prilaku
mematuhi minum obat. kekerasan.

10.1.2. Klien mengikuti TAK: Stimulasi


persepsipencegahan oerikalu
kekerasan (kegiatan mandiri).

10.1.3 Diskusikan dengan klien tentang


kegiatan selamat TAK.

10.1.4. Fasilitsi klien untuk


mempratikkan hasil kegiatan TAK dan
beri pujian atas keberhasilannya.

10.1. Klien mengikuti 10.2.1. Diskusikan dengan klien


TAK: Stimulasi persepsi tentang jadwal TAK.
pencegahan prilaku
kekerasan. 10.2.2. Masukan jadwal TAK kedalam
jadwal kegiatan harian.

10.2.3. Beri pujian atas kemampuan


mengikuti TAK.

10.2.4. Tanyakan kepada klien:


“bagaimana perasaan Budi setelah ikut
TAK?”

10.2. Klien mempunyai 11.1.1 Identifikasi kemampuan


jadwal klien melakukan keluarga dlam merawat klien sesuai
evaluasi terhadap dengan yang telah dilakukan keluarga
pelaksanaan TAK. terhadap selama ini.

11.1.2. Jelasakan keuntungan peran


serta keluarga dalam merawat klien.

11.1.3. Jelaskan cara-cara merawat


klien:

· Terkait dengan cara mengontrol


prilaku marah secara kontruktif.

· Sikap dan cara bicara.

· Membantu klien mengenal


penyebab marah dan pelaksanaan car
pencegahan prilaku kekerasan.

11.1. Keluarga dapat 11.1.4. Batu keluarga


mendemonstrasikan cara mendemonstrasikan cara mwrawat
merawat klien. klien.

11.1.5. bantu keluarga


mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi.

11.1.6. Anjurkan keluarga


mempratikkannya pada klien selama
dirumah sakit dan melanjutkannya
setelah pulang kerumah.
4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah tercapai dan yang belum tercapai
sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut. Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai
berikut.

a. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan

b. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut

c. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang lain

d. Buatlah komentar yang kritikal

e. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda

f. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya

g. Konsep diri klien sudah meningkat

h. Kemandirian berfikir dan aktivitas meningkatkan

BAB III

TAK STIMULASI PERSEPSI: PERILAKU KEKERASAN

Sesi 1: Mengenal Perilaku Kekerasan yang biasa Dilakukan

A. Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.

2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan).

4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

B. Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

C. Alat

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard

2. Kapur/spidol

3. Buku catatan dan pulpen

4. Jadwal kegiatan klien

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran atau stimulasi

E. Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.

b. Membuaat kontrak dengan kl.ien.

c. Mempersiaapkan alat dan tempat pertemuaan.

2. Orientasi

a. Slam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien.

2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).

3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).

b. Evaluasi/validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini.

2) Menanyakan masalah yang dirasakan.


c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuaan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasaan yang biasa dilakukan.

2) Menjelaskan aturan main berikut.

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3) Tahap kerja

a) Mendiskusikan penyebab marah.

(1) Tanyakan pengalaman tiap klien.

(2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.

b) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah
sebelum perilaku kekerasan terjadi.

(1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala).

(2) Tulis di papan tulis/filpchart/whiteboard.

c) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan,
mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri).

(1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.

(2) Tulis di papan tulis filpchart/whiteboard.

d) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk
diperagakan.

e) Melakukan bermain peran/stimulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis
sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasaan).

f) Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.

g) Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasaan

(1) Tanyakan akibat atau perilaku

(2) Tuliskan di papan tulis/flipchart/whiteboard.

h) Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

i) Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat .


j) Beri kesimpulan penyhebab; tanda dan gejala ; perilaku kekerasan; dan akibat perilaku
kekerasan.

k) Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan.

4) Tahap terminasi

a) Evaluasi

(1) terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

(2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.

b) Tindakan lanjut

(1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan
gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan.

(2) Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya
yang belum diceritakan.

c) Kontrak yang akan datang

(1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

(2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

F. Evaluasi dan Dokumentasi

1. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuaan klien sesuai dengan tujuaan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasaan sesi 1, kemampuaan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal
tanda dan gejala, perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

BAB IV

SESI 1: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan psikologis

No Nama Klien Penyebab PK Memberi tanggapan tentang

Tanda & Gejala PK Perilaku Akibat PK


kekerasan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk:

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.
Beri tanda  jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.

2. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuaan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
menyebutkan penyebab prilaku kekerasannya ( disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda
dan gejala yang dirasakan (“geregetan” dan”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan
klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

PK (perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
memebahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan
gaduh gelisah yang tak terkontrol. Perilaku kekerasan juga bisa dicegah dengan berbagai cara,
seperti adanya simulasi persepsi.

B. Saran

Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan jiwa penting sekali
memahami beberapa tanda dan gejala mengenai perilaku kekerasaan, agar ke depan nya perilaku
kekerasaan dapat dikurangi dengan diadakannya cara-cara untuk meredam perilaku kekerasaan.

Daftar Pustaka

Anna,budi keliat dan akemat.2004.keperawatan jiwa. Jakarta : EGC

Frances,mary,dkk.1996.rencana asuhan keperawatan psikiatri.jakarta:EGC

Marilyne,Doengoes&townsend, mary, &frances,mary.2006. rencana asuhan keperawatan


psikiatri.Jakarta:EGC

Ma’rifatul, lilik.2011.keperawatan jiwa.yogyakarta:graha ilmu

Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :salemba medika

Wiscarz, gail&j.sandra.1998.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC

Tomb,david.2004.psikiatri. Jakarta:EGC

Você também pode gostar