Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Kedua kasus dalam rumah tangga sering lebih parah. Sekolah atau hubungi
pusat penitipan anak berkaitan dengan tingkat transmisi yang lebih rendah namun
masih signifikan. Anak-anak yang rentan jarang mendapatkan penyakit dengan
kontak dengan orang dewasa dengan zoster. Ttransmisi maksimum terjadi selama
akhir musim dingin dan musim semi.
Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon
ini menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi
pada orang-orang ini, namun serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi di
orang imunokompeten. Reexposure dan infeksi subklinis dapat berfungsi untuk
meningkatkan kekebalan yang diperoleh setelah episode cacar air, ini dapat
berubah di era post vaksin.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menjelaskan tentang penyakit Varicella dan Poliomyelitis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Penulis diharapkan dapat :
1.2.2.1 Memahami tentang penyakit varicella ( definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan
pada kasus varicella).
1.2.2.2 Memahami tentang penyakit Poliomyelitis ( definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan
pada kasus poliomyelitis).
1.3 Manfaat
Setelah membaca makalah tentang varicella ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan
pada kasus varicella.
1.3.2 Mahasiswa mampu memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan
pada kasus poliomyelitis.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk
kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut
Capsid, terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S)
dan rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta
yang disusun dari 162 capsomir dan sangat infeksius.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan
dalam darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang
terdiri dari Fibroblast paru embrio manusia.
4
2.1.3.1 Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala
panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala,
anoreksia, rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk
keringdiikuti eritema pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau
morbiliform. Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas
tubuh menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau gangguan imunitas.
2.1.3.2 Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam
beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang
kemerahan lalu menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan
jernih, tidak umbilicated dengan dasar eritematous, mudah pecah serta
mengering membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal
sebagai “tetesan embun”/”air mata”.
Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan
penyakit ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula,
vesikel, krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut
polimorf. Jumlah lesi pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang dapat
hanya 10 bahkan lebih sampai 1500. Lesi baru tetap timbul selama 3-5 hari, lesi
sering menjadi bentuk krusta pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh
lengkap pada hari ke-16 (hari ke-7 sampai ke-34)
5
Varisela neonatal
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada
saat ibu kena varisela dan persalinan.
Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah
partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat viremia kedua dari ibu, bayi
terinfeksi transplasental, tetapi tidak memperoleh kekebalan dari ibu
karena belum cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada
keadaan ini, bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela berat dan
menyebar. Perlu diberikan profilaksis atau pengobatan dengan varicella-
zoster immune globulin (VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan
adekuat, angka kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama akibat
pneumonia berat dan hepatitis fulminan.
Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga ibu
mempunyai waktu yang cukup untuk memproduksi antibody dan dapat
diteruskan kepada bayi. Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan
karena pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu. Pengobatan
6
2.1.4 Patofisiologi
Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di
sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini
virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster. Sekitar 250
– 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali
pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang
paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan
mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu
bekas pada kulit yang mengering akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab
penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan
ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui
udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian
tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini
akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini
dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali
orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
7
2.1.6 Penatalaksanaan
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan
terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang
justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak
ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai
tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah.
Tentu tidak menarik untuk dilihat.
2.1.6.1 Secara umum
1) Isolasi untuk mencegah penularan.
2) Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3) Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4) Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian
antiseptik pada air mandi.
5) Upayakan agar vesikel tidak pecah :
Jangan menggaruk vesikel.
Kuku jangan dibiarkan panjang.
Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pada
kulit, jangan digosok.
2.1.6.2 Secara Farmakologi:
1) Obat topical
Pengobatan local dapat diberikan Kalamin lotion atau bedak salisil 1%.
2) Antipiretik/analgetik
Biasanya dipakai aspirin, asetaminofen, ibuprofen.
3) Antihistamin
Golongan antihistamin yang dapat digunakan, yaitu
Diphenhydramine, tersedia dalam bentuk cair (12,5mg/5mL), kapsul
(25mg/50mg) dan injeksi (10 dan 50 mg/mL). Dosis 5mg/kg/hari, dibagi
dalam 3 kali pemberian.
4) Obat anti virus
Vidarabin (adenosine arabinoside)
Vidarabin adalah obat antivirus yang diperoleh dari fosforilase
dalam sel dan dalam bentuk trifosfat, menghambat polymerase DNA
virus. Dosis: 10-20 mg/kg BB/hari, diberikan sehari dalam infuse
9
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang
dewasa.
2.1.7.1 Infeksi sekunder
Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan
menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada
kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya infeksi
sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari atau bahkan
memburuk.
2.1.7.2 Otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “Acute
postinfectious cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang paling
ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya pada 2-3
minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai dari yang
ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun ataxia berat.
Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat mengalami
inkoordinasi atau dysarthria.
10
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara
imunisasi pasif atau aktif.
2.1.8.1 Imunisasi aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live
attenuated) yang berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dan
tingkat proteksi cukup tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih lama. Dapat
diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk
penderita pascakontak dapat diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam dengan
maksud sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit.
Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini
ternyata cukup aman. Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya
proteksi yang sama dan efek samping hanya berupa rash yang ringan.
2.1.8.2 Imunisasi pasif
Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster
Imun Plasma (ZIP).
Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer
antibody yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari
infeksi herpes zoster. Dosis Zoster Imuno Globulin (ZIG): 0,6 mL/kg BB
intramuscular diberikan sebanyak 5mL dalam 72 jam setelah kontak. Indikasi
pemberian Zoster Imunoglobulin ialah:
1) Neonatus yang lahir dari ibu menderita varisela 5 hari sebelum partus atau
2 hari setelah melahirkan.
2) Penderita leukemia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya
belum divaksinasi.
3) Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya.
4) Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupresan seperti
kortikosteroid.
Tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukimea atau penyakit
keganasan lainnya, pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) tidak menyebabkan
12
pencegahan yang sempurna, lagi pula diperlukan Zoster Imun Globulin (ZIG)
dengan titer yang tinggi dan dalan jumlah yang lebih besar.
Zoster Imun Plasma (ZIP) adalah plasma yang berasal dari penderita yang
baru sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3
mL/kg BB. Pemberian Zoster Imun Plasma (ZIP) dalam 1-7 hari setelah kontak
dengan penderita varisela pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia, atau
penyakit keganasan lainnya mengakibatkan menurunnya insiden varisela dan
merubah perjalanan penyakit varisela menjadi ringan dan dapat mencegah varisela
untuk kedua kalinya.
2.2.2 Etiologi
Penyebab polio adalah virus polio.Virus polio merupakan RNA virus dan
termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio adalah virus
kecil dengan diameter 20-32 nm, berbentuk spheris dengan struktur utamanya
RNA yang terdiri dari 7.433 nukleotida, tahan pada pH 3-10, sehingga dapat tahan
terhadap asam lambung dan empedu. Virus tidak akan rusak dalam beberapa hari
pada temperatur 20 – 80 C, tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1% dan bermacam-
macam detergen, tetapi mati pada suhu 500 – 550 C selama 30 menit, bahan
oksidator, formalin, klorin dan sinar ultraviolet. Selain itu, penyakit ini mudah
berjangkit di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, melalui peralatan makan,
bahkan melalui ludah.
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
2.2.2.1 Tipe I Brunhilde
2.2.2.2 Tipe II Lansing dan
2.2.2.3 Tipe III Leoninya
13
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II
kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan
epidemic ringan. Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh
tipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui :
1) Secara langsung dari orang ke orang
2) Melalui tinja penderita
3) Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam
tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system
pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Polio:
1) Belum mendapatkan imunisasi
2) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
3) Usia sangat muda dan usia lanjut
4) Stres atau kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik
dapat melemahkan system kekebalan tubuh).
2.2.4 Patofisiologi
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak di dalam
tenggorokkan dan saluran pencernaan,diserap dan di sebarkan melalui sistem
pembuluh darah dan getah bening.virus ini dapat memasuki aliran darah dan dan
15
paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut),
disebut quadriplegia.
2.2.5.3 Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang
mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf
yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori
yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.
Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya
terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim
'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena
kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya
sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk
menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun
trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru
besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara
menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara
ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru
akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.
Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia
penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus
hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal
sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio
17
paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi
tubuh yang mendekati normal.
1) Fase akut :
- Analgetik untuk rasa nyeri otot.
- Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan
penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai
terhadap tungkai.
- Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu
sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala
anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
2) Sesudah fase akut :
Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan
ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
2.2.8.4 Rehabilitasi
Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur,
memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika
organ pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika
kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif
2.2.9 Komplikasi
Adapun komplikasi dari Poliomyelitis diantaranya :
2.2.9.1 Hiperkalsuria
Yaitu terjadinya dekalsifikasi (kehilangan zat kapur dari tulang atau gigi)
akibat penderita tidak dapat bergerak.
2.2.9.2 Melena
Yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan tinja yang berwarna hitam
ataupun muntah yang berwarna kehitaman karena darah dari saluran cerna yang
menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung dan akibat terjadinya
emosi pada permukaan lambung dapat tunggal atau multiple.
2.2.9.3 Pelebaran lambung akut
Keadaan ini terjadi pada masa akut atau konvalesen (dalam keadaan
pemulihan kesehatan/stadium menuju ke kesembuhan setelah serangan
penyakit/masa penyembuhan) disebabkan gangguan pernafasan.
2.2.9.4 Hipertensi ringan
Keadaan ini terjadi selama fase akibat gangguan pusat vasoregulator
2.2.9.5 Pneumonia
Disebabkan oleh terganggunya refleks batuk dan menurunnya gerakan
pernafasan.
20
2.2.10 Pencegahan
Upaya pencegahan polio dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemberian
imunisasi sedini mungkin semasa anak-anak.
2) Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Imunisasi dilakukan untuk memberikan
vaksin polio kepada balita. Vaksin polio yang diberikan ada dua jenis
vaksin polio yaitu:
Vaksin polio oral (OPV) yang ditemukan Albert Sabin. OPV
diberikan ke dalam mulut yang berisi virus polio hidup yang telah
dilemahkan. OPV merangsang pembentukan antibodi baik antibodi di
dalam darah maupun antibodi lokal pada jonjot (vili) usus. OPV dapat
memberikan perlindungan kepada individu sebab jika diberikan
berulang kali, vaksin ini merangsang pembentukan antibodi dalam
darah yang memblokir penyebaran virus ke sistem saraf pusat dan
melindungi seorang anak seumur hidup. Cara memberikannya adalah
dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam
mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan
gula manis.
Vaksin polio yang dinonaktifkan/dimatikan (IPV) yang dikembangkan
Jonas Salk. Vaksin polio ini mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan dengan cara disuntikkan. Baik OPV maupun
IPV kedua-duanya merangsang pembentukan kekebalan intestinal. Di
beberapa negara dikenal pula Tetravaccine yaitu kombinasi DPT dan
polio. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan
BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi Polio Dasar yang
lengkap adalah 4 kali, yaitu saat bayi lahir (Polio-), usia 3 bln (Polio-
1), usia 4 bln (Polio-2) dan usia 5 bln (Polio-3). Dengan lengkap 4 kali
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Penyakit
varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan
oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa, ditandai
oleh adanya vesikel-vesikel. Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid,
terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan
rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta yang
disusun dari 162 capsomir dan sangat infeksius.
3.2 Saran
Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dapat dilakukan dengan
cara imunisasi vaksin varicella dan untuk pencegahan poliomielitis dengan
pemberian vaksin polio. Vaksin polio diberikan empat kali, yakni saat bayi baru
lahir, kemudian dilanjutkan pada bulan ke 2, 3, dan 4. Dosis penguat (booster)
diberikan saat mencapai usia 18 bulan. Bayi baru lahir diberikan OPV, kemudian
untuk vaksinasi polio berikutnya dapat diberikan IPV maupun OPV. Hanya saja,
setiap anak setidaknya harus mendapat satu dosis IPV.
Hal tersebut diatas merupakan saran yang baik untuk dijalankan bagi tiap
orang untuk menjaga kesehatan terutama terhindar dari penyakit varicella dan
poliomielitis.
24
Daftar Pustaka
Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7
Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK
Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby
Company, Toronto.
Lorden.blospot.com