Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Hari : Kamis
Tanggal : 9 Oktober 2018
A. Latar Belakang
Kerangka hewan terdiri dari satu set struktur hidup yang tumbuh, beradaptasi
dan memperbaiki diri. Jaringan tulang hadir di hampir semua bagian tubuh, dan di
karakteristik kerangka terbagi sangat beragam dalam hal morfologi dan arsitektur
jaringan (Vieira, 2007) . Tulang adalah jaringan ikat khusus. Dalam hal ini matriks
tulang dimineralisasi oleh garam organik, terutama kalsium fosfat. Kalsium hidroksi
apatite yang khusus membentuk kekuatan tulang dan membuat tulang menjadi
kokoh. Komponen matriks eksternal utama yang berperan dalam proses pengerasan
tulang adalah garam kalsium. Proses pengendapan garam-garam kalsium terjadi
secara berangsur-angsur. Tulang merupakan komponen utama dalam rangka tubuh.
Tulang sifatnya keras dan kaku, tetapi tulang juga mempunyai sifat elastis tertentu.
Tulang membantu rangka tubuh dengan kekuatan yang penting untuk fungsinya
sebagai tempat perlekatan dan pengungkit otot serta menyokong tubuh melawan
gravitasi. Rangka tubuh mempunyai fungsi pelindung penting, sebab melindungi
otak dan medula spinalis, dan mengelilingi sebagian organ-organ pelvis dan toraks
sebagai baju pelindung.
Tulang maupun tulang rawan adalah bentuk jaringan penyambungan padat
yang terspesialisasi yang matriksnya lentur dan luwes. Kedua jaringan itu melakukan
fungsi kerangka yang bersifat struktural dan menanggung beban di dalam tubuh.
Tulang secara arsitektur direncanakan sebagai jaringan yang ringan tapi luar biasa
kuat untuk menanggung beban yang garis kekuatannya mengikuti
garis tekanan yang diakibatkan oleh dukungan beban. Tulang rawan sel sel batangna
proliferasi dan membentuk kondrosit kondrosit yang cepat mengelilingi mereka
dengan matriks. Pada tulang sel sel batangnya mula mula berkembang menjadi
osteoblas, sel pembentuk matriks yang luar biasa aktif yang lambat laun mengurung
diri sendiri dalam suatu lakuna dan menjadi osteosit. Matriks tulang
mengandung unsur yang sama seperti jaringan - jaringan penyambung yang lainnya.
Pengendapan ini oleh osteoblas disebut osifikasi (Soeminto, 2002).
Alizarin red merupakan suatu metode untuk mengetahui pembentukan tulang
pada embrio atau metode untuk mendeteksi proses kalsifikasi pada tulang embrio.
Tulang embrio yang terwarnai alizarin red akan terlihat berwarna merah tua. Warna
merah tersebut muncul karena zat warna yang diberikan terikat oleh kalsium pada
matriks tulang. Pemberian alizarin red dapat dilakukan secara bertahap pada
berbagai jenjang umur embrio, pada umumnya tulang yang terbentuk secara intra
membran mengalami osifikasi lebih cepat dibandingkan tulang yang terbentuk secara
endrokondral (Mardanung, 1985). Alizarin merupakan senyawa yang dapat larut
dalam air, menyintesis bentuk yang tidak dapt larut air dari suatu indicator, Alizarin
Red S-CTAB merupakan pengikat ion liphophilic yang membuat dapat digunakan
dalam sensor PVC (Gupta et al., 2009).
Pewarna alizarin red dipilih karena merupakan salah satu zat warna organik
yang bersifat biodegradable. Pewarnaan alizarin ini dilakukan untuk melihat tulang
pada suatu embrio. pada praktikum kali ini di pilih fetus mencit untuk mengetahui
tulangnya menggunakn metode alizarin red. Alizarin red sering disebut natrium
alizarin sulfonat. Selain digunakan untuk mengetahui pembentukan tulang, alizarin
red juga bisa digunakan dalam berbagai macam hal. Alizarin red bisa digunakan
sebagai pH indikator dimana pada pH 0-6,4 alizarin red akan berwarna kuning,
sedangkan pada pH kisaran 6,4-12 alizarin red akan berwarna merah. Selain itu
alizarin red bisa juga digunakan sebagai pengujian kadar suatu logam misalnya
mengidentifikasi kandungan zat kapur dalam suatu jaringan (tulang) (Shakhashiri,
1989).
B. Tujuan
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada acara praktikum ini adalah dalam praktikum
Pewarnaan Alizarin Red adalah gelas arloji, 8 plastik kecil penampung cairan, tissue,
spuit dan satu kotak kecil.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan, larutan
alkohol, larutan pewarna alizarin red, larutan penjernih A, B dan C, larutan KOH
1%, larutan KOH 2%,, dan akuades.
A. Metode
A. Hasil
1. Data Pengamatan Pemindahan Larutan Alizarin Red
A. Kesimpulan
Pergantian larutan harus dilakukan dengan hati-hati agar perut ikan tidak
terkena suntikan injeksi, pengamatan harus dilakukan dengan teliti sehingga tahu
kapan waktu pergantian larutan dilakukakn, dan jangan salah memasukan ke dalam
larutan supaya percobaan tidak gagal, serta melakukan perhitungan waktu dengan
cermat dan tepat agar percobaan yang dilakukan berhasil.
DAFTAR REFERENSI