Você está na página 1de 3

LAPORAN REFLEKSI KASUS

Nama : Khairunnisa

NPM : 1614901110094

a. Deskripsi kejadian
Seorang pasien laki-laki berumur 46 tahun di rawat di ruang stroke center
RSUD Ulin Banjarmasin, pasien masuk ke ruang stroke center setelah
dilakukan oprasi pemasangan EVD pada kepala pasien, kesadaran pasien
compas mentis pasien sudah dirawat selama 3 hari di rumah sakit, pasien selalu
mengeluhkan nyeri dikepalanya,kedua tangan pasien diikat karena pasien
gelisah dan selalu ingin melepas kateter yang terpasang di kepalanya
b. Perasaan saat menghadapi kasus tersebut
Saya merasa kasihan dengan keadaan pasien yang terus mengeluhkan nyerinya
pada kepala yang terpasang kateter, serta selalu gelisah, dan saya merasa ingin
tahu kondisi pasien yang terpasang EVD, serta riwayat yang menyebabkan
pasien terpasang EVD.
c. Evaluasi: sisi negatif dan positif dari kasus/kejadian
Sisi negatif: pasien bisa saja mengalami infeksi jika kateter yang di pasang
dikepala tidak selalu dibersihkan secara teratur
Sisi positif: EVD dapat digunakan untuk menurunkan tekanan intra cranial,
mempertahankan tekanan intra cranial agar ideal, serta untuk
menyuntikan obat-obatan trombolitik untuk pasien dengan IVH.
d. Analisis:
a) Mengapa kasus tersebut menarik?
Kasus tersebut menarik karena saya baru pertama kali melihat seorang
pasien yang terpasang kateter (EVD) di bagian kepala
b) Mengapa bisa terjadi
Pengobatan IVH pada awalnya difokuskan untuk mengurangi tekanan
intracranial yang meningkat. TIK yang meningkat menyebabkan herniasi
dan iskemia, yang merupakan dua dampak yang sering terjadi pada IVH,
beberapa laporan menunjukkan bahwa pengelolaan TIK yang dilakukan
tidak memberikan perbaikan kesadaran dan fungsional ( Misra el, 2005),
sementara itu penelitian lain melaporkan pengendalian TIK mampu
memperbaiki gejala-gejala herniasi dan memperbaiki hasil akhir (Qureshi
et al., 2000). Penelitian yang dilakukan dalam skala besar seperti STICH
dan FVIIa, Novo Seven tidak memberikan pernyataan spesifik mengenai
tindakan evakuasi IVH maupun target pengendalian TIK. Pada CLEAR
IVH trial dilaporkan bahwa pengobatan IVH dengan memberikan r-TPA
melalui kateter mampu mengurangi mortalitas. Evakuasi hematoma
diharapkan mampu mengurangi cedera sekunder akibat efek negatif dari
hematoma tersebut. Secara biologis diperkirakan tindakan tersebut mampu
memblokir aktivasi inflamasi dan kematian sel yang diperantarai oleh
aktivasi trombin, pembersihan dari sisa-sisa besi bebas, dan meningkatkan
fagositosis dari eritrosit yang mengalami pembekuan (Xi et al., 1998; Xi et
al., 2006; Zhao et al., 2007). Tindakan operasi pada penderita IVH di
ventrikel lateralis dibagi menjadi metode langsung dan tidak langsung
(Coplin et al., 1998; Goh et al., 1981; Haines & Lapointe, 1998; Koos,
1993; Miyake et al., 2000; Nieuwkamp et al., 2000). Metode tidak
langsung yang dimaksud adalah pemasangan drain eksternal untuk
menyuntikan obat-obat trombolitik. Metode langsung adalah dengan
melakukan kraniotomi untuk menciptakan akses ke ventrikel lateralis
untuk mengangkat hematoma dibawah visualisasi langsung. Metode tidak
langsung merupakan metode yang kurang invasif, tetapi cukup sulit untuk
mengidentifikasi sumber perdarahan. Akses transkortikal untuk mencapai
ventrikel lateralis terdiri dari beberapa approach: frontal, temporal, parietal
dan occipital (Piepmeier et al., 1993; Timurkaynak et al., 1986)..
Pemasangan EVD baik tunggal maupun bilateral memungkinkan drainase
darah dan CSF secara bersamaan dari sistim ventrikel untuk mengurangi
ICP. Beberapa laporan menunjukan bahwa tindakan pemasangan EVD saja
tidak cukup efektif untuk meningkatkan prognosis penderita IVH yang
buruk. Tidak jarang patensi EVD sulit untuk dicapai karena seringkali
darah didalam drain tersebut membeku (clotting). Untuk menghindari hal
tersebut, beberapa ahli menggunakan obat-obat fibrinolitik seperti
urokinase.
Disamping pemasangan EVD dan tindakan operasi, dikenal juga metode
lain untuk melakukan pengangkatan IVH, yakni aspirasi dengan endoskopi
(Chen et al., 2011; Zhang et al., 2007). Dengan tehnik ini juga dikenal
penggunaan rigid dan flexible instument dengan segala kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Pada tehnik ini, keberhasilan atau hasil
akhir sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya sisa IVH di akuaduktus syilvii
dan ventrikel IV (Justman, 2015).
c) Bagaimana hubungannya dengan kompetensi ners?
Dengan adanya kasus ini dapat menjadi ilmu yang baru yang sesuai dengan
kompetensi ners bahwa selain pemasangan EVD terdapat metode lain
dalam penanganan IVH yaitu aspirasi dengan endoskopi
d) Analisis dapat dilihat dari berbagai aspek seperti aspek etik, moral, budaya,
sosial ekonomi, komunikasi, hukum, kebijakan, dan lain-lain sesuai dengan
kejadian yang dihadapi.
Dilihat dari aspek moral, perawat sudah memberikan hak pasien untuk
diberikan perawatan sebaik-baiknya namun perawat harus lebih hati-hati
jika akan membersihkan kateter EVD pasien. Walaupun pasien tidak tahu
apa akibat yang didapatkan jika kateter EVD tidak dibersihkan.
e. Kesimpulan dari kasus tersebut
Sebagai seorang perawat yang profesional harus memberikan pelayanan
sebaik-baiknya kepada pasien, perawat harus tetap mengutamakan keselamatan
pada pasien terutama pada pasien yang mendapatkan pemasangan IVD.
f. Action plan: seandainya ke depan kasus tersebut terjadi lagi, rencana apa yang
akan dilakukan.
Jika kasus tersebut terjadi lagi maka perawat kedepannya ingin mendalami dan
trampil bagaimana cara perawatan pada pasien yang terpasang EVD, dan juga
mendapatkan pelatihan bagaimana agar pasien yang terpasang EVD terhindar
dari terjadinya infeksi.

Banjarmasin, November 2016

Preseptor Akademik

(.....................................................)

Você também pode gostar