Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Mengetahui apa itu alkaloid.
b. Mengetahui cara ekstraksi alkaloid
c. Mengetahui cara pemisahan alkaloid
d. Mengetahui cara karakterisasi alkaloid.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Alkaloid heterosiklis
2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis
3. Alkaloid putressina, spermidina, dan spermina
4. Alkaloid peptida
5. Alkaloid terpena
Dari lima golongan di atas, alkaloid heterosiklis adalah yang
terbesar dan yang terkecil adalah alkaloid putressina, spermidina,
dan spermina. Ini dapat dilihat dari jumlah anggota dari masing-
masing golongan seperti diterangkan di bawah ini:
1. Alkaloid heterosiklis
a. Alkaloid pirolidin
b. Alkaloid indol
c. Alkaloid piperidin
d. Alkaloid piridin
e. Alkaloid tropan dan basa yang berhubungan
f. Alkaloid histamin, imidazol dan guanidin
g. Alkaloid isokuinolin
h. Alkaloid kuinolin
i. Alkaloid akridin
j. Alkaloid kuinazolin
k. Alkaloid izidin
1) True alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan
fisiologis yang besar, basa, biasanya mengandung atom
nitrogen di dalam cincin heterosiklis, turunan asam amino,
distribusinya terbatas dan biasanya terbentuk di dalam
tumbuhan sebagai garam dari asam organik. Tetapi ada
beberapa alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak
mempunyai cincin heterosiklis dan termasuk alkaloid
kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari
alkaloid ini adalah koridin dan serotonin.
2) Proto alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri mempunyai struktur amina
yang sederhana, di mana atom nitrogen dari asam aminonya
tidak berada di dalam cincin heterosiklis, biosintesis berasal
dari asam amino dan basa, istilah biologycal amine sering
digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari alkaloid ini adalah
meskalina dan efedrina.
3) Pseudo alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam
amino dan umumnya bersifat basa. Contohnya adalah
kafeina.
Ekstraksi
Pada tahap ekstraksi sampel berupa serbuk halus daun alpukat
diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol. Tahap
Maserasi dilakukan selama 4 x 24 jam, setiap 24 jam dilakukan
penyaringan dan dimaserasi kembali dengan memakai metanol yang
baru. Maserat yang diperoleh disatukan dan dievaporasi pada suhu 30-
400C dengan menggunakan alat penguap vakum dan diperoleh ekstrak
kental metanol.
Tahap selanjutnya, ekstrak kental metanol disuspensi dengan
metanol-air dan dipartisi dengan pelarut n-heksan, diperoleh fraksi n-
heksan dan fraksi air. Fraksi n-heksan dievaporasi menghasilkan
ekstrak n-heksan. Fraksi air dipartisi dengan pelarut etil asetat diperoleh
fraksi air dan fraksi etil asetat. Hasil Partisi dari fraksi-fraksi dievaporasi
pada suhu 30-40°C sampai diperoleh ekstrak air dan ekstrak etil asetat.
Masing-masing ekstrak diuji fitokimia.
Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia
yang terdapat didalam sampel tumbuhan tersebut dengan
menggunakan modifikasi metode Farnsworth (Sermakkani dan V.
Thangapandian 2010). Daun alpukat diuji fitokimia untuk melihat
kandungan metabolit sekunder. Uji Fitokimia meliputi uji flavonoid, uji
alkaloid, uji steroid, terpenoid dan saponin.
a. Uji Flavonoid
Ekstrak kental metanol 0,1 gr diencerkan dengan menggunakan
metanol 10 mL dan dibagi menjadi 4 tabung reaksi yang berbeda.
Tabung pertama sebagai kontrol, tabung kedua ditambahkan
lempengan Mg dan larutan HCl pekat, tabung ketiga ditambahkan
H2SO4 pekat, tabung keempat ditambahkan NaOH pekat. Hasil uji
positif flavonoid jika terjadi perubahan warna larutan (Harbone, 1987).
Pada jurnal didapatkan hasil positif dari ekstrak etil asetat dan n-heksan
hasil dari fraksinasi menunjukkan positif Flavonoida.
b. Uji Alkaloid
Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 gr dilarutkan dengan 10 mL
kloroform amoniak lalu hasilnya dibagi menjadi dua bagian yang sama.
Untuk bagian pertama ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 2 N
perbandingan volumenya sama. Lapisan asam diambil dan dibagi
menjadi tiga bagian dan dilakukan pengujian menggunakan pereaksi
fitokimia yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, dan pereaksi
Wagner. Untuk bagian kedua diuji menggunakan pereaksi Hager. Hasil
uji positif mangandung alkaloid jika terbentuk endapan. Ekstrak etil-
asetat dan ekstrak n-hexan menunjukkan hasil positif karena ada
endapan hijau diperkirakan ini ialah kompleks kalium-alkaloid.
c. Uji Steroid, terpenoid, Saponin
Ekstrak kental metanol 0,1 g, dilarutkan dalam 10 mL dietil eter. Bagian
ekstrak yang larut dalam dietil eter diberi perlakuan uji dengan
menggunakan pereaksi Lieberman Bauchard (asam asetat anhidrida :
asam sulfat pekat). Terbentuknya warna hijau kebiruan menunjukkan
adanya steroid, sedangkan warna merah kecoklatan menunjukan uji ini
positif mengandung terpenoid. Bagian yang tidak larut dalam dietil eter,
diuji dengan cara menambahkan aquadest panas sebanyak 2 mL. Hasil
menunjukkan adanya saponin, jika setelah penambahan aquadest
panas terbentuk buih/busa yang stabil (15 menit setelah penambahan
aquadest panas). Filtrat yang berada dibagian bawah buih/busa di ambil
lalu ditambahkan HCl pekat, dilakukan proses penguapan hingga kering
dan terbentuk kerak. Dilanjutkan dengan uji menggunakan pereaksi
Liebarman Bauchard. Jika terdapat warna hijau kebiruan menunjukkan
adanya kandungan senyawa steroid. Untuk pembentukan warna merah
kecoklatan menunjukan adanya senyawa terpenoid. Dalam jurnal tidak
mendapatkan hasil positif pada uji ini.
Interpretasi data spektrum infra red (IR) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Interpretasi data Infra Red (IR) isolat Fraksi 7
Dari hasil destruksi dan netralisasi dan didapat padatan lalu pemisahan
dan pemurnian serbuk daun jambu Keling (Eugenia cumini (L.) Druce)
diperoleh kristal berwarna kuning dengan titik leleh 293°C – 295°C.
Analisa Spektrum IR (Gambar 1). Pada daerah paling utama dari
senyawa alkaloid munculnya bilangan gelombang 1635,78 cm -1 dengan
puncak tajam menunjukkan serapan kharakteristik N-C=C dari
rentangan -C=C atau vinil serta bilangan 1541,26 –1508,47 cm -1 dengan
puncak lemah menunjukkan serapan kharakteristik –NH 3, NH2 dari –
NH+ sedangkan pada bilangan gelombang 3443,25 cm -1 dengan puncak
melebar menunjukkan adanya vibrasi O-H dengan puncak tajam
menunjukkan vibrasi C=O pada bilangan gelombang 2959,07 cm -1.
Gambar II. (A), (B) Hasil KLT dengan berbagai campuran eluen (C)
KLT dua dimensi pada lampu UV λ365 nm
B. Biosintesis Alkaloid
Biosintesis
Prekursor Biologi alkaloid kebanyakan asam amino , seperti ornithine ,
lisin , fenilalanin , tirosin , triptofan , histidin , asam aspartat , dan asam
antranilat . Asam nikotinat dapat disintesis dari triptofan atau asam aspartat.
Cara biosintesis alkaloid terlalu banyak dan tidak dapat dengan mudah
diklasifikasikan. Namun, ada reaksi yang khas yang terlibat dalam biosintesis
berbagai kelas alkaloid, termasuk sintesis basa Schiff dan reaksi Mannich .
Sintesis basa Schiff
Artikel utama: basis Schiff
Basa Schiff dapat diperoleh dengan mereaksikan amina dengan keton
atau aldehida. Reaksi-reaksi adalah metode umum memproduksi C = N
obligasi.