Você está na página 1de 21

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
Menurut Lynn S.Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi
pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian
klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian
lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan
pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1. konsentrasi dan perhatian berkurang;
2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. tidur terganggu;
7. nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan
gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan
erat dengan stres kehidupan.

Tingkat kecemasan sebagai berikut:


1. Kecemasan ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat
memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari kecemasan.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada
tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

1.2. RENTANG RESPON KECEMASAN

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

1.3 ETIOLOGI / PENYEBAB


Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut :
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan , antara lain faktor organ biologi,
faktor psikoedukatif. Faktor organbiologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak
yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor
psikoedukatif adalah faktor faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan
kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.

A. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa :

1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik
antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan
pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi
individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping
individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam
berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung
benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric
acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.

B. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu
tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.


a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja,
penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

1.4 TANDA DAN GEJALA KECEMASAN


1. Respons fisik :
jantung : palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi cepat
pernapasan : napas cepat, napas pendek, tekanan pada dadanapas dangkal, pembengkakan
pada tenggorokan, terengah-engah
muskular : refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
kaki goyah, gerakan yang janggal
intestinal : anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pd abdomen
urinarius : sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
kulit : wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit
2. Respon Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidakaman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus
pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin

1.5 PENATALAKSANAAN KECEMASAN


Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial.
1.5 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN.
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan
superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang.
Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan
dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini
bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini
mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.

Sistem Tubuh Respons


 Kardiovaskuler • Palpitasi.
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
 Pernafasan • Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Rasa tertekan pada dada.
• Pembengkakan pada tenggorokan.
• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.
 Neuromuskular • Peningkatan reflek.
• Reaksi kejutan.
• Insomnia.
• Ketakutan.
• Gelisah.
• Wajah tegang.
• Kelemahan secara umum.
• Gerakan lambat.
• Gerakan yang janggal.
 Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan.
• Menolak makan.
• Perasaan dangkal.
• Rasa tidak nyaman pada abdominal.
• Rasa terbakar pada jantung.
• Nausea.
• Diare.
 Perkemihan • Tidak dapat menahan kencing.
• Sering kencing.
 Kulit • Rasa terbakar pada mukosa.
• Berkeringat banyak pada telapak tangan.
• Gatal-gatal.
• Perasaan panas atau dingin pada kulit.
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Respons
 Perilaku • Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup.
• Bicara cepat.
• Tidak ada koordinasi.
• Kecenderungan untuk celaka.
• Menarik diri.
• Menghindar.
• Terhambat melakukan aktifitas.
 Kognitif • Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang.
• Pelupa.
• Salah tafsir.
• Adanya bloking pada pikiran.
• Menurunnya lahan persepsi.
• Kreatif dan produktif menurun.
• Bingung.
• Khawatir yang berlebihan.
• Hilang menilai objektifitas.
• Takut akan kehilangan kendali.
• Takut yang berlebihan.
 Afektif • Mudah terganggu.
• Tidak sabar.
• Gelisah.
• Tegang.
• Nerveus.
• Ketakutan.
• Alarm.
• Tremor.
• Gugup.
• Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika
berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka
mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan
untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman
stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara
psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan
kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan
ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral
atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau
pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan.
Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-
keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila
keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau
bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan
analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

B. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.
 Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
 Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya.

1. Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan adalah a) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak tenang
ansietas normal dimana b) Gelisah. b) Perhatikan tanda
motivasi individu pada c) Insomnia ringan peningkatan ansietas
keseharian dalam batas d) Perubahan nafsu c) Bantu klien
kemampuan untuk makan ringan menyalurkan energi secara
melakukan dan e) Peka konstruktif
memecahkan masalah f) Pengulangan d) Gunakan obat bila
meningkat. pertanyaan perlu
g) Perilaku mencari e) Dorong pemecahan
perhatian masalah
h) Peningkatan f) Berikan informasi
kewaspadaan akurat dan fuktual
i) Peningkatan persepsi g) Sadari penggunaan
pemecahan masalah mekanisme pertahanan
j) Mudah marah. h) Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping yang
berhasil
i) Pertahankan cara
yang tenang dan tidak
terburu
j) Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi
2. Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah a) Perkembangan dari a) Pertahankan sikap
cemas yang ansietas ringan tidak tergesa-gesa, tenang
mempengaruhi b) Perhatian terpilih dari bila berurusan dengan
pengetahuan baru dengan lingkungan klien
penyempitan lapangan c) Konsentrasi hanya b) Bicara dengan sikap
persepsi sehngga individu pada tugas-tugas individu tenang, tegas meyakinkan
kehilangan pegangan d) Suara bergetar c) Gunakan kalimat
tetapi dapat mengikuti e) Ketidaknyamanan yang pendek dan
pengarahan orang lain. jumlah waktu yang sederhana
digunakan d) Hindari menjadi
f) Takipnea cemas, marah, dan
g) Takikardia melawan
h) Perubahan dalam nada e) Dengarkan klien
suara f) Berikan kontak fisik
i) Gemetaran dengan menyentuh lengan
j) Peningkatan dan tangan klien
ketegangan otot g) Anjurkan klien
k) Menggigit kuku, menggunakan tehnik
memukul-mukulkan jari, relaksasi
menggoyangkan kaki dan h) Ajak klien untuk
mengetukkan jari kaki mengungkapkan
perasaannya
i) Bantu klien
mengenali dan menamai
ansietasnya

3. Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat a) Perasaan terancam a) Isolasi klien dalam
lapangan persepsi menjadi b) Ketegangan otot yang lingkungan yang aman
sangat menurun. Individu berlebihan dan tenang
cenderung memikirkan c) Diaforesis b) Biarkan perawatan
hal yang sangat kecil saja d) Perubahan pernapasan dan kontak sering sampai
dan mengabaikan hal yang e) Napas panjang konstan
lain. Individu tidak f) Hiperventilasi c) Berikan obat-obatan
mampu berfikir realistis g) Dispnea klien melakukan hal untuk
dan membutuhkan banyak h) Pusing dirinya sendiri
pengarahan, untuk dapat i) Perubahan d) Observasi adanya
memusatkan pada daerah gastrointestinalis tanda-tanda peningkatan
lain. j) Mual muntah agitasi.
k) Rasa terbakar pada ulu e) Jangan mennyentuh
hati klien tanpa permisi
l) Sendawa f) Yakinkan klien
m) Anoreksia bahwa dia aman
n) Diare atau konstipasi g) Kaji keamanan dalam
o) Perubahan lingkungan sekitarnya
kardivaskuler
p) Takikardia
q) Palpitasi
r) Rasa tidak nyaman
pada prekokardia
s) Berkurangnya jarak
persepsi secara berat
t) Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi
u) Rasa terbakar
v) Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
w) Aktivitas yang tidak
berguna
x) Bermusuhan

4. Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat dimana a) Hiperaktif / imobilitasi a) Tetap bersama klien ;
individu berada pada berat minta bantuan
bahaya terhadap diri b) Rasa terisolasi yang b) Jika mungkin
sendiri dan orang lain ekstrim hilangkan beberapa
serta dapat menjadi diam c) Kehilangan stressor fisik dan
atau menyerang dengan desintegrasi kepribadian psikologisdari lingkungan
cara kacau. d) Sangat goncang dan c) Bicara dengan
otot-otot tegang tenang, sikap meyakinkan,
e) Ketidakmampuan menggunakan nada suara
untuk berkomunikasi yang rendah
dengan kalimat yang d) Katakan pada klien
lengkap bahwa anda (staf) tidak
f) Distori persepsi dan akan membahayakan
penilaian yang tidak dirinya sendiri atau orang
realistis terhadap lain
lingkungan dan ancaman e) Isolasikan klien pada
g) Perilaku kacau dalam daerah yang aman dan
usaha melarikan diri nyaman
h) Menyerang f) Lanjut dengan
perawatan ansietas berat
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “K”
DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : K
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun
Informan : Tn. M
Tanggal Masuk RS : 7 Oktober 2014
Tanggal pengkajian : 8 Oktober 2014
Nomor registrasi : 00 57 83

II. ALASAN MASUK


Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan kurang lebih selama 2
minggu. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK sedikit warna seperti teh.
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan tidak pernah
menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang. Klien takut dengan kondinya saat ini.
Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan : Kecemasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1) Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini sebelumnya.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama istrinya.
3) Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga walaupun
sudah memasuki usia lanjut.
4) Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

FAKTOR PRESIPITASI
1) Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2 Faktor biokimia
Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum pernah mengalami sama
sekali sebelumnya.
3) Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas dengan masalahnya
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital TD : 120 / 80 mmHg N : 80 x/mt S : 36,4o C P: 22x/mt
2. Ukur TB :168 cm BB: 59 kg (^) turun ( )naik
3. Keluhan Fisik (^) ya () tidak
Klien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru
merasakan mual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal, rongga
mulut bersih. Klien mengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa tidak enak pada ulu
hatinya,dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien mengatakan BAB 1x sehari sedikit-
sedikit dengan konsistensi lembek, berwarna hitam, dan bau khas feses.
Masalah Keperawatan : Gangguan rasa nyaman; mual

IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 55 tahun. Klien sudah menikah
dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan istrinya (namun dalam bagan tidak
dijelaskan). Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang
yang terdekat dengan klien adalah istrinya.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di sawahnya yang terletak di belakang rumahnya. Biasanya klien
menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV dan berbincang-bincang
dengan anak dan istrinya.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Klien mengatakan sudah menjadi
kakek mengurusi cucu-cucunya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.
Keempat anaknya sudah tamat SLTA dan sudah bekerja.
e. Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain.

3. Hubungan sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu istrinya. Klien berkata jika ada
masalah, klien akan menceritakan kepada istri dan anaknya pasti akan membantu
memecahkan masalah yang dialami klien. Klien suka mengikuti kegiatan gotong-royang di
daerah rumahnya.
4. Spiritual
Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Klien rajin sembahyang setiap hari dan selalu mengikuti upacara keagamaan
dirumah. Klien tidak mempunyai keyakinan yang berlebih terhadap agama yang dianutnya.

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya. Rambut
klien tersisir rapi.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat,
selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas.
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien tampak sedikit
cemas
4. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien
terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata
klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab pertanyaan
perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak diulang
berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan
mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap
waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah makan
atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu untuk
menjawab hitungan sederhan
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
merapikan tempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat tidur terlebih dahulu
karena kata klien itu juga lebih mendesak.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

VII. PERSIAPAN PULANG


1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis makanan nasi, sayur, lauk-pauk,
klien dapat makan tanpa bantuan.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

2. BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri di kamar mandi tanpa bantuan
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan sabun, shampoo,
dan juga sikat gigi.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah

4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien menggunakan
baju dengan benar.

5. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan tidur nyanyak , namun terkadang klien terbangun karena diganggu pasien
lain.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

6. Penggunaan Obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat diberikan oleh perawat dan
harus di tunggu untuk memastikan obatnya diminum oleh klien
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjut : (^) ya ( ) tidak
Perawatan pendukung : (^) ya ( ) tidak

8. Kegiatan di Dalam Rumah


Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga di rumah
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah

9. Kegiatan di luar rumah


Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

VIII. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada keluarganya.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan Masalah

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan ingingin berkumpul dengan keluarga, ingin mengikuti kegiatan-kegiatan
sosial di daerah rumahnya. Klien mengatakan lebih nyaman di rumah daripada di RS. Klien
mengatakan perawat di RS baik dan tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG

Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk, warna, dan manfaat
obat tersebut. Klien menyebutkan ada 9 macam jumlah obat yang diminum.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah

XI. ASPEK MEDIS


Diagnosa medis klien adalah : CKD std IV + Dispepsia
Therapi obat:
-Baxima 2×1 -Letonal 2×1
-Ranitidine 3×1 -Hepamax 3×1
-Neurosanbe 1×1 -Tonar 2×1
-Zibac 2×1 -Opilac 3×1
-Sanmag 3×1

XII. ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1. DS :
- Klien mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya
Kecemasan
DO :
- Wajah klien tampak takut
- Klien tampak gelisah
2. DS :
- Klien mengatakan baru merasakan mual
dari kemarin Gangguan rasa nyaman
- Klien mengeluh nyeri pada perutnya, tidak
mau makan kurang lebih selama 2 minggu.
DO :
- Klien tampak pucat
- BAB klien warna hitam dan sedikit-sedikit,
BAK sedikit warna seperti teh.
- Klien tampak hanya menghabiskan ½ porsi
makannya
3. DS :
- Klien mengatakan takut akan kondisinya
saat ini
Ketakutan
DO :
- Klien tampak gelisah dan berkeringat
- Wajah klien tampak ketakutan

XIII. DAFTAR MASALAH


1. Kecemasan
2. Ketakutan
3. Gangguan rasa nyaman
XIV. POHON MASALAH

XV. DAFTAR DIAGNOSA


a. Kecemasan
b. Ketakutan
c. Gangguan Rasa Nyaman

XVI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Inisial Klien : K
Ruang : Cendrawasih
N
Hari/tgl/ NO
jam DX Tujuan Intervensi Rasional
Rabu, 8 1 1 TUM : Klien mampu Sp 1 Pembinaan
Oktober 2 mengurangi dan Bina hubungan saling hubungan
2014 mengontrol percaya dengan : saling percaya
kecemasannya. - Sapa klien dengan ramah merupakan
10.00 baik verbal maupun non dasar
WIB TUK : verbal terjalinnya
1) Setelah diberikan - Perkenalkan diri dengan komunikasi
askep selama 2 kali sopan. terbuka
pertemuan (tiap - Tanyakan nama lengkap sehingga
pertemuan 20 menit) klien dan nama panggilan meningkatkan
diharapkan klien yang disukai. rasa
membina hubungan - Jelaskan tujuan pertemuan. komunikasi
saling percaya dengan - Jujur dan menepati janji klien.
KH : - Tunjukkan sikap empati
- Wajah klien cerah dan menerima klien apa
dan tersenyum adanya.
- Klien mau membalas
salam.
- Klien mau
menyebutkan nama
sambil berjabat tangan
dan ada kontak mata
- Klien bersedia
menceritakan
perasaannya
TUK : - Adakan kontak sering dan Dapat
2) Klien dapat singkat secara bertahap. mengetahui
mengidentifikasi dan - Bantu klien untuk kapan klien
menggambarkan mengidentifikasi dan mengalami
perasaan tentang menggambarkan perasaan kecemasan.
kecemasannya dengan yang mendasari Untuk
KH : kecemasannya. mengadopsi
- Klien dapat - Kaitkan perilaku klien koping yang
menyebutkan waktu, dengan perasaan tersebut baru, klien
isi, frekuensi timbulnya- Gunakan pertanyaan pertama kali
kecemasan. terbuka beralih dari topik harus
- Klien dapat yang tidak mengancam ke menyadari
mengungkapkan isu konflik perasaan dan
perasaannya terhadap - Gunakan konfrontasi yang mengatasi
kecemasannya. suportif dengan bijaksana. penyangkalan
- Bantu klien yang disadari
TUK : 3) Klien dapat menggambarkan situasi dan atau tidak
mengidentifikasi interaksi yang mendahului disadari
penyebab kecemasan. Mengetahui
kecemasannya dengan - Tinjau penilaian terhadap cara yang
KE : stresor, nilai-nilai yang terbaik untuk
- Klien dapat terancam dan cara konflik mengontrol
menceritakan penyebab berkembang kecemasan
kecemasan - Hubungkan pengalaman
- Klien dapat klien saat ini dengan
menyebutkan tindakan pengalaman yang relevan
yang biasanya dengan masa lalu.
dilakukan untuk - Identifikasi bersama klien
mengendalikan cara / tindakan yang
kecemasannya. dilakukan jika terjadi
- Klien dapat memilih kecemasan.
cara mengatasi - Diskusikan cara baru
kecemasannya. untuk memutus /
mengontrol timbulnya
kecemasan
- Bantu klien dalam
menilai kembali nilai, sifat,
dan arti stresor pada saat
yang tepat.

XVII. TINDAKAN KEPERAWATAN

No. IMPLEMENTASI paraf EVALUASI tgl paraf


1. Kamis, 9 Oktober 2014 pukul 10.00 S: klien 9
– 10.30 perawat - “Saya sudah bisa Okt perawat
Anes mengontrol kecemasan saya” 2014 Anes
Data klien: O: Klien
-Klien mengatakan merasa cemas - Mampu mengontrol
dengan keadaannya kecemasannya
-Saat berinteraksi klien merespon - Wajah klien berseri
perawar, ada kontak mata. Klien - kontak mata (+),
tampak gelisah dengan kondisinya
Diagnosis Keperawatan : A: Klien mampu menyebutkan cara
Gangguan Psikososial : Kecemasan mengontrol kecemasan
P: Klien melakukan cara
Tindakan Keperawatan: berikutnya untuk mengontrol
Klien : kecemasan (2 kali dalam sehari
Membina hubungan saling tiap 20 menit)
percaya
Membantu klien menggambarkan
situasi dan interaksi yang
mendahului
kecemasan____________________
Diskusikan cara baru untuk
memutus / mengontrol timbulnya
kecemasan

Você também pode gostar

  • LPJ Senam Yoga
    LPJ Senam Yoga
    Documento9 páginas
    LPJ Senam Yoga
    LEO SINGA (LEO SINGA NEWS)
    Ainda não há avaliações
  • File Keluarga 1
    File Keluarga 1
    Documento5 páginas
    File Keluarga 1
    LEO SINGA (LEO SINGA NEWS)
    Ainda não há avaliações
  • Dokumen Askep
    Dokumen Askep
    Documento9 páginas
    Dokumen Askep
    LEO SINGA (LEO SINGA NEWS)
    Ainda não há avaliações
  • Bab II Osteo New
    Bab II Osteo New
    Documento21 páginas
    Bab II Osteo New
    LEO SINGA (LEO SINGA NEWS)
    Ainda não há avaliações
  • ASKEP JIWA (Intan)
    ASKEP JIWA (Intan)
    Documento21 páginas
    ASKEP JIWA (Intan)
    LEO SINGA (LEO SINGA NEWS)
    Ainda não há avaliações