Você está na página 1de 22

Audit Atas Aktiva Tetap

Tugas Auding 2

Oleh :
Moh Fathul Mubin
Aditya Bagus Iswara
Dendis Pratama Putra
Noven Riski

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
2018
Kata Pengantar
ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah
memberikan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang
berjudul “ Audit atas Aktiva Tetap “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 2. yang dibimbing
oleh Pak Koenta Adji Koerniawan,SE,AK.M.M.BKP.CPA Untuk itu dari penulis berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kritik dan
saranpenulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

WASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Malang, 23 Maret 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh
laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat mempertahankan
kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu investasi tersebut adalah
aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai
umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang
efektif dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat
dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode
penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang telah diterapkan oleh
perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun yang disebabkan
karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam jumlah
keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva tetap
menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya pada
penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup
perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan
pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva
tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu
mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan. Namun
untuk mendapatkan rincian yang baik terhadap aktiva tetap, diperlukan pengendalian
terhadap aktiva berupa pengujian substantif.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut:
· Apakah yang dimaksud dengan aktiva tetap dan bagaimana penggolongan aktiva tetap?
· Apa saja transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap?
· Apa perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar?
· Apa perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva lancar ?
· Bagaimana prosedur audit aktiva tetap?
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
· Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan penggolongan aktiva tetap.
· Untuk mengetahui dan memahami bentuk transaksi yang bersangkutan dengan
aktiva tetap.
· Untuk mengetahui dan memahami perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva
lancar.
· Untuk mengetahui dan memahami perbedaan pengujian substantif aktiva tetap
dengan aktiva lancar.
· Untuk mengetahui dan memahami prosedur audit aktiva tetap.
BAB II

LANDASAN TEORY
2.1 Definisi Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual
belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umumnya lebih dari
satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.
Sifat pertama dari aktiva tetap adalah bahwa maksud perolehannya bukan untuk dijual
belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Sifat ini lah yang
membedakannya dari persediaan barang ( inventory ). Contoh : mobil yang diperdagangkan
oleh dealer mobil merupakan persediaan barang sedangkan mobil yang dipakainya untuk
antar jemput pegawai merupakan aktiva tetap.
Sifat kedua dari aktiva tetap adalah umurnya yang lebih dari satu tahun. Karena sifat
inilah maka kita mengenal unsur penyusutan dalam aktiva tetap. Penyusutan tidak lain dari
pada alokasi biaya tetap tersebut dalam masa umur aktiva tetap yang bersangkutan.
Didalam literatur dan peraktik akuntansi, aktiva yang mempunyai sifat pertama dan
kedua tersebut diatas sudah dianggap sebagai aktiva tetap. Akibatnya, semua aktiva yang
digunakan dalam kegiatan perusahaan dan berumur lebih dari satu tahun langsung dijadikan
aktiva tetap ( istilahnya adalah : dikapitalisasi ). Contoh : sapu dan gelas minum yang dipakai
dikantor ikut dikapitalisasi.
Mengkapitalisasi aktiva yang tidak besar jumlahnya sebenarnya tidaklah bijaksana.
Setiap aktiva harus diadministrasikan dengan cara tertentu, misalnya harus ada kartu aktiva
tetap, penyusutan harus dihitung secara berkala misalnya satu bulan sekali, dan harus ada
inventarisasi atas aktiva tetap, misalnya setahun sekali. Penatausahaan aktiva tetap ini
memakan waktu dan biaya sedangkan biaya ini mungkin melebihi biaya “ ativa tetap “ yang
kecil.
Oleh karena itu untuk digolongkan sebagai aktiva tetap, suatu aktiva juga harus
mempunyai sifat ketiga yaitu : yakni bahwa pengeluaran tersebut harus merupakan
pengeluaran yang besar bagi perusahaan tersebut. Dengan kata lain, suatu perusahaan harus
mempunyai kebijakan kapitalisasi yang menetapkan jumlah minimum pengeluaran yang
dapat dikapitalisasi. Ini berarti bahwa pengeluaran dibawah jumlah minimum tersebut harus
dibebankan kerugi laba tahun yang berjalan.
Setiapa perusahaan tentunya mempunyai kebijaksanaan kapitalisasi tersendiri, karena
material untuk suatu perusahaan belum tentu material untuk perusahaan yang lain. Contoh :
sebuah mesin tik dalam suatu biro perjalanan yang kecil mungkin sangat material jumlah nya
sedangkan mesin tik yang sama langsung harus dibebankan kerugi-laba dalamsuatu
perusahaan tambang.
Disamping pengertian aktiva tetap, didalam pembicaraan sehari-hari sering dikenal
istilah barang/ harta tak bergerak yang merupakan lawan dari barang/harta tak bergerak.
Harta tak gerak tidak sama dengan aktiva tetap. Istilah barang gerak dan barang tak gerak
merupakan istilah hukum.
Dari uraian diatas jelas bahwa barang tak gerak mungkin merupakan aktiva tetap tapi
mungkin juga tidak. Contoh : tanah tempat usaha merupakan barang tak gerak dan aktiva
tetap, sedangkan kalau tanah tersebut diperjual belikan, maka ia merupakan barang tak gerak
tapi bukan aktiva tetap.
Aktiva tetap dapat dibagi atas tiga kelompok, yakni :
1. Aktiva tetap yang dicantumkan berdasarkan harga perolehannya, tanpa disusutkan atau
dideplesi, misalnya : tanah dimana gedung kantor atau suatu pabrik terletak.
2. Aktiva tetap yang disusutkan, misalnya gedung, mesin-mesin, perabot kantor, dll.
3. Aktiva tetap yang dideplesi misalnya tanah-tanah pertambangan.
2.2 Tujuan Pemeriksaan Aktiva Tetap

Dalam suatu pemeriksaan umum, pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk menentukan bahwa aktiva tersebut memang ada.
2. Untuk menetapkan hak milik atas aktiva tetap dan apakah aktiva tersebut dijadikan
jaminan.
3. Untuk menentukan apakah penilaian aktiva tersebut adalah sesuai dengan prinsip akuntansi
indonesia.
4. Untuk menentukan apakah penyusutan telah sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia dan
apakah ia telah diterapkan secara konsisten.
2.3 Pengendalian Intern

Unsur-unsur utama dari sistem pengendalian intern atas aktiva tetap adalah :
1. Adanya budget untuk pengeluaran bagi aktiva tetap yang disetujui oleh pejabat yang
berwenang. Persetujuan ini biasanya dilakukan dalam berbagai tingkat tergantung dari jenis
dan harga aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh : pembelian mesin pabrik yang baru harus
mendapat persetujuan dari dewan komisaris terlebih dahulu sedangkan pembelian mesin tik
atau mesin hitung cukup dengan persetujuan kepala bagian yang membutuhkan perlengkapan
tersebut dan direktur keuangan, dst.
2. Adanya kebijaksanaan kapitalisasi secara tertulis, yakni yang membedakan antara
pengeluaran yang dianggap sebagai aktiva tetap dan pengeluaran bukan aktiva tetap.
3. Kebijaksanaan mengenai penjualan aktiva tetap, prosedur pem-besi-tuan aktiva tetap, dan
pemindahan suatu aktiva tetap dari suatu bagian kebagian yang lain, atau dari suatu lokasi
kelokasi yang lain atau dari suatu anak perusahaan keanak perusahaan lain.
4. Adanya kartu-kartu aktiva tetap dan inventarisasi atas aktiva tetap secara berkala
5. Adanya pengendalian dan pengawasan atas aktiva-aktiva kecil dibawah tanggung jawab
pejabat tertentu.
6. Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena kabakaran atau bencana
lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri.
2.4 Program Pemeriksaan

1. Minta dari langganan suatu daftar utama mengenai aktiva tetapnya dengan informasi yang
berikut :
Perubahan dalam tahun bertajan
Harga 31 des Penambahan Pengurangan 31 des tahun
perolehan sebelumnya berjalan
Tanah Xxx Xxx Xxx Xxx
Gedung Xxx Xxx Xxx Xxx
Mesin xxx xxx xxx Xxx
Total A B C D
Akumulasi
Penusutan
Tanah Xxx Xxx Xxx Xxx
Gedung Xxx Xxx Xxx Xxx
Mesin xxx xxx xxx Xxx
Total E F G H

Bandingkan total A dan E dengan angka dalam kertas kerja tahun yang lalu dan lakukan
footing dan crossfooting.
2. Periksa tambahan-tambahan atas aktiva tetap dalam tahun berjalan( yang jumlahnya dalah
B ) mengenai hal-hal yang berikut :
a. Apakah tambahan aktiva tersebut benar ada. Ini dapat dilakukan dengan melihat sendiri
adanya tambahan tersebut.
b. Adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang dan melalui prosedur yang telah
ditetapkan.
c. Bahwa tambahan tersebut dicatat dengan harga perolehan dan kalau dibeli dengan
mencicil, seluruh harga aktiva tersebut telah dicatat dan bagian yang belum dilunasi dicatat
sebagai hutang.
d. Kelengkapan surat-surat atau dokumen pemilikan, misalnya sertifikat tanah dan akte jual
beli tanah, BPKB, dan lain-lain.
3. Periksa pengurangan-pengurangan aktiva tetap dalam tahun berjalan ( yang berjumlah total
C ), khususnya mengenai :
a. Persetujuan atau otorisasi atas pengurangan aktiva tetap tersebut misalnya persetujuan
untuk menjual aktiva tetap itu atau untuk menjadikan aktiva tersebut sebagai besi tua.
b. Kebenaran perlakuan akuntansi, misalnya dalam penetapan untung atau rugi karena
penjualan aktiva tersebut dan penyusutan sampai saat penjualan. Ini juga meliputi
pemeriksaaan atas total G.
4. Periksa tambahan atas cadangan penyusutan ( yang berjumlah total F ). Ini tidak lain
merupakan pemeriksaan perhitungan penyusutan. Yang harus diperhatikan disini adalah
konsistensi pemakaian metode penyusutan, misalnya kalau tahun lalu menggunakan metode
penyusutan dengan presentase tetap atau metode garis lurus, maka metode ini pula yang harus
ditetapkan tahun ini. Juga taksiran umur yang sama harus digunakan untuk aktiva yang
bersangkutan.
5. Seperti penjelasan no 1, akuntansi dapat juga meminta perincian dari masing-masing jenis
aktiva tetap. Ini dapat berupa daftar lengkap aktiva yang bersangkutan atau suatu daftar/
perincian tambahan dan pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang berjalan, jika
digabungkan dengan kertas kerja tahun lalu dapat merupakan daftar lengkap aktiva tetap
sampai dengan akhir tahun berjalan. Jika daftar ini sudah diperoleh, bandingkan informasi
dalam daftar ini dengan kartu-kartu aktiva tetap yang bersangkutan. Bandingkan angka total
dalam perincian aktiva tetap tersebut dengan angka dalam buku besar yang bersangkutan.
6. Periksa asuransi atas aktiva yang bersangkutan, khususnya mengenai nilai pertanggungan,
premi asuransi, orang atau badan yang mendapatkan ganti kerugian, jenis asuransi, dan
apakah polis asuransi masih dalam masa berlakunya. Badan yang akan mendapatkan ganti
rugi belum tentu langganan yang mempunyai aktiva tersebut, misalnya jika aktiva tersebut
juga dijadikan barang jaminan pada bank. Dalam hal ini biasanya bank meminta agar bank
yang menjadi badan yang akan menerima ganti rugi.
7. Pada pemeriksaan aktiva tetap sebenarnya sekaligus kita dapat memeriksa perkiraan rugi
laba yang bersangkutan, misalnya :
a. Biaya penyusutan dan akumulasi penyusutan
b. Untun g atau rugi karena penjualan aktiva tetap
c. Kerugian karena pem-besi-tuan aktiva tetap
d. Kerugian karena bencana yang memusnakan aktiva tetap dan ganti rugi dari perusahaan
asuransi
e. Biaya reparasi mesin-mesi.
8. Kalau perusahaan juga mempunyai hutang terutama hutang jangka panjang, ada
kemungkinan sebagian atau seluruh aktiva tetap dijadikan jaminan. Hal ini dapat diketahui
misalnya dari perjanjian kredit atau pada waktu pemeriksaan dokumen hak milik, ternyata
dokumen ini tidak ada dan katanya disimpan oleh pemberi kredit. Jika aktiva tetap dijadikan
jaminan maka prosedur yang berikut harus dijalankan :
a. Pengiriman permintaan pengukuhan saldo (permintaan konfirmasi ) kepada pemberi
kredit, lengkap dengan permintaan daftar barang jaminan yang ditahan oleh pemberi kredit.
b. Pinjam polis asuransi dan lihat ada atau tidaknya banker’s clause yang menetapkan bahwa
bank menjadi badan yang akan menerima ganti rugi.
c. Catat syarat barang jaminan untuk dicantumkan dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan
sebagai disclosure dan dalam surat pernyataan pelanggan.
d. Kalau aktiva tetap itu dihipotekkan, lakukan pemeriksaan kadaster, yaitu dengan meminta
keterangan tertulis tentang status aktiva tersebut dari kantor pendaftaran tanah.
2.5 Penyajian Aktiva Tetap Dalam Ikhtisar Keuangan

1) Sebaiknya digunakan istilah akumulasi penyusutan dan biaya penyusutan daripada


menggunakan istilah penyusutan saja baik untuk pos neraca maupun pos rugi laba.
2) Akumulasi penyusutan hendaknya disajikan sebagai pengurangan atas harga perolehan,
sehingga nilai buku dapat dilihat langsung dari neraca. Ada beberapa perusahaan yang
mencantumkan akumulasi penyusutan disebelah kredit neraca dan bukan sebagai
pengurangan dari biaya perolehan aktiva tetap tersebut. Kalau hal ini dilakukan, hendaknya :
a. Neraca sebelah kiri jangan disebut aktiva dan yang disebelah kanan jangan disebut pasiva
melainkan disebut debet dan kredit. Hal ini disebabkan karena dalam sisi debet dari nerac,
aktiva tetap dinyatakan dalam bentuk harga perolehan tanpa dikurangi akumulasi penyusutan,
sehingga untuk disebut aktiva sisi debet neraca sebenarnya terlalu tinggi ( Overstated ). Juga
akumulasi penyusutan yang diletakkan disebelah kredit neraca bukanlah merupakan hutang
atau modal, meskipun bersaldo kredit.
b. Cadangan penyusutan hendaknya jangan ditaruh dibawah modal atau laba yang ditahan.
Hal ini mungkin akan menimbulkan salah pengertian seolah-olah direksi menyisihkan
pendapatan atau laba yang ditahan ( seolah-olah merupakan appropriation dari retained
earning ).
3) Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca atau dalam catatan mengenai
ikhtisar keuangan. Dasar penelitian yang dapat diterima adalah dasar harga perolehan.
Penilaian kembali tidak sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia.
4) Metode penyusutan yang digunakan juga harus dicantumkan dalam neraca atau catatan
ikhtisar keuangan.
5) Kebijaksanaan kapitalisasi harus dicantumkan dalam ikhtisar keuangan atau catatan
mengenai ikhtisar keuangan.
6) Barang-barang yang dijadikan jaminan harus dicantumkan dalam catatan mengenai ikhtisar
keuangan.
7) Aktiva tetap yang sudah tidak dipakai karena sudah tua atau secara ekonomis tidak dapat
lagi digunakan, tidak boleh dicatat sebagai aktiva tetap dan harus dicatat sebagai aktiva lain
dengan harga besi tua ( salvage value ).
2.6 Masalah-masalah Khusus

1) Sering terjadi bahwa aktiva tetap dibeli dari atau dibuat oleh perusahaan yang masih
berafiliasi dengan perusahaan/ pelanggan yang diperiksa. Contoh: PT. ABC yang mendapat
kredit investasi dari suatu bank untuk mendirikan hotel, kemudian membuat suatu perusahaan
pemborong bangunan ( PT. DEF ) atau PT. PQR yang merupakan suatu usaha patungan (
Joint venture ) antara sebuah perusahaan indonesia dengan suatu perusahaan asing.
Perusahaan asing ini mensupply aktiva tetap dan aktiva tersebut mungkin barang bekas pakai
yang diperbaiki kemudian dikirim ke Indonesia.
Dalam kedua contoh ini ada masalah penetapan harga perolehan yang wajar karena pihak
yang mensupply aktiva tetap tersebut masih berafiliasi dengan perusahaan yang diperiksa.
Dalam bahas inggris transaksi ini disebut related party transaction atau transaksi yang
tidak at arm’s length.
Dalam hal ini harus ada penjelasan ( disclosure ) dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan
tentang jenis dan besarnya transaksi tersebut.
2) Didalam pembahasan prosedur pemeriksaan, disebutkan bahwa akuntan harus melihat
adanya aktiva yang bersangkutan untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa aktiva tersebut
memang ada. Kalau aktiva ini hanya sekedar gedung, mesin tik atau suatu kendaraan
bermotor, hal ini masih mudah, kesukaran sering timbul karena aktiva yang ingin dilihat
merupakan suatu perlengkapan yang tidak begitu dikenal oleh akuntan, sehingga kita tidak
dapat memastikan bahwa barang yang kita lihat memang sungguh-sungguh barang yang
hendak dilihat.
Kalau barang tersebut mempunyai catatan teknis yang juga tercetak pada perlengkapan yang
bersangkutan maka ia dapat membandingkan catatan yang ada pada dokumen pembelian
dengan catatan pada perlengkapan. Kalau sistem pengendalian intern dapat dipercaya,
akuntan dapat mencocokkan nomor aktiva tetap berdasarkan register atau kartu aktiva
langganan. Kalau akuntan masih tidak puas ia dapat menggunakan tenaga ahli dalam
lapangan yang bersangkutan.
3) Selain transaksi pembelian yang tidak at arm’s length seperti kasus no 1, mungkin juga ada
transaksi penjualan aktiva tetap yang dilakukan tidak at arm’s length , misalnya penjualan
rumah instansi pada seorang direktur.
Dalam hal ini akuntan harus melihat prosedur dan kebijakansanaan intern dalam menjual
aktiva pada direkturnya. Akuntan harus sangat berhati-hati kalau peristiwa tersebut terjadi
pada perusahaan yang dijalankan oleh orang-orang yang bukan menjadi pemilik modal,
karena transaksi seperti itu mungkin hanya menguntungkan pribadi direktur tersebut.
Kenyataan yang dapat lebih mencurigakan akuntan dalam hal prosedur intern tidak jelas ialah
kalau sebelum rumah tersebut dijual, rumah tersebut diperbaiki lebih dulu dan biaya
perbaikan dibebankan pada perusahaan sedang harga jual dilakukan dengan nilai buku yang
sudah rendah.
4) Sering dilihat bahwa aktiva tetap dibeli dengan harga yang terlalu tinggi dibandingkan
dengan harga yang umum berlaku untuk barang tersebut pada waktu itu dan ditempat yang
sama. Kesulitannya disini adalah bahwa unsur komisi atau kick back yang telah menambah
harga aktiva tetap tersebut tidak dapat dibuktikan oleh akuntan.
Pimpinan perusahaan atau dewan komisaris seharusnya diberi tahu mengenai keadaan ini,
tetapi bukan dengan pemberitahuan bahwa ada unsur komisi atau kick back melainkan
adanya barang yang dibeli dengan harga yang lebih tinggi. Disini harga pasaran umumnya
dan sumber harga tersebut sebaiknya juga dicantumkan. Kalau barang-barang tersebut dapat
ditenderkan dan pembelian tersebut dilakukan tanpa tender hal ini juga harus dicantumkan
dalam surat komentar akuntan.
5) Didalam salah satu prosedur pemeriksaan diatas disebutkan bahwa akuntan harus menelaah
jumlah pertanggungan asuransi untuk menentukan apakah jumlah pertanggungan itu cukup,
kurang atau bahkan lebih. Hal ini bukanlah hal yang mudah, dan sangatlah tidak bijaksana
untuk menentukan kecukupan jumlah pertanggungan asuransi dengan sekedar
membandingkan nilai buku aktiva tetap itu dengan jumlah pertanggungannya atau dengan
membandingkan jumlah pinjaman ( misalnya dari bank ) dengan jumlah pertanggungannya.
Membandingkan nilai buku dengan jumlah pertanggungan mempunyai kelemahan sebagai
berikut :
a. Nilai buku tidak mencerminkan harga atau nilai aktiva yang bersangkutan. Misalnya, jika
aktiva tetap tersebut sudah disusutkan penuh, nilai bukanya nol. Perbandingan antara jumlah
pertanggungan dengan nilai buku dapat memberi kesan seolah-olah jumlah pertanggungan
terlalu besar.
b. Misalkan aktiva tetapnya masih baru sehingga nilai buku masih menggambarkan nilai
aktiva tetap. Membandingkan nilai buku dengan jumlah pertanggungan belum tentu
memberikan gambaran mengenai kecukupan jumlah pertanggungan. Contoh : dalam industri
tekstil, harga bangunan yang sangat tinggi disebabkan karena perlunya fondasi bangunan
yang khusus. Kalau terjadi kebakaran ditaksir fondasi ini masih tetap dapat dipertahankan
sehingga tidak perlu jumlah pertanggungannya sama dengan nilai buku aktiva baru.
Membandingkan nilai buku dengan persyaratan kredit bank juga tidak selalu tepat. Bank
misalnya dapat mensyaratkan jumlah barangg jaminan 150% dari jumlah debetstand hutang
dan karenanya jumlah pertanggungan juga dibuat 150% dari debetstand. Jumlah
pertanggungan ini mungkin cukup, mungkin kurang atau mungkin juga berlebihan, karena
jumlah pertanggungan yang cukup tidaklah mempunyai hubungan langsung dengan
persyaratan kredit bank.
6) Dimuka disebutkan bahwa nilai aktiva tetap yang sesuai dengan prinsip akuntansi
indonesia adalah harga perolehan atau harga historis. Kalau pemegang saham mempunyai
gedung yang mempunyai harga historis Rp. 2.500.000 tapi bernilai Rp. 25.000.000 pada saat
ini, gedung tersebut dujadikannya sebagai penyetoran modal, ia tentu saja dapat mengatakan
bahwa penyetoran modal nya bernilai Rp. 25.000.000 dan bukan Rp. 2.500.000. dalam hal ini
dari segi si pemegang saham harga Rp. 25.000.000 adalah harga penilaian kembali (
appraised value ) tapi untuk PT harga Rp. 25.000.000 dalah harga perolehan. Sehingga kalau
kita memeriksa PT tadi, penilaian aktiva tetapnya adalah sesuai dengan prinsip akuntansi
indonesi. Tapi disini perlu ada catatan mengenai related Party transaction tersebut.
7) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan prinsip akuntansi belum tentu sama dengan umur
aktiva yang disebutkan dalam peraturan perpajakan. Akuntan atau pembantunya harus
menyusun suatu kertas kerja yang merekonsiliasi penyusutan menurut prinsip akuntansi dan
penyusutan untuk keperluan pajak.
2.7 Pengujian Subtantif Atas Saldo Aktiva Tetap

Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan atas aktiva


perusahaan atau organisasi yang mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun. Aktiva-
aktiva yang termasuk dalam katagori ini antara lain, tanah, bangunan, jalan, jembatan,
bangunan air, instalasi dan jaringan, mesin, peralatan, kendaraan, serta mebel. Aktiva tersebut
tidak akan habis dalam waktu satu tahun. Rekening nominal yang berkaitan erat dengan
aktiva tetap adalah biaya depresiasi, perbaikan, dan sewa gedung atau aktiva lainnya.
Aktiva tetap sering kali merupakan komponen terbesar dari total aktiva dalam neraca
perusahaan atu organisasi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap merupakan
faktor yang material dalam laporan rugi laba. Pemeriksaan terhadap aktiva tetap memakan
waktu dan biaya yang relatif labih sedikit dibandingkan dengan pemeriksaan aktiva lancar.
Dalam audit atas aktiva tetap , auditor harus memisahkan pengujian kedalam katagori
berikut :
1) Melaksanakan prosedur analitis
Jenis prosedur analitis tergantung pada sifat operasi klien. Prosedur analitis untuk aktiva tetap
:
Prosedur analitis Salah saji yang mungkin
Membandingkan beban penyusutan Salah saji beban penyusutan dan
yang dibagi dengan biaya aktiva tetap akumulasi penyusutan
kotor dengan tahun sebelumnya
Membandingkan akumulasi Salah saji akumulasi penyusutan
penyusutan yang dibagi dengan biaya
aktiva tetap kotor dengan tahun
sebelumnya
Membandingkan reparasi dan Membebankan jumlah yang harus
pemeliharaan bulanan atau tahunan, dikapitalisasi
beban perlengkapan, beban peralatan
kecil, dan akun-akun serupa dengan
tahun sebelumnya
Membandingkan biaya manufaktur Peralatan yang menganggur atau
kotor yang dibagi dengan beberapa peralatan yang disingkirkan tetapi
ukuran produksi dengan tahun belum dihapus
sebelumnya
2) Memverifikasi akuisisi tahun berjalan
Perusahaan harus mencatat penambahan selama tahun berjalan dengan benar karena aktiva
memiliki pengaruh jangka panjang terhadap laporan keuangan. Kegagalan untuk
mengkapitalisasi aktiva tetap, atau mencatat akuisisi pada jumlah yang salah, akan
mempengaruhi neraca sehingga perusahaan melepas atau membuang aktiva itu. Laporan laba
rugi juga akan terpengaruh hingga aktiva itu telah sepenuhnya disusutkan.
Karena pentingnya akuisis periode berjalan dalam audit aktiva tetap, auditor menggunakan
tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sebagai kerangka referensi bagi
pengujian atas rincian saldo: (1) eksistensi (2) kelengkapan (3) keakuratan (4) klasifikasi (5)
pisah batas (6) detail tie-in (7) serta hak dan kewajiban.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan pengujian audit yang umum ditunjukkan
pada tabel dibawah ini :
Tujuan audit yang Pengujian atas rincian Komentar
berkaitan dengan saldo saldo yang umum
Akuisisi tahun berjalan Memfooting skedul Memfooting skedul
dalam skedul akuisisi akuisisi. akuisisi dan menelusuri
sama dengan jumlah file Menelusuri setiap setiap akuisisi yang harus
induk terkait, dan akuisisi ke file induk dibatasi kecuali
totalnya sama dengan untuk melihat jumlah an pengendaliannya lemah.
buku besar umum (detail deskripsinya. Semua kenaikan saldo
tie-in) Menelusuri total kebuku buku besar umum selama
besar umum. tahun tersebut harus
direkonsiliasi dengan
skedul
Akuisisi tahun lalu Memeriksa faktur vendor Bukanlah hal yang umum
berjalan seperti yang dan laporan penerimaan. untuk memeriksa secara
tercantum dalam daftar Memeriksa aktiva secara fisik aktiva yang
memang ada (eksistensi) fisik. diperoleh kecuali
pengendaliannya lemah
atau jumlahnya meterial
Akuisisi yang ada telah Memeriksa faktur vendor Tujuan ini merupakan
dicatat (kelengkapan) yang berhubungan erat salah satu yang paling
dengan akun seperti penting untuk aktiva
reparasi dan tetap
pemeliharaan untuk
mengungkapkan item-
item yang akan menjadi
aktiva tetap.
Mereview perjanjian
lease dan sewa.
Akuisisi tahun berjalan Memeriksa vendor Luasnya tergantung pada
yang ada dalam daftar resiko inheren dan
sudah akurat. efektifitas pengendalian
(keakuratan) internal.
Akuisisi tahun berjalan Memeriksa faktur vendor Tujuannya berkaitan erat
yang ada dalam daftar dalam akun aktiva tetap dengan pengujian untuk
telah diklasifikasikan untuk mengungkapkan kelengkapan. Hal ini
dengan benar. item-item yang harus dilakukan dalam
(klasifikasi) diklasifikasikan sebagai kaitannya dengan tujuan
aktiva tetap kantor, tersebut dan pengujian
pabrik, dll. untuk keakuratan.
Memeriksa faktur vendor
yang berhubungan erat
dengan akun seperti
reparasi untuk
mengungkapkan item-
item yang akan menjadi
aktiva tetap.
Memeriksa beban sewa
dan lease untuk lease
yang dapat dikapitalisasi.
Akuisis tahun berjalan Mereview transaksi yang Biasanya dilakukan
dicatat pada periode mendekati tanggal neraca sebagai bagian dari
yang benar (pisah batas). pada periode yang benar. pengujian pisah batas
utang usaha.
Klien memiliki hak atas Memeriksa faktur vendor Biasanya tidak ada
akuisisi tahun berjalan masalah untuk aktiva
(hak) tetap.
Akte properti, aktiva
tidak berwujud, dan
tagihan pajak sering kali
diperiksa untuk tanah dan
bangunan utama.
Titik awal untuk memverifikasi akuisisi tahun berjalan umumnya merupakan sebuah skedul
yang diperoleh dari klien menyangkut semua akuisisi yang dicatat pada akun aktiva tetap
dibuku besar umum selama tahun tersebut. Klien memperoleh informasi ini dari file induk
aktiva tetap. Skedul yang tipikal memuat deskripsi, notasi apakah barang tersebut baru atau
bekas, umur aktiva untuk tujuan penyusutan, metode penyusutan, dan biaya atau harga
perolehannya.
3) Memverifikasi pelepasan tahun berjalan
Transaksi yang melibatkan pelepasan aktiva tetap sering kali disalahsajikan apabila
pengendalian internal perusahaan tidak memiliki metode formal untuk memberi tahu
manajemen tentang penjualan, tukar tambah, pengabaian, atau pencurian mesin dan peralatan
yang tercatat. Jika klien lalai mencatatpelepasan, biaya awal akun aktiva tetap akan
dinyatakan terlalu tinggi, dan nilai buku bersih akan dinyatakan terlalu tinggi hingga aktiva
telah disusutkan sepenuhnya. Metode formal untuk menelusuri pelepasan dan provisi
menyangkut otorisasi yang tepat atas penjualan atau pelepasan aktiva akan membantu
mengurangi resiko salah saji. Juga harus ada verifikasi internal yang memadai atas pelepasan
yang tercatat untuk memastikan bahwa aktiva telah dihapus dengan benar dari catatan
akuntansi.
Tujuan utama auditor dalam memverifikasi penjualan, tukar tambah, atau pengabaian
aktiva tetap adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup bahwa semua pelepasan telah
dicatat dan pada jumlah yang benar. Titik awal untuk memverifikasi pelepasan adalah skedul
klien yang berisi catatan tentang pelepasan itu. Skedul tersebut umumnya mencantumkan
tanggal kapan aktiva dilepas atau dibuang, nama orang atau perusahaan yang mengakuisisi
aktiva, harga jual, biaya awal, tanggal akuisis dan akumulasi penyusutan.
Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar dengan aktiva pengganti,
keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur penjualan terkait dan file
induk aktiva tetap. Auditor harus membandingkan biaya dan akumulasi penyusutan yang ada
dalam file induk dengan ayat jurnal yang tercatat dalam jurnal umum serta menghitung
kembali keuntungan atau kerugian atas pelepasan aktiv a sebagai perbandingan dengan
catatan akuntansi. Jika terjadi tukar tambah aktiva dengan aktiva pengganti, auditor harus
memastikan bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang digantikan dihapus secara
layak dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai buku aktiva yang ditukar tambah dan
biaya tambahan aktiva yang baru.
4) Memverifikasi saldo akhir akun aktiva
Dua tujuan auditor ketika mengaudit aktiva tetap termasuk menentukan bahwa :
a. Semua aktiva tetap yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca
b. Semua aktiva tetap yang dimiliki telah dicatat.
Ketika merancang pengujian audit untuk memenuhi tujuan tersebut, pertama auditor
mempertimbangkan sifat pengendaliaqn internal terhadap aktiva tetap. Idealnya, auditor
mampu menyimpulkan bahwa pengendalian cukup kuat untuk memungkinkannya bergantung
pada saldo yang dicatat dari tahun sebelumnya. Pengendalian yang penting meliputi
penggunaan file induk untuk setiap aktiva tetap, pengendalian fisik yang memadai terhadap
aktiva yang mudah dipindahkan ( seperti, komputer, perkakas, dan kendaraan ), penulisan
nomor identifikasi kesetiap aktiva tetap, serta perhitungan fisik periodik atas aktiva tetap dan
rekonsiliasinya oleh personil akuntansi. Metode formal untuk memberi tahu departemen
akuntansi tentang semua pelepasan aktiva tetap juga merupakan pengendalian yang penting
terhadap saldo aktiva yang dicatatketahun berjalan.
5) Memverifikasi beban penyusutan
Beban penyusutan merupakan salah satu dari beberapa akun beban yang tidak diverifikasi
sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi. Jumlah
yang tercatat ditentukan dengan alokasi internal dan bukan oleh transaksi pertukaran dengan
pihak luar. Jika beban penyusutan berjumlah material, akan diperlukan lebih banyak
pengujian yang terinci atas beban penyusutan ketimbang untuk akun yang telah diverifikasi
melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi.
Tujuan audit Yng berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk beban penyusutan
adalah keakuratan. Auditor harus berfokus pada penentuan apakah klien mengikuti kebijakan
penyusutan yang konsisiten dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah
benar.
Dalam menentukan hal yang pertama, auditor harus mempertimbangkan empat aspek:
1. Umur manfaat akuisisi periode berjalan
2. Metode penyusutan
3. Estimasi nilai sisa
4. Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi
Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan personil yang berwenang dan
membandingkan responnya dengan informasi yang ada dalam file permanen auditor. Dalam
memutuskan kelayakan umur manfaat yang dibebankan ke aktiva yang baru saja diakuisisi,
auditor harus mempertimbangkan umur fisik aktiva, umur yang diharapkan, ( dengan
memperhatikan keusangan atau kebijakan normal perusahaan untuk meningkatkan mutu
aktiva tetap ), dan kebijakan perusahaan yang ditetapkan menyangkut pertukaran peralatan.
6) Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan
Pendebetan ke akumulasi penyusutan biasanya diuji sebagai bagian dari audit atas
pelepasan aktiva, sementara kredit diverifikasi sebagai bagian dari beban penyusutan. Jika
auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva
tetap sebbagai bagian dari pengujian tersebut, maka hanya diperlukan sedikit pengujian
tambahan atas saldo akhir akumulasi penyusutan.
Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo akhir akumulasi penyusutan
adalah :
1. Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk aktiva tetap sama dengan buku
besar umum. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan menguji footing akumulasi penyusutan dalam
file induk aktiva tetap dan menelusuri totalnya kebuku besar umum.
2. Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat.
Dalam beberapa kasus, umur aktiva tetap khusunya properti pabrik mungkin saja berkurang
secara signifikan kerena umumnya permintaan pelanggan atas produk, kerusakan fisik yang
tidak terduga, modifikasi operasi, atau perubahan lainnya. Berdasarkan kemungkinan-
kemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi kememadaian penyisihan untuk
akumulasi penyusutan setiap tahun guna memastikan bahwa nilai buku bersih tidak
melampaui nila realisasi aktiva.
2.8 Penetapan Resiko Deteksi

Jenis aktiva tetap yang berbeda mempunyai resiko bawaan dan resiko pengendalian
yang juga berbeda. Resiko bawaan untuk tanah adalah lebih rendah dibandingkan resiko
bawaan untuk kendaraan maupun bangunan. Hal ini diakibatkan oleh kerentanan dalam
pengendalian dan kerumitan dalam perhitungan dari estimasi umur ekonomis dan nilai
residualnya. Variasi dalam resiko bawaan dan resiko pengendalian antar berbagai aktiva
tersebut perlu diperhatikan oleh auditor dengan menentukan tingkat resiko deteksi yang tepat
untuk masing-masing pernyataan. Disamping itu, terdapat berbagai faktor lain yang
mempengaruhi tinggi rendahnya resiko bawaan. Resiko bawaan pada pernyataan penilaian
atau pengalokasian adalah relatif tinggi pada pembelian aktiva tetap dengan menggunakan
kredit jangka panjang.
Resiko pengendalian aktiva tetap pada umumnya relatif rendah karena transaksi ini
jarang terjadi dan terdapat otorisasi pimpinan atas pembelian aktiva tetap yang penting.
Meskipun resiko pengendaliannya rendah sehingga resiko deteksinya ditetapkan pada tingkat
yang tinggi, auditor perlu menggunakan pendekatan pengutamaan pengujian subtantif. Hal ini
disebabkan karena transaksi pembelian aktiva tetap secara individual memiliki pengaruh yang
material terhadap laporan keuangan.
2.9 Sebuah Kasus Audit Asset Tetap

Pada Desember 2006 Indonesia Corruptin Watch (ICW) melaporkan kasus dugaan
korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam ruislaag (tukar guling) antara asset
PT. Industri Sandang Nusantara (ISN), sebuah BUMN yang bergerak di bidang
tekstil, dengan asset PT. GDC, sebuah perusahaan swasta.
Dalam ruislaag tersebut PT. ISN menukarkan tanah seluas 178.497 meter persegi di
kawasan Senayan dengan Tanah seluas 47 hektar beserta Pabrik dan mesin di karawang.
Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) semester II Tahun
Anggaran 1998/1999, menyatakan ruislaag itu berpotensi merugikan keuangan Negara
sebesar Rp. 121,628 miliar.
Kerugian itu terdiri dari kekurangan luas bangunan pabrik dan mesin milik PT. GDC
senilai Rp. 63,954 miliar, berdasarkan penilaian aktiva tetap oleh PT. Sucofindo pada 1999;
penyusutan nilai asset pabrik milik PT. GDC senilai Rp. 31,546 miliar; dan kelebihan
perhitungan harga tanah senilai Rp. 0,127 miliar. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat
nilai saham yang belum dibayarkan oleh PT. GDC sebesar Rp. 26 miliar.
Telaah Kasus
Dalam kasus Ruislaag di atas, karena ketidakjelasan prosedur dan syarat-syarat tukar
guling asset, sehingga sangat rawan untuk diselewengkan.
Seharusnya keputusan Tukar Guling tidak hanya menjadi wewenang salah satu
pejabat saja, melainkan melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang
baik. Selain itu juga diperlukan sebuah aturan baku oleh perusahaan mengenai tukar guling,
sehingga kemungkinan penyelewengan menjadi berkurang.
Diperlukan juga control dari lembaga bersangkutan terhadap penelitian tim penilik
yang meneliti kelengkapan mengenai status asset, dokumen kelengkapan asset, sehingga
tidak ada manipulasi dari nilai asset tersebut serta proses tukar menukar.
Walaupun menggunakan jasa Appraisal, penilaian asset tetap juga tetap harus diawasi
untuk mencegah kecurangan-kecurangan.
Dari kasus diatas dapat dibuktikan bahwa PT. ISN memiliki pengendalian intern yang
sangat buruk. Sehingga PT. ISN rawan dicurangi oleh rekanan-rekanan bisnisnya maupun
oleh oknum-oknum pejabat perusahaan yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu
hal pertama yang harus dibenahi oleh PT. ISN adalah soal Pengendalian Internnya
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1) Aktiva Tetap merupakan aset suatu perusahaan yang berwujud, yang digunakan
untuk kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu periode.
2) Dari sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi menjadi:
a) Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan.
b) Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti Goodwill, hak paten, hak cipta,
dan lain-lain.
Dari sudut disusutkan atau Tidak dapat dibagi menjadi :
a) Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang dapat disusutkan
seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris, dan lain-lain.
b) Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah.
Berdasarkan jenis dapat dibagi menjadi:
a. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai
lapangan, halaman, tempat parkir dan lain sebagainya.
b. Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik;
c. Mesin;
d. Inventaris;
e. Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.

3) Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap:


· Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang berkaitan dengan aktiva
tetap
· Membuktikan kebenaran aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
aktiva tetap yang dicantumkan dineraca.
· Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
· Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan dineraca.
· Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap dineraca.
4) Prosedur audit atas aktiva tetap
· Prosedur audit awal
· Pengujian analitik
· Pengujian terhadap transaksi rinci
· Pengujian terhadap saldo akun rinci
· Verifikasi penyajian dan pengungkap.
3.2 Saran

I. Mahasiswa dan masyarakat luas harus lebih memahami bagaimana ketentuan-


ketentuan mengenai aktiva tetap agar tidak terjadi kesalahan pada pemahaman terhadap
aktiva tetap.
II. Auditor harus mengaudit sesuai dengan prosedur audit agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengauditan.
III. Akuntan harus memahami dengan baik bagaimana pencatatan aktiva tetap yang baik
dan benar agar tidak terjadi salah pencatatan dalam transaksi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
AlvinA.Arens, RandalJ.Elder, & MarkS.Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance.Jakarta: Erlangga.
IndraBastian. (2006). Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
TheodorusM.TuanaKotta. (1982). Auditing petunjuk pemeriksaan akuntan publik.Jakarta: Lembaga penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia .
http://iipsaja.blogspot.com/2009/04/contoh-kasus-audit-fixed-asset.

Você também pode gostar