Você está na página 1de 2

Penyebab Penyakit Radang Usus Buntu

Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor
pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara
pasti.

Di antaranya adalah faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh
timbunan tinja yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.

Di antara beberapa faktor diatas, yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai
penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan
atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak.

Perlu diketahui bahwa dalam tinja manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri
Escherichia Coli, di mana hal inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada
peradangan usus buntu.

Selain itu, konsumsi cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya yang tak tercerna
dalam tinja dapat menyelinap kesaluran apendiks sebagai benda asin. Begitu pula terjadinya
pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada bagiannya yang terselip
masuk kesaluran apendiks yang pada akhirnya menjadi tempat bakteri bersarang dan
berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu.

Seseorang yang mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang beternak di dalam
usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus
buntu.

Gambaran Radang Usus Buntu


Peradangan atau pembengkakaan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe
dan darah tidak sempurna pada usus buntu (apendiks) akibat adanya tekanan. Kondisi ini
membuat usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak
mendapatkan asupan makanan.

Pembusukan usus buntu ini menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka
akibatnya usus buntu akan pecah (perforasi/ robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri
menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas yaitu infeksi
dinding rongga perut (peritonitis).

Tanda dan Gejala Radang Usus Buntu


Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya:

1.
1. Radang usus buntu akut (mendadak)

Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah,
dan nyeri perut kanan bawah. Namun tidak semua orang akan menunjukkan
gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang atau mual-muntah saja.

2. Radang usus buntu kronik

Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag di mana
terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang
hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah,
kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda
yang khas pada apendisitis akut.
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada letak usus buntu itu sendiri terhadap usus besar.
Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi
nyeri kolik saluran kemih dan mungkin ada gangguan berkemih.

Sementara bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk
dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak begitu
spesifik.

Diagnosis Radang Usus Buntu


Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional untuk
menentukan adanya tidaknya penyakit radang usus buntu, di antaranya:

1. Pemeriksaan fisik

Pada apendisitis akut, pembengkakan (swelling) rongga perut di mana dinding perut tampak
mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) di daerah perut kanan bawah, sering kali bila
ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang
mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka
rasa nyeri di perut bisa semakin parah.

Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau
vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak
(axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga sekitar 10.000–18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

3. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi


(USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71–97%), terutama untuk
wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan
CT scan (93–98%). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.

baca juga: Mengalami Kondisi Ini Saat BAB? Waspadai Kanker Usus

Penanganan dan Perawatan Radang Usus Buntu


Bila diagnosis sudah pasti ditentukan, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus
buntu (apendisitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa
kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat
kekambuhannya mencapai 35%.

Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan
pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7–10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka
operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat-alat yang
terkontaminasi.

Você também pode gostar