Você está na página 1de 6

ASKEP DIAPER RASH (RUAM POPOK)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Anatomi fisiologi

Organ kulit :
a. Epidermis (Kutilkula)
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur
tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara
lain seperti berikut :
1) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan
epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami
pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang
baru.
2) Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit
dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini,
maka warna kulit akan menjadi semakin gelap.
Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi untuk
melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang dapat
membahayakan kulit.
b. Jaringan dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis,
yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis
yaitu sekitar 2,5 mm.Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang
membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang
membentuk sekitar 30% dari protein tubuh.
Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut:
1) Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut
(Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara
dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan
rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa
nyeri apabila rambut dicabut.
2) Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui
pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan,
sehingga rambut dapat tumbuh.
3) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar
minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
4) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat
berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut.Bagian tubuh
yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka,
sekitar hidung, dan lain-lain.Kelenjar keringat tidak terdapat dalam
kulit tapak tangan dan telapak kaki.
5) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan
ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan
indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.Jaringan dermis
juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki
bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat
memikat lawan jenisDermis (Kulit Jangat).

2. Pengertian
Ruam popok adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Ini bisa
terjadi jika ia popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak
menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema.
Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada
bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan
hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion
atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa
waktu.Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada
bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan,
terutama pada kisaran usia 8 - 10 bulan.

3. Etiologi
Ruam disebabkan oleh roseola dan erythema infectiosum (penyakit fith)
adalah tidak berbahaya dan biasanya mereda tanpa pengobatan. Ruam
disebabkan campak, rubella, dan cacar air menjadi tidak umum karena anak
mendapatkan vaksin.
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper
dermatitis, napkin dermatitis ), antara lain:
a. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit
b. Faktor kelembaban.
c. Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu
lama tidak segera diganti setelah pipis atau BAB (feces).
d. Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
e. Alergi bahan popok.
f. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.

4. Patofisiologi
Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena
pemakaian popok.Lokasi yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar
kemaluan, maupun paha.Bahkan, jika bakteri yang terdapat dalam urine bayi
Anda terurai menjadi amonia, ruam ini bisa bertambah parah.Tentu saja
keadaan ini sangat tidak menyenangkan buat si kecil.

5. Gejala Klinis
Gejalanya antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah
yang ditutupi popok. Selain itu, bayi biasanya terlihat rewel, terutama saat
penggantian popok.Bayi juga mungkin menangis saat kulit di daerah yang
ditutupi popok dicuci atau disentuh.Terdapat bercak-bercak kemerahan pada
daerah pantat karena iritasi popok.
6. Penatalaksanaan
a. Sering-seringlah mengganti popok.Jangan biarkan popok yang sudah basah
karena menampung banyak urin berlama-lama dipakai bayi.Kontak yang
lama antara urin atau tinja dengan kulit bayi dapat menimbulkan ruam
popok.
b. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok (bokong,
paha, selangkangan, dan daerah genital bayi) secara perlahan dengan handuk
bersih. Usahakan menghindari menggosok-gosok dengan keras daerah
tersebut.
c. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama
beberapa saat. Tindakan ini mungkin berguna menjaga daerah popok tetap
kering dan bersih.
d. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok dapat
merangsang ruam popok. Jika hal itu terjadi, gantilah popok merk lain yang
lebih cocok.
e. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah
popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras.
Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat
mengiritasi kulit bayi.Pastikan untuk membilas popok dengan baik agar
deterjen tidak tertinggal di dalam popok.
f. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok
dengan kulit bayi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian (Assessment) Identitas pasien dan keluarga, pola sensori,
pemeriksaan fisik (status kesehatan umum, pemeriksaan head to toe, pemeriksaan
penunjang), pemeriksaan tanda-tanda fital dan riwayat penggunaan obat-obatan.

2. Diagnosa Keperawatan dan intervensi


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan nyeri dapat teratasi
KH:
Nyeri berkurang / terkontrol
Ekspresi wajah rileks.
Intervensi:
1) Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin.
R/supaya permukaan tidak dalam keadaan lembab/ basah.
2) Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi
R/ peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri
3) Membasuh pantat bayi dan mengeringkanya
R/Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi
4) Melepas ppopok dan membiarkan kulitnya terkena angin
R/ Mempercepat penyembuhan ruam popok

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit


karena destruksi jaringan.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah dapat teratasi.
KH:
Menunjukan regenerasi jaringan
Mencapai penyembuhan tepat waktu.

Intervensi:
1) Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan control
infeksi.
R/ menyiapkan jaringan baru dan menurunkan infeksi.
2) Tinggikan area graft bila mungkin
R/ menurunkan pembengkakan / mengatasiresiko pemisahan graft
3) Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok.
R/ memberikan informasi dasar tentang keb penanaman kulit
4) Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci dan minyai dengan krim.
R/ kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan
perawatan khusus

C. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan kulit


Tujuan:Setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24 jam diharapkan masalah dapat
teratasi.
KH:
Menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas.
Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktus.
Menunjukan teknik / perilaku yang memampukan melakukan aktivitas.

Intervensi:
1) Pertahankan posisi tubuh tepat dan dukungan
R/ meningkatkan fungsional pada ekstremitas.
2) Lakukan rehabilitasi pada penerima.
R/ akan lebih mudah membuat partisipasi
3) Berikan obat sebelum aktivitas/ latihan
R/ menurunkan kekuatan otot/ jaringan.
4) Bersihkan daerah luka dengan cepat.
R/ eksisi dini diketahui untuk menurunkan jaringan parut serta resiko
infeksi.

Você também pode gostar