Você está na página 1de 14

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : Pengolahan Limbah Cair Secara Anaerobik


DOSEN PEMBIMBING : Dianty Rosirda Dewi Kurnia, ST., MT.

Tanggal Praktikum : 28 September 2018


Tanggal Penyerahan : 05 Oktober 2018
(Laporan)

Oleh :
Kelompok :2
Nama : Denny Kristanto K (161411005)
Destari Putri Silaban (161411006)
Dewi Anggraeni (161411007)
Dwizky Wijaya (161411008)
Kelas : 3A - D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
I. Tujuan
 Menentukan konsentrasi awal kandungan organik (COD) dalam umpan dan
konsentrasi kandungan organik (COD) dalam efluen setelah perobaan
berlangsung satu jam.
 Menentukan kandungan MLVSS efluen yang mewakili kandungan
mikroorganisme dalam reactor
 Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen kandungan
bahan organik yang dikomposisi selama satu jam oleh mikroorganisme dalam
reactor terhadap kandungan bahan organic mula-mula
 Menentukan nilai pH awal dan pH akhir pada proses
II. HASIL PERCOBAAN
2.1 Data Pengamatan
2.1.1 Penentuan Kandungan COD
𝑚𝐿
Laju Alir Nutrisi = 28,98𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

No Sampel reaktor 1 Volume FAS (mL) Volume


FAS rata-
Titrasi 1 Titrasi 2
rata (mL)
Sebelum penambahan nutrisi - pH 7,10
1 Blanko (aquadest) 2,5 mL - 2,5
2 Sampel pengenceran 20 kali 1,6 mL 1,7 mL 1,65
Setelah penambahan nutrisi (setelah 1 jam) – pH 7,00
1 Blanko (aquadest) 2,3 mL - 2,3
2 Sampel pengenceran 20 kali 1,5 mL 1,5 mL 1,5

2.2.2 Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)

Sebelum
penambahan
No Massa
Nutrisi
(gram)
1 Cawan pijar setelah dipanaskan (a) 40,6009
2. Kertas saring setelah di oven (b) 0,5460
3 Cawan pijar berisi endapan setelah di oven (c) 41,1430
3 Cawan pijar berisi endapan setelah di furnace (d) 40,7067
2.2 Pengolahan Data

2.2.1 Penentuan Kandungan COD


2.2.1.1 Penentuan Konsentrasi Kandungan Organik Awal (COD awal)

Data yang diperoleh :


Volume FAS untuk blanko (a) = 2,5 mL
Volume FAS untuk sampel (b) = 1,65 mL
Normalitas FAS (c) = 0,1 N
Berat equivalen oksigen (d) =8
Pengenceran (p) = 20 kali
Volume sampel = 2,5 mL

(𝑎−𝑏)𝑐 𝑥 1000 𝑥 𝑑 𝑥 𝑝
COD sampel awal (mg O2/L) = mL sampel
(2,5−1,65)0,1 𝑥 1000 𝑥 8 𝑥 20
= 2,5 mL

=5440 mg O2/L
2.2.2 PenentuanKandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)

c−a
TSS (mg/L) = 𝑥 106
mL sampel

41,1430 gram−40,6009 gram


= x 106
40 mL

= 13552,5 mg/L

c−d
FSS (mg/L) = mL sampel 𝑥 106

41,1430 gram−40,7067 gram


= x 106
40 mL

= 10907,5 mg/L

VSS (mg/L) = TSS – FSS

= 13552,5 mg/L – 10907,5 mg/L

MLVSS = VSS = 2645 mg/L


2.2.3 Penentuan Kandungan Organik Sampel Setelah 1 Jam (COD Akhir)

Data yang diperoleh :


Volume FAS untuk blanko (a) = 2,30 mL
Volume FAS untuk sampel (b) = 1,50 mL
Normalitas FAS (c) = 0,1N
Berat equivalen oksigen (d) =8
Pengenceran (p) = 20 kali
Volume sampel = 2,5 mL

(𝑎−𝑏)𝑐 𝑥 1000 𝑥 𝑑 𝑥 𝑝
COD sampel akhir (mg O2/L) = mL sampel
(2,30−1,50)0,1 𝑥 1000 𝑥 8 𝑥 20
= 2,5 mL

= 5120 mg O2/L
2.2.4 Penentuan Efisiensi Pengolahan

𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 5440−5120


Efisiensi = x 100% = x 100% = 5,88%
𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙 5440

2.2.5 Tabel Hasil Percobaan

No. Data Percobaan Satuan Hasil Percobaan

1 MLVSS mg/L 2645

2 COD awal Pengenceran 20x mg O2/L 5440

3 COD akhir Pengenceran 20x mg O2/L 5120

4 Efisiensi % 5,88
DENNY KRISTANTO K (161411005)

III. PEMBAHASAN
3.1 Menentukan kadar COD awal dan COD akhir.
Berdasarkan percobaan dan perhitungan terhadap kondisi tersebut maka didapatkan
nilai COD awal sebelum proses degradasi yaitu 5440 mg O2/L , sedangkan setelah proses
degradasi selama satu jam nilai COD yang diperoleh adalah sebesar 5120 mg O2/L . Hal ini
menunjukan kesesuaian dengan literatur dimana COD akhir lebih kecil dari COD awal yang
menunjukkan bahwa kandungaan organik yang terdekomposisi oleh mikroorganisme pada
sampel limbah telah mengalami penurunan.
3.2 Menentukan kandungan MLVSS efluen.
Nilai MLVSS menunjukkan besarnya bahan organik, sedangkan nilai FSS (Fixed
Suspended Solids) menunjukkan besarnya bahan anorganik. Nilai TSS yang diperoleh sebesar
13552,5 mg/L. Nilai tersebut terlihat masih sangat tinggi mengingat nilai ambang batas TSS
yang terdapat didalam air limbah menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri, yaitu 200 mg/L.
Disamping itu, nilai FSS yang diperoleh adalah 10907,5 mg/L sedangkan nilai VSS sebesar
2645 mg/L. Jika dibandingkan dengan literatur masih tingginya ketiga parameter tersebut baik
nilai VSS, TSS maupun FSS masih tinggi dalam sampel limbah dikarenakan belum adanya
pengolahan bahan organik pada limbah yang menyebabkan masih tingginya kandungan
padatan organik dan anorganik. Pada proses pengolahan limbah, padatan organik dalam sampel
didekomposisi oleh organik secara anaerob sehingga bila MLVSS diukur setelah proses maka
jumlah MLVSS akan berkurang (Kadarohman, 2004).

3.3 Menentukan efisiensi penurunan kandungan organik

Besarnya penurunan kandungan organik menghasilkan efisiensi sebesar 5,88%. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh waktu proses, dimana perbedaan waktu sampling COD awal dan COD
akhir tidak terlalu jauh sehingga proses dekomposisi kandungan organik oleh mikroba belum
optimum yang menyebabkan nilai efisiensi masih rendah.

3.4 Menentukan pH awal dan pH akhir proses

Dari hasil pengukuran nilai pH, didapatkan nilai pH awal sebesar 7,1 dan pH akhir
sebesar 7,0. Nilai pH merupakan salah satu faktor lingkungan yang berperan penting dalam
aktivitas mikroorganisme dalam proses anaerobik. untuk pembentukan metan terjadi saat nilai
pH berada pada rentang pH netral, yakni 6,8 sampai 7,2 (Eckenfelder,2000). Penurunan pH
menggambarkan terbentuknya tahap fermentasi/asidogenesis yang menyebabkan nilai pH
menjadi rendah. Secara teoritis Volume gas metana yang terbentuk dari proses pengolahan
limbah secara anaerobik ini dapat ditentukan dengan mengukur volume air yang keluar dari
tabung gas collection. Gas metana yang terbentuk tersebut akan mendorong air keluar dari
tabung gas collection sehingga volume air yang keluar dari tabung gas collection tersebut sama
dengan volume gas yang metana yang terbentuk. Namun berdasarkan hasil pengamatan, tidak
ada perubahan volume air yang terjadi pada tabung gas collection.

IV. KESIMPULAN

4.1 Nilai COD awal 5440 mg O2/L , sedangkan nilai COD akhir sebesar 5120 mg O2/L
yang menunjukkan terjadinya penurunan kadar organik.

4.2 Nilai MLVSS nilai sebesar 2645 mg/L, yang menunjukkan perlu pengolahan
lanjutan sehingga nilai MLVSS berada pada ambang batas.

4.3 Efisiensi sebesar 5,88% yang menunjukkan proses belum berjalan optimal.

4.4 Nilai pH awal sebesar 7,1 dan pH akhir sebesar 7,0 yang menunjukkan terjadinya
proses dekomposisi kandungan organik oleh mikroba.
DESTARI PUTRI SILABAN (161411006)

III. PEMBAHASAN
3.1 Menentukan kadar COD awal dan COD akhir.

Pada praktikum kali ini,dilakukan proses pengolahan limbah cair secara anaerobik
dimana tidak diberikan aerasi dan dijaga sehingga tidak ada oksigen yang masuk dari
lingkungan.Proses ini dilakukan pada air limbah yang banyak mengandung bahan-bahan
organic yang akan didegradasi oleh mikrooganisme.Air baku yang digunakan adalah air limbah
dengan kadar COD awal adaalah 5440 mg O2/L. Proses ini berlansung selama 1 jam dan
didapatkan nilai COD akhir yaitu 5120 mg O2/L. Chemical Oxygen Demand (COD)
menunjukkan kandungan oksigen yang dibutuhkan oleh mikrooganisme untuk mendegradasi
bahan-bahan organic pada air baku.Bila nilai COD semakin besar maka kandungan bahan-
bahan organic pada air baku semakin banyak sehingga kualitas air semakin buruk.Sedangkan
berdasarkan hasil praktikum nilai COD akhir lebih kecil dibanding dengan nilai COD awal,hal
ini bersesuaian dengan teoritis yang menjelaskan bahwa proses pendegradasi bahan bahan
organik oleh mikroorganisme akan membuat kualitas air semakin baik dengan ditunjukkan oleh
nilai COD akhir yang lebih rendah.

3.2 Menentukan kandungan MLVSS efluen.

Pada praktikum ini pula dilakukan pengukuran jumlah mikrooganisme yang


tersuspensi diwakili oleh nilai Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
menggunakan metode gravimetri.Nilai ini didapat dari selisih antara TSS dan FSS.Dimana
nilai FSS mewakili kandungan anorganik . Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa nilai
TSS adalah sebesar 13552,5 mg/L dan nilai FSS adalah sebesar 10907,5 mg/L.Sedangkan
jumlah atau kuantitas mikroorganisme atau nilai MLVSS ini sebanyak 2645mg/L.

3.3 Menentukan efisiensi penurunan kandungan organik

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan efisiensi proses sebesar 5,88%,nilai ini


sangatlah kecil mengingat waktu proses pengolahan hanya sebesar 1 jam.Nilai efisiensi ini
berbeda jauh dengan literatur yang mengatakan bahwa pada proses pengolahan limbah cair
secara anaerob dapat mencapai 90%.Hal ini juga disebabkan oleh aktivitas mikrobiologis yang
belum bekerja secara optimal dalam waktu yang relative cepat
3.3 Menentukan pH awal dan pH akhir proses

Pada proses pengolahan limbah cair secara anaerobik ini membutuhkan mikrooganisme
yang selalu harus diberi nutrisi secara berkala sehingga mikroorganisme pendegradasi dapat
melakukan aktivitas biologis dengan digunakan laju alir nutrisi sebesar 28,98 ml/menit.Proses
ini juga dilakukan pengecekan pH awal yaitu sebesar 7,1 dan pH akhir sebesar 7.Hal ini
menandakan adanya aktivitas mikroba yaitu bakteri penghasil metana yang sangat sensitif
terhadap perubahan Ph.Dimana rentan Ph optimum adalah 6,4-7,4.Proses ini menghasikan gas
metana akibat aktivitas biologis mikrooganisme.Pengukuran gas metana juga dilakukan
dengan melihat ketingian perbedaan ketinggian air, namun tidak dilakukan perhitungan atau
pengamatan pada gas yang terbentuk dikarenakan tidak terjadi perubahan ketinggian yang
signifikan akibat proses yang relative cepat.

IV. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:

1.Kandungan COD(Chemical Oxygen Demand) awal dan akhir adalah sebesar 5440
mgO2/L dan 5120 mgO2/L.Penurunan ini menunjukkan proses pendegrasian bahan
organik oleh aktivitas mikroba pendegradasi.

2.Nilai MLVSS(Mixed Liqour Volatile Suspended Solid) yang mewakili kandungan


mikroorganisme dalam reactor adalah sebesar 2645mg/L.

3.Efisiensi proses pengolahan limbah cair secara anaerobik adalah sebesar 5,88%.Nilai
ini sangatlah kecil akibat proses yang berlansung dengan waktu yang relatif cepat.

4.Nilai pH pada awal dan akhir proses pengolahan limbah cair secara anaerobik yaitu 7,1
dan 7.Penurunan Ph ini terjadi akibat aktivitas biologis mikroba pendegradasi.
DEWI ANGGRAENI (161411007)

III. PEMBAHASAN
3.1 Menentukan kadar COD awal dan COD akhir.
Berdasarkan percobaan didapat konsentrasi kandungan organik awal (COD) sebesar
5440 mg O2/L dan konsentrasi kandungan organik akhir (COD) 5120 mg O2/L. Nilai tersebut
sesuai dengan literatur dimana konsentrasi kandungan organik akhir (COD) lebih kecil
dibandingkan dengan konsentrasi kandungan organik awal (COD) karena terjadi proses
dekomposisi selama proses berlangsung. Semakin besar nilai COD, maka semakin banyak
kandungan bahan-bahan organik yang terkandung di dalam air limbah dan begitupun
sebaliknya. Proses dekomposisi yang terjadi menurunkan nilai COD.
Tetapi perubahan nilai yang didapatkan antara konsentrasi kandungan organik awal (COD)
dengan konsentrasi kandungan organik akhir (COD) tidak terlalu jauh dikarenakan proses
perbandingan waktu dekomposisi hanya dilakukan selama 1 jam. (Menurut Jenie dan
Rahayu,1993), mengatakan bahwa COD Awal akan lebih besar dibandingkan dengan COD
Akhir karena adanya peningkatan biomassa mikroorganisme akibat pertambahan sel
Sedangkan menurut literatur Peraturan Menteri Kesehatan RI.416/Menkes/Per/IX/1990 syarat
air bersih kandungan COD maksimum 100 mgO2 /L. Hal ini menunjukkan nahwa nilai ini
sangat tinggi sehingga tidak memenuhi syarat kualitas air bersih. Maka, hasil proses
pengolahan ini bila diterapkan tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan sehingga harus
diolah kembali untuk menurunkan nilai COD hingga batas yang diperbolehkan.
3.2 Menentukan kandungan MLVSS efluen.
Berdasarkan percobaan didapat nilai Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
sebesar 2645 mg/L. Pengukuran MLVSS dilakukan untuk mengetahui kuantitas mikroba yang
mendekomposisi bahan organik. Hasil tersebut menunjukan nilai konsentrasi mikroorganisme
yang cukup tinggi pada reaktor. Sedangkan,TSS yang diperoleh sebesar 13552,5 mg/L. Nilai
tersebut masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan nilai TSS yang terdapat didalam air
limbah menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri, yaitu 200 mg/L. Selain itu, didapat
nilai FSS sebesar 10907,5 mg/L dan nilai VSS sebesar 2645 mg/L

3.4 Menentukan efisiensi penurunan kandungan organik

Berdasarkan percobaan didapat effisiensi sebesar 5,88%. Nilai tersebut sangat jauh
dengan teoritis, dimana berdasarkan teoritis nilai effisiensi pengolahan air limbah jika
digunakan dengan cara ini dapat mencapai 90%. Hasil ini dapat dikatakan tidak efektif atau
tidak akurat dikarenakan waktu proses sampling konsentrasi kandungan organik awal (COD)
dengan konsentrasi kandungan organik akhir (COD) terlalu dekat yaitu 1 jam, sehingga
kandungan organik belum semuanya terdekomposisi.

3.5 Menentukan pH awal dan pH akhir proses

Berdasarkan percobaan didapat nilai pH awal sebesar 7,10 dan setelah diberi nutrisi
terdapat proses hidrolisis aktivitas kelompok bakteri Saprofilik menguraikan bahan organik
kompleks sehingga nilai pH akhir (setelah 1 jam) sebesar 7,00. Hal tersebut menunjukan bahwa
pada reaktor terjadi reaksi oleh mikroba karena bakteri penghasil metana sangat sensitif
terhadap perubahan pH dan rentang pH yang optimum untuk bakteri penghasil metana yaitu
antara 6,4 – 7,4.

IV. KESIMPULAN
4.1 Nilai konsentrasi kandungan organik akhir (COD) lebih kecil dibandingkan
dengan konsentrasi kandungan organik awal (COD) dikarenakan terjadi proses
dekomposisi selama proses berlangsung.
4.2 Nilai Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) sebesar 2645 mg/L. Nilai
tersebut menunjukan bahwa konsentrasi mikroorganisme pada reactor cukup
tinggi.
4.3 Nilai efisiensi yang didapakan sangat jauh dengan teoritis dikarenakan waktu
proses sampling konsentrasi kandungan organik awal (COD) dengan konsentrasi
kandungan organik akhir (COD) terlalu dekat.
4.4 Terdapat perubahan nilai pH sebelum dan sesudah penambahan nutrisi yang
menunjukkan bahwa pada reaktor terjadi reaksi oleh mikroba.
DWIZKY WIJAYA (161411008)

III. PEMBAHASAN
3.1 Menentukan Konsentrasi Awal Dan Akhir Kandungan Organik (COD)

Pada penentuan konsentrasi awal dan akhir kandungan organik (COD) dari data
percobaan diketahui bahwa nilai konsentrasi awal kandungan organic (COD Awal) yaitu
sebesar 5440 mg O2/L lebih besar dibandingkan dengan nilai konsentasi akhir kandungan
organik (COD Akhir) yaitu sebesar 5120 mg O2/L dengan jangka waktu dalam pengukuran
nilai COD Awal dan COD Akhir yaitu 60 Menit. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menunjukan bahwa COD Awal akan lebih besar dibandingkan dengan COD Akhir karena
adanya peningkatan biomassa mikroorganisme akibat pertambahan sel (Jenie dan Rahayu,
1993).

Dari data COD Awal dan Akhir diketahui pula bahwa nilai penurunan cenderung tidak
terlalu besar yaitu hanya sebesar 320 mg O2/L, hal ini disebabkan oleh kurang lama nya
rentang waktu yang digunakan dalam pengukuan COD Akhir. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menunjukan penurunan nilai COD dipengaruhi oleh waktu, dimana semakin
lama waktu kontak antara bahan organik yang terdapat dalam limbah cair dengan mikroba
maka degradasi senyawa organik (penurunan COD) akan semakin besar (Doraja, Shovitri
dan Kuswytasari, 2011; Achmad dan Atikalidia, 2011).

3.2 Menentukan kandungan MLVSS

Pada penentuan kandungan MLVSS dari data percobaan diketahui bahwa nilai MLVSS
adalah sebesar 2645 mg/L. MLVSS merupakan komponen biomassa untuk menyatakan
konsentrasi mikroorganisme secara tidak langsung. Hasil yang didapatkan menunjukan
nilai konsentrasi mikroorganisme yang cukup tinggi pada reaktor. Nilai MLVSS
didapatkan dari nilai VSS menunjukkan besarnya bahan organik, dengan mengurangi nilai
total padatan tersuspensi dalam reaktor (TSS) yaitu sebesar 13552,5 mg/L dengan nilai FSS
(Fixed Suspended Solids) menunjukkan besarnya bahan anorganik yaitu sebesar 10907,5
mg/L.

3.3 Menentukan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Secara Anaerobik

Pada penentuan efisiensi pengolahan limbah cair secara anaerobik dari data percobaan
diketahui bahwa nilai efisiensi adalah sebesar 5,88%. Hasil yang didapatkan menunjukan
belum efisien nya pengolahan limbah dengan anaerobik yang disebakan oleh perbedaan
nilai COD Awal dan Akhir yang tidak terlalu besar karena kurang lamanya rentang waktu
pengukuran COD Awal dan Akhir sehingga efisiensi yang didapatkan masih belum bisa
menunjukan tingkat efisiensi optimum yang dihasilkan oleh pengolahan limbah anaerobik.

3.4 Menentukan nilai pH Awal dan pH Akhir

Pada penentuan nilai pH Awal dan pH Akhir dari data percobaan diketahui bahwa nilai
pH Awal adalah sebesar 7,10 dan nilai pH Akhir adalah sebesar 7,00. Hasil pH yang
didapatkan sudah memenuhi standar baku mutu limbah cair yaitu pada rentang 6 – 9 dan
sesuai dengan kesesuaian mikroba anaerob yang bertahan hidup pada rentang pH 6,6 – 7,6.
Menurut Luklema (1969) perubahan dalam pH diatur oleh dua faktor yaitu salah satunya
berupa produksi substansi asam atau basa selama proses biologis. Dari data diketahui
terdapat penurunan nilai pH, hal ini dapat diakibatkan oleh penurunan COD yang
mengakibatkan adanya produksi CO2 sehingga nilai pH mengalami penurunan. Nilai pH
yang semakin terus menurun akan semakin membatasi perkembangan mikroba yang
membantu proses degradasi air limbah sehingga nilai pH harus dijaga.

IV. KESIMPULAN
1. Pada penentuan nilai konsentrasi kandungan organik awal (COD Awal) dan
akhir (COD Akhir) diketahui bahwa nilai COD Awal yaitu sebesar 5440 mg O2/L
lebih besar dibandingkan dengan nilai COD Akhir yaitu sebesar 5120 mg O2/L.
2. Pada penentuan nilai MLVSS diketahui bahwa nilai MLVSS yaitu sebesar 2645
mg/L yang menunjukan bahwa konsentrasi mikroorganisme pada reactor cukup
tinggi.
3. Pada penentuan nilai efisiensi pengolahan limbah cair secara anaerobik diketahui
bahwa nilai efisiensi adalah sebesar 5,88%. Nilai efisiensi belum menunjukan
nilai efisiensi optimum karena rentang waktu yang digunakan kurang lama.
4. Pada penentuan nilai pH Awal dan pH Akhir diketahui bahwa nilai pH Awal
adalah sebesar 7,10 dan nilai pH Akhir adalah sebesar 7,00. Terdapat penurunan
nilai pH karena adanya penurunan COD.

Você também pode gostar