Você está na página 1de 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan demam berdarah
dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Penyakit
chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. Vector pembawa
penyakitnya adalah nyamuk, oleh sebab itu chikungunya tergolong
Arthropod borne disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh Arthropoda.
Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya demam tinggi mendadak,
muncul ruam dikulit, dan nyeri pada persendian, dan otot (Saroso, 2007).
Chikungunya biasanya terjadi di daerah yang padat penduduk dan
yang beriklim tropis ataupun subtropis. Karena vector utama penyakit ini
adalah nyamuk, maka lokasi penyebarannya pun hampir sama dengan DBD.
Di daerah yang kemungkinan rawan DBD maka kemungkinan juga
merupakan daerah yang rawan terhadap chikungunya (Widoyono, 2008).
Demam chikungunya tidak menyebabkan kematian. Pada anak kecil
sering terjadi kejang demam serta dapat mengakibatkan perdarahan dan
syok walaupun tidak sering dijumpai. Pada anak yang lebih besar, demam
biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi serta terjadi pembesaran getah
bening. Pada orang dewasa rasa nyeri pada bagian sendi dan otot sangat
dominan sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa
sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual hingga muntah, dengan
kata lain seseorang yang menderita penyakit chikungunya dapat terganggu
kenyamanan serta aktivitas sehari-harinya (Judarwanto, 2006).
Saat ini mungkin masih terdapat masyarakat yang belum
mengetahui apa itu chikungunya, sehingga mereka tidak tahu bagaimana
harus bersikap dalam melakukan pencegahan penyakit tersebut. Sebagian
orang mengetahui penyakit ini setelah mereka terkena penyakitnya.

1
Berbeda dengan orang yang sudah tahu, maka mereka tahu sikap apa
yang harus dilakukan untuk pencegahan sejak dini. Pengetahuan tentang
kesehatan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah
timbulnya suatu penyakit.

B. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Pasien Dan Keluarga
Memberikan informasi bagi pasien dan keluarga mengenai
penyakit chikungunya yaitu mulai dari pengertian, penularan, tanda dan
gejala, penanganan serta pencegahannnya.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajari secara rinci tentang penyakit
serta penatalaksanaan klien dengan demam chikungunya, baik dari segi
keperawatan maupun medis dengan menerapkan teori yang dipelajari
terhadap fakta yang ada dilapangan langsung sekaligus
mengaplikasikannya sehingga ilmu yang sudah didapat berguna dimasa
yang akan datang khususnya jika menemukan kasus yang sama.
3. Bagi Perawat
Dapat membantu perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang holistik baik dari segi bio-psyco-sosio-spiritual dan
mengerti bahwa manusia adalah makhluk sosial dan merupakan
individu yang unik sehingga dapat memberikan perawatan yang tepat
bagi klien dengan demam chikungunya.
4. Bagi Profesi-profesi Terkait
a. Dokter
Dalam bidang medis dapat berkolaborasi dengan perawat
dalam memberikan perawatan terutama dalam pemberian
terapi/medikasi yang tepat.

2
b. Laboratory Technician
Dapat melakukan pemeriksaan laboratorium yang
mendukung terapi klien dengan teliti agar hasilnya akurat sehingga
terapi yang diberikan tepat.
c. Dietition
Dapat menyajikan diet yang tepat bagi klien dengan demam
chikungunya sesuai pedoman pemberian diet klien dengan demam
chikungunya sehingga mempercepat proses penyembuhan dan
pemulihan.
d. Pharmacist
Berguna dalam menyediakan obat yang diperlukan sesuai
order dokter pada klien dengan demam chikungunya.

C. BATASAN MASALAH
Penulis memberikan batasan masalah khusus pada Asuhan
Keperawatan Pada Klien An.F Dengan Demam Chikungunya pada
penulisan laporan ini.

D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah
untuk menerapkan asuhan keperawatan kepada An.F dengan diagnosa
medis demam chikungunya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan demam chikungunya.
b. Menganalisa data yang telah diperoleh dari pengkajian masalah
kesehatan klien dengan demam chikungunya.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan demam
chikungunya.
d. Memprioritaskan diagnosa keperawatan pada klien dengan demam
chikungunya.

3
e. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan demam
chikungunya.
f. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan demam chikungunya.
g. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien dengan demam
chikungunya.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
klien dengan demam chikungunya.

E. METODE
Pada penulisan laporan asuhan keperawatan ini penulis
menggunakan metode-metode sebagai berikut :
a. Wawancara
Metode yang sifatnya megidentifikasi masalah kesehatan secara
langsung melalui tanya jawab kepada klien dan keluarga tentang tanda
dan gejala maupun keluhan yang dirasakan klien dengan demam
chikungunya.
b. Observasi
Pengumpulan data adalah dengan melihat langsung keadaan
klien secara umum mulai dari tingkat kesadaran klien baik fisik, sikap
dan tingkah laku klien atau respon klien terhadap penyakit yang diderita.
c. Pemeriksaan Fisik
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah sebagai
berikut :

Inspeksi : Metode dengan cara melihat atau mengobservasi klien


mulai dari tingkat kesadaran, respon sensorik, motorik, dan
verbal.
Auskultasi : Metode dengan cara mendengarkan dengan stetoscope di
area dada, dan abdomen.
Perkusi : Metode dengan cara mengetuk, di area dada dan abdomen.

4
Palpasi : Metode dengan cara menyentuh atau meraba untuk
mengetahui apakan ada pembengkakan atau pelebaran,
nyeri tekan, dan massa atau benjolan.

d. Pemeriksaan Penunjang
Pengumpulan data yang diperoleh dari status klien yang berisi
program terapi, pemeriksaan diagnostik test (seperti pemeriksaan
Laboratorium, X-ray, CT-Scan, USG, dll).
e. Rekam Medik
Pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui
epidemiologi penyakit di RS tersebut.
f. Studi kepustakaan
Mengumpulkan bahan melalui beberapa literature yang ada
diperpustakaan, dan internet mengenai materi-materi yang berhubungan
dengan demam chikungunya sebagai bahan referensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 1.1

(Sumber : Blodsky.com)

6
Gambar 1.2

(Sumber : W.H.Freeman and Company, 2012)

a. Sistem Limfatik dan Imunitas


Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe, kelenjar limfe,
cairan limfe, timus dan limpa. Kelenjar limfe, timus, tonsil, dan limpa
mengandung jaringan limfatik. Jaringan limfatik tersusun dari serat
retikuler dengan sel-sel fibroblast, makrofag, dan sejumlah besar
limfosit yang terdapat diantara serat retikuler tersebut. Jaringan limfatik
dibedakan menjadi dua, yaitu : tidak dilapisi kapsul dan dilapisi kapsul.

7
1) Jaringan limfatik tidak dilapisi kapsul : dibedakan lagi menjadi : (a)
jaringan limfatik difusi, memiliki limfosit yang menyebar secara
difus. (b) jaringan limfatik bernodul, memiliki limfosit yang lebih
terkumpul. Contohnya tonsil ditenggorokan dan plague peyer di
usus penyerapan (ileum) pada usus halus. Baik jaringan limfatik
difus maupun limfatik bernodul, terdapat pada lamina propia
membrane mukosa sepanjang saluran pernapasan, saluran
pencernaan, saluran reproduksi, dan saluran urine.
2) Jaringan limfatik dilapisi kapsul : yang akan membentuk kelenjar
limfe, timus, dan kelenjar limpa.

Pembuluh Getah Bening


Pembuluh getah bening atau pembuluh limfe berasal dari
sekumpulan pembuluh kapiler limfe yang buntu. Berbeda dengan
kapiler darah, kapiler limfe memiliki banyak pori, pori ini berdiameter
cukup besar dan permeable terhadap protein.

Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe berbentuk seperti kacang dengan satu lekukan
yang disebut hilus, diameternya 0,1-2,4 cm dan terletak disepanjang
pembuluh limfe. Kelenjar limfe memproduksi limfosit dan antibodi
yang keluar melalui pembuluh eferen, akhirnya masuk ke dalam
peredaran darah. Kelenjar limfe tersebar di seluruh tubuh, banyak
terdapat didaerah lipatan paha, ketiak, leher, dan di dalam perut.

Cairan Limfe
Suatu cairan yang transparan, berwarna kekuningan, memiliki
berat jenis 1,015-1,023, dan terdapat di dalam pembuluh limfe. Cairan
ini terdiri dari air, glukosa, dan garam. Kira-kira sama dengan plasma
darah. Sedangkan kandungan proteinnya jauh lebih rendah dari plasma
darah.

8
Organ-organ Limfatik

1) Tonsil
2) Limpa
3) Timus
4) Sum-sum Tulang

Fungsi Sistem Limfatik

1) Walaupun kapiler darah memiliki pori, namun masih ada sejumlah


protein yang dapat menembus kapiler, masuk ke cairan intertisial
pada ujung arteriol. Hal ini disebabkan adanya tekanan hidrostatis
yang relatif masih tinggi. Protein dan air akan dikembalikan lagi ke
dalam sirkulasi darah dengan cara menembus dinding kapiler limfe
--- cairan limfe --- duktus torakikus atau duktus limfatikus --- vena.
2) Jika terdapat penyumbatan pada kapiler limfe tungkai bawah,
misalnya oleh cacing filaria yang ditularkan melalui nyamuk, maka
kadar protein pada cairan intertisial meningkat. Dengan demikian
akan terjadi edema, karena cairan ditarik kedalam cairan intertisial
oleh molekul protein pada keadaan ekstrim dapat menimbulkan kaki
gajah atau elephantiasis.
3) System limfatik pada usus mengabsorpsi lemak, kemudian
diedarkan ke dalam darah melalui duktus torakikus.
4) Memproduksi limfosit dan antibodi.

Antibodi adalah suatu protein globulin yang diproduksi oleh B-


Limfosit (Sel Plasma). Antibodi terdiri dari 4 rantai polipeptida, yaitu 1
pasang rantai panjang (Rantai Berat) masing-masing terdiri dari 400
asam amino dan 1 pasang rantai pendek (Rantai Ringan) masing-masing
terdiri dari 200 asam amino. Keempat polipeptida ini disatukan oleh
ikatan disulfida ( - S – S - ) membentuk suatu struktur kuartener.

9
1) Immunoglobulin M (IgM) memiliki berat molekul yang besar,
terutama terdapat dalam darah. Merupakan antibodi pertama yang
akan muncul setelah masuknya antigen yang pertama kali kedalam
tubuh (respon primer). Sebagai antibodi utama terhadap bakteri
gram negatif, sebagai aglutinator dan pembentuk opsonin.
2) Immunoglobulin G (IgG) adalah antibodi yang mudah berdifusi
masuk kedalam cairan intertisial, merupakan antibodi utama yang
terdapat dalam darah, berperan sebagai antibodi utama yang timbul
bila tubuh dimasuki antigen untuk yang kedua kali atau lebih (respon
sekunder).
3) Immunoglobulin A (IgA) banyak terdapat pada cairan sekresi
membran mukosa dan serosa. Dengan demikian dapat melindungi
membrane seromukosa dari serangan bakteri, dan virus. IgA juga
terdapat dalam darah dan merupakan antibodi utama pada air susu.
4) Immunoglobulin D (IgD) diduga berfungsi untuk merangsang
pembentukan antibodi oleh sel plasma, kemungkinan bertindak
sebagai reseptor pada membran sel.
5) Immunoglobulin E (IgE) fungsinya masih belum jelas. IgE penting
dalam pertahanan tubuh terhadap parasit dan infeksi-infeksi lainnya.
Kadar IgE meningkat pada penyakit alergi ekstrim dan asma.

10
B. DEFINISI
Virus chikungunya pertama kali diisolasi pertama kali sewaktu
terjadi wabah di Tanzania Afrika Timur pada tahun 1952. Karena keluhan
nyeri persendian, virus chikungunya masuk genus Alpha virus (Arborirus
Grup A).
Chikungunya berasal dari kata Shawill artinya berubah bentuk atau
bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk akibat nyeri
hebat dipersendian tangan dan kaki. Chikungunya adalah penyakit yang
ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi
lutut, pergelangan jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai
adanya ruam pada kulit. Nyeri sendi pada penderita dewasa umumnya, lebih
berat daripada penderita anak-anak. Sendi bekas trauma lebih mudah
diserang, sendi yang diserang chikungunya, bengkak dan nyeri bila ditekan.

C. ETIOLOGI
Virus penyebab demam chikungunya adalah virus chikungunya (
CHIKV ), termasuk keluarga togaviridae, genus alphavirus atau “group A”
antropho borne viruses dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Gejala
klinis yang muncul yaitu :
1. Demam tinggi timbul mendadak disertai menggigil dan muka
kemerahan, panas tinggi selama 2-4 hari kemudian kembali normal.
2. Nyeri persendian merupakan keluhan yang sering muncul sebelum
timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang
penderita merasa lumpuh, sebelum berobat. Sendi yang sering
dikeluhkan yaitu sendi lutut, pergelangan, jari tangan dan kaki serta
tulang belakang.
3. Nyeri otot biasanya pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan
bahu, kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
4. Bercak kemerahan (ruam) terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih
sering pada hari ke 4-5 demam, lokasi biasanya didaerah muka, badan,
tangan dan kaki.

11
5. Sakit kepala
6. Kejang dan penurunan kesadaran biasanya pada anak karena panas
yang terlalu tinggi.
7. Gejala lain seperti pembesaran kelenjar getah bening dibagian leher.

D. EPIDEMIOLOGI
Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropis yang
berpenduduk padat seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara. Biasanya
demam chikungunya tidak berakibat fatal. Akan tetapi, dalam kurun waktu
2005-2006, telah dilaporkan terjadi 200 kematian yang dihubungkan dengan
chikungunya di pulau reunion dan KLB yang tersebar luas di India, terutama
Tamil dan Kerala.
Angka insiden di Indonesia sangat terbatas. Pertama kali, dilaporkan
terjadi dema chikungunya di Samarinda tahun 1973. Pada laporan
selanjutnya di Jambi tahun 1980, dan Martapura, Ternate, serta Yogyakarta
tahun 1983.

E. PATOFISIOLOGI
1. Narasi
Chikungunya disebabkan oleh Virus Chikungunya atau dikenali
juga sebagai CHIK Virus (CHIKV) yang berasal dari keluarga
alphavirus. Terdapat sekitar 27 jenis alphavirus yang menyebabkan
terjadinya suatu penyakit kepada manusia atau mamalia lain. Virus
chikungunya ini merupakan salah satu daripadanya. Di bawah
klasifikasi virus, virus chikungunya merupakan kumpulan ke-5 yaitu
dari keluarga Togaviridae dan gens Alphavirus. Ia terdiri dari berbagai
virus dan kadang kala virus tersebut bisa muncul setelah terjadi mutasi
pada genetiknya. Struktur diameter virus chikungunya adalah antara 50
nm - 70 nm. Virus chikungunya mengandung RNA yaitu berbentuk
seperti utas benang yang bersifat positif dan terpisah satu sama lain.

12
Tidak ada studi lengkap mengenai patogenesis demam
chikungunya. Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, virus bereplikasi
di dalam organ-organ limfoid dan mieloid dan kemudian merangsang
imunitas seluler dan humoral yang menyebabkan timbulnya manifestasi
penyakit ini.
Kerusakan akibat peradangan pada tulang rawan dalam bentuk
nekrosis, kolagenosis dan fibrosis menyebabkan timbulnya gejala-
gejala persendian. Hal ini terbukti melalui penelitian biokimia yang
menunjukkan adanya peningkatan jumlah mukopolisakarida,
hidroksiprolin dan prolin di dalam urine penderita chikungunya.
Virus chikungunya masuk ke dalam aliran darah (viremia) selama
4-7 hari virus melakukan replikasi merangsang imunitas selular
dan humoral bila pasien mengalami imunocompromise maka
akan timbul beberapa manifestasi klinis myalgia (nekrosis),
athralgia dan demam fase demam terjadi ketika virus sudah masuk
ke dalam sistem peredaran darah merangsang termostat dalam
tubuh akibat adanya respon pada hipotalamus sementara athralgia
dan myalgia terjadi karena kerusakan akibat peradangan pada
tulang rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan fibrosis
menyebabkan timbulnya gejala-gejala persendian.

13
2. Skema

Nyamuk Aedes Aegypti yang terinfeksi virus


chikungunya ( CHIKV)

Hipertermi b/dproses infeksi virus


chikungunya
Mengigit manusia

Nyeri disendi, otot, Pembuluh darah


pergelangan kaki dan Demam timbul
tangan, lutut, tulang bercak kemerahan
belakang Merusak jaringan dikulit
Cemas

Sendi,Otot, Dan
Otak Kurang pengetahuan tentang
penyakit b/d kurang paparan
Sakit Kepala sumber informasi

Hambatan mobilitas fisik b/d


nyeri sendi, otot Gangguan rasa nyaman :
nyeri b/d proses penyakit Sumber : http://www.stikes-istara.ac.id

14
F. MANAJEMEN KOLABORASI
1. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji
serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan
IgM capture ELISA. Setelah terjadi infeksi virus ini tubuh penderita
akan membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap
penyakit ini di kemudian hari. Dengan demikian, dalam jangka panjang
penderita relatif kebal terhadap penyakit virus ini.
2. Medikasi
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya.
Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self
limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
Dengan istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap
kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari.
Pada penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas/kekebalan terhadap
penyakit ini dalam jangka panjang. Pengobatan yang diberikan
umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang
ada saja, seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun
analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.
3. Terapi Non Medikasi
Pada perawatan di rumah, yang harus dilakukan adalah istirahat
yang cukup, membatasi kegiatan fisik, kompres dingin (membantu
mengurangi kerusakan sendi), minum banyak air dengan elektrolit
(setidaknya 2 liter cairan dalam 24 jam), bila mungkin produksi kencing
harus diukur dan lebih dari satu liter dalam 24 jam. Demam diatasi
dengan paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan hati. Bila
demam lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan, ketidakseimbangan
postural dan ekstremitas dingin, penurunan output urin, perdarahan kulit
atau melalui lubang manapun dan muntah terus menerus, pasien harus
datang ke sarana kesehatan primer.

15
4. Diet
Bagi penderita demam chikungunya sangat dianjurkan makan
makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak
mungkin untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum jus buah segar).
Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi
penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup
bisa membuat rasa ngilu pada persendian dan otot cepat hilang.
5. Aktifitas
Bagi penderita demam chikungunya sangat dianjurkan untuk
lebih banyak beristirahat agar mempercepat penyembuhan dan
pemulihan.
6. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada klien dan
keluarga yaitu :

1) Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat


nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam
kurun waktu 7-10 hari.
2) Menutup tempat penyimpanan air.
3) Mengubur sampah.
4) Menaburkan larvasida.
5) Memelihara ikan pemakan jentik.
6) Pengasapan.
7) Pemakaian anti nyamuk.
8) Pemasangan kawat kasa di rumah.
9) Penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung
DEET atau zat aktif EPA lainnya.
10) Penggunaan baju dan celana panjang.
11) Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari.

16
G. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subyektif
 Klien mengeluh demam
 Nyeri dipersendian, otot
 Sakit kepala
 Mual dan muntah
b. Data obyektif
 Adanya ruam
 Karakteristik nyeri
 Kategori aktivitas
 Tanda-tanda vital

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi dan otot.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus chikungunya.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang paparan sumber
informasi.

3. Hasil Yang Diharapkan


a. Mampu mengontrol nyeri.
b. Rasa nyeri berkurang sampai dengan hilang.
c. Mampu melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
e. Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang penyakit demam
chikungunya.
f. Keluarga mampu mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan
tanpa cemas.

17
4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d proses penyakit
1. Kaji karakteristik nyeri
2. Observasi nyeri
3. Beri posisi nyaman
4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
b. Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri sendi dan otot
1) Monitor TTV
2) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
3) Bantu penuhi kebutuhan klien
4) Ajarkan klien latihan ROM aktif
5) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
c. Diagnosa 3 : Hipertermi b/d proses infeksi oleh virus chikungunya
1) Monitor TTV
2) Monitor intake dan output
3) Beri kompres hangat pada klien
4) Kolaborasi pemberian antipiretik
d. Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang
paparan sumber informasi
1) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
2) Jelaskan tentang proses penyakit.
3) Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif
pengobatan.
4) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan
untuk mencegah kambuhnya penyakit.
5) Diskusikan tentang terapi.
6) Tanyakan kembali pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakit.

18
5. Evaluasi
Tercapainya hasil yang diharapkan :
a. Mampu mengontrol nyeri.
b. Rasa nyeri berkurang sampai dengan hilang.
c. Mampu melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
e. Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang penyakit demam
chikungunya.
f. Keluarga mampu mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan
tanpa cemas.

H. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK


a. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill
(kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa
perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel
hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan
kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun
abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.

19
b. Tahap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan
oleh masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara
umum terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal.

1. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase
fetus. Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari
konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi perubahan
yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya
manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran,
sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi
organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama
pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.
2. Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah,
masa sekolah, dan masa remaja.
a) Masa neonatus
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir
diawali dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi
kehidupan yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses
adaptasi semua sistem organ tubuh.
b) Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan.
Tahap pertama (antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan
perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus
menerus, khususnya dalam peningkatan sususan saraf. Tahap
kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini
mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan
motorik.

20
c) Masa usia prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan
masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan,
khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Menurut
teori Erikson (dalam Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak
berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilty).
Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya imajinasi
anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai
segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila
orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat
anak merasa bersalah. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud,
anak berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal
perbedaan jenis kelamin perempuan dan lakilaki. Anak juga akan
mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa
disekitarnya.
Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses
perubahan dalam pola makan dimana pada umunya anak
mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak
sudah menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan
kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak sudah
mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).
d) Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam
kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa usia
prasekolah.

21
e) Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada
perempuan dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih
cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas dibandingkan
dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada
perkembangan pubertas.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan


Anak
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak menurut Adriana, 2013 adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal
Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh
pada tumbuh kembang anak, yaitu :

a. Ras/etnik atau bangsa


Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur
tubuh tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja.
d. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa
pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

22
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak
yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada
beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak, contohnya seperti kerdil.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan
kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan
sindroma Turner’s.

2. Faktor eksternal
Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh
pada tumbuh kembang anak, yaitu :
1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir
kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau
Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,
spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung.

23
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh
TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes
simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti
katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan
jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibody terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kerniktus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan
fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan
salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
3) Faktor pasca persalinan
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis atau kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

24
c) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan yang sering disebut melieu adalah
tempat anak tersebut hidup berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan
lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang
anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak
yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit
hipotiroid, akan menyebabkan anak mengalami hambatan
pertumbuhan.
f) Sosioekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan serta kesehatan lingkungan yang jelek dan
ketidaktahuan, hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan
anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak
sangat memengaruhi tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau
stimulasi, khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan
mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.

25
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan
menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

d. Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009)
menyebutkan aspek-aspek perkembangan yang dapat dipantau meliputi
gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi
dan kemandirian.
1. Gerak Kasar Atau Motorik Kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya.
2. Gerak Halus Atau Motorik Halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3. Kemampuan Bicara Dan Bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi Dan Kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya.

26
BAB III
STUDI KASUS

A. ANECDOTAL RECORD
Klien An.F, berusia 7 tahun, jenis kelamin laki-laki, nama ayah
Tn.A, beragama Islam, berkebangsaan Indonesia, status sipil belum
menikah, pendidikan terakhir TK, pekerjaan pelajar SD kelas 1, alamat
Jl.Gatsu Komplek xx No.xx, No.Reg.026xxx.
Pada hari sabtu tanggal 05/05/2018, pukul 10.30 WITA pasien
datang ke UGD diantar oleh keluarga, dengan digendong. Pasien datang
dengan keluhan : “Mulai hari senin Badan demam naik turun, ± 2 hari paha
kiri sakit bila digerakkan, sebelumnya ada muntah, hari ini di UGD muntah
1x”. Hasil pengukuran tanda-tanda vital : T = 37,50C, P = 120 x/mnt, R =
23 x/mnt, BB = 27 Kg. Pasien diperiksa oleh dr.D. Dari pemeriksaan
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : Keadaan umum sedang,
pemeriksaan fisik : wheezing (-), ronchi (-), bissing usus (+). Diagnosa
medis sementara : Demam Chikungunya. Kemudian dr.D memberikan
terapi : infus RL 24 tpm, santagesik 300 mg intravena dengan indikasi nyeri
akut/kronik. Setelah diberikan tindakan, pasien diantarkan ke ruang rawat
inap bangsal Teresa kamar TX. Pasien ditangani oleh dr.E.SpA(K).
Pada hari sabtu tanggal 05/05/2018 pukul 12.45 WITA, mahasiswi
perawat N melakukan pengkajian terhadap pasien. Dari pengkajian tersebut
diperoleh hasil : pasien mengatakan : “Nyeri di kaki kiri dengan skala nyeri
P : Rusaknya jaringan, Q : Seperti tertekan, R : Paha kiri, S: 6 (Sedang), T :
Bila digerakkan”. Keadaan umum : tingkat kesadaran Composmentis, GCS
: E4 V5 M6, pasien tampak lemah, kategori aktivitas II (dibantu sebagian),
infus RL terpasang divena radialis sinistra dengan 20 tpm. Hasil pengukuran
tanda-tanda vital pukul 12.50 WITA : BP = 100/80 mmHg, P = 110 x/mnt,
R = 24 x/mnt, T = 37,50C, BB = 27 Kg, TB = 110 cm (BBI: 9 Kg – 10 Kg
). Hasil pemeriksaan fisik Ekstremitas :Nyeri dibagian paha kiri dengan
skala nyeri P : rusaknya jaringan, Q : seperti tertekan benda berat, R : paha

27
kiri, S : 6 (Sedang), T : bila digerakkan. Tidak ada atrofi atau hipertropi otot.
Skala kekuatan otot : ektremitas atas dan bawah 5/5.
Hasil pemeriksaan diagnostik : Lab darah, urin, dan rontgen pada
hari sabtu tanggal 05/05/2018 di RSXX, yaitu sebagai berikut :

Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Acuan Normal Analisa


Sabtu, HEMATOLOGI
05/05/2018 Darah Lengkap
(12.48 WITA) Hemoglobin 11.7 12-14 g/dL Low
Hematokrit 34.4 37-43 % Low
Leukosit 4.700 4.000-10.000 /ul Normal
Trombosit 194.000 150.000- Normal
400.000/ul
Eritrosit 4.470.000 3.500.000- Normal
4.500.000 juta/ul
MCV 76.8 81-99 fl Low
MCH 26.1 28-33 pg Low
MCHC 34.0 32-36 g/dL Normal
KIMIA DARAH
CRP Test Positive Negative mg/L Menunjukkan
adanya
peradangan
ELEKTROLIT
Natrium 135 135-145 umol/L Normal
Kalium 3.8 3.5-5.0 umol/L Normal
Calcium Arsenazo 9.8 8.6- 10.3 mg/dL Normal
Chlorida
102 92-107 umol/L Normal
IMUNO
SEROLOGI
IgG Anti Dengue Negative Negative Normal

28
IgM Anti Dengue Negative Negative Normal
WIDAL
Tubex Negative Negative Normal
URINALYSA
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda- Normal
Jernih
Kekeruhan Keruh Jernih Adanya
kristalisasi atau
pengendapan urat
KIMIA
pH 7.0 4 – 8.5 Normal
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.030 Normal
Protein Traces Negative
Glukosa Negative Negative Normal
Bilirubin Negative Negative Normal
Urobilinogen (+) Positive Normal
Nitrit Negative Negative Normal
Keton Negative Negative Normal
MIKROSKOPIS
Leukosit 2–5 0 – 4 /LPB Menunjukkan
adanya
peradangan
Epitel squamous (+) Positive /LPK Normal
Eritrosit 0–2 0 – 1 /LPB Menunjukkan
adanya trauma
atau perdarahan
Kristal Negative Negative /LPK Normal
Bakteri (+) Negative /LPK Menunjukkan
adanya infeksi

29
Lendir (+) Negative Adanya iritasi
Golongan darah “O”

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
TGL : 05/05/2018
NAMA PASIEN : An.F
UMUR/JK : 7 THN / LAKI-LAKI
RUJUKAN :dr.E Sp.A (K)
RUANG : T.X
PEMERIKSAAN :
 FEMUR AP/LAT
 GENU AP/LAT
 CRURIS AP/LAT
DIAGNOSA : NYERI DI PAHA KIRI
Kesimpulan :
 OS.FEMUR sinistra dalam batas normal
 GENU sinistra dalam batas normal
 CRURIS sinistra dalam batas normal

dr.E.SpA(K), memberikan instruksi terapi : infus RL 20 tpm;


pengobatan : Terfacef 2 x 750 mg IV dengan indikasi infeksi tulang, sendi,
dan jaringan lunak, OMZ 1 x 20 mg IV dengan indikasi Ulkus gaster, dan
sindrom zollinger-ellison, Antrain 3 x 300 mg IV dengan indikasi nyeri
hebat, Neurobion 5000 1 ml drip infus dengan indikasi gangguan syaraf,
mual muntah.

30
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Klien mengatakan :
 “Pusing”
 “Nyeri kaki kiri bila digerakkan”

Ayah klien mengatakan :

 “Mulai hari senin badan demam naik turun ±2 hari kepala terasa
pusing, paha kiri sakit bila digerakkan, sebelumnya ada muntah”
b. Data Obyektif
 Keadaan umum :
 Tingkat kesadaran composmentis, GCS : E4 V5 M6
 Klien tampak lemah
 Akral teraba hangat
 Tanda-tanda vital pukul 10.30 WITA :
 TD : 100/80 mmHg
 T : 37,5 0C
 R : 24 ×/mnt
 P : 110 ×/mnt
 Antopometri :
 TB : 110 cm
 BB : 27 Kg
 BBI : 9 Kg - 11 Kg
 Pemeriksaan fisik :
 Kulit :
I : Warna kulit kecoklatan, tidak ada bintik-bintik merah
diarea tubuh, kulit bersih, tidak ada edema.
P : Turgor kulit elastis, CRT < 2 detik, tidak ada
benjolan/massa.

31
 Kelenjar limfe :
I : Tidak ada pembesaran/pembengkakan kelenjar limfe
P : Tidak ada massa/benjolan
 Kepala :
I : Kulit kepala bersih, bentuk kepala simetris, distribusi
rambut merata, warna rambut hitam, dan tidak ada lesi.
P : Tidak ada massa/benjolan diarea kepala.
 Leher :
I : Tidak ada pembesaran/pembengkakan kelenjar tytoid
dan parathyroid, dan tidak ada pelebaran vena jugularis.
P : Nadi karotis teraba
 Mata :
I : Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, refleks
pupil (+/+), pupil isokor, tidak ada pembengkakan dikelopak
mata.
P : Tidak ada nyeri disekitar mata, tidak ada massa/benjolan
 Telinga :
I : Daun telinga bersih, tidak ada lesi, liang telinga bersih
tidak ada sekret
P : Tidak ada nyeri tekan disekitar telinga, tidak ada
massa/benjolan disekitar telinga
 Hidung :
I : Bentuk hidung simetris, mukosa hidung merah muda,
tidak ada pembengkakan diarea sinus
P : Tidak ada nyeri tekan pada area sinus
 Mulut dan tenggorokan :
I : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih,
warna lidah merah muda dan bersih.
 Dada
I : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi pergerakan
dinding dada

32
P : Tidak ada nyeri tekan diarea dada, tidak ada lesi, dan
tidak ada pembengkakan diarea dada.
 Paru-paru
P : Sonor
A : Vesikuler
 Jantung
P : Redup
A : S1 S2 tunggal ( lup-dup )
 Abdomen
I : Bentuk simetris, tidak ada lesi
A : Bissing usus (+), peristaltik usus 12 ×/mnt
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba massa/benjolan
 Genetalia
Tidak terkaji
 Anus
Tidak terkaji
 Punggung
I : Punggung bersih, tidak ada lesi
P : Tidak teraba massa/benjolan, dan tidak ada nyeri tekan
 Ekstremitas
Nyeri dibagian paha kiri dengan skala nyeri P : rusaknya
jaringan, Q : seperti tertekan benda berat, R : paha kiri, S :
6 (Sedang), T : bila digerakkan. Tidak ada atrofi atau
hipertropi otot. Skala kekuatan otot : ektremitas atas dan
bawah 5/5.
 Fungsi serebral
Kesadaran composmentis
GCS : E4 V5 M6
 Refleks
Refleks babinski : (-) normal

33
Refleks patella : tidak terkaji
Refleks kernig : tidak terkaji
 Pemeriksaan diagnostik :

Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Acuan Normal Analisa


Sabtu, HEMATOLOGI
05/05/2018 Darah Lengkap
(12.48 WITA) Hemoglobin 11.7 12-14 g/dL Low
Hematokrit 34.4 37-43 % Low
Leukosit 4.700 4.000-10.000 /ul Normal
Trombosit 194.000 150.000- Normal
400.000/ul
Eritrosit 4.470.000 3.500.000- Normal
4.500.000 juta/ul
MCV 76.8 81-99 fl Low
MCH 26.1 28-33 pg Low
MCHC 34.0 32-36 g/dL Normal
KIMIA DARAH
CRP Test Positive Negative mg/L Menunjukkan
adanya
peradangan
ELEKTROLIT
Natrium 135 135-145 umol/L Normal
Kalium 3.8 3.5-5.0 umol/L Normal
Calcium Arsenazo 9.8 8.6- 10.3 mg/dL Normal
Chlorida
102 92-107 umol/L Normal
IMUNO
SEROLOGI
IgG Anti Dengue Negative Negative Normal
IgM Anti Dengue Negative Negative Normal

34
WIDAL
Tubex Negative Negative Normal
URINALYSA
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda- Normal
Jernih
Kekeruhan Keruh Jernih Adanya
kristalisasi atau
pengendapan urat
KIMIA
pH 7.0 4 – 8.5 Normal
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.030 Normal
Protein Traces Negative
Glukosa Negative Negative Normal
Bilirubin Negative Negative Normal
Urobilinogen (+) Positive Normal
Nitrit Negative Negative Normal
Keton Negative Negative Normal
MIKROSKOPIS
Leukosit 2–5 0 – 4 /LPB Menunjukkan
adanya
peradangan
Epitel squamous (+) Positive /LPK Normal
Eritrosit 0–2 0 – 1 /LPB Menunjukkan
adanya trauma
atau perdarahan
Kristal Negative Negative /LPK Normal
Bakteri (+) Negative /LPK Menunjukkan
adanya infeksi
Lendir (+) Negative Adanya iritasi

35
Golongan darah “O”

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
TGL : 05/05/2018
NAMA PASIEN : An.F
UMUR/JK : 7 THN / LAKI-LAKI
RUJUKAN :dr.E Sp.A (K)
RUANG : T.X
PEMERIKSAAN :
 FEMUR AP/LAT
 GENU AP/LAT
 CRURIS AP/LAT
DIAGNOSA : NYERI DI PAHA KIRI
Kesimpulan :
 OS.FEMUR sinistra dalam batas normal
 GENU sinistra dalam batas normal
 CRURIS sinistra dalam batas normal

36
c. Pathway

Nyamuk Aedes Aegypti yang

Terinfeksi virus chikungunya (CHIKV)

Menggigit Manusia

Masuk ke pembuluh darah

Merusak jaringan

sendi, otot, otak

Gg. Rasa Nyaman : Nyeri b/d


Tidak mampu Nyeri proses penyakit

Melakukan aktivitas

Hambatan mobilitas fisik b/d


nyeri

37
No. Data-Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Data Subyektif : Jaringan Rusak Hambatan
Klien mengeluh kaki sebelah mobilitas fisik
kiri sakit bila digerakkan.
Data Obyektif : Sendi, Otot, dan
Klien tampak lemah Otak
Kategori aktivitas II (Dibantu
Sebagian)
TTV : Nyeri
T : 37,5 0C
P : 110 ×/mnt
R : 24 ×/mnt Tidak mampu
TD : 100/80 mmHg melakukan
aktivitas

Hambatan
Mobilitas Fisik

2. Data Subyektif : Jaringan Rusak Gg. Rasa nyaman


Klien mengeluh pusing, dan : Nyeri
nyeri kaki kiri.
Data Obyektif : Sendi, otot, dan
Klien tampak lemah otak
Kesadaran Composmentis
Pengkajian nyeri :
P : rusaknya jaringan
Q : seperti tertekan benda berat

38
R : Paha Kiri Nyeri
S : 6 = sedang (0-10)
T : bila digerakkan
Gg.Rasa Nyaman
: Nyeri
d. Analisa Data

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1) Gg. Rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan klien mengeluh pusing, nyeri kaki kiri dengan skala
nyeri P : rusaknya jaringan , Q : seperti tertekan benda berat, R :
paha kiri, S : 6 = sedang (0-10), T : bila digerakkan.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan klien mengeluh kaki kiri sakit bila digerakkan, tampak
lemah, kategori aktivitas II (dibantu sebagian).

39
40
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama : An.F
Umur : 7 Tahun
Kamar : Tx
Dokter : dr.E.Sp.A (K)
Hari/Tgl : Senin 07/05/2018
Diagnosa Keperawatan : Gg. Rasa nyaman : Nyeri b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengeluh pusing, nyeri kaki
dengan skala nyeri P : rusaknya jaringan, Q : seperti tertekan benda berat, R : Paha kiri, S: 6 (Sedang),
T: bila digerakkan.

Hasil Yang Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Diharapkan Keperawatan
Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui TTV 1. Memonitor TTV S : Klien mengatakan masih pusing,
tindakan keperawatan 2. Kaji skala nyeri dalam batas normal. 2. Mengkaji skala nyeri dan nyeri di paha kiri.
selama ±30 menit nyeri 3. Beri posisi nyaman 2. Membantu memudahkan 3. Memberikan posisi nyaman O :- klien tampak lemah
berkurang sampai 4. Pertahankan suasana pemberian intervensi yang 4. Mempertahankan suasana - Skala nyeri = 6
dengan hilang. Dengan lingkungan yang tenang tepat. lingkungan yang tenang - T : 36,60C
kriteria : 5. Kolaborasi pemberian 5. Mengkolaborasikan - P : 105 x/mnt
analgetik pemberian obat antrain 3 x - R : 24 x/mnt

41
1. Klien melaporkan 3. Posisi yang nyaman dapat 300 mg intavena dengan A : Gg. Rasa nyaman : Nyeri belum
rasa nyeri berkurang. membantu mengurangi indikasi nyeri teratasi
2. Skala nyeri berkurang rasa nyeri. P : lanjutkan intervensi
sampai dengan hilang 4. Lingkungan yang tenang
(2 sampai 0) dapat membantu
3. TTV dalam rentang mengurangi rasa nyeri.
normal : 5. Pemberian analgetik dapat
 T : 36,5 – 37,50C membantu mengurangi
 P : 80-90 x/mnt rasa nyeri.
 R : 20-30 x/mnt
 BP : 100/60 mmHg

42
Nama : An.F
Umur : 7 Tahun
Kamar : Tx
Dokter : dr.E.Sp.A (K)
Hari/Tgl : Senin 07/05/2018
Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri ditandai dengan klien mengeluh kaki kiri sakit bila digerakkan,
klien tampak lemah, aktivitas ADL dibantu.
Hasil Yang Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Diharapkan Keperawatan
Setelah dilakukan 1. Kaji skala kategori 1. Mengetahui tingkat 1. Mengkaji kategori pasien S : Klien mengatakan kaki masih sakit.
tindakan keperawatan aktivitas klien kebutuhan klien aktivitas klien O :- klien tampak lemah
selama 7 jam hambatan 2. Bantu penuhi 2. Agar kebutuhan klien 2. Membantu penuhi - Skala aktivitas : II (Dibantu
mobilitas fisik dapat kebutuhan klien. yang belum terpenuhi kebutuhan klien. sebagian)
teratasi. Dengan kriteria 3. Anjurkan klien untuk dapat terpenuhi. 3. Menganjurkan klien untuk A : Hambatan mobilitas fisik belum
hasil : melakukan aktivitas 3. Melakukan aktivitas melakukan aktivitas teratasi.
secara bertahap. secara bertahap untuk secara bertahap. P : lanjutkan intervensi
1. Klien dapat
4. Kolaborasi dengan mengembalikan 4. Mengkolaborasi dengan
beraktivitas mandiri.
dokter pemberian kekuatan tubuh yang dokter pemberian
obat. sakit.

43
2. Meningkatnya 4. Kolaborasi pemberian neurobion 5000 1 x 1 ml
fungsi tubuh yang obat yang tepat. drip infus.
sakit.
3. Skala aktivitas I
(mandiri)

44
C. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/
tanggal/jam Catatan Perkembangan Paraf
Senin S : Klien mengeluh pusing, nyeri dikaki kiri.
07/05/2018 O : klien tampak lemah, aktivitas ADL dibantu,
(7-2 Pm) skala nyeri :
P: rusaknya jaringan
Q : seperti tertekan benda berat
R : paha kiri
S : 6 (Sedang)
T : bila digerakkan
TTV : T = 36,60C, P = 150 x/mnt, R = 24 x/mnt
A:
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik
P:
Diagnosa 1 :
1. Monitor TTV
2. Kaji skala nyeri
3. Beri posisi nyaman
4. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
Diagnosa 2 :
1. Bantu penuhi kebutuhan klien
2. Kaji skala aktivitas
3. Anjurkan klien melakukan aktivitas secara
bertahap
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat

45
I:
Diagnosa 1 :
1. Memonitor TTV
2. Mengkaji skala nyeri
3. Memberikan posisi nyaman
4. Mempertahankan suasana lingkungan yang
tenang
5. Mengkolaborasikan pemberian analgetik
Diagnosa 2 :
1. Membantu penuhi kebutuhan klien
2. Mengkaji skala aktivitas
3. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas
secara bertahap
4. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian
obat
E : (Jam 12 Pm)
S : Klien mengeluh masih pusing, kaki masih
nyeri.
O : Klien tampak lemah, aktivitas ADL masih
dibantu, skala nyeri = 6 (sedang).
TTV : T = 360C, P = 98 x/mnt, R = 24 x/mnt
A:
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri belum teratasi
2. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

46
Hari/
tanggal/jam Catatan Perkembangan Paraf
Selasa S : Klien mengeluh pusing, masih ada sedikit
08/05/2018 nyeri dikaki kiri.
(2-9 Pm) O : klien tampak lemah, aktivitas ADL masih
dibantu, tampak klien sudah bisa berjalan-jalan
didalam kamar tetapi tidak lama, skala nyeri = 2
TTV : T = 36,20C, P = 100 x/mnt, R = 20 x/mnt
A:
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik
P:
Diagnosa 1 :
1. Monitor TTV
2. Kaji skala nyeri
3. Beri posisi nyaman
4. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
Diagnosa 2 :
1. Bantu penuhi kebutuhan klien
2. kaji skala aktivitas
3. Anjurkan klien melakukan aktivitas secara
bertahap
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
I:
Diagnosa 1 :
1. Memonitor TTV
2. Mengkaji skala nyeri
3. Memberikan posisi nyaman

47
4. Mempertahankan suasana lingkungan yang
tenang
5. Mengkolaborasikan pemberian analgetik
Diagnosa 2 :
1. Membantu penuhi kebutuhan klien
2. Mengkaji skala aktivitas
3. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas
secara bertahap
4. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian
obat
E : (Jam 8 Pm)
S : Klien mengeluh masih pusing, kaki masih
nyeri.
O : Klien tampak lemah, aktivitas ADL masih
dibantu, skala aktivitas : II
TTV : T = 36,70C, P = 93 x/mnt, R = 24 x/mnt
A:
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi
2. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi hambatan mobilitas fisik

48
Hari/
tanggal/jam Catatan Perkembangan Paraf
Rabu S : Klien mengatakan paha kiri masih sedikit
09/05/2018 sakit.
(7-2 Pm) O : Keadaan umum sedang, klien sudah mampu
melakukan aktivitas mandiri sedikit-sedikit dan
sebagian masih dibantu.
TTV : T = 36,60C, P = 95 x/mnt, R = 19 x/mnt
A : Hambatan mobilitas fisik
P:
1. Bantu penuhi kebutuhan klien
2. Anjurkan klien melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
I:
1. Membantu penuhi kebutuhan klien
2. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian
obat
E : (Jam 10 Am)
S : Klien mengatakan kaki kiri sudah tidak sakit
lagi.
O : Klien tampak berjalan-jalan keluar kamar, dan
sudah mampu melakukan aktivitas mandiri.
TTV : T = 360C, P = 91 x/mnt, R = 20 x/mnt
A : Hambatan mobilitas fisik teratasi
P : Intervensi selesai

49
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Demam chikungunya adalah demam yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti yang sudah terinfeksi virus CHIKV, yang
menyebabkan penderitanya demam mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit
kepala, mual dan muntah, timbul ruam. Setelah dilakukan Asuhan
keperawatan pada klien An.F, dengan kasus demam chikungunya pada
tanggal 07 mei 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode pengumpulan data yang
digunakan antara lain wawancara dengan klien dan keluarga, observasi,
pemeriksaan fisik, dokumentasi status klien dan studi kepustakaan.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut diagnosa keperawatan berdasarkan landasan teori yaitu
sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi dan otot
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus chikungunya
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang paparan sumber
informasi
Setelah data dikumpulkan dan dianalisa, maka didapat diagnosa
keperawatan yang muncul berdasarkan masalah yang ditemukan pada
An.F, yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri otot

50
3. Perencanaan
Penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan kondisi dan
keadaan klien sendiri yang dimanifestasikan dari masalah keperawatan
yang muncul pada diri klien.

4. Pelaksanaan
Penulis mengimplementasikan rencana tindakan yang dlakukan
kepada klien selama 3 hari.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan selama 3 hari, yaitu sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri teratasi
b. Hambatan mobilitas fisik teratasi

B. SARAN
1. Bagi Pasien Dan Keluarga
Diharapkan bagi klien dan keluarga agar dapat berpartisipasi
dalam perawatan dan pencegahan penyakit demam chikungunya, agar
dapat mencegah kambuhnya penyakit demam chikungunya dan
penularannya.

2. Bagi Pihak Rumah Sakit Suaka Insan


Bagi pihak rumah sakit diharapkan agar lebih meningkatkan mutu
yang sudah baik agar menjadi sangat baik. Serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan wawasan perawat dengan mengadakan seminar dan
pelatihan-pelatihan.

3. Bagi Pihak Institusi STIKES Suaka Insan


Bagi pihak institusi STIKES Suaka Insan agar mengembangkan
ilmu, wawasan, dan pengetahuan dengan mengadakan seminar tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan demam chikungunya.

51
4. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan demam chikungunya sehingga siap ketika
menemukan masalah yang bersangkutan dengan demam chikungunya.

52

Você também pode gostar