Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, setiap
tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan
data yang diperoleh dari World Health Organisasi (2012) angka penderita gangguan jiwa
sangat mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di Negara
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan (Kemenkes RI, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa prevalensi gangguan
jiwa meningkat pada tahun 2007 sampai dengan 2013, dimana prevalensi gangguan jiwa
berat pada tahun 2007 mencapai 4.6/mil (artinya ada empat sampai lima penduduk dari
1000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat), sedangkan pada tahun 2013
meningkat mencapai 1,7/mil sebanyak 1.728 orang. Dimana Prevalensi Provinsi di
Indonesia yang mengalami gangguan jiwa tertinggi terdapat di Provinsi DI Yogyakarta
dan Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah mencapai 2,7 per mil
(Rikesdas,2013).
Pasien yang mengalami gangguan jiwa memerlukan perawatan dari seorang perawat,
dalam asuhan keperawatan komunikasi terapeutik penting untuk menciptakan hubungan
antara perawat dengan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan
rencana tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Seorang perawat
profesional selalu berusaha untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa setiap
interaksi yang dilakukannya memberikan dampak terapeutik yang memungkinkan klien
untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, perawat harus mampu meningkatkan
kemampuan dan pengetahuannya tentang dinamika komunikasi, penghayatan terhadap
kelebihan dan kekurangan diri serta kepekaan terhadap kebutuhan orang lain (Purwanto,
2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
2. Apa tujuan komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
3. Apa saja fungsi komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?

1|Keperawatan Jiwa
4. Bagaimana sikap perawat dalam komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
5. Bagaimana prinsip komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
6. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
7. Bagaimana sifat hubungan komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
8. Bagaimana proses interaksi keperawatan pada pasien jiwa?
9. Bagaimana tahap dalam komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam komunikasi terapeutik
pada pasien gangguan jiwa.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Definisi komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
2. Tujuan komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
3. Fungsi komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
4. Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
5. Prinsip komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
6. Teknik komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
7. Sifat hubungan komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
8. Proses interaksi keperawatan pada pasien jiwa
9. Tahap dalam komunikasi terapeutik pada pasien jiwa

2|Keperawatan Jiwa
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik pada Pasien Jiwa


Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi
mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasan. Selain itu,
komunikasi adalah cara yang digunakan untuk memengaruhi perilaku orang lain. Maka
dari itu, komunikasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan intervensi keperawatan,
terutama karena proses keperawatan ditujukan untuk meningkatkan perubahan perilaku
adaptif. Melalui komunikasi, suatu hubungan terapeutik perawat-pasien akan dapat
tercapai sesuai target yang telah ditentukan.
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang
lain. Komunikasi merupakan proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan
nonverbal dari informasi dan ide. Dalam ilmu keperawatan, komunikasi merupakan hal
yang sangat penting untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien
(Potter & Perry, 2012).
Komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat dalam
berinteraksi untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan
psikologis dan belajar bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
Northouse (1998)
Dalam pengertian lain, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat (Faturochman, 2011). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Menurut Yosep (2007), dari berbagai penyelidikan dapat dilakukan bahwa
gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Jadi, pengertian komunikasi terapeutik pada pasien jiwa yaitu komunikasi yang
dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa secara sadar dan direncanakan untuk
membantu penyembuhan atau pemulihan pasien gangguan jiwa.

3|Keperawatan Jiwa
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

2.3 Fungsi Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dan klien memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut:
a. Mendorong dan mengajarkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien.
b. Melalui komunikasi perawat dapat mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi, dan
mengkaji masalah, serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
c. Komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan
membantu pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
d. Pada tahap preventif dapat mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap diri
pasien.

2.4 Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik


Sikap merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika berhadapan
dengan klien saat menjalin komunikasi. Sikap yang dimiliki oleh perawat dapat
mempengaruhi kenyamanan pasien saat melakukan komunikasi terapeutik. Adapun sikap
yang harus perawat lakukan menurut Egan (2014) antara lain :
a. Berhadapan
Sikap berhadapan menunjukan kesiapan perawat dalam melayani dan
mendengarkan keluhan klien.
b. Mempertahankan kontak mata
Sikap ini menandakan bahwa perawat dapat menghargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi serta dapat dipercaya.
c. Membungkuk ke arah lain
Sikap ini menunjukan keinginan untuk menyatakan bahwa perawat mendengarkan
semua yang dikatakan klien.
4|Keperawatan Jiwa
d. Mempertahankan sikap terbuka
Saat berkomunikasi dengan klien sebaiknya perawat jangan melipat kaki atau
menyilangkan tangan. Hal ini menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi dan
siap membantu klien.
e. Tetap rileks
Sikap rileks merupakan sikap tenang yang harus dimiliki perawat, meskipun
dalam situasi yang tidak menyenangkan, kecemasan, dan relaksasi saat
berkomunikasi dengan klien.

2.5 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik


a. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
b. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik.
c. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik.
d. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
e. Kerahasiaan klien harus dijaga.
f. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
g. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
h. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
tingkah laku klien dan memberi nasihat.
i. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secara
rasional.
j. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik.

2.6 Teknik komunikasi terapeutik dengan Pasien Gangguan Jiwa


Ada beberapa teknik komunikasi yang perlu dilakukan perawat untuk menanggapi
pesan yang disampaikan klien.
1. Mendengar aktif (active listening) : proses aktif menerima informasi dan mempelajari
respons seseorang terhadap pesan yang diterima.
2. Pertanyaan terbuka : mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan.
3. Restating : mengulangi pikiran utama yang diekspresikan klien dengan menggunakan
kata-kata sendiri.
4. Refleksi (reflecting) : mengulang kembali apa yang dibicarakan pasien.
5|Keperawatan Jiwa
5. Klarifikasi/Validasi : berupaya menyampaikan ide atau pikiran klien yang tidak jelas
dan meminta klien menjelaskan kembali.
6. Focusing : komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga
menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
7. Berbagi persepsi : meminta klien memastikan pemahaman perawat mengenai apa
yang klien pikirkan.
8. Diem : tidak ada komunikasi verbal, memberikan kesempatan pada klien untuk
mengutarakan pikirannya.
9. Identifikasi tema : menyatakan isu atau masalah yang terjadi berulang kali.
10. Humor : pengeluaran energi melalui lelucon.

Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus,


ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan
gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita
gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien
dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien
pentakit terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita
penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa
saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar
pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang
melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah
kata – kata bisa saja kacau balau.

Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama-
sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri

6|Keperawatan Jiwa
penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau
berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat-obatan sebelum kita support dengan terapi-
terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa
menjadi korban.
5. Pada pasien waham, tidak mendukung dan membantah (harus mengorientasikan ke
realita)

Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa komponen, beberapa komponen


tersebut adalah:

1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang
bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan
melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang - orang
terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi
stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor menjadi
satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka hasilnya tentu perlaku
positif, jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi sombong,
jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan mengalami Harga Diri
Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia seharusnya : "
saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak pengusaha" comment tersebut
adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah
maksimal" comment ini adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan dan
kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket dengan
keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka dewasa dia
tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada saudara
kembar peluang nya 50 %.

7|Keperawatan Jiwa
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung
munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf pusat,
perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada fungsi neurologis
yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex : lansia
maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan ini berlangsung
lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi neurologis,
dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat pengaturan emosi akan
memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa
direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat
ditekan sekecil mungkin.

2.7 Sifat Hubungan Komunikasi Terapeutik


Stuart (2016) menjelaskan bahwa sifat hubungan terapeutik memiliki beberapa
tujuan, antara lain:
a. Kesadaran diri, penerimaan diri dan mengingatkan kehormatan diri.
b. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integritas pribadi.
c. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan
interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima cinta.
d. Meningkatkan fungsi dan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan
mencapai tujuan pribadi yang realistik.
Tujuan di atas dapat dicapai jika perawat memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengekspresikan perasan, persepsi dan pikirannya. Di samping itu, perawat perlu
mengidentifikasi, meningkatkan kekuatan ego, dan memastikan kecemasan diklarifikasi.
Jika terjadi masalah yang berhubungan dengan komunikasi, maka perlu diperbaiki dan
memodifikasi perilaku maladaptif.
Komunikasi terapeutik memiliki beberapa perbedaan dengan komunikasi yang
dilakukan sehari-hari pada aktivitas sosial. Adapun perbedaannya dapat dilihat dalam
tabel berikut:

8|Keperawatan Jiwa
No. Komunikasi Terapeutik Komunikasi Sosial
1. Terjadi antara perawat dengan pasien Terjadi setiap hari antar individu
atau anggota tim kesehatan lain. dalam lingkungan pergaulan,
maupun lingkungan kerja.
2. Hubungan komunikasi terjalin lebih Komunikasi bersifat dangkal karena
akrab karena mempunyai tujuan tidak memiliki tujuan tertentu.
tertentu.
3. Perawat berperan aktif dalam memberi Pembicaraan tidak memiliki fokus
respon kepada pasien. tertentu, hanya mengarah pada
kebersamaan dan kesenangan.
4. Fokus terhadap pasien yang Lebih cenderung dalam aktivitas
membutuhkan bantuan. sosial maupun aktivitas sosial.
5. Terencana dan terorganisasi dengan Dapat direncanakan tetapi juga tidak.
baik karena tujuan tertentu antara
perawat dengan pasien.

2.8 Proses Interaksi dalam Keperawatan


1. Pengertian
Proses hubungan komunikasi disebut juga Analisis Proses Interaksi (API). API
adalah suatu alat kerja yang dipakai oleh perawat untuk memahami interaksi yang
terjadi antara perawat dengan pasien. API merupakan alat untuk mengevaluasi
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan dalam Laporan
Pendahuluan Strategi Pelaksanaan (LPSP). Pada LPSP, perawat sudah merencanakan
berbagai pertanyaan untuk mengkaji atau bahkan melaksanakan intervensi
keperawatan. Sementara itu, pelaksanaan kegiatan ini ditulis dalam analisis interaksi.
2. Aspek Komunikasi Efektif
Nasir & Muhith (2011) mengemukakan bahwa manusia selalu terdorong untuk
berusaha dan berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Untuk mendukung stabilitas emosinya, seseorang butuh penguatan-penguatan untuk
mempertahankan diri melalui komunikasi yang efektif. Aspek yang perlu dipenuhi
dalam komunikasi efektif antara lain sebagai berikut:
a. Respect

9|Keperawatan Jiwa
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah
sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum pertama dalam
kita berkomunikasi dengan orang lain.
b. Empathy
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih
dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus,
Covey (2008) menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari
tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti
terlebih dahulu, baru dimengerti (seek first to understand-understand then be
understood to build the skills of empathic listening that inspires openness and
trust). Inilah yang disebut komunikasi empatik.
c. Audible
Makna dari audible antara lain dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan. Orang dengan karakter ini memiliki prinsip “pendengar yang menentukan
bagaimana sebaiknya sebuah pesan dimengerti”.
d. Clarity
Clarity merupakan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan karena
kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran
akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity juga dapat dipahami
bahwa dalam komunikasi perlu dikembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari kedua belah
pihak.
e. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif, sebaiknya
bersikap rendah hati. Sikap ini harus dimiliki perawat, supaya pasien tidak merasa
rendah diri, menolak berkomunikasi, dan selalu peduli dengan perawat.
Efektivitas komunikasi antara perawat dan klien perlu diperhatikan untuk
membangun rasa saling percaya satu sama lain. Komunikasi yang efektif dan
berkualitas, dapat memberi kenyamanan bagi klien yang sedang diberikan
10 | K e p e r a w a t a n Jiwa
perawatan. Komunikasi efektif harus dibangun berdasarkan hubungan
interpersonal yang efektif, dimana akan terjadi secara efektif apabila kedua belah
pihak memenuhi kondisi sebagai berikut:
1). Bertemu satu sama lain secara personal.
2). Empati secara tepat terhadap pribadi lain dan berkomunikasi yang dpat
dipahami satu sama lain secara berarti.
3). Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau
keberatan.
4). Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh dan
bersikap saling menerima.
5). Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung
serta mengurangi kecenderungan gangguan arti.
6). Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat
persamaan aman terhadap yang lain.

2.9 Tahap Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik memiliki empat tahap seperti tahap prainteraksi, orientasi
atau perkenalan, kerja, dan terminasi. Empat tahap tersebut harus dipahami dan dilakukan
oleh perawat dalam melakukan perawatan kepada pasien. Adapun tugas yang harus
diselesaikan pada setiap tahap antara lain (Stuart, 2016).
a. Tahap Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasangka buruk
kepada pasien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan dan saling
percaya. Dalam tahap ini perawat harus banyak mengeksplorasi diri terhadap perasaan
diri sendiri seperti ansietas, ketakutan, dan keraguan. Eksplorasi diri dilakukan
dengan tujuan, supaya perawat lebih siap dalam melakukan komunikasi terapeutik
dengan klien. Eksplorasi dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:
1) Apakah saya akan marah, melukai, atau bahkan putus asa apabila bertemu klien
yang berperilaku kasar, bermusuhan atau tidak kooperatif?
2) Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang harus saya laksanakan?
3) Apa yang sebaiknya saya ucapkan saat bersama klien supaya tidak menyinggung
perasaannya?
11 | K e p e r a w a t a n Jiwa
4) Apakah saya akan cemas apabila berhadapan dengan klien?
Adapun tugas perawat dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan informasi tentang klien (alasan, masuk, riwayat kesehatan,
diagnosis medis, dan lain sebagainya).
2) Mencari referensi yang berkaitan dengan masalah klien.
3) Mengeksplorasi perasaan, ketakutan, dan fantasi.
4) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri.
b. Tahap Orientasi/Perkenalan
Pada tahap ini perawat dan pasien pertama kali bertemu sehingga perawat
sebaiknya mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal, yaitu dengan
memberikan salam, senyum, memberikan keramah tamahan kepada pasien,
memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien dan menanyakan keluhan pasien, dan
lain-lain.
Dalam membina hubungan perawat dengan klien, kunci utama yang
dibutuhkan antara lain terbinanya hubungan saling percaya, komunikasi yang terbuka,
memahami penerimaan, dan merumuskan kontrak. Tugas perawat pada tahap ini
meliputi:
1) Membina rasa saling percaya, pengertian, penerimaan,dan komunikasi terbuka.
2) Merumuskan kontrak dengan klien yang meliputi saling memperkenalkan diri,
penjelasan peran, tanggung jawab, topik pembicaraan, harapan dan tujuan
interaksi, kerahasiaan, waktu, dan tempat interaksi.
c. Tahap Kerja
Tahap ini merupakan tahap di mana kerja sama terapeutik antara perawat-klien
paling banyak dilakukan. Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah
khusus, yaitu tentang keadaan pasien dan keluhan-keluhan pasien. Selain itu,
hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal dengan sering
berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat
dan dorongan kepada paisen, serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan,
minum obat yang teratur dan istirahat teratur, dengan tujuan adanya penyembuhan.
Selain itu, perawat juga berperan dalam menghilangkan atau mengurangi
tingkat kecemasan pada klien, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
terhadap diri sendiri, serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.
Perubahan perilaku yang adaptif menunjukkan bahwa tujuan pada tahap ini telah
tercapai.
12 | K e p e r a w a t a n Jiwa
d. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir
dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Ini merupakan tahap yang sulit namun
sangat penting. Tahap ini merupakan waktu untuk mengubah perasan dan
mengevaluasi kemajuan klien. Terminasi terbagi dua, yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir.
1) Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat dan klien,
dan sifatnya sementara, karena perawat akan menemui ppasien lagi, apakah satu
atau dua jam atau mungkin besok akan kembali melakukan interaksi.
2) Terminasi menetap, merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan keluar atau
pulang dari rumah sakit, sehingga perawat tidak akan bertemu lagi dengan klien.

13 | K e p e r a w a t a n Jiwa
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena
komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasan.
Komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat dalam berinteraksi
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Northouse (1998).
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwa yaitu komunikasi yang dilakukan oleh perawat
dan pasien gangguan jiwa secara sadar dan direncanakan untuk membantu penyembuhan
atau pemulihan pasien gangguan jiwa. Tujuan komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat
dapat memahami orang lain, menggali perilaku klien, memahami perlunya member pujian
dan memperoleh informasi klien.
Fase-fase komunikasi/hubungan terapeutik ada empat, yaitu fase praorientasi, fase
orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Fase praorientasi dilakukan sebelum perawat
berinteraksi dengan klien ketika tujuannya adalah menyiapkan diri, menilai kemampuan
diri, dan evaluasi diri (kelebihan dan kekurangannya). Pada fase orientasi, prinsip utama
adalah membina hubungan saling percaya. Ada tiga aspek utama dalam komunikasi, yaitu
salam terapeutik, evaluasi validasi, dan kontrak. Fase kerja adalah komunikasi perawat
selama melakukan proses terapi melalui tindakan keperawatan sesuai rencana. Perawat
menggunakan teknik-teknik komunikasi terapeutik selama interaksi. Fase terminasi
adalah fase akhir dalam interaksi perawat-klien. Pada fase ini, ada tiga aspek utama dalam
komunikasi, yaitu evaluasi subjektif-objektif, kontrak yang datang, dan rencana tindak
lanjut.

3.2 Saran
Perawat harus memahami kondisi klien terlebih dahulu dengan mengumpulkan data
serta masalah klien, cara berkomunikasi dengan pasien yang komunikatif.
Perawat harus selalu membangun empati serta memahami kondisi klien. Komunikasi
terapeutik akan sangat membantu dalam kelancaran berkomunikasi antara perawat
dengan klien guna membangkitkan percaya diri klien kembali. Bentuk percaya diri klien

14 | K e p e r a w a t a n Jiwa
dapat dibangun saat perawat mampu memberikan pujian dengan tulus, pemberian
apresiasi, mendengarkan dengan sepenuh hati, menunjukkan penerimaan serta
memberikan penghargaan berupa kesempatan kepada klien untuk bertanya.

15 | K e p e r a w a t a n Jiwa
DAFTAR PUSTAKA

Videbeck,Sheila L.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC

O’Brien. Patricia G.2013.Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik.Jakarta:EGC

Yosep, H Iyus. Titin Sutini.2014.Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing.Bandung:Refika Aditama

http://www.jurnalkommas.com/docs/JURNALfidya.pdf, diakses tanggal 6 November 2018

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/4737/2976, diakses tanggal 6 November


2018

16 | K e p e r a w a t a n Jiwa

Você também pode gostar

  • Bab I
    Bab I
    Documento9 páginas
    Bab I
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Komunikasi Dalam Keperawatan Komprehensif
    Komunikasi Dalam Keperawatan Komprehensif
    Documento223 páginas
    Komunikasi Dalam Keperawatan Komprehensif
    Moch Fadhel Rizaq
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento18 páginas
    Bab I
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    Rodianah Siti
    0% (2)
  • FMEA PUSKESMAS
    FMEA PUSKESMAS
    Documento35 páginas
    FMEA PUSKESMAS
    Rodianah Siti
    100% (1)
  • Kep Jiwa
    Kep Jiwa
    Documento13 páginas
    Kep Jiwa
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Rumusan Masalah
    Rumusan Masalah
    Documento4 páginas
    Rumusan Masalah
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • TTV Iman
    TTV Iman
    Documento42 páginas
    TTV Iman
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Askep Tumor Otak
    Askep Tumor Otak
    Documento32 páginas
    Askep Tumor Otak
    Rodianah Siti
    100% (1)
  • TEKNOLOGI KESEHATAN
    TEKNOLOGI KESEHATAN
    Documento22 páginas
    TEKNOLOGI KESEHATAN
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • H
    H
    Documento1 página
    H
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Kelompk 24
    Kelompk 24
    Documento1 página
    Kelompk 24
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Kelompk
    Kelompk
    Documento11 páginas
    Kelompk
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • H
    H
    Documento1 página
    H
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Kelompk
    Kelompk
    Documento11 páginas
    Kelompk
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Gadar
    Gadar
    Documento13 páginas
    Gadar
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento3 páginas
    Cover
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Cover Baru
    Cover Baru
    Documento1 página
    Cover Baru
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • PEMERIKSAAN
    PEMERIKSAAN
    Documento27 páginas
    PEMERIKSAAN
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Penkes Bedsideteaching
    Penkes Bedsideteaching
    Documento8 páginas
    Penkes Bedsideteaching
    GusraFivtiSigit
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Tak Gerontik
    Proposal Tak Gerontik
    Documento14 páginas
    Proposal Tak Gerontik
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Tak Gerontik
    Proposal Tak Gerontik
    Documento11 páginas
    Proposal Tak Gerontik
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    Rodianah Siti
    Ainda não há avaliações