Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1|Keperawatan Jiwa
4. Bagaimana sikap perawat dalam komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
5. Bagaimana prinsip komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
6. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
7. Bagaimana sifat hubungan komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
8. Bagaimana proses interaksi keperawatan pada pasien jiwa?
9. Bagaimana tahap dalam komunikasi terapeutik pada pasien jiwa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam komunikasi terapeutik
pada pasien gangguan jiwa.
2|Keperawatan Jiwa
BAB II
PEMBAHASAAN
3|Keperawatan Jiwa
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama-
sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri
6|Keperawatan Jiwa
penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau
berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat-obatan sebelum kita support dengan terapi-
terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa
menjadi korban.
5. Pada pasien waham, tidak mendukung dan membantah (harus mengorientasikan ke
realita)
1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang
bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan
melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang - orang
terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi
stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor menjadi
satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka hasilnya tentu perlaku
positif, jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi sombong,
jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan mengalami Harga Diri
Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia seharusnya : "
saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak pengusaha" comment tersebut
adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah
maksimal" comment ini adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan dan
kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket dengan
keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka dewasa dia
tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada saudara
kembar peluang nya 50 %.
7|Keperawatan Jiwa
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung
munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf pusat,
perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada fungsi neurologis
yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex : lansia
maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan ini berlangsung
lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi neurologis,
dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat pengaturan emosi akan
memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa
direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat
ditekan sekecil mungkin.
8|Keperawatan Jiwa
No. Komunikasi Terapeutik Komunikasi Sosial
1. Terjadi antara perawat dengan pasien Terjadi setiap hari antar individu
atau anggota tim kesehatan lain. dalam lingkungan pergaulan,
maupun lingkungan kerja.
2. Hubungan komunikasi terjalin lebih Komunikasi bersifat dangkal karena
akrab karena mempunyai tujuan tidak memiliki tujuan tertentu.
tertentu.
3. Perawat berperan aktif dalam memberi Pembicaraan tidak memiliki fokus
respon kepada pasien. tertentu, hanya mengarah pada
kebersamaan dan kesenangan.
4. Fokus terhadap pasien yang Lebih cenderung dalam aktivitas
membutuhkan bantuan. sosial maupun aktivitas sosial.
5. Terencana dan terorganisasi dengan Dapat direncanakan tetapi juga tidak.
baik karena tujuan tertentu antara
perawat dengan pasien.
9|Keperawatan Jiwa
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah
sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum pertama dalam
kita berkomunikasi dengan orang lain.
b. Empathy
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih
dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus,
Covey (2008) menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari
tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti
terlebih dahulu, baru dimengerti (seek first to understand-understand then be
understood to build the skills of empathic listening that inspires openness and
trust). Inilah yang disebut komunikasi empatik.
c. Audible
Makna dari audible antara lain dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan. Orang dengan karakter ini memiliki prinsip “pendengar yang menentukan
bagaimana sebaiknya sebuah pesan dimengerti”.
d. Clarity
Clarity merupakan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan karena
kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran
akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity juga dapat dipahami
bahwa dalam komunikasi perlu dikembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari kedua belah
pihak.
e. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif, sebaiknya
bersikap rendah hati. Sikap ini harus dimiliki perawat, supaya pasien tidak merasa
rendah diri, menolak berkomunikasi, dan selalu peduli dengan perawat.
Efektivitas komunikasi antara perawat dan klien perlu diperhatikan untuk
membangun rasa saling percaya satu sama lain. Komunikasi yang efektif dan
berkualitas, dapat memberi kenyamanan bagi klien yang sedang diberikan
10 | K e p e r a w a t a n Jiwa
perawatan. Komunikasi efektif harus dibangun berdasarkan hubungan
interpersonal yang efektif, dimana akan terjadi secara efektif apabila kedua belah
pihak memenuhi kondisi sebagai berikut:
1). Bertemu satu sama lain secara personal.
2). Empati secara tepat terhadap pribadi lain dan berkomunikasi yang dpat
dipahami satu sama lain secara berarti.
3). Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau
keberatan.
4). Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh dan
bersikap saling menerima.
5). Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung
serta mengurangi kecenderungan gangguan arti.
6). Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat
persamaan aman terhadap yang lain.
13 | K e p e r a w a t a n Jiwa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena
komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasan.
Komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat dalam berinteraksi
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Northouse (1998).
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwa yaitu komunikasi yang dilakukan oleh perawat
dan pasien gangguan jiwa secara sadar dan direncanakan untuk membantu penyembuhan
atau pemulihan pasien gangguan jiwa. Tujuan komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat
dapat memahami orang lain, menggali perilaku klien, memahami perlunya member pujian
dan memperoleh informasi klien.
Fase-fase komunikasi/hubungan terapeutik ada empat, yaitu fase praorientasi, fase
orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Fase praorientasi dilakukan sebelum perawat
berinteraksi dengan klien ketika tujuannya adalah menyiapkan diri, menilai kemampuan
diri, dan evaluasi diri (kelebihan dan kekurangannya). Pada fase orientasi, prinsip utama
adalah membina hubungan saling percaya. Ada tiga aspek utama dalam komunikasi, yaitu
salam terapeutik, evaluasi validasi, dan kontrak. Fase kerja adalah komunikasi perawat
selama melakukan proses terapi melalui tindakan keperawatan sesuai rencana. Perawat
menggunakan teknik-teknik komunikasi terapeutik selama interaksi. Fase terminasi
adalah fase akhir dalam interaksi perawat-klien. Pada fase ini, ada tiga aspek utama dalam
komunikasi, yaitu evaluasi subjektif-objektif, kontrak yang datang, dan rencana tindak
lanjut.
3.2 Saran
Perawat harus memahami kondisi klien terlebih dahulu dengan mengumpulkan data
serta masalah klien, cara berkomunikasi dengan pasien yang komunikatif.
Perawat harus selalu membangun empati serta memahami kondisi klien. Komunikasi
terapeutik akan sangat membantu dalam kelancaran berkomunikasi antara perawat
dengan klien guna membangkitkan percaya diri klien kembali. Bentuk percaya diri klien
14 | K e p e r a w a t a n Jiwa
dapat dibangun saat perawat mampu memberikan pujian dengan tulus, pemberian
apresiasi, mendengarkan dengan sepenuh hati, menunjukkan penerimaan serta
memberikan penghargaan berupa kesempatan kepada klien untuk bertanya.
15 | K e p e r a w a t a n Jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, H Iyus. Titin Sutini.2014.Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing.Bandung:Refika Aditama
16 | K e p e r a w a t a n Jiwa