Você está na página 1de 42

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA Tn.K DENGAN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)


DI RUANG ICU RSI PKU MUHAMMADIYAH ADIWERNA
KAB.TEGAL

Disusun oleh :
1. Mangesti Tri Handayani ( C1015020)
2. Wilina Agustin (C1015033)
3. Eka Septianingrum (C1015012)
4. M. Alfath Faizal (C1015021)
5. Qisthi Amaliyah (C1015025)
6. Novitasari (C1015023)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Inayah kepada

semua hambaNya. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga

akhir jaman. Alhamdulillah karena berkat Rahmat Allah-lah kami dapat


menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Pada Tn.K Dengan Acute Coronary Syndrome (ACS) Di Ruang ICU RSI PKU
Muhammadiyah Adiwerna Kab.Tegal “ sebagai tugas laporan praktik akhir stase
Keperawatan Gawat Darurat.
Selama penyusunan makalah ini kami selaku penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, terutama dari bapak Ns.Wisnu Widyantoro, M.Kep selaku pembimbing
akademik serta ibu Any Yuliani, AMK selaku pembimbing lahan praktik stase Keperawatan

Gawat Darurat di Ruang ICU. Ucapan terima kasih tak lupa kami

persembahkan kepada semua pihak yang telah ikut andil dan


terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu penulisan makalah ini,

yang mana tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,

oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya

kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua, khususnya di bidang Keperawatan.

Slawi, 27 November 2018


Penulis

KELOMPOK

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... 1


KATA PENGANTAR ...................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................... 4
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................... 4
1.2 Tujuan ................................................................................ 4
1.2.1 Tujuan Umum ................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN TEORI .......................................................... 6
2.1 Pengertian ................................................................. 6
2.2 Etiologi ................................................................... 7
2.3 Patofisiologi .............................................................. 8
2.4 Pathways ............................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis ..................................................... 10
2.6 Komplikasi .............................................................. 11
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................ 11
2.8 Penatalaksanaan ...................................................... 12
BAB 3 ASKEP TEORI ......................................................... 17
BAB 4 ASKEP KASUS .............................................................. 20
BAB 5 PENUTUP ....................................................................... 41
5.1 Kesimpulan ............................................................... 41
5.2 Saran ........................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome/ACS) meliputi spektrum
penyakit dari infark miokard akut (MI) sampai angina tak stabil (unstable
angina).Penyebab utama penyakit ini adalah trombosis arteri koroner yang berakibat
pada iskemi dan infark miokard.Derajat iskemik dan ukuran infark ditentukan oleh
derajat dan lokasi trombosis.
Sejak 1960‐an, ketika terapi standard menjadi istirahat penuh (bed rest) dan
defibrilasi (jika diperlukan), angka kematian infark miokard akut menurun terus.
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi
klinis rasa tidak enak didada atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium. SKA
terdiri atas angina pektoris tidak stabil, infarct myocard acute (IMA) yang disertai
elevasi segmen ST. Penderita dengan infark miokardium tanpa elevasi ST.3 SKA
ditetapkan sebagai manifestasi klinis penyakit arteri koroner. Penyakit jantung koroner
(PJK) merupakan manifestasi utama proses aterosklerosis.
The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta
penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan lebih dari 1 juta
orang yang diperkirakan mengalami serangan infark miokardium setiap tahun.
Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak
ada perbedaan dengan wanita setelah umur 65 tahun.4–6 Penyakit jantung koroner juga
merupakan penyebab kematian utama (20%) penduduk Amerika.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui dan Memahami Tentang Konsep Dasar Teori dan Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan Sindrom Koroner Akut.
4
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat menganalisis kesenjangan antara teori dengan praktik nyata dalam
mengatasi masalah pada klien dengan dengan Sindrom Koroner Akut.
b. Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien
dengan Sindrom Koroner Akut meliputi:
1) Melakukan pengkajian secara komprehensif baik fisik maupun data
penunjang
2) Merumuskan diagnosa keperawatan dengan mengklasifikasikan data
berdasarkan data objektif dan data subjektif yang tepat, dan menentukan
prioritas diagnosis keperawatan
3) Menentukan tujuan keperawatan dan menetapkan kriteria pencapaian
tujuan
4) Merencanakan tindakan keperawatan / intervensi
5) Melaksanakan tindakan keperawatan / implementasi
6) Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan, melakukuan tindakan
asuhan keperawatan (follow up care) dengan pendekatan SOAP (subjektif,
objektif, analisa, dan planing)
7) Memodifikasi perencanaan keperawatan berdasarkan hasil evaluasi

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Menurut Andra (2006) mengatakan Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian
kegawatan pada pembuluh darah koroner. Wasid (2007) menambahkan bahwa Sindrom
Koroner Akut (SKA) adalah suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS
yang disertai Infark Miocard Akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi
(NSTEMI) atau tanpa gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi
karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.
Menurut Harun (2007) mengatakan istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak
digunakan saat ini untuk menggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah
koroner. Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan satu sindrom yang terdiri dari
beberapa penyakit koroner yaitu, angina tak stabil (unstable angina), infark miokard non-
elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris pasca infark atau
pasca tindakan intervensi koroner perkutan. Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan
keadaan darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain
sebagai akibat iskemia miokardium.
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah sekumpulan gejala yang di akibatkan oleh
pengganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di jantung secara akut.
Gangguan pada aliran darah tersebut disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah)
yang terbentuk di dalam pembuluh darah sehingga menghambat alirah darah.
Sindrom Koroner Akut (SKA) terbagi atas 2 bagian yakni angina tidak stabil dan
infark miokard akut. Angina tidak stabil adalah dimana pembekuan darah tidak sampai
menyebabkan sumbatan total pada pembuluh darah, sedangkan infark miokard akut
terjadi jika pembekuan darah menyebabkan aliran darah tersumbat total.
1. Angina Pectoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang
khas, yaitu ditekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan

6
kiri.Hal ini bisa timbul saat pasien melakukan aktivitas dan segera hilang apabila
aktivitas di hentikan. Ciri khas tanda dan gejala angina pectoris dapat dilihat dari
letaknya (daerah yang terasa sakit), kualitas sakit hubungan timbulnya sakit dengan
aktivitas dan lama serangannya, sakit biasanya timbul di daerah sterna atau dada
sebelah kiri, dan menjalar ke lengan kiri. Kualitas sakit yang timbul beragam dapat
seperti di tekan benda berat di jepit atau terasa panas.Sakit dada biasanya timbul
saat melakukan aktivitas dan hilang saat berhenti dengan lama serangan
berlangsung antara 1-5 menit.
2. Infark Miokard Akut
Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard darah ke otot jantung.
Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih insentif dan menetap lebih dari 30
menit, tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat ataupun pemberian nitro
gliserin nausea berkeringat dan sangat menakutkan pasien, pada saat pemeriksaan
fisik didapatkan muka pucat karti kardi dan bunyi jantung 3 (bila disertai gagal
jantung kongestif).
Klasifikasi Sindrom Koroner Akut (SKA), Wasid (2007) mengatakan berat/ ringannya
Sindrom Koroner Akut (SKA) menurut Braunwald (1993) adalah
1. Kelas I : Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat, dengan
nyeri pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi >2 kali
per hari.
2. Kelas II : Sub-akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1 bulan pada
waktu istirahat.
3. Kelas III : Akut, yakni kurang dari 48 jam.Secara Klinis:
a. Kelas A : Sekunder, dicetuskan oleh hal-hal di luar koroner, seperti anemia,
infeksi, demam, hipotensi, takiaritmi, tirotoksikosis, dan hipoksia
karena gagal napas.
b. Kelas B : Primer.
c. Kelas C :Setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah diobati. Dengan
anti angina (penghambat beta adrenergik, nitrat, dan antagonis kalsium)
Antiangina dan nitrogliserin intravena.

2.2 ETIOLOGI
Sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada penyempitan pembuluh darah
jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh empat hal, meliputi:

7
1. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi
kolesterol tinggi.
2. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
3. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus
menerus.
4. Infeksi pada pembuluh darah.
Wasid (2007) menambahkan mulai terjadinya Sindrom Koroner Akut (SKA)
dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yakni:
1. Aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan)
2. Stress emosi, terkejut
3. Udara dingin, keadaan - keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan
aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung
meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat.

2.3 PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan menggangu absorbsi nutrient oleh
sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat
aliran darah karena timbunan menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akanmengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya
lumen menjadi sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar, akan cebderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
tromboemboli, yang merupakan penyakit aterosklerosis.
Mekanisme pembentukan lesi aterosklerosis adalah pembentukan thrombus pada
permukaan plak, konsolidasi thrombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak,
dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris
lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri koroner dan kapiler di
sebelah distal plak yang pecah. Hal ini di dukung dengan struktur arteri koroner yang
rentan terhadap ateroskerosis, dimana arteri koroner tersebut berpilin dan berkelok-
kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya
ateroma.
Dari klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu Iskemik dan
Infark.Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan

8
reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme
anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis.Keadaan
nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark
miokard).Ventrikel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami
iskemia dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar
untuk berkontraksi.Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang
dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat
menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi,
dan depresi segmen ST. Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta
asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada
daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya memendek, serta daya
kecepatannya menurun.Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah
jantung.Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang
berlebihan.Angina pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium.
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina
pektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). Angina
Pektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat
melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat.
Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat,
nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina
Varian: Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner.
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel
yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami
nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen (yang sering disebut
infark).

9
2.4 PATHWAYS
Arterosklerosis, trombosis, kontriksi arteri koroneria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi menurun

Jaringan miokard iskemik

Nekrose lebih dari 30 menit

Suplai kebutuhan oksigen ke jantung tidak sumbang


Kerusakan
Pertukaran Gas (tdk Resiko
Suplai oksigen ke miokard menurun
sesuai patofisiologi) Penurunan
Curah Jantung
Metabolisme anaerob Nyeri Akut Hipoksia

Timbunan asam laktat Integritas sel berubah


Cemas
(pertimbangan
Fatique intoleransi Kontraktilitas turun
aktifitas)
Gangguan
Perfusi COP turun Kegagalan pompa jantung
Jaringan

Resiko Kelebihan Volume Cairan Ekstra Gagal jantung


Vaskuler

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Gejala sindrom koroner akut berupa keluhan nyeri ditengah dada, seperti: rasa
ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke leher,lengan kiri dan kanan, serta ulu hati,
rasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin, dan keluhan nyeri ini bisa

10
merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri, bahu,serta punggung. Lebih spesifik,
ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti masuk angin atau maagh.Menurut
Tapan (2002) menambahkan gejala kliniknya meliputi:
1. Terbentuknya thrombus yang menyebabkan darah sukar mengalir ke otot jantung
dan daerah yang diperdarahi menjadi terancam mati .
2. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina).
Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung selama
lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawah, leher, bahu dan
lengan serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat. Nyeri ini dapat
pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau
pada penderita yang pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola
serangannya menjadi lebih berat atau lebih sering.
3. Selain gejala-gejala yang khas di atas, bisa juga terjadi penderita hanya mengeluh
seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang terasa di ulu hati.
Keluhan di atas dapat disertai dengan sesak, muntah atau keringat dingin.

2.6 KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Emboli Paru
3. Gagal Jantung
4. Syok kardiogenik
5. Kematian mendadak
6. Aneurisma Ventrikel
7. Ruptur septum ventikuler
8. Ruptur muskulus papilaris

2.7 PEMERIKSAANPENUNJANG
1. Elektrokardiografi (EKG), membantu menentukan area jantung dan arteri koroner
mana yang terlibat
2. Ekokardiografi, menunjukkan keabnormalan pergerakan dinding ventrikular dan
mendeteksi ruptur otot papiler atau septal
3. Rangkaian kadar enzim kardiak dan protein, menunjukkan kenaikan khas pada CK –
MB, protein troponin T dan I serta mioglobin

11
4. Sinar X dada, menunjukkan gagal jantung sisi kiri, kardiomegali atau penyebab non
kardiak lain terhadap dispnea serta nyeri di dada
5. Ekokardiografi transesofageal, memperlihatkan area berkurangnya pergerakan
dinding otot jantung yang mengindikasikan iskemia
6. Scan citra nuklir menggunakan thallium 201 atau technetium 99 m, untuk
mengidentifikasi area infarksi dan sel otot yang aktif
7. Pengujian laboratoris, memperlihatkan jumlah sel darah putih yang meningkat dan
tingkat sedimentasi eritrosit berubah dalam tingkat elektrolit yang naik;
8. Kateterisasi kardiak, untuk mengetahui arteri koroner yang terlibat, memberikan
informasi mengenai fungsi ventrikular srta tekanan dan volume didalam jantung.

2.8 PENATALAKSANAAN
Prinsip umum :
1. Mengembalikan aliran darah koroner dengan trombolitik/ PTCA primer untuk
menyelamatkan oto jantung dari infark miokard
2. Membatasi luasnya infark miokard
3. Mempertahankan fungsi jantung
4. memperlambat atau menghentikan progresifitas penyakit
5. Memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi serangan
angina
6. Mengurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.
a. Terapi Awal
Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,
2) Periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT
3) Oksigenasi : Langkah ini segera dilakukan karena dapat
memperbaiki kekurangan oksigen pada miokard
yang mengalami cedera serta menurunkan
beratnya ST-elevasi. Ini dilakukan sampai dengan
pasien stabil dengan level oksigen 2–3 liter/ menit
secara kanul hidung.
4) Nitrogliserin (NTG) : Kontraindikasi bila TD sistolik < 90 mmHg),
bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia. Mula-

12
mula secara sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau
aerosol spray. Jika sakit dada tetap ada setelah 3x
NTG setiap 5 menit dilanjutkan dengan drip
intravena 5–10 ug/menit (jangan lebih 200
ug/menit) dan tekanan darah sistolik jangan
kurang dari 100 mmHg. Manfaatnya ialah
memperbaiki pengiriman oksigen ke miokard;
menurunkan kebutuhan oksigen di miokard;
menurunkan beban awal (preload) sehingga
mengubah tegangan dinding ventrikel; dilatasi
arteri koroner besar dan memperbaiki aliran
kolateral; serta menghambat agregasi platelet
(masih menjadi pertanyaan).
5) Morphine : Obat ini bermanfaat untuk mengurangi kecemasan
dan kegelisahan; mengurangi rasa sakit akibat
iskemia; meningkatkan venous capacitance;
menurunkan tahanan pembuluh sistemik; serta
nadi menurun dan tekanan darah juga menurun,
sehingga preload dan after load menurun, beban
miokard berkurang, pasien tenang tidak kesakitan.
Dosis 2 – 4 mg intravena sambil memperhatikan
efek samping mual, bradikardi, dan depresi
pernapasan. Dapat diulang tiap 5 menit sampai
dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena
atau tramadol 25-50 mg iv
6) Aspirin : Harus diberikan kepada semua pasien sindrom
koroner akut jika tidak ada kontraindikasi (ulkus
gaster, asma bronkial). Efeknya ialah menghambat
siklooksigenase –1 dalam platelet dan mencegah
pembentukan tromboksan-A2. Kedua hal tersebut
menyebabkan agregasi platelet dan konstriksi
arterial. Dosis yang dianjurkan ialah 160–325 mg
perhari, dan absorpsinya lebih baik "chewable"
dari pada tablet. Aspirin suppositoria (325 mg)

13
dapat diberikan pada pasien yang mual atau
muntah.
7) Antitrombolitik lain : Clopidogrel, Ticlopidine: derivat tinopiridin ini
menghambat agregasi platelet, memperpanjang
waktu perdarahan, dan menurunkan viskositas
darah dengan cara menghambat aksi ADP
(adenosine diphosphate) pada reseptor platelet.,
sehingga menurunkan kejadian iskemi. Ticlopidin
bermakna dalam menurunkan 46% kematian
vaskular dan nonfatal infark miokard. Dapat
dikombinasi dengan Aspirin untuk prevensi
trombosis dan iskemia berulang pada pasien yang
telah mengalami implantasi stent koroner. Pada
pemasangan stent koroner dapat memicu
terjadinya trombosis, tetapi dapat dicegah dengan
pemberian Aspirin dosis rendah (100 mg/hari)
bersama Ticlopidine 2x 250 mg/hari. Colombo
dkk. memperoleh hasil yang baik dengan
menurunnya risiko trombosis tersebut dari 4,5%
menjadi 1,3%, dan menurunnya komplikasi
perdarahan dari 10–16% menjadi 0,2–5,5%21.
Namun, perlu diamati efek samping netropenia
dan trombositopenia (meskipun jarang) sampai
dengan dapat terjadi purpura trombotik
trombositopenia sehingga perlu evaluasi hitung sel
darah lengkap pada minggu II – III. Clopidogrel
sama efektifnya dengan Ticlopidine bila
dikombinasi dengan Aspirin, namun tidak ada
korelasi dengan netropenia dan lebih rendah
komplikasi gastrointestinalnya bila dibanding
Aspirin, meskipun tidak terlepas dari adanya risiko
perdarahan. Didapatkan setiap 1.000 pasien SKA
yang diberikan Clopidogrel, 6 orang
membutuhkan tranfusi darah 17,22. Clopidogrel 1

14
x 75 mg/hari peroral, cepat diabsorbsi dan mulai
beraksi sebagai antiplatelet agregasi dalam 2 jam
setelah pemberian obat dan 40–60% inhibisi
dicapai dalam 3–7 hari. Penelitian CAPRIE
(Clopidogrel vs ASA in Patients at Risk of
Ischemic Events) menyimpulkan bahwa
Clopidogrel secara bermakna lebih efektif
daripada ASA untuk pencegahan kejadian iskemi
pembuluh darah (IMA, stroke) pada aterosklerosis
(Product Monograph New Plavix).
b. Terapi lanjutan (Reperfusi) : dilakukan oleh yang berkompeten dan dalam
pengawasan ketat di ICCU
1) Trombolitik
Penelitian menunjukan bahwa secara garis besar semua obat
trombolitik bermanfaat.Trombolitik awal (kurang dari 6 jam) dengan
strptokinase atau tissue Plasminogen Activator (t-PA) telah terbukti secara
bermakna menghambat perluasan infark, menurunkan mortalitas dan
memperbaiki fungsi ventrikel kiri.
Indikasi :
a) Umur < 70 tahun
b) Nyeri dada khas infark, lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan
pemberian nitrat.
c) Elevasi ST lebih dari 1 mm sekurang-kurangnya pada 2 sadapan EKG
Saat ini ada beberapa macam obat trombolisis yaitu
streptokinase, urokinase, aktivator plasminogen jaringan yang
direkombinasi (r-TPA) dan anisolated plasminogen activator complex
(ASPAC).Yang terdapat di Indonesia hanya streptokinase dan r-
TPA.R-TPA ini bekerja lebih spesifik pada fibrin dibandingkan
streptokinase dan waktu paruhnya lebih pendek.
Kontraindikasi :
a) Perdarahan aktif organ dalam
b) Perkiraan diseksi aorta
c) Resusitasi kardio pulmonal yang berkepanjangan dan traumatik
d) Trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial

15
e) Diabetic hemorrhage retinopathy
f) Kehamilan
g) TD > 200/120 mmHg
h) Telah mendapat streptokinase dalam jangka waktu 12 bulan
2) Antikoagulan dan antiplatelet
Beberapa hari setelah serangan IMA, terdapat peningkatan resiko
untuk terjadi tromboemboli dan reinfark sehingga perlu diberikan obat-
obatan pencegah.Heparin dan Aspirin referfusion trias menunjukkan
bahwa heparin (intravena) diberikan segera setelah trombolitik dapat
mempertahankan potensi dari arteri yang berhubungan dengan infark.
Pada infus intravena untuk orang dewasa heparin 20.000-40.000 unit
dilarutkan dalam 1 liter larutan glukosa 5% atau NaCl 0,9% dan diberikan
dalam 24 jam. Untuk mempercepat efek, dianjurkan menambahkan 500
unit intravena langsung sebelumnya.Kecepatan infus berdasarkan pada
nilai APTT (Activated Partial Thromboplastin Time).Komplikasi
perdarahan umumnya lebih jarang terjadi dibandingkan dengan pemberian
secara intermiten.

16
BAB 3
ASKEP TEORI

3.1 PENGKAJIAN
(Secara Teori)

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung b.d Perubahan Nadi Menurun
2. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan COP
3. Resiko perubahan volume cairan berlebih
4. Nyeri Akut b.d penurunan suplay oksigen ke miokard sekunder terhadap IMA
5. Ansietas b.d Ancaman Kematian

3.3 INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung b.d Perubahan Nadi Menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
masalah penurunan curah jantung dapat teratasi
Kriteria hasil : TD normal (100/80 - 140/90), Nadi normal, kuat dan regular
(60 -100 )
Intervensi
a. Observasi tekanan, evaluasi kualitas nadi
Rasional : mengetahui status perubahan klien
b. Berikan posisi kepala ( > tinggi dari ekstremitas)
Rasional : memperlancar aliran darah balik ke jantuk
c. Anjurkan klien unruk istirahat (bedrest)
Rasional : mengurangi kerja jantung melebihi kemampuannya
d. Lakukan pemeriksaan EKG
Rasional : mengetahui adanya patologis pada jantung
e. Kolabrasi pemberian O2

17
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan oksigen
f. Kolaborasi pemberian obat vasodilator
Rasional : mengurangi beban jantung

2. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan COP


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
masalah gangguan perfusi jaringan teratasi dengan criteria
hasil :
Kriteria hasil : TTV normal (TD : 100/80 – 140/90), Kulit hangat, Nadi
perifer teraba
a. Palpasi nadi perifer secara rutin dan evaluasi pengisian vesikuler
Rasional : indikasi kedalam circulation
b. Kaji adanya tanda-tanda homan’s
Rasional : indicator pembentukan thrombus
c. Observasi warna kulit adanya pucat atau kemerahan
Rasional : gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan resiko kerusakan
kulit
d. Kaji fungsi gastrointestinal, adanya mual muntah, peristaltic, distensi
abdomen, dan konstipasi
Rasional : penurunan aliran darah dapat mengakibatkan diatensi
gastrointestinal
e. Kolaborasi mengenai pemeriksaan GDA
Rasional : indikator perfusi / fungsi organ

3. Resiko perubahan volume cairan berlebih


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
masalah gangguan perfusi jaringan teratasi
Kriteria hasil : Menunjukkan intake dan output seimbang, TTV dalam batas
normal, BB stabil & tidak ada oedem
Intervensi
a. Pantau haluaran urin
Rasional : haluaran urin mungkin sedikit karena penurunan perfusi ginjal
b. Pantau intake dan output cairan

18
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan
c. Ukur lingkar abdomen
Rasional : cairan dapat berpindah ke peritoneal (asitenial)
d. Kolaborasi pemberian obat diuretik
Rasional : meningkatkan laju aliran urin
4. Nyeri Akut b.d penurunan suplay oksigen ke miokard sekunder terhadap IMA
Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri setelah mendapat
perawatan 2 x 24 jam Nyeri berkurang setelah intervensi
selama 10 menit
Kriteria hasil : a. Skala nyeri berkurang
b. Klien mengatakan keluhan nyeri berkurang
c. Klien tampak lebih tenang
Intervensi
a. Anjurkan klien untuk istirahat
Rasional : istirahat akan memberikan ketenangan sebagai salah satu
relaksasi klien sehingga rasa nyeri yang dirasakan berkurang
b. Motivasi teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : relaksasi napas dalam adalah salah satu teknik relaks dan
distraksi, kondisi relaks akan menstimulus hormon endorfin yang
memicu mood ketenangan bagi klien
c. Kolaborasi analgesik ASA 1 x 100 mg
Rasional : Analgesik akan mengeblok nosireseptor, sehingga respon nyeri
klien berkurang

5. Ansietas b.d ancaman kematian


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan cemas berkurag
Kriteria hasil : Klien tampak lebih tenang
Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
b. Melalukan pendidikan kesehatan tentang penyakit klien
Rasional : Untuk memberikan informasi tentang penyakit klien
c. Mengajarkan klien mengurangi cemas dengan cara mendengarkan musik

19
Rasional : Untuk mengalihkan perhatian agar klien menjadi lebih tenang
d. Melakukan tindakan kolaborasi untuk pemberian obat
Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan klien

BAB 4
ASKEP KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA Tn.K DENGAN ACUTE CORONARY SYNDROME
DI RUANG ICU RSI PKU MUHAMMADIYAH ADIWERNA
KAB.TEGAL

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 21 November 2018 Jam : 10.00 WIB
Ruang : ICU
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. K
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. Umur : 70 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pendidikan : SD
g. Alamat : Grobog Wetan 5/1 Pangkah
h. Pekerjaan : Tukang Becak
i. Tanggal Masuk : 21 November 2018
j. No. Register : 12.02.20
k. Diagnosis Medis : ACS
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Tn. W
b. Alamat : Grobog Wetan 5/1 Pangkah
c. Pekerjaan : Buruh
d. Hubungan dengan pasien : Anak Kandung

20
B. PRIMERY SURVEY
1. Airway
Look : Tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada benda asing, tidak ada
darah yang keluar
Listen : terdengar bunyi wheezing
Feel : Terasa hembusan udara dari jalan napas

2. Breathing
Look : gerakan dada simetris, menggunakan otot bantu pernapasan, terdapat
retraksi intercosta
Listen : terdengar bunyi wheezing
Feel : RR = 34 x/menit
3. Circulation
HR : 90 x/menit
T : 36 C
TD : 100/85 mmHg
SPO2 : 98%
CRT ≥ 3 detik
4. Disability
GCS = 15 (E4M6V5), kesadaran composmentis, KU lemah
5. Exposure
Tidak ada fraktur, tidak ada perdarahan dan tidak ada oedem.

C. SECONDARY SURVEY
1) Keluhan Utama
Dada terasa sesak nafas, nyeri dada, lemas
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD jam 07.40 WIB dengan keluhan dada terasa sesak, nyeri
dada dari jam 06.00 WIB, tenggorokan sakit dan batuk. Klie juga mengatakan
perokok berat, hampir 1 hari 3-4 bungkus rokok habis. Kemudian jam 10.45
dipindahkan ke ICU.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

21
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti ini.
Namun, klien mengatakan sakit biasa sebelumnya seperti batuk, flu dan
mempunyai riwayat hipertensi.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga Tn. K mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai
penyakit yang sama dengan klien.
3) Pemeriksaan Fisik
a. BB : 60 kg
b. TB : 160 cm
c. Kepala
1) Kulit kepala, rambut
Tidak ada oedem, rambut beruban dan tidak ada benjolan dikepala
2) Mata
Kedua mata simetris, sklera ikterik, konjungtiva anemis
3) Hidung
Sedikit kotor dan terpasang O2 masker 5 liter/menit
4) Telinga
Kedua telinga simetris dan bersih
5) Mulut
Bibir lembab, bibir berwarna hitam, lidah bersih, gigi ada yang berlubang
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
d. Dada
1) Jantung
I : bentuk simetris
P : ICS teraba di ICS V midclavikula
P : Pekak
A : S1 dan S2 terdapat suara tambahan murmur
2) Paru-Paru
I : bentuk simetris, terdapat retraksi dada, terdapat oto bantu pernapasan
P : pengembangan paru simetris
P : Pekak
A : vaskluler
3) Abdomen

22
I : tidak ada pembesaran abdomen, bentuk datar
P : tidak terkaji
P : tidak terkaji
A : tidak terkaji
4) Genetalia
Tidak ada benjolan diarea genetalia, terpasang DC
5) Ekstermitas
Ekstermitas atas : terpasang infus ditangan kiri, terpasang manset tensi
ditangan kanan, saturasi O2 di ibu jari sebelah kanan
Ekstermitas bawah : tidak ada oedem ataupun fraktur

D. TERSIER SURVEY
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.9 g/Dl 12.0-18.0
Leukosit H 14600 /mm3 3500-10000
Hematokrit 37.5 % 35.0-55.0
Trombosit 282000 /mm3 150000-400000
Eritrosit 4.41 Juta/uL 3.50-5.50
Index eritrosit :
MCV 85.0 n 75.0-100.0
MCH 29.2 pg 25.0-35.0
MCHC 34.3 g/dL 31.0-38.0
RDW 13.7 % 11.0-16.0
MPV 8.0 fL 8.0-11.0
PDW 11.0 fL 0.1-99.9
Hitung Jenis (diff)
Limfosit (LYM%) L 13.4 % 15.0-50.0
MID % 5.6 2.0-15.0
%
Granulosit (ERA%) H 81.0 35-80
KIMIA KLINIK %
Glukosa Sewaktu H 19 70-120
Ureum 16.6 mg/dL 16-41
Creatinin 0.94 mg/dL 0.6-1.3
SGOT 20 mg/dL 5-40
SGPT 11 U/L 5-41
U/L
b. EKG (+) dan RONTGEN (+)
c. Terapi

23
1. RL 20 tpm
2. Fimahes 20 tpm
3. Dopamin 5 mg
4. Nitrat 2 cc/jam
2. Pola Kebiasaaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
1) Frekuensi makan
Sabelum sakit : klien mengatakan makan sehari 3x sehari dengan porsi
habis
Saat sakit : klien mengatakan makan sehari 3 x sehari dengan setengah
porsi habis.
2) Jenis makanan
a) Makanan yang disukai : sayur asem, pecak ayam, bubur kacang
hijau
b) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
c) Pantangan : gorenga, kopi, jeroan-jeroan
3) Napsu makan
Sebelum sakit : klien mengatakan napsu makan baik
Saat sakit : klien mengatakan napsu makan berkurang
b. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : klien mengatakan frekuensi bab 2x/hari, warna kuning
kecoklatan, konsistensi padat, klien tidak menggunakan
pencahar, tidak ada keluhan
Saat sakit : klien mengatakan frekuensi bab 1x/hari, warna kuning
kecoklatan, konsistensi lembek, klien tidak menggunakan
pencahar, klien mengeluh tidak bisa bab secara lancar,
BAB keluar sedikit.
2) BAK
Sebelum sakit : klien mengatakan frekuensi bak 6x/hari, warna kuning
bening, tidak ada keluhan
Saat sakit : klien mengatakan frekuensi bak 1x.hari warna orange, saat bak
mengejan, jam 10.00 WIB tanggal 22 November 2018 bak klien
50 cc, dengan IWL : 100 cc, BC : +292, u/o : 0,2 cc

24
c. Pola Istirahat dan Tidur
1) Waktu tidur
Sebelum sakit : 5 jam/hari
Saat sakit : 6 jam/hari
2) Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
3) Kesulitan tidur
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan
Saat sakit : klien mengatakan setiap tidur merasa sesak napas apalagi pada
waktu malam hari sesak napas dan nyeri dada semakin
bertambah.
d. Pola Aktifitas dan Latihan
1) Pekerjaan : Tukang becak
2) Olahraga : -
3) Kegiatan waktu luang : menonton tv
4) Kesulitan pergerakan
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan kesulitan dalam
bergerak
Saat sakit : klien mengatakan ketika tidur tanpa setengah duduk
merasakan nyeri dada dan sesak. Klien saat ini bedrest
(istirahat total)
e. Personal Hygiene
1) Mandi
Sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2x/hari
Saat sakit : klien mengatakan mandi 1x/hari
2) Gosok gigi
Sebelum sakit : klien mengatakan gosok gigi 2x/hari
Saat sakit : klien mengatakan gosok gigi 1x/hari itu pun menggunakan
dibantu dengan perawat
3) Keramas
Sebelum sakit : klien mengatakan keramas 2 kali seminggu
Saat sakit : klien mengatakan belum keramas karena baru ke ICU
f. Keluhan Psikologi
1) Pola pikir

25
Klien mengatakan mengerti jika sedang dirawat dan sakit pada daerah
jantung/dada
2) Persepsi diri
Klien mengatakan menerima dengan ikhlas sakit yang dialami saat ini
3) Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan merasa tidak ada kekurangan fisik saat ini
b. Ideal diri
Klien mengatakan sebelum dan saat sakit sering dibantu dengan
anggota keluarganya ketika melakukan sesuatu yang dianggap tidak
mampu
c. Harga diri
Klien mengatakan tidak merasa ada masalah terhadap diri sendiri
hanya saja klien merasa sedikit tidak nyaman saat sakit.
d. Peran diri
Klien mengatakan sebelum sakit peran dirinya yaitu
bertanggungjawab untuk menafkahi keluarganya secara lancar dan saat
sakit klien tidak bisa menafkahi keluarganya karena harus istirahat
total di RS
e. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya adalah laki-laki dan sebagai seorang suami
dari anggota keluarganya.
g. Kebutuhan Spiritual
1) Pelaksanaan ibadah
Sebelum sakit : klien mengatakan rajin sholat lima waktu
Saat sakit : klien mengatakan tidak pernah sholat
2) Pembuat keputusan
Klien mengatakan pembuat keputusan saat ini yaitu istri dan anak klien
h. Kebutuhan Seksual
1) Pemahaman fungsi seksual
Klien mengatakan mengerti fungsi seksual
2) Gangguan hubungan seksual

26
Klien mengatakan saat muda tidak ada gangguan hubungan seksual akan
tetapi sekarang klien merasa kurang bergairah ketika hubungan seksual
dikarenakan faktor usia

ANALISA DATA
N DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1 DS : Penurunan Curah Perubahan Frekuensi
- Klien mengatakan Jantung (00029) Jantung
badannya terasa lemas
- Klien mengatakan jantung
berdegup kencang
DO :
- TD : 100/85 mmHg
- HR : 90 x/menit
- RR : 34 x/menit
- T : 36 C
- Akral teraba dingin
- SPO2 : 98 %
- Perubahan hasil EKG
- Terlihat batuk
- Berkeringat dingin
2 DS : Ketidakefektifan pola Nyeri dada
- Klien mengatakan napas (00032)
badannya lemas
- Klien mengatakan sesak
napas
- Klien mengatakan nyeri
dada, punggung, kaki dan
tangan
DO :
- Klien terlihat
menggunakan otot
bantu pernapasan
- Napas klien terdengar
bunyi mengi
(wheezing)
- RR : 34 x/menit
- Berkeringat dingin
- Klien terlihat lemah

27
- KU : lemah
- GCS : 15 (E4M6V5)
- Kesadaran
composmentis
- CRT ≥ 3 detik

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Ketidakefektifan pola napas (0032) b.d Nyeri dada
2. Penurunan Curah Jantung (0029) b.d Perubahan Frekuensi Jantung

INTERVENSI
N DX.KEP TUJUAN & KH RENCANA TINDAKAN
O
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
pola napas (0032) keperawatan selama per 4 1. Kaji suara napas
(catat adanya suara tambahan)
b.d Nyeri dada jam dari 24 jam masalah
2. Posisikan semi flower
ketidakefektifan pola 3. Monitor respirasi dan saturasi
napas dapat teratasi oksigen
4. Beri O2 kanul/masker sesuai
dengan kriteria hasil :
dengan kondisi SPO2
1. Keadaan baik
5. Ajarkan teknik relaksasi napas
2. Tidak ada suara napas
dalam
tambahan
3. Tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan
4. RR normal (18-24
x/menit)
5. Irama napas reguler
6. Napas lega
7. CRT ≤ 2 detik

2 Penurunan Curah Setelah dilakukan tindakan Cardiac care ()


Jantung (0029) keperawatan selama per 4 1. Kaji adanya nyeri dada (intensitas,
b.d Perubahan jam dari 24 jam masalah lokasi dan durasi)
Frekuensi penurunan curah jantung 2. Monitor status kardiovaskuer
3. Monitor TTV
Jantung dapat teratasi dengan
4. Anjurkan klien untuk istirahat yang
kriteria hasil :
cukup
1. Tidak ada penurunan
5. Periksa EKG perhari
kesadaran

28
2. Dapat mentoleransi 6. Beri pendidikan kesehatan tentang
aktifitas, tidak ada penyakit yang dialami
keletihan 7. Kolaborasi pemberian terapi
3. TTV dalam batas
dengan dokter
normal
a. Infus RL 20 tpm
(TD : 120/80 mmHg)
b. Dopamin 5 mg
(HR : 60-100 x/menit)
c. Nitrat 2 cc/jam
( RR : 16-24 x/menit)
( T : 36,5-37,5 C)
SPO2: 98-100%

IMPLEMENTASI
Hari/tgl/jam No. Dx Tindakan Respon Ttd
kep
Rabu/21 1 2. Memposisikan klien semi DS : TIM
November 2018/ flower Klien mengatakan
11.00 WIB posisi setengah duduk
tidak nyeri
DO :
- Klien terlihat
lemah
- Klien terlihat
duduk dengan
posisi semi flower

29
11.10 WIB 1 1. Memeriksa suara napas DS :
TIM
dengan menggunakan - Klien mengatakan
stetoskop nyeri pada dada
1. Memeriksa daerah dada - Klien mengatakan
2
yang merasa nyeri masih terasa sesak
DO :
dengan menggunakan
- Memeriksa bagian
stetoskop
dada dengan
menggunakan
stetoskop
- Terdengar bunyi
wheezing saat
klien menarik
napas dalam
- Saat ini tidak ada
suara tambahan
- Nyeri dada masih
3. Memeriksa respirasi dan
terasa
Saturasi oksigen
3. Monitor TTV
DS :
- Klien mengatakan
sesak
- Klien mengatakan TIM
11.20 1
pusing
DO :
2 - Klien terlihat
lemah
- TTV :
TD : 100/80
mmHg
4. Memberikan oksigen
HR : 74 x/menit
dengan full mask 3 RR : 30 x/menit
T : 36,5 C
liter
SPO2 : 96 %
DS :
Klien mengatakan
masih sesak napas
DO :
Klien terpasang full
mask 3 liter

30
5. Melakukan perekaman Keadaan lemah
11.05 WIB 1 jantung dengan alat EKG
DS : TIM
klien mengatakan siap
untuk diperiksa
DO :
Klien terlihat
kooperatif
Hasil EKG : STEMI
4. menyarankan klien untuk
11.45 WIB 2 istirahat yang cukup
DS : TIM
Klien mengatakan
akan istirahat yang
cukup
DO :
Klien terlihat
kooperatif

12.00 WIB 2 TIM

Kamis/22 1 1. Memeriksa suara napas DS : TIM


November 2018/ tambahan - Klien mengatakan
1. Memeriksa adanya
08.00 WIB 2 sesak mulai
nyeri dada
berkurang
- Klien mengatakan
terasa nyeri ketika
tiduran
DO :
-masih terdengar
bunyi wheezing

31
5. Mengajarkan klien teknik -otot bantu pernapasan
relaksasi napas dalam sudah tidak ada

08.10 WIB 1 DS :
- Klien mengatakan
TIM
baru mengetahui
teknik napas dalam
- Klien mengatakan
sedikit lega
DO :
3. Memonitoring status
Klien terlihat
respirasi dan saturasi O2
mengikuti cara
3. Memonitoring TTV
2. Memonitoring status menarik napas
kardiovaskuler dalam

DS :
Klien mengatakan
09.00 WIB 1
masih pusing TIM
5. Melakukan perekaman DO :
2
jantung dengan alat EKG TTV =
2
TD : 105/85 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 36 C
SPO2 : 98 %
7. Memberikan terapi
injeksi dan ganti flabot
DS :
Fimahes dengan RL 20
Klien mengatakan
09.30 WIB 2 tpm
Terpi Dopamin 4,5 bersedia untuk TIM
cc/jam menggunakan diperiksa
syringe pump DO :
Terlihat alat terpasang
di daerah dada klien
Hasil EKG : STEMI

32
DS : -
11.00 WIB 2 DO :
- Klien terlihat
kooperatif TIM
- Terlihat terpasang
infus tangan sebelah
kiri

Jum’at/23 1 1. Memeriksa suara napas DS : TIM


November 2018/ tambahan -Klien mengatakan
1. Memeriksa adanya nyeri
15.00 WIB 2 nyeri berkurang
dada
-Klien mengatakan
tidak sesak napas
DO :
-Keadaan umum klien TIM
sudah baik
-wajah klien terlihat
tenang
-tidak ada suara napas
tambahan
-wheezing (-)

3. Memonitoring status
16.00 WIB 1 DS :
respirasi dan saturasi O2
Klien mengatakan
3. Memonitoring TTV
2 2. Memonitoring status tidak pusing
2 kardiovaskuler DO : TIM
TTV =
TD : 100/70 mmHg
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,7 C
SPO2 : 98 %
4. Mengganti Full mask 3
16.10 WIB 1 liter dengan nasal kanul 1 DS :

33
liter Klien mengatakan TIM
tidak sesak
DO :
Klien terlihat
menggunakan nasal
kanul
5. Melakukan perekaman
17.00 WIB 2 jantung dengan alat EKG DS :
Klien mengatakan
bersedia dilakukan
perekaman
DO :
Terlihat alat terpasang
di daerah dada klien
Hasil EKG : STEMI
6. Memberikan pendidikan
2 kesehatan tentang penyakit DS :
TIM
yangdialami klien kepada - Keluarga
keluarga dan klien mengatakan baru
mengerti tentang
penyakit yang
diderita klien
- Keluarga
mengatakan setelah
klien sembuh akan
menjaga pola makan
klien dan merubah
pola
hidup/kebiasaan
klien
DO :
- Keluarga klien
terlihat aktif
bertanya
- Keluarga klien

34
terlihat
memperhatikan
selama diberikan
pendidikan
kesehatan

EVALUASI
Hari/tgl/jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan TTD
Rabu/21 November Ketidakefektifan pola S :
2018/ napas (0032) b.d Nyeri - Klien mengatakan masih
14.00 WIB dada terasa sesak napas TIM
- tidak sesak napas lagi
O:
- Klien masih terlihat
lemah
- Masih terlihat otot
napas bantu
- Terdengar bunyi
pernapasan wheesing
- Tidak ada bunyi napas
tambahan
- RR : 33 x/menit
- SPO2 : 92%
- Irama napas irreguler
- Klien terlihat tenang
- KU klien baik
- Terlihat tidak ada otot
bantu napas
- Terasa napas reguler
- RR : 22 x/menit
- Tidak terdengar suara
napas tambahan
- Wheezing (-)
- SPO2 : 98 %
A:
Masalah ketidakefektifan pola
napas klien belum teratasi

35
P:
Ulangi intervensi
1. Kaji suara napas
(catat adanya suara
tambahan)
3. Monitor respirasi dan
saturasi oksigen
5. Ajarkan teknik relaksasi
napas dalam

Penurunan Curah Jantung S : TIM


(00029) b.d perubahan Klien mengatakan masih nyeri
frekuensi jantung pada dada
Klien mengatakan masih
merasa lemas
O:
- Klien terlihat berkeringat
dingin
- Akral dingin
- CRT ≤ 3 detik
- TTV :l
TD : 98/70 mmHg
HR : 70 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 36 C
SPO2 : 92 %
- Hasil EKG : STEMI
A:
Masalah penurunan curah
jantung belum teratasi
P:
Ulangi intervensi

36
1. Kaji adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi dan durasi)
2.Monitor status kardiovaskuer
3. Monitor TTV
5. Periksa EKG perhari
7. Kolaborasi pemberian terapi
dengan dokter
Kamis/22 Ketidakefektifan pola S : TIM
November 2018/ napas (00032) b.d Nyeri Klien mengatakan sesak napas
14.00 WIB dada berkurang
Klien mengatakan mulai
merasa lega
O:
- Klien terlihat mulai tenang
- Tidak ada otot bantu
pernapasan
- Masih terdengar bunyi
wheezing
- RR : 28 x/menit
- SPO2 : 96%
- Irama napas masih irreguler
A:
Masalah ketidakefektifan pola
napas teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Kaji suara napas
(catat adanya suara
tambahan)
3. Monitor respirasi dan
saturasi oksigen
4. Ganti oksigen full mask
dengan O2 kanul
Penurunan Curah Jantung S : TIM
(00029) b.d perubahan Klien mengatakan nyeri
frekuensi jantung berkurang

37
O:
- Klien tidak berkeringat
dingin
- Akral hangat
- CRT ≤ 2 detik
- TTV :
TD : 100/80 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 36,6 C
SPO2 : 96 %
- Hasil EKG : STEMI
A:
Masalah penurunan curah
jantung teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Kaji adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi dan durasi)
2. Monitor status
kardiovaskuer
3. Monitor TTV
5. Periksa EKG perhari
6. Beri pendidikan kesehatan
tentang penyakit yang dialami
Jum’at/23Novembe Ketidakefektifan pola S : TIM
r 2018/ napas (00032) b.d Nyeri - Klien mengatakan sudah
21.00 WIB dada tidak sesak napas lagi
O:
- Klien terlihat tenang
- KU klien baik
- Terlihat tidak ada otot
bantu napas
- Terasa napas reguler
- RR : 22 x/menit
- Tidak terdengar suara
napas tambahan
- Wheezing (-)
- SPO2 : 98 %

38
A:
Masalah ketidakefektifan pola
napas klien teratasi

P:
Hentikan Intervensi
Penurunan Curah Jantung S : TIM
(00029) b.d perubahan Klien mengatakan nyeri sudah
frekuensi jantung berkurang
O:
- Klien terlihat baik
- Tidak berkeringat
dingin
- Akral hangat
- CRT ≤ 2detik
- Hasil EKG : STEMI
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,5 C
SPO2 : 98 %
A:
Masalah penurunan curah
jantung teratasi sebagian
P:
Intervensi Lanjutkan
1.Pergantian infus RL 20 tpm
5.Periksa EKG perhari

(Klien APS jam 23.00 WIB


tanggal 23 November 2018)

BAB 5
PENUTUP

39
5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan ini penulis sudah mampu untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medisnya yaitu Sindrom
Koroner Akut (SKA) melalui proses :
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, penulis dapat mengumpulkan data pada klien
dengan Sindrom Koroner Akut (SKA) yang dilakukan dengan wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan dokumentasi keperawatan.
2. Diagnosa Keparawatan
Setelah pengumpulan data maka dapat ditemukan masalah-masalah keperawatan
melalui analisa data dengan diagnosa :
a. Ketidakefektifan Pola Napas (00032) b.d Nyeri Dada
b. Penurunan Curah Jantung (00029) b.d Perubahan Frekuensi Jantung
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dapat disusun rencana tindakan dengan prioritas
masalah
4. Implementasi
Pada tahap ini merupakan realisasi mandiri dan kolaborasi dari perencanaan
yang sudah disusun.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi dapat dinilai keberhasilan asuhan Keperawatan yang
sudah dijalankan.Pada umumnya tujuan tercapai sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Terlaksananya asuhan keperawatan ini tidak terlepas dari dukungan dari
tim medis, staf ruangan dan klien / keluarga klien.

5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penerapan Asuhan keperawatan yang dilakukan maka beberapa
masukan yang dapat diberikan antara lain :
1. Klien dan keluarga
Kepada klien dan keluarga diharapkan mampu menjaga kesehatan serta
mempunyai keinginan untuk melaksanakan tindakan-tindakan dan nasehat-nasehat
yang telah diberikan tenaga kesehatan demi kesehatan klien.
2. Tenaga Perawat

40
Dalam melakukan pengkajian pada klien / keluarga diharapkan perawat perlu
mempersiapkan diri dengan pengetahuan keterampilan dan komunikasi
tereupetik.Sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.Agar asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya perencanaan yang matang.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan adanya kerjasama yang baik
dengan klien, keluarag klien dan tim kesehatan lainnya.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan study kasus ini dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga
kesehatan serta mengahsilkan tenaga kesehatan yang professional.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC.
Corwin J. Elizabeth (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

41
Krisanty Paula, S.Kep, Ns, dkw (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TIM

42

Você também pode gostar