Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelompok VI
Afri Riandra (1607112214)
Fanesa (1607112211)
Fransisca Kristin (1607112226)
Muhammad Alfi Syahri (1607112225)
Revika Wulandari (1607112215)
Percobaan IV :
Aliran Fluida
Asisten Praktikum :
Rahmat Setiawan
Dosen Pengampu :
Ir. Aman, MT
i
LembarPengesahan Laporan Praktikum Laboratorium Instruksional Teknik
Kimia I
Aliran Fluida
CatatanTambahan:
Dosen Pengampu
Pekanbaru, November 2018
Ir. Aman,MT
ii
ABSTRAK
Aliran fluida adalah suatu perpidahan fluida dari satu titik ke titik lainnya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pola aliran fluida didalam pipa,
menghitung tekanan/ pressure drop dan friction loss aliran fluida didalam fluidia
didalam pipa serta memahami peralatan-peralatan yang berkaitan dengan
transportasi aliran fluida. Pada industri, metode perhitungan aliran fluida sangat
digunakan dalam perancangan pemanasan pipa, penempatan pipa, panjang pipa
dan hal-hal lain yang diperlukan dalam transportasi aliran fluida. Prosedur
percobaan yaitu melakukan persiapan dengan mengecek kondisi pompa dan
peralatan aliran fluida. Lalu melakukan percobaan dengan mengisi tangki air
samai penuh, melakukan valve set, mengalirkan pompa keseluruh perpipaan,
melakukan kalibrasi pada flow rate yang berbeda dengan bantu valve, kemudian
melakukan variasi bukaan valve yaitu bukaan 25%, 50%, 70%, dan 100% pada
pipa horizontal, elbow 450 dan friction loss dalam enlargement dan contraction
dengan variasi volume fluida yaitu 25, 30, dan 35 ml. Setelah data diperoleh,
maka dapat menghitung nilai head loss dan friction loss. Data yang diaamati yaitu
perubahan presure drop dan waktu yang dibutuhkan aliran fluida untuk mengalir
dengan volume yang telah ditentukan.
Kata Kunci: aliran fluida, elbow, flow rate, friction loss, , head loss, valve.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUASTAKA ....................................................................... 2
2.1 Fluida ...........................................................................................................3
2.2 Jenis Fluida ..................................................................................................3
2.3 Konsep Dasar Aliran Fluida .........................................................................4
2.3.1.Bilangan Reynold ................................................................................5
2.3.2.Head loss .............................................................................................6
2.3.3.Fitting dan Valve .................................................................................7
2.3.4.Pompa.................................................................................................11
2.4 Pengukuran Aliran Fluida ...........................................................................14
2.5 Pressure Drop .............................................................................................15
2.6 Gesekan dalam Pipa (Friction Loss) ...........................................................16
2.7 Persamaan Kontinuitas ................................................................................17
2.8 Viskositas ....................................................................................................17
2.9 Rapat Jenis (Density)...................................................................................17
2.10 Debit Aliran ..............................................................................................18
2.11 Tipe Aliran Fluida ....................................................................................18
2.12 Head Loss dan Friction Loss pada Pipa Horizontal .................................19
2.13 Head Loss dan Friction Loss pada Elbow ...............................................19
2.14 Friction Loss pada Erlargement dan Contraction ...................................19
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................ 21
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan.................................................................21
3.2Prosedur Percobaan ......................................................................................21
3.2.1 Head Loss dan Friction Loss pada Pipa Horizontal ..........................21
3.2.2. Head Loss dan Friction Loss pada Elbow.........................................22
3.2.3 Friction Loss pada Erlargement dan Contraction ............................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1Pembahasan ..................................................................................................24
4.1.1 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan HeadLoss pada Pipa 2 .......24
4.1.2 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada
erlargement ................................................................................................25
4.1.3 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada
contraction .................................................................................................27
4.1.4 Elbow 45° ..........................................................................................29
iv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 31
5.1 Kesimpulan .................................................................................................31
5.2 Saran ............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................32
LAMPIRAN A : LAPORAN SINGKAT
LAMPIRAN B : PERHITUNGAN
LAMPIRAN C : DOKUMENTASI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pernyataan Masalah
Untuk mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain
diperlukansuatu peralatan. Selain peralatan utama yang digunakan, ada bagian-
bagian yang tidak kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-
peristiwa yang dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari
peralatan ini dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Dalam menggunakan pipa
yang harus diperhatikan adalah karakteristik dari fluida yang digunakan, misalnya
suhu dan tekanan. Apabila fluida dilewatkan ke dalam pipa maka akan terjadi
gesekan antara pipa dengan fluida tersebut. Besarnya gesekan yang terjadi
tergantung pada kecepatan, kekerasan pipa, diameter dan viskositas fluida yang
digunakan. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi
dalam pipa apabila fluida dilewatkan ke dalamnya. Gesekan yang terjadi dapat
mempengaruhi aliran fluida dalam pipa, aliran ini dapat terjadi secara laminar atau
turbulen yang nilainya dapat didekati dengan bilangan Reynolds.
1.2 Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang pola aliran fluida dalam pipa
2. Menghitung tekanan/preasure drop dan friction loss aliran fluida dalam
pipa
3. Menjelaskan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan transportasi
fluida
4. Bekerjasama dalam tim secara profesional
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Fluida Secara khusus, fluida didefinisikan sebagai zat yang berdeformasi
terus- menerus selama dipengaruhi suatu tegangan geser. Fluida atau zat cair
dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih
mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil
pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk
dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat
tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk maupun volumenya, sedangkan
zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair
mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan
padanya gaya yang sangat besar dan gas tidak mempunyai bentuk dan maupun
volume yang tetap, gas akan berkembang mengisi seluruh wadah. Karena zat cair
dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian kedua–duanya sering secara
kolektif disebut sebagai fluida (Dharma,2012).
Fluida dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir.
Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil
dari ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang
relative kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan
pada zat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk serta volume, sedangkan
zat cair dan gas, tidak mempertahan bentuk yang tetap. Zat cair mengikuti bentuk
dari wadah dan volumenya dapat diubah jika diberikan gaya. Zat yang berwujud
gas, tidak memmpunyai volume ataupun bentuk yang tetap karena gas
berkembang mengisi seluruh wadah. Karena kedua fasa ini tidak mempertahan
suatu bentuk yang tetap, sehingga memudahkan keduanya untuk mengalir dan
secara kolektif disebut sebagai fluida (Aprilasani, 2011).
Menurut Raswari (1986), fluida merupkan suatu zat/bahan yang dalam
keadaan setimbang tidak dapat menahan gaya atau tegangan geser(shear force).
2
Dapat pula didefinisikan sebagai zat yang dapat mengalir bila ada perbedaan
tekanan atau tinggi. Suatu sifat dasar fluida nyata, yaitu tahanan terhadap yang
diukur sebagai tegangan geser yang terjadi pada bidang geser yang dikenai
tegangan tersebut adalah viskositas atau kekentalan/kerapatan zat fluida tersebut.
Bagian-bagian tabung yang berdinding tebal biasanya disambungkan
dengan penyambung ulir, flens atau las. Tabung-tabung berdinding tipis
disambung dengan solder atau dengan sambungan jolak. Pipa yang terbuat dari
bahan rapuh seperti gelas atau besi cor di sambungkan dengan sambungan flens.
Bila menggunakan pipa sambung berulir bagian luar ujung pipa dibuat berulir
dengan alat pembuat ulir. Untuk menjamin rapatnya sambungan itu pada ujung
berulir pipa itu dibalutkan terlebih dahulu oleh pita politetraflouro etilen (Tobing,
2010).
3
Aliran fluida dapat digolongkan sebagai aliran laminar jika partikel fluida
yang bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan
kecepatan sama. Laminer berasal dari bahasa latin thin plate yang berarti plat tipis
atau aliran sangat halus. Pada aliran ini gaya gesek relatif besar mempengaruhi
kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding pipa, kecepatan makin
rendah. Aliran laminar bersifat steady maksudnya alirannya tetap.
“Tetap”menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau
kecepatan aliran tidak berubah menurut waktu. Aliran laminar mengikuti hukum
Newton tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju
perubahan bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang
tinggi aliran laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen.
4
batas. Partikel fluida lainnya yang mencoba meluncur pada partikel tersebut akan
terhambat sebagai akibat interaksi antara fluida yang bergerak secara lebih cepat
dan fluida yang bergerak secara lebih lambat, yang juga disebut sebagai akibat
adanya gaya gesek. Jarak dari tepi depan sampai titik dimana lapisan batas
menjadi turbulen disebut panjang kritik. Jarak ini biasanya disebut sebagai suatu
besaran tanpa dimensi yang disebut bilangan Reynolds.
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia
terhadap gaya viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda. Persamaan untuk bilangan
Reynold adalah
ρvs L vs L Gaya Inersia
Re= = = …………………….(2.1)
μ v Gaya Viskos
Vs : kecepatan fluida,
L : panjang karakteristik
µ : viskositas absolut fluida dinamis,
v : viskositas kinematik fluida
ρ : kerapatan fluida
Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang
berbeda dan laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi
yang relavan, keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis(Hanna, 2015).
5
𝑉2
ℎ𝑙 = 𝐾𝐿 2𝑔…………...…………………….(2.2)
Major loss merupakan kerugian yang terjadi karena pengaruh gesekan yang
terjadi antara fluida dengan dinding fluida dengan dinding pipa atau perubahan
kecepatan yang dialami oleh aliran fluida. Pada aliran turbulen, faktor gesek
merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan kekasaran relatif e/D dimana e ialah
kekasaran absolut dari permukaan pipa. Nilai e/D biasanya sudah ditetapkan dan
dapat dilihat diappendix. Sedangkan untuk nilai faktor gesek atau fliksi dapat
dilihat pada diagram moody. Penjumlahan dari kerugian minor dan kerugian
major merupakan total head. Persamaan menghitung total head loss adalah:
(Tobing, 2010).
V2 LV2 L V2
hL = ∑ K 2g +f d2g =( ∑ K +f D ) 2g ……………………(2.3)
6
atau sambungan. Penggunaan tipe ini sangat efektif karena dapat mudah dipasang
dan dilepaskan (Poerboyo, 2013).
Jenis sambungan ada yang berupa sambungan spesifik dan memiliki
beberapa bentuk dengan fungsinya masing masing. Jenis sambungan spesifik juga
disebut fitting. Fitting ulir digunakan pada pipa berulir. Fitting pengelasan
digunakan untuk pia non-ulir.
Katup merupakan komponen yang dibutuhkan dalam sistem perpipaan
yangberfungsi untuk memberhentikan, meneruskan, ataupun mengalihkan aliran
pada pipa. Katup juga berfungsi untuk mengontrol laju aliran dan
meregulasikannya. Ketika tekanan fluida melampaui batasnya, katup mencegah
kelebihan tekanan tersebut dengan mengintegrasikannya. Katup mencegah
keadaan vacuum.
Beberapa jenis katup ada yang dioperasikan secara manual atau memiliki
aktuator yang diberikan arus listrik oleh motor bisa berupa hidrolik dan pneumatik
atau kombinasi keduanya untuk mengoperasikan katup secara otomatis. Dalam
pemilihan katup yang cocok untuk suatu perancangan perlu diperhatikan aplikasi
dari desain tersebut dan harus dievaluasi karakteristik dari katup, fitur desain,
material kontruksi, dan performansi (Poerboyo, 2013).
2.3.4 Pompa
Pompa merupakan mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan
fluida cair dari suatu tempat ketempat lainnya melalui sistem perpipaan. Pada
prinsipnya, pompa mengubah energi mekanik motor menjadi energi aliran fluida.
Suatu pompa dapat memberikan pelayanan yang baik maka dalam pemakaiannya
pompa perlu dipilih secara benar dan tepat (Ardhellas dkk, 2015).
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya
dinyatakan dalam satuan panjang m (SI). Pompa merupakan mesin yang bekerja
dengan menggunakan energi luar. Energi dari luar (motor listrik) diubah menjadi
putaran poros pompa dimana impeler terpasang padanya. Perubahan energi dari
suatu bentuk ke bentuk lain selalu tidak sempurna dan ketidaksempurnaan
7
perubahan ini yang disebut dengan efisiensi (Ardhellas dkk, 2015). Adapun jenis-
jenis Pompa, yaitu
1. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal merupakan pompa yang terdiri dari satu impeller atau
lebih dilengkapi dengan sudu sudu yang dipasangkan pada poros yang beruputar
dan diselubungi dengan/oleh sebuah rumah (casing). Pompa ini bekerja dengan
prinsip putaran impeler sebagai elemen pemindah fluida yang digerakkan oleh
motor. Zat cair yang berada di dalam akan berputar akibat dorongan sudu-sudu
dan menimbulkan gaya sentrifugal yang menyebabkan cairan mengalir dari tengah
impeler dan keluar melalui saluran di antara sudu-sudu dan meninggalkan impeler
dengan kecepatan tinggi. Cairan dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan ke
saluran yang penampangnya makin membesar (volute) sehingga terjadi perubahan
head (tinggi tekan) kecepatan menjadi head tekanan. Setelah cairan dilemparkan
oleh impeller, ruang di antara sudu-sudu menjadi vacuum, menyebabkan cairan
akan terhisap masuk sehingga terjadi proses pengisapan.
8
Gambar 2.4 Penampang Pompa Sentrifugal
9
Pompa roda gigi merupakan pompa yang sering digunakan untuk aplikasi
hydraulic fluid power namun sering digunakan pada industry untuk mengalirkan
fluida dengan viskositas tertentu. Prinsip kerjanya yaitu dengan menggunakan dua
buah roda gigi yang berfungsi untuk mengisap dan menekan fluida. Fluida yang
mengisi ruang antara dua roda gigi akan ditekan menuju sisi buang (outlet) karena
fluida dari sisi isap akan terus masuk mengisi ruang kosong pada kedua sisi roda
gigi. Proses isap dan buang akan berlangsung secara terus menerus selama pompa
tersebut dioperasikan. Pompa roda gigi dikategorikan sebagai fixed displacement
karena jumlah fluida yang dialirkan setiap putarannya selalu tetap (Haruo, 2002).
2.4 Pengukuran Aliran Fluida
Untuk melakukan pengendalian pada proses-proses industri, kuantitas
bahan yang masuk dan keluar dari proses perlu diketahui. Oleh karena itu, perlu
diukur laju alir fluida pada pipa atau saluran. Alat ukur dapat didasarkan pada
pengukuran volume langsung, dengan menggunakan tangki tekan variabel, alat
ukur penampang aliran, alat ukur arus, alat ukur positive displacement, alat ukur
magnetik dan alat ukur ultrasonik.
Pengukuran aliran fluida bertujuan untuk mencegah kerusakan peralatan
karena sifat aliran yang melebihi kapasitas alat, mendapatkan mutu produksi yang
diinginkan dan untuk mengontrol jalannya proses. Alat ukur aliran fluida yang
paling banyak digunakan adalah alat ukur aliran fluida jenis beda tekanan. Hal ini
dikarenakan konstruksi pompa yang sederhana dan pemasangan yang lebih mudah
(Tobing, 2010).
1. Tabung Venturi
Tabung venturi adalah suatu alat yang terdiri dari pipa dengan penyempitan
dibagian tengah yang dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk mengukur
kecepatan aliran suatu zat cair. Fluida yang digunakan pada venturi meter ini
dapat berupa cairan gas dan uap. Tabung Venturi ini merupakan alat primer dari
pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya.
Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat
sekundernya adalah manometer tabung U. Tabung venturi memiliki kerugian
praktek tertentu karena harganya mahal, memerlukan ruang yang besar dan rasio
diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah. Untuk sebuah tabung
10
venturi tertentu dan sistem manometer tertentu, kecepatan aliran yang dapat
diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran maka diameter throatnya dapat
diperbesar untuk memberikan pembacaan yang akurat atau diperkecil untuk
mengakomodasi kecepatan aliran maksimum yang baru (Tobing, 2010).
11
piringan tajam. Plat-plat ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat. selain terbuat dari
logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastik agar tidak terpengaruh oleh
fluida yang mengalir (Tobing, 2010).
3. Nozzle
Flow nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara dua
flens. Flow nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang besar, sedangkan plat
orifice digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle mempunyai
lubang besar dan kehilangan tekanan lebih kecil dari pada plat orifice sehingga
flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi seperti uap tekanan tinggi pada
temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel. Flow nozzle ini merupakan alat
primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda
tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur
atau alat sekundernya adalah berupa manometer.
Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan semakin berkurang
seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara bebas setelah
melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat orifice. Flow nozzle terdiri
dari dua bagian utama yaitu bagian yang melengkung dan bagian yang silinder.
Pada flow nozzle tap-up stream atau tap awal ditempatkan pada jarak yang sama
dengan diameter dari pipa yang digunakan, sedangkan untuk tap-down stream
atau tap akhir ditempatkan pada jarak setengah dari diameter pipa yang digunakan
(Tobing, 2010).
12
Gambar 2.7 Flow Nozzle
4. Pipa Pitot
Nama pipa pitot datang dari konsepsi Henry De Pitot pada tahun 1732. Pipa
pitot mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda tekanan
yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat pada gambar 2.8.
Pipa Pitot membutuhkan dua lubang pengukur tekanan untuk menghasilkan
sesuatu beda tekanan. Pada pipa pitot ini biasanya fluida yang digunakan adalah
jenis cairan dan gas. Pipa Pitot terbuat dari stainless steel dan kuningan (Tobing,
2010).
13
Tekanan" adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui
tabung. Gaya gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Faktor utama yang
mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida adalah kecepatan fluida melalui
pipa dan viskositas fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan mengalir ke arah
perlawanan sedikit (kurang tekanan). Pada aliran satu fase, pressure drop
dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari viskositas, densitas
fluida dan diameter pipa.
2.6 Gesekan dalam pipa (Friction Loss)
Gesekan pada pipa dapat menyebabkan hilangnya energi mekanik fluida.
Gesekan inilah yang menetukan aliran fluida dalam pipa, apakah laminar atau
turbulen. Gesekan juga dapat menimbulkan panas pada pipa sehingga merubah
energi mekanik menjadi energi panas (kalor).
Dalam aplikasi kesehariannya, ada banyak sekali bentuk dan model pipa,
seperti pipa bentuk elbow, mitter, tee, reducer, cross, dan lainnya. Bentuk serta
model yang beraneka ragam tersebut sangat membantu dalam desain layout
sistem perpipaan didunia industri. Pada saat operasi, bentuk dan model pipa yang
bermacam-macam tersebut akan memiliki karakteristik tegangan yangberbeda-
beda sebagai akibat dari pembebanan yang diterimanya. Akumulasi dari berat
pipa itu sendiri dan tekanan fluida yang mengalir didalamnya, akan menyebabkan
tegangan pada pipa yang dikenal sebagai beban statis. Namun efek dari
pembebanan seperti ini dapat diminimalisasi dengan memilih jenis penyangga
(support) yang sesuai, dan menggunakan penyangga tersebut dalam jumlah
cukup. Secara umum, beban dinamik dan beban termal pada pipa merupakan dua
hal yang lebih penting, dan lebih sulit untuk ditangani. Pembebanan dinamik
terjadi pada pipa yang berhubungan langsung dengan peralatan bergetar seperti
pompa atau kompresor. Beban dinamik juga terjadi pada pipa yang mengalami
beban termal, sehingga beberapa bagian pipa berekspansi dan menimbulkan
tegangan pada pipa. Oleh sebab itu, perlu digunakan beberapa alat atau
mekanisme yang didesain untuk memperkecil tegangan pada system perpipaan
tersebut, agar kelebihan beban yang bisa mengakibatkan kegagalan pada bagian
pipa, atau kerusakan pada alat yang terhubung dengannya dapat dihindari.
14
Salah satu komponen penyambungan dalam sistem perpipaan adalah pipe
bend (pipa lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk membelokkan arah
aliran fluida didalam pipa. Namun pipe bend lebih sulit untuk dianalisa karena
permukaannya menjadi oval dibawah pembebanan momen bending. Hal ini
menyebabkan pipe bend memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pipa lurus yang sama ukuran dan jenis materialnya.Lebihnya fleksibilitas
ini menjadikan pipe bend berfungsi sebagai penyerapekspansi thermal. Dengan
berbagai karakteristik tersebut, pipe bend menjadikomponen yang sangat penting
di dalam sistem perpipaan dan memerlukan berbagai macam pertimbangan dalam
proses perancangannya.
Dimana :
V = Volume(m3)
t = waktu(detik)
Jika disubtitusikan persamaan 6 dan 7 maka akan dihasilkan persamaan:
V
v = t. A...................................................(2.7)
Dimana :
V = volume(m3)
t = waktu(detik)
A = Luas penampang(m2)
v = kecepatan (m/det)
15
Jika fluida bergerak dalam pipa yang mengalir dengan luas penampang
yang berbeda maka volume yang mengalir :
V=A.v. t..............................................(2.8)
A1.v1.t1 =A2.v2.t2.............................................(2.9)
2.8 Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat
cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gaya – gaya kohesi padazat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.
Dimana :
3
Q = debit aliran ( m /s )
v = kecepatan aliran ( m/s )
2
A = luas penampang ( m )
3
V = volume fluida ( m )
16
2.11 Tipe Aliran Fluida
Ada 3 tipe aliran fluida didalam pipa, yaitu :
1. Aliran Laminer, aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-partikel
fluida mengalir secara teratur dan sejajar dengan sumbu pipa. Reynold
menunjukkan bahwa untuk aliran laminer berlaku Bilangan Reynold,
NRe < 2100. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss
berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida, atau H α V.
2. Aliran Turbulen, aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel
fluida mengalir secara tidak teratur atau acak didalam pipa. Reynold
menunjukkan bahwa untuk aliran turbulen berlaku Bilangan Reynold,
NRe < 4000. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss
berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n, atau H α Vn.
3. Aliran Transisi, aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear
dan kecepatan turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat
tergantung oleh pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa
untuk aliran transisi berlaku hubungan Bilangan Reynold, 2100 < NRe <
4000.
Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu:
1. Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida
tidakmengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga
fluida tak termampatkan.
2. Fluida termampatkan (compressible), pada keadaan ini, fluida mengalami
perubahan volume dengan adanyaperubahan tekanan.
17
32 𝐿𝑉 2
F= .................................................(2.13)
𝑔𝑐 𝐷2 𝜌
∆𝑝⁄ ∆𝑣 2⁄
Jika 𝜌 sangat kecil,dan bisa diabaikan terhadap harga dari 2𝑔𝑐 ,
maka :
18
∆𝑣 2
= −𝐹.........................................................(2.15)
2𝑔𝑐
BAB III
METODE PERCOBAAN
19
6. Untuk menentukan kecepatan volumetrik air, dilakukan dengan cara
membuka aliran air, dan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan
mengalirkan air setiap 25, 30 dan 35 liter. Sehingga diperoleh
kecepatan volumetric air rata-rata.
7. Untuk menentukan pressure drop, manometer valve ditutup.
Selanjutnya setelah tinggi manometer di kedua pipa manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U tersebut dicatat.
20
1. Semua peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa apakah sudah
terpasang dengan baik, apakah sudah terpasang. Jika air kurang, air
ditambahkan melalui volumetric measuring tank.
2. Pump start dihidupkan, lalu valve dibuka. Maka air akan mengalir
melalui pipa 1, pipa 2, pipa 3, pipa 4, dan pipa 5,dan selanjutnya
menuju volumetric measuring tank.
3. Untuk menentukan head loss pada pipa 2 erlargement dan contraction
maka aliran air yang menuju selain pipa 2 ditutup, dengan menutup
valve masing-masing pipa selain pipa 2.
4. Selang disambungkan untuk menentukan pressure drop, yang
menghubungkan manometer pada pipa 2.
5. Setelah aliran air terlihat stabil, yang ditandai dengan tidak terdapat
lagi gelembung udara pada aliran, selanjutnya dicatat kecepatan
volumetrik air dan pressure dropnya.
6. Untuk menentukan kecepatan volumetrik air, dilakukan dengan cara
membuka aliran air, dan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan
mengalirkan air setiap 25, 30 dan 35 liter. Sehingga diperoleh
kecepatan volumetric air rata-rata.
7. Untuk menentukan pressure drop, manometer valve ditutup.
Selanjutnya setelah tinggi manometer di kedua pipa manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U tersebut dicatat.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
4.1.1 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada Pipa 2
Pada percobaan ini digunakan pipa horizontal 2 yang memiliki diameter
0,0169ft, dimana pipa tersebut dialiri fluida dengan bukaan valve sebesar 25%,
50%, 75% dan 100%. Pada grafik antara head loss dengan volumetrik bukaan
valve 25%, 50%, 75% dan 100% terjadi penurunan head loss, hal ini terjadi akibat
adanya hambatan pada masing-masing pipa yang mengurangi kecepatan air.
Karena seharusnya semakin tinggi bukaan valve maka semakin tinggi kecepatan
aliran fluida maka semakin besar pula head loss.
V vs H
6.1
6.05
6
5.95
(InchHg)
5.9
H
5.85
5.8
5.75
5.7
5.65
5.6
45 46 47 48 49 50 51 52
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Head Loss dengan Volumetrik pada Pipa 2
22
Dari percobaan dapat ditentukan dengan grafik hubungan bilangan Reynolds
dan fanning factor. Berikut adalah grafik hubungan bilangan Reynolds dan
fanning factor.
f vs NRe
0.00472
0.0047
0.00468
0.00466
0.00464
NRe
0.00462
0.0046
0.00458
0.00456
0.00454
78000 80000 82000 84000 86000 88000 90000 92000
f
23
V vs H
1.4
1.2
1
(InchHg) 0.8
H
0.6
0.4 H (inch Hg)
0.2
0
3.45 3.5 3.55 3.6 3.65 3.7
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
f1 vs NRe1
0.00517
0.00516
0.00515
0.00514
NRe1
0.00513
0.00512
0.00511
0.0051
54500 55000 55500 56000 56500 57000 57500 58000
f1
24
f2 vs NRe2
0.0068
0.00679
0.00678
0.00677
0.00676
NRe2
0.00675
0.00674
0.00673
0.00672
0.00671
0.0067
18200 18400 18600 18800 19000 19200 19400
f2
25
V vs H
5
4.5
4
3.5
(InchHg) 3
H
2.5
2
1.5
1
0.5
0
37 38 39 40 41 42 43 44 45
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
Gambar 4.6Grafik Hubungan antara Head Loss dengan Volumetrik pada Pipa
Contraction
Dari grafik hubungan antara kecepatan volumetrik dan head loss yang
didapat, data yang dihasilkan mengalami penurunan head loss pada valve25%,
50%, 75% dan 100%.Hal ini disebabkan terjadinya lonjakan kecepatan aliran
yang terbentuk karena besarnya hambatan pada valve, kemudian gelembung yang
terdapat pada pipa menyebabkan perubahan kecepatan aliran.
f1 vs NRe1
26500
26000
25500
25000
24500
NRe1
24000
23500
23000
22500
22000
0.0062 0.00625 0.0063 0.00635 0.0064 0.00645 0.0065
f1
26
f1 vs NRe2
80000
78000
76000
74000
NRe2
72000
70000 Nre2
68000
66000
64000
0.0047 0.00475 0.0048 0.00485 0.0049 0.00495
f2
27
V vs H
0.71
0.705
(InchHg) 0.7
H
0.695
0.69
0.685
0.68
7.9 8 8.1 8.2 8.3 8.4
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
f1 vs NRe1
0.00554
0.00553
0.00552
0.00551
0.0055
NRe1
0.00549
0.00548
0.00547
0.00546
0.00545
41500 42000 42500 43000 43500 44000 44500
f1
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini aliran yang terjadi adalah aliran turbulen, yaitu aliran
fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir secara tidak
teratur atau acak di dalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
turbulen berlaku bilangan reynold NRe > 4000.
2. Pada percobaan pipa 2 Pipa Erlargement, Pipa Contraction dan elbow 45o
di dapat pressure drop tertinggi yaitu :20537.6, 4045.5, 14848.5, dan
2400.5.
5.2 Saran
Untuk praktikan selanjutnya disarankan untuk teliti dalam melakukan
pembukaan dan penutupan manometer valve agar dalam pembacaan data pada
manometer didapat data yang akurat.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dharma,S.U dan Galih, P. 2012.Pengaruh Perubahan Laju Aliran Terhadap
Tekanan Dan Jenis Aliran Yang Terjadi Pada Alat Uji Praktiikum
Mekanika Fluida. ISSN 2301-6663 Volume 1 No. 2
30
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
7. Pressure Drop
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,143667 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 19159,61653 Pa
31
8. Reynold Number
lbm 51.51006631ft
𝜌 𝑣 𝐷 62,43 ft3 ( s
)16896325 ft
NRe = = = 90473,48
𝜇 0,00060056 lbm/fts
9. Friction Loss
0,079 0,079
f= = = 0,004555
𝑁𝑅𝑒 0,25 90473,480,25
F = 152521,2 ft lbf/lbm
b. Pada perhitungan untuk bukaan 50%, 75% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
B.2 Head Loss dan Friction Loss Pada Elbow 45o
a. Bukaan 25%
1. Volume 25L
𝑉 0,025 𝑚3
Q1 = = = 0,000480769 m3/s
𝑡 52 𝑠
H1 = ha1 – hb1 = 476 – 459 = 17 mmHg
2. Volume 30 L
0,030 𝑚3
Q2 = = 0,00047619 m3/s
63 𝑠
H2 = 476 – 457 = 19 mmHg
3. Volume 35 L
0,035 𝑚3
Q3 = = 0,000466667 m3/s
75 𝑠
H3 = 475 – 457 = 18 mmHg
4. Debit rata-rata
𝑄1+𝑄2+𝑄3 0,000480769+0,00047619+0,000466667
Qr = =
3 3
= 0,000474542 m3/s
Qr = 0,000474542 m3/s = 0,016758455 ft3/s
5. Head Loss rata-rata
𝐻1+𝐻2+𝐻3 17+19+18
Hr = = = 18 mmHg = 0,018 mHg
3 3
32
6. Kecepatan Volumetrik
𝑄 0,016758455 𝑓𝑡 3 /s
V= = = 8,362821128 ft/s
𝐴 0,002003924 𝑓𝑡 2
7. Pressure Drop
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,018 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 2400,5088 Pa
8. Reynold Number
lbm ft
𝜌 𝑣 𝐷 62,43 ft3 ( 8,362821128 s ) 0,050524934 ft
NRe = = = 43923
𝜇 0,00060056 lbm/fts
9. Friction Loss
0,079 0,079
f= = =0,0055
𝑁𝑅𝑒 0,25 439230,25
F = 63.787 ft lbf/lbm
b. Pada perhitungan untuk bukaan 50%, 75% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
B.3 Head Loss dan Friction Loss Pada Pipa Enlargement
a. Bukaan 25%
1. Volume 25 L
𝑉 0,025 𝑚2
Q1 = = = 0,0002038 m3/s
𝑡 120 𝑠
H1 = ha1 – hb1 = 483 – 451= 32 mmHg
2. Volume 30 L
0,030 𝑚3
Q2 = = 0,0002069 m3/s
145 𝑠
H2 = 482 – 451 = 31 mmHg
3. Volume 35 L
0,035 𝑚3
Q3 = = 0,0002071 m3/s
169 𝑠
H3 = 481 – 4503= 28 mmHg
4. Debit rata-rata
33
𝑄1+𝑄2+𝑄3 0,0002038+0,0002069+0,0020710
Qr = = = 0,0002074 m3/s
3 3
Qr = 0,0002074 m3/s = 0,007325805 ft3/s
𝑄 0,007325805 𝑓𝑡 3 /s
V2 = = = 3,65573ft/s
𝐴2 0,002003924 𝑓𝑡 2
7. Pressure Drop
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,03033333 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 4045,57 Pa
8. Reynold Number
lbm ft
𝜌 𝑣 𝐷 62,43 ft3 (32,689 s ) 0,16896325 ft
NRe1 = = = 5414
𝜇 0,00060056 lbm/fts
lbm ft
𝜌 𝑣 𝐷 62,43 ft3 (3,65573 s ) 0,50524934 ft
NRe2 = = = 19200
𝜇 0,00060056 lbm/fts
9. Friction Loss
0,079 0,079
f1 = = = 0,00919
𝑁𝑅𝑒 0,25 54140,25
0,079 0,079
f2 = = = 0,01105
𝑁𝑅𝑒 0,25 192000,25
F1 = 7154,72 ft lbf/lbm
𝛥𝐿 𝑣 2 0,688976378 𝑓𝑡 (0,425506405 ft/s)2
F2 = 4 f = 4 (0,01105)
𝐷 2𝑔𝑐 050524934 𝑓𝑡 2(32,174)lbm ft/lbf 𝑠 2
F2 = 0,00671 ft lbf/lbm
𝐴1 2 0,000224106 2
Kc = (1 − (𝐴2) )= (1 − (0,002003924) )= 0,98749
34
𝑉12 32,6892
hc1 = Kc = 0,4416 = 16,3984
2𝑔𝑐 2(32,174)
ΣF = F1 + F2 + hc
ΣF = 7154,72 + 0,00671 + 16,3984
ΣF = 7199,23
b. Pada perhitungan untuk bukaan 50%, 75% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
𝑄 0,00975287 𝑓𝑡 3 /𝑠
V2 = = = 43,70820652 ft/s
𝐴1 0,000224106 𝑓𝑡 2
7. Pressure Drop
35
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,102 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 13603,78488 Pa
8. Reynold Number
lbm
𝜌 𝑣 𝐷 62,43 𝑓𝑡3 (4,888054 𝑓𝑡/𝑠) 0,50524934 ft
NRe1 = = = 25672,22
𝜇 0,00060056 lbm/fts
lbm
𝜌 𝑣 𝐷 62,43 𝑓𝑡3 (43,70820652 𝑓𝑡/𝑠) 0,16896325 ft
NRe2 = = = 76767,41
𝜇 0,00060056 lbm/fts
9. Friction Loss
0,079 0,079
f1 = 0,25
= = 0,006241
𝑁𝑅𝑒 25672,220,25
0,079 0,079
f2 = = = 0,004746
𝑁𝑅𝑒 0,25 76767,410,25
F1 = 174.4639148 ft lbf/lbm
𝛥𝐿 𝑣 2 0,918635 𝑓𝑡 (0,425506405 ft/s)2
F2 = 4 f = 4 (0, 004746)
𝐷 2𝑔𝑐 0,16896325 𝑓𝑡 2(32,174)lbm ft/lbf 𝑠 2
F2 = 31720,84147 ft lbf/lbm
𝐴2 0,000224
Kc = 0,55 (1 − 𝐴1)= 0,55 (1 − 0,002004)= 0,488491
𝑉22 43,70820652 2
hc1 = Kc = 0,488491 = 14,50266647
2𝑔𝑐 2(32,174)
ΣF = F1 + F2 + hc
ΣF = 174.4639148 + 31720,84147 + 14,50266647
ΣF = 31909,81
b. Pada perhitungan untuk bukaan 50%, 75% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
Dari semua perhitungan diatas, maka didapatkan data hasil percobaan sebagai
berikut :
36
Tabel B.1. Data Hasil Perhitungan Pipa Horizontal
volume Pressure
Bukaan v (ft/s) NRe F
(m3) Drop (Pa)
0.025
25% 0.03 51.51006631 19159.61653 90473.48 152521.2
0.035
0.025
50% 0.03 49.92158298 19693.06293 87683.43 144385.5
0.035
0.025
75% 0.03 47.00363364 20182.05547 82558.28 129941.8
0.035
0.025
100% 0.03 45.31532803 20537.6864 79592.9 121884.4
0.035
37
Tabel B.3. Data Hasil Perhitungan Pipa Contraction
Pressure
Buka volume V1 V2
Drop NRe1 NRe2 F
an (m3) (ft/s) (ft/s)
(Pa)
0.025
4.888 43.708 31909,80
25% 0.03 13603.784 25672.21 76767.40
0541 20652
0.035
0.025
4.815 43.058 30968,13
50% 0.03 5245.9039 25290.32 75625.43
3405 01352
0.035
0.025
4.969 44.434
75% 0.03 14359.550 26098.99 78043.59 32978,82
3136 81632
0.035
0.025
4.229 37.816
100% 0.03 14848.575 22211.88 66419.99 23892,17
1976 81579
0.035
38
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI
Gambar C.1. Aliran fluida pada pipa Gambar C.2. Aliran fluida pada pipa
Contraction enlargement
39
40