Você está na página 1de 13

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Seiring dengan perubahan teknologi dan peradaban, pekerjaan adalah kata yang tak

asing lagi didengar. Pekerjaan sudah merupakan suatu aktivitas yang lazim dilakukan sehari-

hari oleh manusia bahkan untuk melewatkan waktu luang (American Heritage, 2011).

Pekerjaan ternyata dibagi lagi menjadi kerja ringan, sedang dan berat (Dinas Kesehatan

Provinsi DIY, 2015). Tentu saja, dari masing- masing tingkat pekerjaan itu, hampir tidak ada

pekerjaan yang menutup kemungkinan seseorang untuk terkena penyakit atau kecelakaan

yang diakibatkan oleh pekerjaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh risiko pekerjaan, posisi

yang tidak ergonomis, dan ketidakpengetahuan akan risiko tersebut. Selain dapat mengurangi

keefektifan kerja, kecelakaan atau penyakit tersebut juga dapat menurunkan kesehatan dan

kesejahteraan sosial. Salah satu keluhan yang sering diakibatkan oleh pekerjaan adalah nyeri.

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan

jaringan yang sedang terjadi maupun kerusakan jaringan yang bersifat potensial (Merskey,

2012). Nyeri dapat dirasakan pada hampir seluruh daerah tubuh. Nyeri yang paling sering

dikeluhkan oleh karena pekerjaan adalah nyeri punggung bawah.

Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah perasaan nyeri dari sudut kosta sampai

daerah bokong yang dapat menjalar sampai ke dua kaki (Casazza, 2012). Nyeri punggung

bawah merupakan penyebab utama keterbatasan gerak (activity limitation) dan

ketidakhadiran kerja yang paling tinggi di dunia (Delitto, 2012). Salah satu penyebab nyeri

punggung bawah yang sering diakibatkan oleh pekerjaan adalah Hernia Nukleus Pulposus

(HNP). Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% (Mahadewa & Maliawan, 2009) dan prevalensi

tertinggi terjadi antara umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada

wanita (Jordon, 2009). HNP ialah suatu keadaan dimana terjadinya penonjolan diskus

1
intervertebralis ke arah posterior dan/atau lateral yang dapat menimbulkan

penekanan/penyempitan radiks saraf dan penekanan medula spinalis yang mengakibatkan

timbulnya gejala-gejala neurologis (Ekayuda, 2005). Gejala klinis dari HNP berupa nyeri

pinggang yang menjalar sampai daerah tungkai bawah atau bahkan sampai ujung jari kaki.

Selain itu, HNP juga ditandai dengan nyeri yang hebat ketika pasien mengejan, batuk, atau

bersin. Dengan adanya nyeri tersebut, maka akan timbul spasme otot di sekitar vertebra dan

keterbatasan gerak pada vertebra lumbal (fleksi, ekstensi, laterofleksi) (Lumbantobing, 2008).

Tentu saja hal ini akan mengganggu pekerjaan sehingga pekerjaan menjadi tidak efektif,

bahkan mengganggu aktivitas sehari-hari dan waktu istirahat.

Salah satu faktor risiko terjadinya HNP adalah beratnya pekerjaan. Beratnya

pekerjaan akan memengaruhi kejadian nyeri punggung, dimana semakin tinggi tingkat

kebutuhan aktivitas, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya nyeri punggung

(Delitto, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhiana pada tahun

2002, yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara kejadian HNP dengan tingkat

pekerjaan. HNP yang terjadi dilaporkan tertinggi pada pekerja kasar, yaitu sebesar 43,6 %,

diikuti oleh pekerja kantor sebesar 30,8% dan pekerja rumah tangga sebesar 25,6%.

Maka, berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

untuk melihat hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian HNP pada RSUP.

Wahidin Sudirohusodo Tahun 2017.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan beratnya pekerjaan dengan kejadian Hernia Nukleus Pulposus di

RSUP Wahidin Sudirohusodo Tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

2
1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian Hernia

Nukleus Pulposus di RSUP.Wahidin Sudirohusodo Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat atau beratnya pekerjaan pasien HNP di RSUP.Wahidin

Sudirohusodo Tahun 2017.

2. Mengetahui jenis-jenis HNP yang terjadi di RSUP.Wahidin Sudirohusodo Tahun

2017.

3. Mengetahui adanya hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian HNP di

RSUP.Wahidin Sudirohusodo Tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penilitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam tugas kuliah yang

berkaitan dengan hernia nukleus pulposus (HNP).

2. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang penyakit hernia

nukleus pulposus (HNP).

3. Bagi tenaga medis, dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan mengenai

penyakit hernia nukleus pulposus (HNP).

4. Bagi peneliti, berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hernia

nukleus pulposus (HNP).

3
Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Hernia Nukleus Pulposus

2.1.1 Terminologi & Definisi

Beberapa istilah untuk menyebut hernia nukleus pulposus (HNP) antara lain herniated

disc, prolapsed disc, sequestred disc, protuding disc, bulging disc, ruptured disc, extruded

4
disc, soft disc, dan slipped disc (Ropper, 2005; Williams, 2009; Mahadewa & Maliawan,

2009). Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana terjadi penonjolan sebagian atau

seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus intervertebralis, yang

kemudian dapat menekan ke arah kanalis spinalis atau radiks saraf melalui anulus fibrosus

yang robek (Dorland, 2007).

Gambar 2.1 Hernia Nucleus Pulposus

(Sumber: Keck Medicine of USC, 2013)

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang paling sering adalah

usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik

tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian Dammers dan Koehler pada 1431 pasien dengan

herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari

usia tua dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.

2.1.3. Anatomi

Kolumna vertebralis (Gambar 2.2) disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis (C),

12 vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra sakralis (S), dan 4 vertebra

koksigeus (pada umumnya 3 vertebra koksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna

vertebralis ini fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-sendi, dan

5
bantalan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis.

Gambar 2.2 Kolumna vertebralis

(Sumber : Netter,2014)

Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus vertebra

yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi kostovertebralis dan sendi

sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis menghubungkan

vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan

lebar, berjalan memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus

intervertebralis, dan bersatu dengan periosteum dan annulus fibrosus.

Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya ekstensi,

sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra dan

6
diskus intervertebralis terletak ligamentum longitudinal posterior, ligamentum

longitudinalis posterior berperan dalam menahan gaya fleksi. Ligamentum anterior

lebih kuat dari pada posterior, sehingga prolaps diskus lebih sering kearah posterior.

Pada bagian posterior terdapat struktur saraf yang sangat sensitif terhadap

penekanan yaitu radiks saraf spinalis, ganglion radiks dorsalis.

Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua sampai vertebra

sakralis terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini membentuk sendi fibrokartilago

yang lentur antara korpus vertebra.

Semua vertebra mempunyai pola yang sama walaupun terdapat berbagai perbedaan regional

(Gambar 2.2). Vertebra tipikal terdiri dari korpus berbentuk bulat di anterior dan arkus

vertebra di posterior. Kedua struktur ini mengelilingi ruangan yang disebut foramen

vertebralis dan dilalui oleh medula spinalis. Arkus vertebra terdiri atas sepasang pedikuli

yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi arkus, serta sepasang lamina pipih yang

melengkapi arkus vertebra di posterior (Snell, 2003).

Terdapat tujuh prosesus yang berasal dari arkus vertebra: satu prosesus spinosus, 2

prosesus transversus, dan 4 prosesus artikularis (Gambar 2.2). Prosesus spinosus atau spina,

mengarah ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Prosesus transversus mengarah ke

lateral dari pertemuan lamina dan pedikulus. Prosesus spinosus dan prosesus transversus

7
berperan sebagai pengungkit dan tempat melekatnya otot dan ligamen (Snell, 2003).

Prosesus artikularis terletak vertikal dan terdiri atas 2 prosesus artikularis superior dan

2 prosesus artikularis inferior. Kedua prosesus artikularis superior dari satu arkus vertebra

bersendi dengan kedua prosesus artikularis inferior dari arkus vertebra yang terletak di

atasnya, membentuk dua sendi sinovial (Snell, 2003).

Pedikuli mempunyai lekukan di pinggir atas dan bawah, membentuk insisura

vertebralis superior dan inferior. Pada setiap sisi, insisura vertebralis superior dari sebuah

vertebra bersama dengan insisura vertebralis inferior vertebra di dekatnya membentuk

foramen intervertebralis. Pada rangka yang bersendi, foramen-foramen ini menjadi tempat

lewatnya nervus spinalis dan pembuluh darah. Radiks anterior dan radiks posterior nervus

spinalis bergabung menjadi satu di dalam foramina dan membentuk nervus spinalis

segmentalis (Snell, 2003).

8
Herniasi dapat terjadi pada usia muda dan usia tua. Pada usia muda umumnya

disebabkan oleh trauma atau gravitasi dan kolumna vertebra yang mendapat beban berat

sehingga menyebabkan penonjolan diskus intervertebra (Ekayuda, 2005). Selain itu,

penyebab Herniasi biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang

mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami

perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah

lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013)

9
10
Bab III

Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini untuk menggambarkan hubungan beratnya pekerjaan dengan kejadian Hernia

Nukleus Pulposus di

RSUP. Wahidin Berat


Pekerjaan
Sudirohusodo Tahun
variable
2017.

Hernia Nukleus
Pulposus
variable

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara & Skala Hasil Pengukuran


Alat Ukur Ukur

Beratnya Jenis pencahariaan atau Observasi Ordinal Dibagi menjadi 3


Pekerjaan sesuatu yang dijadikan & Rekam kelompok :
pokok penghidupan medis - Ringan (aktivitas

11
untuk mendapat nafkah kantor tanpa
yang dapat dibagi olahraga dan
menjadi ringan (contoh : aktivitas fisik yang
menulis, mengetik, tidak menguras
menjahit); sedang tenaga. Contoh:
(contoh : bertani, menyapu, menulis,
berkebun, mencuci); mengetik).
berat (contoh : - Sedang (bekerja
mencangkul, pekerjaan harus naik turun
kasar, mengangkat tangga, olahraga
beban berat). ringan, dan
pekerjaan rumah
tangga. Contoh:
bertani, berkebun,
mencuci dan
memeras,
memompa).
- Berat (pekerjaan
lapangan dan
pekerjaan kuli
bangunan. Contoh:
pekerjaan kasar,
mencangkul,
mengangkat/memi
kul beban berat,
menggergaji).

Hernia Keadaan dimana Observasi Nomina Hasil positif pada


Nuckeus nukleus pulposus/anulus & Rekam l radiologi (CT Scan atau
Pulposus fibrosus menonjol keluar medis MRI
dan menekan ke arah
kanalis spinalis atau
radiks saraf dan hasil
positif pada pemeriksaan
radiologi (CT Scan atau
MRI.

12
13

Você também pode gostar