Você está na página 1de 4

Nama : Qurrata Wina

Nim : 1604109010016
MK : Praktikum Analisa Cekungan 2

KETERANGAN :
Pada gambar terdapatnya beberapa peristiwan pada lapisan pada well A dilapisan paling
awal terbentuk yaitu yang paling bahawah yaitu lapisan batu breksi , batu breksi adalah istilah
dari batuan sedimen klastik yang tersusun atas fragmen bersudut besar (angular). Ukuran
fragmen breksi lebih besar dari 2mm, dimana ruang antara fragmennya dapat diisi dengan
partikel yang lebih kecil (biasa disebut matriks) atau semen berupa mineral yang mengikat
batuan secara bersama-sama diperkirakan batuan ini terbentuk akibat adanya proses fluvial yang
terbentuk pada lingkungan pengendapanb darat yang terbawa aliran air sungai dan terendapkan,
selanjutnya lapisan yang terbentuk yaitu lapisan batuan shale , lapisan batuan ini terbentuk pada
area laut yang dalam karena butirannya memiliki tekstur yang sudah halus pada area ini
mengalami penurunan yang sangat jelas karena kemungkinan adanya terjadinya proses
transgresi yaitu daerah yang seblumnya daratan yang berubah menjadi lautan. Selanjutnya
terbentuk lapisan yaitu lapisan siltstone yang memiliki umur yang sama dengan lapisan silststone
pada well B, selanjutnya lapisan yang terbentuk yaitu lapisan batu gamping batu gamping yaitu
batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral
kalsit. Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang
terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batu
gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium
karbonat dari air danau ataupun air laut dan lapisan ini diprediksikan terbentuk didaerah laut
tengah dan mengalami susut atau regresi dan berubah menjadi daerah yang lebih dangkal.
batugamping untuk well A diperkirakan juga memiliki umur yang sama dengan gamping pada
well B, keadaan laut pada well A juga sama dengan well B pada saat lapisan ini terbentuk hal ini
juga menjadi salah satu faktor yang memperkuat alasan pemberian korelasi pada batugamping A
dengan batugamping B. Lapisan selanjutnya yang terbentuk pada well A adalah batu
konglomerat, tetapi jika dilihbat dari lapisan pada well B, C, D, dan E ditemukan lapisan lain
yang terbentuk terlebih dahulu yaitu lapisan batubara dan lapisan batupasir, well A jika dilihat
pada gambar diatas tidak ditemukan adanya pengendapan batupasir, ada dua kemungkinan yang
terjadi kemungkinan pertama yaitu batupasir terbentuk pada well A namun mengalami erosi
besar-besaran sehingga menyebabkan hilangnya lapisan batupasir. Lapisan selanjutnya yang
terbentuk yaitu lapisan batu konglomerat pada well A dengan kondisi laut tengah mengalami
regresi sehingga menyebabkan daerah transisi telah berubah menjadi daerah daratan. Selanjutnya
A dan B lapisan yang terbentuk adalah lapisan siltstone sehingga lingkungan pengendapan yang
sesuai adalah daerah laut dangkal sehingga diperkirakan pada saat ini kondisi laut tengah
mengalami transgresi. selanjutnya terbentuk yaitu lapisan shale dengan lingkungan pengendapan
laut dalam dan begitupun halnya pada well A dan B, lapisan yang terbentuk diperkirakan juga
lapisan shale dengan kondisi laut pada saat ini tengah mengalami genang atau transgresi.
Pada Well B ditemukan lapisan terbawah yang didapatkan yaitu berupa shale,
diperkirakan lingkungan pengendapan dari pembentukan lapisan ini adalah laut dalam.
hubungan antara well B dan C terlihat sangat berbeda. Selanjutnya lapisan yang terbentuk well B
adalah lapisan shale, untuk lingkungan pengendapan kedua kolom ini pada saat ini berada di laut
dalam yang disebabkan oleh akibat proses transgresi seperti yang digambarkan pada gambar
korelasi diatas. Selanjutnya lapisan yang terbentuk yaitu Untuk well B batuan yang terbentuk
selanjutnya adalah batuan gamping yang kemungkinan berumur sama dengan lapisan siltstone
pada well A dan batu gamping pada well C. pada well C, D dan E tidak ditemukan adanya
perlapisan batugamping ini seperti pada well A dan B akibat daerah pengambilan sampel untuk
kolom C, D, dan E terletak terlalu jauh dengan kolom A dan B sehingga padawell C,D, dan E
tidak terkena proses pengendapan lapisan batu gamping. Selanjutnya pada well B lapisan yang
terbentuk selanjutnya yaitu lapisan batubara . selanjutnya yang terbentuk yaitu lapisan batu
konglomerat pada well B dengan kondisi laut tengah mengalami regresi sehingga menyebabkan
daerah transisi telah berubah menjadi daerah daratan, sama halnya dengan well B.

Pada well C, lapisan yang terbentuk adalah siltstone untuk lingkungan pengendapan
batuan ini adalah didaerah laut dangkal, Selanjutnya pada well D dan E didapatkan bahwa
lapisan terbawah yang terbentuk berupa batupasir, untuk lingkungan pengendapannya umumnya
berada didaerah transisi. berbeda dengan well C untuk well D dan E lapisan yang terbentuk
adalah lapisan dolomit, dari hasil analisa didapatkan bahwa lapisan dolomit pada well D dan E
merupakan lapisan yang memiliki umur dan karakteristik yang sama dengan lapisan dolomit
pada lapisan well C, sehingga secara korelasi diperkirakan bahwa pada well C akan ditemukan
lapisan batupasir dibawah lapisan dolomit tersebut. Untuk kolom C diperkirakan bahwa pada
saat lapisan siltstone hendak terbentuk keadaan laut pada saat itu sedang menyusut ( regresi ).
Untuk kolom C diperkirakan bahwa pada saat lapisan siltstone hendak terbentuk keadaan laut
pada saat peristiwa ii terjadi terdapat proses regresi namun tidak signifikan dikarenakan lapisan
yang ditemukan adalah lapisan siltstone dimana lapisan batuan ini umumnya terbentuk pada
daerah laut dangkal. Untuk lapisan D dan E keadaan laut tengah mengalami transgresi atau
genang laut, dikarenakan lapisan yang ditemukan adalah lapisan siltstone dimana lapisan batuan
ini umumnya terbentuk pada daerah laut dangkal. Pada well C, D dan E tidak ditemukan adanya
perlapisan batugamping ini seperti pada well A dan B. untuk lapisan selanjutnya padawell B, C,
D, dan E ditemukan lapisan lain yang terbentuk terlebih dahulu yaitu lapisan batubara dan
lapisan batupasir. Pada lapisan wel B dan E terdapat lapisan batu bara sedangkan pada well C
dan D tidak terdapat. Jika dapat kita lihat B dan E mempunyai sedikit kemiripan dimana kedua
well tersebut memiliki lapisan batubara, untuk lokasi well C dan D diperkirakan cukup
berdekatan sehingga korelasi antar lapisan terlihat sangat mirip, keadaan laut pada well C dan D
masih sama dengan kedua kolom diatas yaitu mengalami regresi sehingga daerah pengendapan
saat ini adalah daerah transisi. well C, D, dan E diperkirakan telah mengalami pemisahan yang
sangat signifikan yang dapat kita lihat pada gambar dengan well A dan B, yang dapat
diperkirankan hal itu terjadi akibat yang menyebabkan well C,D dan E yang terdapat lapisan
batuan shale akibat mengalami penurunan yang sangat terlihat pada gambar lingkungan
pengendapan daerah ini merupakan daerah laut dalam dan mengalami proses trangresi.
Selanjutnya lapisan yang terbentuk pada well C,D, dan E ditemukan bahwa lapisan yang
terbentuk selanjutnya yaitu lapisan batu gamping yang megakibatkan keadaan laut pada area in
telah berubah yang mengalami proses regresi dan membuat lingkungan menjadi laut dangkal.

Você também pode gostar