Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian Perilaku Abnormal ?
2. Bagaimana model Perilaku Abnormal ?
3. Bagaimana criteria Perilaku Abnormal ?
4. Bagaimana sebab-sebab Perilaku Abnormal ?
5. Bagaimana macam-macam gangguan Kepribadian Abnormal ?
6. Bagaimana Penyembuhan Perilaku Abnormal ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah
gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab
perilakuabnormal. Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad
pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh
jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni.
Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya:
berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan
membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan
perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan
dengan peralatan tertentu.
Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan
hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18.
Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan
sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia.
Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan,
meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis,
sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan
singkatnya :
1. Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger
(1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada
penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman
lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks
penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa
gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak
semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa
setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan
biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola
perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik
karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom
dari gangguan yang mendasarinya.
2. Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria
(1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada
4
interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar.
Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan
model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku
abnormal.
3. Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus
mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana
suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal.
Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan
masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah
psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti
kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gaya hidup,
dan sebagainya.
4. Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku
abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu
model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku
abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan
interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang
biologis, psikologis, dan sosiokultural.
5
Cara mengatasinya:
a) Zaman batu: Tengkorak dibor (dibolong), sebagai jalan keluar roh
jahat.
b) Abad pertengahan: Disiksa, dibunuh, dimusnahkan, dipenjara,
RSJ
c) Perkembangan di Gereja: Pendeta yang mengobati (doa,
sembahyang, penebusan dosa).
2.2.2 Model Naturalistis
Dasar penyebabnya : Proses-proses fisik / jasmani perilaku abnormal
selalu berhubungan dengan fungsi- fungsi jasmani yang abnormal (bukan
karena gejala spiritual). Misal : Hipocrates – Galenus Perilaku abnormal —
karena gangguan pada sistem humoral (cairan dalam tubuh). Cara mengatasi
: Perlakuan terhadap penderita lebih humanistic/manusiawi – lebih lembut,
wajar dan menghilangkan bentuk siksaan-siksaan.
2.2.3 Model Organis
Dasar perilaku abnormal : Kerusakan pada jaringan syaraf atau
gangguan biokimia pada otak karena kerusakan genetic, disfungsi endokrin,
infeksi, luka2, khususnya pada otak.
2.2.4 Model Psikologi
Dasar perilaku abnormal : Pola-pola yang patologis, Pendekatan
Psikoanalisis, Behavioristis, kognitif, humanistic.
6
perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui
nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
2.3.2 Kriteria Norma.
Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di
masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang
bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai
kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan
perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap
sebagai bentuk perilaku abnormal.
2.3.3 Personal Distress.
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan
distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa
menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua
penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang
sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk
menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan
secara umum.
7
pujian, pengasuhan, dll, dari orang tuanya, hal itu dapat berpengaruh pada
perkembangan emosi dan mentall
2.4.3 Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat.
8
3) Penyebab yang mencetuskan
Penyebab yang mencetuskan: peristiwa yang sebenarnya tidak
terlalu parah namun seolah-seolah merupakan sebab timbulnya perilaku
abnormal.
Misalnya seorang anak yang sejak lama sudah meredam frustasi
(predisposisi), setelah terjadinya sesuatu peristiwa sepele (peristiwa
pencetus) mengalami gangguan jiwa
4) Penyebab yang menguatkan (reinforcing)
Penyebab yang menguatkan( reinforcing) : peristiwa yang terjadi
pada seseorang yang menetapkan sesuatu keadaan atau kecenderungan
tertentu
Misalnya seseorang yang mempunyai dendam pada sekelompok
suku tertentu diberi informasi yang mendukung rasa dendam itu.
9
penderita ketika merasa orang lain memiliki perilaku yang mencurigakan
baginya. Penderita paranoid memiliki gejala berupa rasa curiga yang
berlebihan terhadap orang lain, merasa orang lain mempunyai motif tertentu
dan ingin memanfaatkannya, sulit bekerjasama dan sering ada rasa
permusuhan, sulit bersosial dan kurang humoris.
10
2.5.5 Gangguan kepribadian histrionik
11
yang cenderung sering merasa apakah lupa mengunci pintu atau mematikan
kompor api, sehingga akan pergi mengeceknya kembali.
12
2.5.12 Gangguan kepribadian pasif progresif
Gangguan ini terjadi pada orang yang tampak begitu santai dan
malas. penderita cenderung melakukan hal yang berlawanan dari rencana
awal akibat rasa tidak suka atau tidak senang. Sehingga penderita seolah
memperlihatkan ketidaksukaannya dengan cara melakukan hal
berlawanan. Misalnya penderita suka mengulu-ulur waktu atau lambat
dalam melakukan hal yang direncanakan namun tidak disukainya. Berkerja
tidak maksimal atau tidak sesuai target dengan sengaja. Melakukan kerja
asal-asalan serta merasa bahwa hal itu tak penting banginya. Umumnya
penderita akan melakukan hal tersebut atas kekecewaan yang tidak mampu
diungkapkannya karena takut akan permusuhan.
13
ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan
dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
2.6.2 Electroconvulsive. Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy)
dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi
ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil
yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan
kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami
depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
2.6.3 Psychosurgery. Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya
pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery
merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah
laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang
berat dan kerusakan pada bagian otaknya. Pada pasien yang mengalami
gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang
menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area
hipotalamus tertentu. Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom
psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas,
disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.
a) Hindari konflik batin yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungan
b) Upayakan untuk selalu memelihara kebersihan jiwa, hati nurani yaitu
dengan kejujuran, tidak iri dengki dan tidak berfikir negatif
c) Upayakan segala tingkah laku sesuai dengan norma dan etika yang ada di
masyarakat.
d) Dalam kehidupan berusaha melatih, membiasakan dan menegakkan
disiplin dalam segala hal.
e) Melatih berfikir positif dan berbuat wajar tanpa menggunakan mekanisme
pertahanan diri dan pelarian negatof
f) Berani dan mampu mengatasi setiap kesulitan yang di hadapi dengan
kemauan dan usaha konkrit dan rasional
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
wedaran.com/6781/pengertian-psikologi-abnormal-jenis-gangguan-
kepribadian/
kuliahpsikologi.com/psikologi-klinis/perilaku-abnormal-pengertian-model-
kriteria-dan-penyembuhan-perilaku-abnormal/
halosehat.com/penyakit/gangguan-jiwa-mental/jenis-gangguan-kepribadian
psychologymania.net/2010/04/gangguan-kepribadian-personality.html
windhi-marifatiyani-fpsi12.web.unair.ac.id/artikel_detail-106367-Psikologi-
Klinis- -Sebab-Sebab-Tingkah-Laku-Abnormal.html
17