Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
2017 / 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan di bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan peningkatan
pengetahuan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan akan
meningkatkan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup ini
mrngindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) dari tahun ke tahun
akan semakin meningkat.
Lansia di Indonesia berjumlah 17,303 juta jiwa, meningkat sekitar 7,4% dari
tahun 2000 yang sebanyak 15,882 juta jiwa dan diperkirakan jumlah penduduk lansia
di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun (Badan Pusat
Statistik, 2010). Jika dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase
penduduk Lansia di atas 10% sekaligus paling tinggi ada di Provinsi DI Yogyakarta
(13,04%), Jawa Timur (10,40%) dan Jawa Tengah (10,34%) (Depkes, 2013;
Gitahafas, 2011; Gustia, 2010). Pada lansia terjadi proses penuaan (aging process)
merupakan suatu proses yang alami ditandai dengan adanya penurunan atau
perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang
lain (Handayani, dkk, 2013).
Proses menua dapat mengakibatkan perubahan psikososial, yaitu depresi.
Depresi sangat merugikan bagi kesehatan lansia, baik bagi kesehatan fisik maupun
mentalnya (jiwanya). Prevalensi depresi di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar
17,8% dan hasil sensus tahun 2010 menunjukkan jumlah lansia yang tinggal di
perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 11,20% dibandingkan dengan yang tinggal di
pedesaan yaitu sebesar 10,21%. Permasalahan yang dialami lansia adalah gangguan
fisik, mental, dan sosial (Nurullah, 2015). Berdasarkan hasil cake up dan pemeriksaan
tekanan darah pada lansia di 4 asrama di dapatkan hasil bahwa sebanyak 30 lasia di
panti margo mukti rembang tekanan darahnya lebih dari 140 mmHg.
Reminiscence adalah teknik yang digunakan untuk mengingat dan
membicarakan tentang kehidupan seseorang tentang masa lalu (Stinson,2006).
Pelaksanaan kegiatan terapi secara kelompok memberi kesempatan kepada lansia
untuk membagi pengalamannya pada anggota kelompok, meningkatkan kemampuan
komunikasi dan sosialisasi dalam kelompok serta efesiensi biaya maupun efektifitas
waktu.
Terapi reminiscence telah banyak dilakukan penelitian dari beberapa ahli.
Yang menunjukkan bahwa terapi reminiscence ini dapat mengurangi skala depresi
pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Laili Nur Hidayati, Mustikasari dan
Yossie Susanti Eka Putri dengan judul Terapi Individu Reminiscence Menurunkan
Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial dengan hasil penelitian bahwa terapi
reminiscence memiliki pengaruh yang bermakna terhadap penurunan depresi pada
kelompok intervensi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rahayuni, Utami dan
Swedarma dengan judul pengaruh terapi reminiscence terhadap Stres Lansia Dibanjar
Luwus Baturiti Tabanan Bali dengan hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan
terapi reminiscence terhadap stress lansia. selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh
Hardimansyah Putra dengan judul Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Depresi
Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dengan hasil
penelitian ada pengaruh Terapi Reminiscence terhadap depresi pada lansia di unit
rehabilitasi sosial pucang gading semarang.
Dari Latar belakang tersebut penyusun tertarik untuk menganalisa jurnal
tentang Terapi Reminiscence Pada Lansia Di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Margo Mukti Rembang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan tentang terapi reminiscence
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui konsep teori Lansia
b. Mahasiswa dapat mengetahui konsep teori Depresi
c. Mahasiswa dapat mengetahui konsep teori Terapi Reminiscence.
d. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi terapi reminiscence pada lansia
di rumah pelayanan sosial lanjut usia Margo Mukti Rembang.
BAB II
INTISARI JURNAL
Komponen Hasil Analisa
Jurnal
Judul TERAPI INDIVIDU REMINISCENCE PENGARUH TERAPI REMINISCENCE PENGARUH TERAPI
MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI TERHADAP STRES LANSIA DI REMINISCENCE (MENGENANG
PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL BANJAR LUWUS BATURITI TABANAN MASA LALU YANG
BALI MENYENANGKAN) TERHADAP
DEPRESI PADA LANSIA DI UNIT
REHABILITASI SOSIAL PUCANG
GADING SEMARANG 2014
Pendahuluan/ Prevalensi lansia di Indonesia semakin Proses penuaan menyangkut terjadinya Proses menjadi lanjut usia
Latar meningkat. Hal yang serupa juga ditandai berbagai perubahan yang akan berdampak merupakan proses alamiah sesuai
Belakang dengan peningkatan depresi pada lansia. pada penurunan kondisi fisik, mental, dengan peningkatan usia seseorang
Insiden terjadinya depresi pada lansia psikososial, perubahan yang berkaitan ( Darmojo & Martono, 2004). Dalam
dihubungkan dengan status kesehatan yang dengan pekerjaan dan peran sosial lansia. proses menua ini dapat terjadi
buruk. Intervensi psikoterapi pada lansia Lansia dapat mengalami penurunan beberapa perubahan yang
secara individu dan kelompok keduanya kemandirian lansia oleh karena keterbatasan menyangkut biologis, psikologis,
memberikan manfaat yang positif untuk mobilitas, kelemahan, timbulnya masalah sosial, spritual. Perubahan-perubahan
mengatasi depresi dan cemas pada lansia. mental atau fisik, dan penurunan status ini pada setiap individu dapat
salah satu intervensi psikoterapi adalah sosial ekonomi oleh karena pensiun, atau berbeda-beda, namun tetap
terapi reminiscence yang mampu mengalami kecacatan.Keadaan tersebut mengalami proses perubahan yang
menurunkan depresi pada lansia yang cenderungberpotensi menimbulkan masalah sama. Shives (2005) menyatakan
tinggal di rumah perawatan. Keuntungan kesehatan secara umum maupun kesehatan bahwa psikodinamik yang umum
terapi reminiscence adalah lansia dapat jiwa secara khusus pada lansia.Salah satu terjadi pada lansia adalah
membagi pengalamannya di masa lalu, masalah kesehatan jiwa yang dapat dialami kecemasan, kesepian, rasa bersalah,
sehingga dapat mengurangi rasa kehilangan, lansia adalah stres. Terapi dengan depresi, keluhan somatik, reaksi
terpisah jarak yang jauh dan keterbatasan pendekatan perilaku-kognitif salah satunya paranoid, demensia, dan delerium.
fisik yang dialami lansia. yaitu terapi Reminiscence atau terapi Sehingga lansia dapat mengalami
kenangan. Terapi Reminiscence merupakan masalah psikososial depresi yang
salah satu intervensi yang menggunakan disebabkan oleh karena adanya
memori untuk memelihara kesehatan mental penyakit fisik, stress, kurangnya atau
dan meningkatkan kualitas hidup tidak adanya dukungan sosial dan
sumber ekonomi yang kurang
memadai. Pelayanan
keperawatanpsikososial baik
intervensi keperawatan yang bersifat
standar (generalis) maupun
intervensi keperawatan spesialis
belum dilaksanakan termasuk Terapi
Reminiscence.
Metode Desain penelitian menggunakan quasi Jenis penelitian ini adalah quasi- Penelitian ini dilakukan dengan cara
Penelitian eksperimental sebelum dan sesudah tes experimental dengan desain nonequivalent Quasi Experiment Non Equivalent
dengan kelompok kontrol. Kelompok control group design dimana kelompok Control Grup Design, rancangan
intervensi diberikan terapi generalis dan
perlakuan dan kelompok kontrol tidak penelitian ini mengobservasi
spesialis: reminiscence individu, sementara
dipilih secara acak. Tempat penelitian di sebanyak dua kali yaitu sebelum dan
kelompok kontrol diberikan terapi generalis
Banjar Luwus Desa. Besar sampel dalam sesudah, peneliti membagi responden
saja. Populasi penelitian ini lansia yang
penelitian ini adalah 34 orang. Sampel menjadi dua kelompok yaitu
tinggal di PSTW Provinsi DIY. Metode dibagi menjadi dua kelompok. kelompok yang diberi terapi
sampling yang digunakan yaitu total reminiscence sebagai kelompok
sampling dengan beberapa kriteria inklusi. perlakuan dan kelompok yang tidak
Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 60 diberi terapi reminiscence sebagai
responden yang dibagi menjadi 31 kelompok kontrol. Pengambilan
responden pada kelompok intervensi dan 29 sampel dalam penelitian ini
responden pada kelompok kontrol. Kondisi dilakukan dengan cara purposive
depresi lansia diukur dengan menggunakan sampling. Jadi dalam penelitian ini
Geriatric Depression Scale (GDS) short jumlah sampel yang digunakan 17
form. Instrumen kuesioner C digunakan responden untuk setiap masing
untuk mengukur harga diri responden masing kelompok intervensi dan
dengan menggunakan instrumen yang kelompok kontrol dan tidak ada yang
dikembangkan oleh Rosenberg (1965) yaitu droup out.
Rosenberg Self Esteem Scale (RSES).
Hasil dan Analisis perbedaan nilai median kondisi Hasil pengamatan terhadap stres pada pada kelompok intervensi rata-rata
Pembahasan depresi sebelum dan sesudah intervensi kelompok kontrol sebelum terapi skor depresi lansia sebesar 8,76
pada kelompok intervensi dengan reminiscence didapatkan bahwa 35,3% sebelum diberikan Terapi
menggunakan uji Wilcoxon menghasilkan p responden mengalami stres ringan dan Reminiscence (Mengenang
value sebesar 0,008. nalisis statistik 64,7% responden mengalami stres sedang. masa lalu yang menyenangkan),
perbedaan perubahan kondisi depresi antara Lansia tidak bisa dijauhkan dari kemudian sesudah diberikan Terapi
kelompok intervensi dan kontrol setelah peningkatan risiko gangguan fisik dan Reminiscence (Mengenang masa lalu
selesai dilakukan terapi individupsikologis. Selain itu, lansia yang tinggal yang menyenangkan) rata-rata skor
reminiscence dianalisis dengan uji
dirumah terkadang akan merasa bosan depresi lansia sebesar 6,47. Hasil
nonparametrik Mann-Whitney. Hasil ini dengan kegiatan sehari-hari yang mereka analisis dapat disimpulkan bahwa
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang lakukan. Hasil uji statistik parametrik ada perbedaan yang signifikan
bermakna kondisi depresi antara lansia yang dengan uji t dua sampel berpasangan depresi lansia pada kelompok
mendapatkan dan tidak mendapatkan terapi (paired samples t-test) pada kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial
individu reminiscence sesudah dilakukan perlakuan diperoleh nilai Asymp.Sig (2- Pucang Gading Semarang sebelum
terapi individu reminiscence pada kelompok tailed) sebesar 0,000 yang berarti ada dan sesudah diberikan Terapi
intervensi dengan nilai p value (0,034) < α pengaruh terapi reminiscence terhadap stres Reminiscence (Mengenang masa lalu
(0,05). Kelompok intervensi terjadi pada kelompok perlakuan. Terapi yang menyenangkan), dengan p-
penurunan skor depresi dengan diberikan Reminiscence yang sederhana dapat Value = 0,000 (α = 0,05). Sedangkan
terapi generalis sebesar 0,84 poin ditambah menjadi suatu mekanisme koping untuk pada kelompok kontrol, Berdasarkan
terapi spesialis individu Reminiscence menghadapi stres. Hasil analisa data nilai tabel 5.7, menunjukkan bahwa pada
penurunan sebesar 4,23 poin sehingga Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 yang kelompok kontrol rata-rata skor
terjadi penurunan kondisi depresi sebesar memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) depresi lansia sebesar 8,82 sebelum
5,07. Sedangkan pada kelompok kontrol yang berarti ada perbedaan stres pada Terapi Reminiscence (Mengenang
penurunan skor depresi pada pemberian Kelompok Perlakuan dan Kontrol setelah masa lalu yang menyenangkan),
terapi generalis pertama sebesar 0,17 dan Terapi Reminiscence. Penurunan skor stres kemudian sesudah Terapi
pada akhir setelah kelompok intervensi yang terjadi pada kelompok perlakuan Reminiscence (Mengenang masa lalu
mendapatkan terapi individu Reminiscence merupakan pengaruh dari terapi yang menyenangkan) rata-rata skor
penurunan sebesar 0,14 sehingga penurunan reminiscence. Terapi reminiscence depresi lansia sebesar 9,00.
kondisi depresi hanya sebesar 0,31. merupakan salah satu intervensi yang
menggunakan memori untuk memelihara
kesehatan mental dan meningkatkan
kualitas hidup
Kesimpulan Terapi individu Reminiscence yang Terapi reminiscence berpengaruh terhadap Ada pengaruh Terapi Reminiscience
diberikan pada depresi lansia menurunkan penurunan tingkat stres lansia. Terapi (mengenang masa lalu yang
kondisi depresi secara bermakna. Perbedaan reminiscence merupakan kegiatan yang menyenangkan) terhadap depresi
penurunan kondisi depresi pada lansia yang menarik bagi lansia, sangat mudah untuk pada lansia di URESOS Pucang
mendapatkan terapi individu Reminiscence dilakukan dan memiliki manfaat positif Gading Semarang, dengan p-Value =
lebih besar secara bermakna dibandingkan terhadap psikologis lansia sehingga 0,005 (α = 0,05).
lansia yang tidak mendapatkan terapi diharapkan terapi ini dapat diterapkan
individu Reminiscence. dalam kehidupan sehari-hari lansia.
BAB III
KONSEP TEORI
A. Lansia
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut atau lansia adalah bagian akhir dari perkembangan hidup
manusia. Usia lanjut usia merupakan tahap perkembangan psikososial yang
terakhir (kedelapan) dalam teori Erik Erikson. Perkembangan psikososial lansia
adalah tercapainya integritas diri yang utuh (Keliat, dkk. 2006)
2. Klasifikasi Lansia
World Health Organization (WHO) membagi usia lanjut menjadi 11 empat
kriteria meliputi, usia pertengahan (middle age) ialah usia 45-59 tahun, lansia
(elderly) ialah usia 60-74 tahun, lansia tua (old) ialah usia 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah di atas 90 tahun (Efendi & Makhfudli, 2009).
A. Aplikasi Terapi Reminiscence pada Lansia di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Margo Mukti Rembang
Terapi Reminiscence merupakan terapi yang dilakukan dengan mengingat dan
menceritkan tentang keadaan masa lalunya khususnya yang menyenangkan bagi
lansia. Terapi ini bertujuan untuk mengurrangi depresi dan juga menambah tingkat
bersosialisasi lansia dengan lansia lainya. Terapi ini terdiri dari 5 sesi yaitu Sesi
pertama bercerita tentang masa kanak-kanak, sesi kedua bercerita tentang masa
remaja, sesi ketiga bercerita tentang masa dewasa, sesi keempat bercerita tentang
pengalaman keluarga dirumah dan sesi kelima bercerita tentang integritas lansia
dimasa tuanya.
Pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 3- 7 oktober 2017 di Aula Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang. Terapi Reminiscence ini diikuti
oleh 6 lansia yang mengalami depresi sedang. Dalam penentuan tingkat depresi pada
lansia menggunakan Geriatric Depression Scale. Untuk pengukuran tingkat depresi
dilakukan sebelum dan setelah tindakan terapi reminiscence. Proses pelaksanaan PM
dan terapis duduk melingkar,terapi ini terdiri dari tahap persiapan, orientasi tahap
kerja dan terminasi. Berikut ini Proses Pelaksanaan terapi Reminiscence di Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang:
1. Jum’at, 03 November 2017
a. Memilih PM sesuai indikasi
b. Mempersiapkan alat dan tempat
c. Menjelaskan kepada PM pelaksanaan terapi reminiscence
d. Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menceritakan
kembali masa lalu penerima manfaat pada masa kanak-kanak.
e. Terapis akan menyalakan musik, saat musik terdengar bola dipindahkan dari
satu penerima manfaat ke penerima manfaat lainnya. Saat musik dihentikan,
penerima manfaatmulai menceritakan masa lalunya pada masa kanak-kanak.
Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan.
f. Lakukan kegiatan tersebut hingga semua pasien mendapat giliran.
Setelah dilakukan terapi reminiscence sesi 1 yaitu PM menceritakan
pengalaman masa kanak-kanak. Didapatkan hasil bahwa dari 6 lansia yang
menceritakan pengalaman masa kanak-kanak yang menyenangkan ada 1 lansia.
dan yang menceritakan pengalaman masa kanak-kanak yang menyedihkan ada 3
lansia, dan yang 2 lansia hanya menceritakan tentang perjalanan masa tuanya
sampai di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang.
2. Sabtu, 04 November 2017
a. Mempersiapkan alat dan tempat
b. menjelaskan kepada PM pelaksanaan terapi reminiscence
c. Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menceritakan
kembali masa lalu penerima manfaat pada masa kanak-kanak.
d. Terapis akan menyalakan musik, saat musik terdengar bola dipindahkan dari
satu penerima manfaat ke penerima manfaat lainnya. Saat musik dihentikan,
penerima manfaatmulai menceritakan masa lalunya pada masa kanak-kanak.
Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan.
e. Lakukan kegiatan tersebut hingga semua pasien mendapat giliran.
Setelah dilakukan terapi reminiscence sesi 2 yaitu PM menceritakan
pengalaman masa remaja. Didapatkan hasil bahwa dari 6 lansia yang menceritakan
pengalaman masa kanak-kanak yang menyenangkan ada 1 lansia. dan yang
menceritakan pengalaman masa kanak-kanak yang menyedihkan ada 3 lansia, dan
yang 2 lansia hanya menceritakan tentang perjalanan masa tuanya sampai di
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang.
3. Senin, 06 November 2017
a. Mempersiapkan alat dan tempat
b. menjelaskan kepada PM pelaksanaan terapi reminiscence
c. Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menceritakan
kembali masa lalu penerima manfaat pada masa kanak-kanak.
d. Terapis akan menyalakan musik, saat musik terdengar bola dipindahkan dari
satu penerima manfaat ke penerima manfaat lainnya. Saat musik dihentikan,
penerima manfaatmulai menceritakan masa lalunya pada masa kanak-kanak.
Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan.
e. Lakukan kegiatan tersebut hingga semua pasien mendapat giliran.
Setelah dilakukan terapi reminiscence sesi 3 yaitu PM menceritakan
pengalaman masa Dewasa. Didapatkan hasil bahwa dari 6 lansia yang
menceritakan pengalaman masa kanak-kanak yang menyenangkan ada 1 lansia.
dan yang menceritakan pengalaman masa kanak-kanak yang menyedihkan ada 3
lansia, dan yang 2 lansia hanya menceritakan tentang perjalanan masa tuanya
sampai di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang.
4. Selasa, 07 November 2017
a. Mempersiapkan alat dan tempat
b. Menjelaskan kepada PM pelaksanaan terapi reminiscence
c. Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menceritakan
kembali masa lalu penerima manfaat pada masa kanak-kanak.
d. Terapis akan menyalakan musik, saat musik terdengar bola dipindahkan dari
satu penerima manfaat ke penerima manfaat lainnya. Saat musik dihentikan,
penerima manfaatmulai menceritakan masa lalunya pada masa kanak-kanak.
Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan.
e. Lakukan kegiatan tersebut hingga semua pasien mendapat giliran.
Setelah dilakukan terapi reminiscence sesi 4 dan 5 yaitu PM menceritakan
pengalaman masa remaja. Didapatkan hasil bahwa dari 6 lansia yang menceritakan
pengalaman keluarga di rumah dan integritas diri sebagai lansia. dari 6 lansia
menceritakan, mereka menerima keadaan sebagai lansia yang mengalami banyak
perubahan fisik,psikis, mental dan kognitif.
Dalam pelaksanaan para lansia menceritakan pengalaman dari masa kanak-
kanak sampai ke integritas dirinya di masa tuanya. Dari keenam lansia didapatkan
4 lansia yang dapat menceritakan dari awal sampai akhir dengan benar, tetapi dari
ke empat lansia tersebut 3 lansia menceritakan pengalaman yang membuat mereka
sedih. Dan terdapat 1 Lansia yang menceritakan pengalamannya yang paling
menyenangkan dan bisa membuat dia tertawa. Sebelum dilakukan terapi
reminiscence terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat depresi menggunakan
Geriatric Depression Scale, didapatkan hasil rata-rata tingkat depresi skala 7 yaitu
depresi sedang dari 6 PM. Setelah dilakukan terapi ini selama 4 hari, dilakukan
pengukuran GDS kembali, didapatkan hasil rata-rata skala 4 yaitu depresi ringan.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa hanya 60% lansia yang dapat
berkurang rasa depresi yang dirasakannya. Terapi reminiscence ini sebenarnya bisa
dilaksanakan sebagai terapi aktivitas kelompok di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Margo mukti, tetapi masih banyak kendala yang harus diperhatikan. Kendala-
kendala dalam pelaksanaan terapi reminiscence ini adalah waktu yang
berkesinambungan, lansia yang tidak kooperatif, tidak mau menceritakan
pengalamanya, dan tidak semua lansia bisa mengikuti terapi reminiscence karena
ada yang mengalami keterbatasan fisik dan kognitif.
B. Analisa SWOT
1. Strenght (Kekuatan)
a. Terapi reminiscence ini dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan depresi
sedang yang berada di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti
Rembang
b. Terapi reminiscence sangat mudah dilakukan, karena hanya menggali cerita
pengalaman masa lalu dari PM di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo
Mukti Rembang
2. Weakness (Kelemahan)
a. Waktu yang digunakan dalam terapi relatif lama karena berkesinambungan
b. Terapi ini bisa dilakukan apabila lansia kooperatif dan mau menceritakan
pengalaman masa lalunya.
3. Opportunity (Peluang)
Terapi reminiscence ini tidak harus dilakukan oleh ahli terapi, melainkan bisa oleh
semua pegawai di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang.
Selain itu, di Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang terdapat banyak
lansia yang mengalami depresi.
4. Threat ( Ancaman)
Tidak semua lansia bisa mengikuti terapi reminiscence karena ada yang mengalami
keterbatasan fisik dan kognitif. Ini
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Lansia atau masa tua merupakan tahapan terakhir perkembangan manusia.
Terdapat banyak gangguan pada masa lansia karena terjadi penurunan fungsi tubuh.
Salah satunya adalah depresi. Depresi merupakan masalah utama pada lansia,
perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang berhubungan dengan suatu
penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan
marah yang dalam. Salah satu intervensi untuk menurunkan depresi adalah terapi
reminiscence. Terapi ini adalah terapi dengan pelaksanaan menceritakan pengalaman
masa lalu para lansia.
Dari pelaksanaan yang dilakukan di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Margo
Mukti Rembang didapatkan bahwa hanya 60% lansia yang dapat berkurang rasa
depresi yang dirasakannya. Terapi reminiscence ini sebenarnya bisa dilaksanakan
sebagai terapi aktivitas kelompok di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo
mukti, tetapi masih banyak kendala yang harus diperhatikan. Kendala-kendala dalam
pelaksanaan terapi reminiscence ini adalah waktu yang berkesinambungan, lansia
yang tidak kooperatif, tidak mau menceritakan pengalamanya, dan Tidak semua lansia
bisa mengikuti terapi reminiscence karena ada yang mengalami keterbatasan fisik dan
kognitif.
B. Saran
1. Untuk Pegawai
Diharapkan pegawai Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang
dapat mendalami lebih lanjut tentang terapi reminiscence dan menerapkannya pada
perima manfaat di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti.
2. Untuk Pimpinan Panti Sosial Lanjut Usia Turus Gede dan Rumah Pelayanan Lanjut
Usia Margo Mukti
Diharapkan dapat memfasilitasi pegawai dalam melakukan terapi reminiscence di
Panti Sosial Lanjut Usia Turus Gede dan Rumah Pelayanan Lanjut Usia Margo
Mukti.
DAFTAR PUSTAKA
WHO .2010.Proposed Working Defininition of an Older Person in Africa for the MDS
Project, (www.who.int.html).
BPS .2010. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Nurullah, Afifah Fitri, Gemah Nuripah dan Miranti Kania Dewi. 2015. Hubungan Olahraga
Rutin dengan Tingkat Depresi Lansia di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
Prosiding Pendidikan Dokter: ISSN 2460-657X
Keliat, B.A, dkk. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic course).
BukuKedokteran. Jakarta: EGC
Hidayati, Laili Nur, Mustikasari dan Yossie Susanti Eka Putri. 2015. Terapi Individu
Reminiscence Menurunkan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial. Jurnal
Ners Vol. 10 No.2.
Putra, Hardimansyah. 2014. Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Depresi pada Lansia
di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Semarang : UNRESOS
Pucang Gading Semarang.
Rahayuni, Utami, dan Swedarma. 2015. Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Stres
Lansia Dibanjar Luwus Baturiti Tabanan Bali. Jurnal Keperawatan Sriwijaya,
Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459.
Depkes. 2013. Profil Jumlah Penduudk Lansia Indonesia. Jakarta
Handayani, S. 2013. Perbedaan Kebugaran lansia Sebelum dan sesudah di lakukan Senam
Lansia di desa leyangan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang .
semarang stikes ngudi waluyo
Banon ending. 2011. Pengaruh terapi reminiscence dan psikoedukasi keluarga terhadap
kondisi deprsi dan kualitas hidup lansia. Depok. Universitas Indonesia
Effendi & Makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta : salemba medika
Perry & potter. 2005. Buku Ajar Fundamental keperawatan : konsep, Proses, dan praktik edisi
4 vol 2. Jakarta : EGC
Kunjoro, H. Zaenudin Sri. 2002. Dukungan sosial pada lansia diakses pada tanggal 31
Oktober 2017
Nugroo, Wahyudi. 2008. Keperawatan gerontik dan geriatric edisi 3. Jakarta: EGC
Ibrahim, A.S. 2011. Keperawatan lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu