Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi laporan target
Praktik Klinik Kebidanan II (PKK II)
OLEH :
SOFIYATI 0612044
NINA ARDIKA SARI 0612034
NOVITA SANDRA 0612035
Makalah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Pembimbing
Akademik PKK II dalam seminar, pada :
Hari :
Tanggal :
Makalah ini telah diterima dan disahkan oleh Pembimbing Akademik PKK I dan PKK II, pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
B. Penyebab
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu
ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau
leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar (manuaba, 2002).
Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya:
1) Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2) Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli
terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin, 2002).
3) Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada
intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang, tipis dan kekuatan membran menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban
mudah pecah (Winkjosastro, 2006).
4) Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan
jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang dan letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina
ke atas. Dua faktor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan
persalinan lama.
Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah dan kelainan genetik).
Riwayat KPD sebelumya.
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
D. Patofisiologi
Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,
jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 dan prostaglandin, tetapi karena ada infeksi dan
inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini (Maria,
2009).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah:
1. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering.
F. Komplikasi
1. Infeksi.
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia dan omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm.
2. Persalinan prematur
Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.
3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan leukosit darah: >15.000/ul bila terjadi infeksi.
2. Tes lakmus merah berubah menjadi biru.
3. Amniosentisis.
I. Penatalaksanaan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang
menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang
adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin
elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin
akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi uteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan hal-hal berikut:
Dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
Bau rabas atau cairan di sarung tangan
Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap penderita agar dapat diperoleh gambaran jelas dari setiap
infeksi yang timbul. Sering kali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.
Pada bab ini akan membahas tentang asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. F dengan
induksi atas indikasi ketuban pecah dini dengan pendekatan manajemen SOAP mulai dari
subjektif sampai plann serta ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan praktek yang dialami
penulis saat dilapangan.
1. Subjektif
Dalam langkah ini tahap pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Untuk pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa.
Data yang dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Pada
pengumpulan data subjektif Ny. F mengatakan ini kehamilan yang ke-3. Keluhan utama pada
waktu masuk ibu mengatakan keluar air-air dari kemaluan sejak jam 05.00 WIB, keluar lendir
bercampur darah dari kemaluan, nyeri pinggang menjalar keari-ari pukul 09.00 WIB, ibu
mengatakan hamil kembar.
2. Objektif
Melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi.
Pada data objektif keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV : TD :130/90
mmHg, N : 92x/menit, S : 37oC, RR : 24x/menit. Pengeluaran pervaginam : cairan berwarna
jernih dan berbau khas. Hasil VT : keadaan jalan lahir elastis, pembukaan 3-4 cm, ketuban (-)
jernih merembes.
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada di lahan praktek.
3. Assesment
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data analisis dengan
menggabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.
a. Diagnosa kebidanan
Ny. F G3P2A0H2 umur 41 tahun, umur kehamilan 38-39 minggu, janin kembar hidup intra
uterine, presentasi kepala, inpartu kala 1 fase laten dengan induksi atas indikasi ketuban pecah
dini.
b. Masalah
Masalah yang ada pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu ibu cemas dengan
keadaannya sekarang.
c. Kebutuhan
Kebutuhan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu support mental dari bidan dan keluarga.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
dilahan praktek.
d. Identifikasi masalah/diagnosa potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, apabila mungkin dilakukan
pencegahan. Pada ketuban pecah dini potensial terjadi infeksi intrapartum pada ibu. Pada bayi
bisa terjadi hypoxia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, asfiksia,
Pada kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial pada ibu dan bayi, karena sudah dilakukan
penatalaksanaan yang benar.
Pada langkah ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
dilahan praktek.
e. Identifikasi masalah kebutuhan tindakan segera,kolaborasi, dan rujukan
Tindakan segera: pemberian antibiotic
Kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan.
4. Plann
Perencanaan asuhan pada pasien dengan ketuban pecah dini antara lain :
a. Observasi KU dan TTV
b. Pantau DJJ
c. Pasang cairan infus RL, RL drip MgSO4
d. Anjurkan ibu puasa
e. Pasang cateter follay
f. persiapan pasien dan petugas untuk SC
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
dilahan praktek.
Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di
lahan praktek.
Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan asuhan yang sudah diberikan kepada pasien. Pada langkah ini
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan. Evaluasi atau
hasil dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA