Você está na página 1de 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI HARGA DIRI


RENDAH

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5

Gregorius Yanto B (1608.14201.480)


Miriam Baersady (1608.14201.503)
Saudah (1608.14201.502)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera ketika seseorang
mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik
terhadap stresor, produktif dan mampu memberikan kontribusi terhadap
masyarakat (WHO, 2007 dalam Varcarolis & Halter, 2010). Apabila
seseorang dapat berespon positif terhadap suatu stresor maka akan
tercapai sehat jiwa yang ditandai dengan kondisi sejahtera baik secara
emosional, psikologis, maupun perilaku sosial, mampu menyadari tentang
diri dan apabila berespon negatif maka akan terjadi kondisi gangguan
jiwa.
Gangguan jiwa berat yang sering ditemui di masyarakat adalah
skizofrenia (Ibrahim, 2011). Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma
klinik yang ditandai dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi dan
aspek lain dari perilaku (Kaplan & Saddock, 2007). Gejala negatif dari
skizofrenia meliputi sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar,
berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan penarikan
diri secara sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008). Berdasarkan
gejala negatif pada klien skizofrenia maka perawat menegakkan
diagnosis keperawatan harga diri rendah.
Harga diri rendah juga adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan
kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,
tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara
lambat dan nada suara lemah (Keliat, 2010). Data klien di RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor menunjukkan bahwa dari 60 klien skizofrenia
mengalami masalah harga diri rendah, halusinasi dan perilaku kekerasan
(Lelono, Keliat, Besral, 2011).
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien harga diri rendah
adalah dengan memberikan tindakan keperawatan generalis yang
dilakukan oleh perawat pada semua jenjang pendidikan (Keliat & Akemat,
2010). Namun untuk mengoptimalkan tindakan keperawatan dilakukan
tindakan keperawatan spesialis jiwa yang diberikan oleh perawat spesialis
keperawatan jiwa (Stuart, 2009). Tindakan keperawatan spesialis yang
dibutuhkan pada klien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif,
terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga (Kaplan &
Saddock, 2010). Tindakan keperawatan pada klien harga diri rendah bisa
secara individu, terapi keluarga dan penanganan di komunitas baik
generalis ataupun spesialis.

B. Tujuan
1. Untuk mengetagui defenisi harga diri rendah
2. Untuk mengetahui etiologi harga diri rendah
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala harga diri rendah
4. Untuk mengetahui batasan karakteristik harga diri rendah
5. Untuk mengetahui asuhan kepperawatan harga diri rendah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara :
1) Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya
harus operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba)
2) Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara
berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada
klien gangguan jiwa

B. Etiologi
Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga
diri rendah meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal
diri yang tidak realistis.
b) Faktor yang mempengaruhi perfoma peran adalah
stereotipe peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan
peran budaya.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok
sebaya, dan perubahan struktur sosial.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga
diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh,
perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktivitas menurun
3) Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi
perilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan
subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri. Perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya
mengkritik diri sendiri, sedangkan kerancuan identitas seperti
sifat kepribadian yang bertentangan serta depersonalisasi
(Stuart, 2006)

C. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah
adalah sebagai berikut :
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penurunan produktivitas
5) Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah
D. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah
Batasan karakteristik menurut Nanda-1(2012), yaitu
1) Bergantung pada pendapat orang lain
2) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
3) Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
4) Secara berlebihan mencari penguatan
5) Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
6) Enggan mencoba situasi baru
7) Enggan mencoba hal baru
8) Perilaku bimbang
9) Kontak mata kurang
10) Perilaku tidak asertif
11) Sering kali mencari penegasan
12) Pasif
13) Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
14) Ekspresi rasa bersalah
15) Ekspresi rasa malu

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti :
psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu :
1) Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi terjadinya harga diri
rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Sunaryo (2004) faktor presipitasi meliputi :
a) Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan
individu, sedang diduduki individu lain
b) Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan
peran yang kabur, sesuai perilaku yang diharapkan
c) Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam
proses peralihan mengubah nilai dan sikap
d) Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki
banyak peran dalam kehidupannya
Menurut Stuart (2006) stressor pencetus juga dapat berasal
dari sumber internal atau eksternal seperti :
a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
b) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi
yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai
frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan
2. Transisi peran situasi
3. Transisi peran sehat-sakit
3) Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah sebagai beriku :
a) Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b) Penurunan produktifitas
c) Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d) Gangguan dalam berhubungan
e) Rasa diri penting yang berlebihan
f) Perasaan tidak mampu
g) Rasa bersalah
h) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
i) Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
j) Ketegangan peran yang dirasahkan
k) Pandangan hidup yang pesimis
l) Keluhan fisik
m) Pandangan hidup yang bertentangan
n) Penolakan terhadap kemampuan personal
o) Destruktif terhadap diri sendiri
p) Pengurangan diri
q) Menarik diri secara sosial
r) Penyalahgunaan zat
s) Menarik diri dari realitas
t) Khawatir
4) Sumber koping
Menurut Stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan
gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi :
a) Aktivitas olaraga dan aktivitas diluar rumah
b) Hobi dan kerajinan tangan
c) Seni yang ekspresif
d) Kesehatan dan perawatan diri
e) Pendidikan atau pelatihan
f) Pekerjaan, vokasi atau posisi
g) Bakat tertentu
h) Kecerdasan
i) Imajinasi dan kreativitas
j) Hubungan interpersonal
5) Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk
pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
 Jangka pendek
a) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari
krisis identitas diri (misalnya konser musik, bekerja
keras, menonton tv secara obsesif)
b) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti
sementara ( misalnya ikut serta dalam klub sosial,
agama, politik, kelompok, gerakan atau geng)
c) Aktivitas yang sementara menguatkan atau
meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu
(misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)
 Jangka panjang
a) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan
keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu
b) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai
dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan
fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan
(displacement), berbalik marah terhadap diri sendiri,
dan amuk.

Format/data fokus pada pengkajian harga diri rendah


(Keliat dan Akemat, 2009)

1. Keluhan utama
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
3. Konsep diri
a) Gambaran diri
b) Identitas diri
c) Harga diri
d) Identitas
e) Peran
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
4. Alam perasaan
( ) Sedih ( ) Putus asa
( ) Ketakuatan ( ) Gembira berlebihan
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
5. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif
( ) Mudah tersinggung ( ) Kontak mata kurang
( ) Defensif ( ) Curiga
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
6. Penampilan
Jelaskan :
Masalah keperawatan :

Pohon Masalah
Isolasi sosial
Effect

Harga Diri Rendah


Core Problem

Koping Individu Tidak


Efektif
Causa

B. Diagnosa Keperawatan
Masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan ansietas,
bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini sering menimbulkan proses
penyebaran diri dan sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan
respon koping maladaptif. Respon ini dapat terlihat pada berbagai macam
individu yang mengalami ancaman integritas fisik atau sistem diri (Stuart,
2006).
Diagnose keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon
masalah adalah :
1) Harga diri rendah kronik
2) Koping individu tidak efektif
3) Isolasi sosial
Contoh Rencana Harga Diri Rendah Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

No Pasien Keluarga
SP1P SP1K
1 Mengidentifikasi kemampuan dan Mendiskusikan masalah yang dirasakan
aspek positif yang dimiliki klien keluarga dalam merawat klien dirumah

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala


2 Membantu klien menilai kemampuan harga diri rendah yang dialami klien beserta
klien yang masih dapat digunakan proses terjadinya

Menjelaskan cara-cara merawat klien


3 Membantu klien memilih atau dengan harga diri rendah
menetapkan kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan klien
Mendemonstrasikan cara merawat klien
4 Melatih klien sesuai dengan dengan harga diri rendah
kemampuan yang dipilih
Memberikan kesempatan kepada keluarga
5 Memberikan pujian yang wajar untuk mempraktikan cara merawat klien
terhadap keberhasilan klien dengan harga diri rendah

6 Menganjurkan klien memasukan dalam


jadwal kegiatan harian
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan cara
klien merawat langsung kepada klien harga diri
rendah

2 Melatih klien melakukan kegiatan lain


yang sesuai dengan kemampuan klien
3 Menganjurkan klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
SP3K
Membuat perencanaan pulang bersama
dan membuat jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat (discharge planning)

Menjelaskan follow up klien setelah pulang


BAB III
STUDI KASUS

Tn.X merupakan lelaki berumur 45 tahun, bekerja sebagai kuli bangunan


disuatu perusahaan konstruksi. Saat bekerja Tn.X mengalami kecelakaaan kerja
sehingga salah satu kakinya harus diamputasi. Sejak kejadian tersebut Tn.X
merasa dirinya tidak berguna lagi karena tidak dapat bekerja layaknya kepala
keluarga dan segala aktivitas bergantung kepada orang lain. Tn.X selalu saja
mengatakan dirinya tidak berguna berulang-ulang dan Tn.X juga seringkali
terlihat murung dan jarang berbicara.. Tn.X lebih sering terlihat berdiam diri
dikamarnya dan tidak beraktivitas

Masalah Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan amputasi pada kaki
2. Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri dari lingkungan
sekitar
3. Resiko bunuh diri berhubungan dengan klien merasa tidak berguna
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri
faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah meliputi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut : Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas menurun. Faktor Predisposisi salah
satunya adalah Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku pembuat
makalah dan semua mahasiswa keperawatan. Semoga di kemudian hari
kami dapat lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti Mukhripah, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika


Aditama
Suerni Titik, 2013. Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga Pada
Klien Harga Dir Rendah di Ruang Yudistira Rumah Sakit. Bogor
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Harga Diri Rendah”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Jiwa II Program Studi SI Ilmu
Keperawatan Widyagama Husada Malang.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih pada dosen Ahmad Guntur S.Kep dan teman-teman Program Studi S1
Keperawatan Widyagama Husada Malang dan orang tua yang selalu
memberikan dukungan.
Penulis menyadari makalah ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Malang 09 Oktober 2018

Penulis

Você também pode gostar