Você está na página 1de 3

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki, 18 tahun, datang ke poli mata RSMH dengan keluhan mata
kanan merah sejak 2 hari yang lalu. Pada anamnesis ditemukan sejak 2 hari yang
lalu, pasien mengeluh mata merah dirasakan timbul saat pasien bangun tidur (+).
Pasien sebelumnya hanya melihat komputer sampai malam, tidak ada tanda gatal
sebelum mata merah, mata berair (bening dan tingkat lengket) (+), mata penuh
kotoran (+) terutama pagi hari setelah bangun tidur. Pasien juga mengaku pandangan
mata buram (-), nyeri di sekitar bola mata (-), mata terasa seperti ada pasir (+),
seperti melihat kilatan cahaya (-), pandangan seperti pelangi (-), pandangan seperti
melihat benda terbang (-), demam (-), nyeri tenggorokan (-), mual (-), sakit kepala (-
). Pasien bekerja sebagai mahasiswa.
Sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh mata merah dirasakan timbul saat
pasien bangun tidur (+).Pasien sebelumnya hanya melihat komputer sampai malam,
tidak ada tanda gatal sebelum mata merah, mata berair (+), mata penuh kotoran (+).
Pasien kemudian berobat ke Poli mata RSMH Palembang.
Pada anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah mata kanannya merah
tidak disertai penglihatan kabur. Keluhan ini dapat disebabkan oleh konjungtivitis,
skleritis, episkleritis, perdarahan subkonjungtiva, pterigium, pseudopterigium,
pinguekula. Mata merah terjadi akibat adanya pelebaran dari pembuluh darah dimata.
Selain itu pasien juga mengeluh mata sering berair, belekan warna putih kekuningan
terutama pagi hari, mata terasa menganjal, mata terasa gatal. Adanya keluhan
belekan, dapat dipikirkan penyakit konjungtivitis. Konjungtivitis adalah peradangan
pada konjungtiva yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, klamidia, alergi, toksik,
dan penyakit sistemik. Belekan pada konjungtivits bakterial atau klamidia yang
bersifat purulen sedangkan konjungtivitis viral biasanya bersifat cair dan berwarna
putih. Sementara itu pada konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi biasanya sekret
mata atau belekan bersifat mukoid.
Kotoran mata atau sekret ini terbentuk sebagai respon pertahanan tubuh
terhadap adanya infeksi. Salah satu respon pertahanan tubuh pada mata akibat
adanya infeksi konjungtiva yaitu melalui sekresi air mata. Air mata mengandung tiga
lapisan, yaitu lipid, akuos, dan mucin. Lapisan akuos mempunyai kemampuan
sebagai antibakterial dan antiviral. Beberapa kandungan pada lapisan akuos yang
berperan sebagai antimikroba yaitu lisozim, laktoferin, fosfolipase A2 grup II,
2

lipokalins, defensin, interferon dll. Kandungan interferon berperan sebagai


penghambat replikasi virus. Akibat adanya infeksi pada konjuntiva akan merangsang
nervus lakrimalis yang merupakan cabang nervus trigeminus untuk mensekresikan
air mata. Produksi air mata meningkat dan terbentuklah sekret mata. Kotoran mata
yang bersifat serous dan berwarna putih sering dijumpai pada konjungtivis akibat
virus. Keluhan mata terasa menganjal biasanya juga ditemui pada konjungtivis
bakterial akibat terbentuknya papil terutama pada konjungtiva tarsal superior.Papil
merupakan timbunan sel radang subkonjungtiva yang berwarna merah dengan
pembuluh darah ditengahnya.
Bakteri penyebab konjungtivitis diantaranya streptokokus, Corynebacterium
diphtherica, Pseudomonas, Neisseria, dan hemophilus.Namun penyebab bakteri
Pseudomonas dan Neisseria dapat disingkirkan karena biasanya pada kedua bakteri
ini, gejala konjungtivitis yang muncul lebih berat.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum dalam batas normal. Status oftalmologi
didapatakan VODS: 6/6, TIODS: P= N+0, KBM: ortoforia, GBM: normal, Palpebra
ODS tenang, Konjungtiva OD: injeksi konjungtiva, papil (+). Kornea, BMD, iris,
pupil, dan lensa dalam batas normal. Segmen posterior tidak dilakukan pemeriksaan
karena pada infeksi sebaiknya tidak dilakukan pemeriksaan segmen posterior.
Pada kasus ini, pasien kami diagnosis sebagai konjungtivitis Bakterialis OD.
Pada anamensis didapat keluhan mata merah menyeluruh tidak disertai penglihatan
kabur, kotoran mata (+) berwarna putih kekuningan, mata berair, mata terasa
menganjal, mata terasa gatal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan injeksi konjungtiva
OD. Konjungtivitis alergi dapat disingkirkan karena biasanya ditemukan adanya
riwayat alergi dan keluhan gatal yang mencolok, sementara tidak ditemukan pada
pasien ini, sedangkan konjungtivitis viral juga dapat disingkirkan, karena biasanya
kotoran mata bersifat cair selain itu juga, pada pemeriksaan fisik, pada konjungtivitis
viral ditemukan adanya folikel pada konjungtiva tarsal, sementara tidak ditemukan
pada pasien ini. Untuk diagnosis banding lainnya pada kondisi mata merah visus
normal juga dapat disingkirkan, seperti episkleritis, skleritis, pterigium, dan
subkonjungtiva bleeding, karena biasanya pada kasus-kasus tersebut ditemukan mata
merah yang terlokalisir, dan tidak ditemukan adanya sekret. Pemeriksaan penunjang
yang diperlukan untuk membedakan penyebab konjungtivitis adalah pewarnaan
kerokan dan eksudat. Pada konjungtivitis viral akan dijumpai monosit, konjungtivitis
bakterial akan dijumpai bakteri dan PMN, sedangkan pada konjungtivitis alergi
3

biasanya ditemui eosinophil dan diperlukan pewarnaan gram untuk menentukan jenis
bakteri, sehingga terapi yang diberikan lebih adekuat, selain itu juga diperlukan
pemeriksaan resistensi antibiotik, agar yang diberikan tepat pemakaian.
Pada kasus ini direncanankan tatalaksana yaitu non farmakologis dan
farmakologis. Non farmakologis yaitu KIE, pasien diberikan edukasi untuk menjaga
kebersihan mata dan tangan, hindari mengucek-ngucek mata, Membersihkan kotoran
mata dengan tissue sekali pakai dan jangan menggunakan handuk atau saputangan
bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain, karena penyakit ini termasuk
penyakit menular. Farmakologis yaitu levofloxacin ed 4x gtt 1 ODS sebagai
antibiotik broad spectrum, artificial tears tiap 6 jam gtt 1 ODS fungsinya untuk
memberikan rasa nyaman pada mata, membantu membersihkan debris pada mata,
dan berperan sebagai pengganti lapisan air mata musin, yang mana pada kasus
konjungtivitis banyak sel-sel goblet yang rusak, akibatnya produksi musin
berkurang. Pada keadaan ini, fungsi air mata sebagai pertahanan tubuh berkurang.
Kandungan artificial tears secara fisiologis mirip dengan air mata. Selain itu pada
tatalaksana farmakologis juga diberikan Vasacon tiap 8 jam gtt 1 ODS yang berisi
Antazoline dan Naphazoline HCl yang merupakan dekongestan, berfungsi untuk
meredakan kemerahan, bengkak, dan mata gatal dan berair, yang disebabkan demam,
alergi atau iritasi mata. Prognosis okuli dekstra: quo ad vitam et fungsionam adalah
bonam. Akan tetapi untuk kasus tertentu, jika penyakit ini tidak tertangani dengan
tepat, kebersihan mata yang tidak dijaga dengan baik, mungkin saja dapat timbul
komplikasi, seperti keratokonjungtivitis, blefarokonjungtivitis, dan ulkus kornea.

Você também pode gostar