Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dengan bertambahnya angka harapan hidup bangsa Indonesia perhatian masalah kesehatan
beralih dari penyakit infeksi ke penyakit degeratif. Selain penyakit jantung koroner dan
hipertensi, diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeratif yang saat ini makin
bertambah jumlahnya di Indonesia.1
Penderita diabetes mellitus rentan terhadap serangkaian komplikasi kronis yang menyebabkan
kematian dan kesakitan prematur. Dari seluruh penderita diabetes mellitus sebagian penderita
tidak pernah mengalami masalah ini tetapi penderita lain dapat mengalaminya sejak awal, rata-
rata gejala terjadi 15 sampai 20 tahun setelah terjadinya hiperglikemia yang nyata. Penderita
diabetes mellitus dapat mengalami beberapa komplikasi bersama-sama atau terdapat satu
masalah yang mendominasi, yang meliputi kelainan vaskuler, retinopati, nefropati diabetik,
neuropati diabetik dan ulkus kaki diabetik. 1
Menurut beberapa ahli kira-kira 4% dari penduduk dunia menderita diabetes mellitus dan 50%
dari penderita ini memerlukan perawatan bedah. Dari jumlah penduduk Indonesia yang 200 juta
jiwa, prevalensi penderita diabetes mellitus adalah sekitar 1,4 – 1,6% dan sekitar 15%
diantaranya akan mengalami gangren selama hidupnya. 2,3
Penanggulangan gangren diabetik atau sering disebut kaki diabetik ini merupakan bagian penting
dalam klinik diabetes, dan seringkali menimbulkan masalah berupa tindakan amputasi pada
ekstremitas bawah. 2,4
II.1. DEFINISI
Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja insulin atau
keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin relatif atau absolut dimana tubuh mengeluarkan
terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan kelainan
metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh. 5
Kaki diabetik merupakan tukak yang timbul pada penderita diabetes mellitus yang disebabkan
karena angiopati diabetik, neuropati diabetik atau akibat trauma. 3,4,6,7,8
II.2. ETIOLOGI
Penyebab kaki diabetik biasanya melibatkan banyak komponen. Penelitian terbaru menyatakan
bahwa 63% kaki diabetik disebabkan oleh neuropati perifer yang menimbulkan gangguan
sensorik, motorik dan autonom yang masing-masing memegang peranan penting pada terjadinya
luka kaki. Faktor lain yang berperan adalah iskemia, pembentukan kalus dan edema. 3,4,6
Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara
berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus
ditempat itu.
Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sinyal terhadap rasa sakit (mati rasa) setempat dan
hilangnya perlindungan terhadap trauma, sehingga penderita mengalami cedera tanpa disadari,
akibatnya kalus yang sudah terbentuk berubah menjadi ulkus yang bila disertai infeksi
berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren. 3,6
Neuropati motorik mengawali terjadinya kelemahan otot dan atrofi otot di ekstremitas.
Hilangnya mekanisme vaskuler yang normal akibat angiopati diabetik dan gangguan regulasi
termal menyebabkan vena membengkak dan selanjutnya menyebabkan terjadinya ulkus. Bila
ulkus disertai infeksi akan mempermudah terjadinya disfungsi outonom (neuropati outonom)
yang selanjutnya akan mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit akan kering dan
mudah mengalami luka yang sukar sembuh yang selanjutnya mudah mengalami nekrosis. 3,6
II.3. PATOFISIOLOGI
Kaki manusia terdiri dari 26 tulang dengan 29 sendi yang dikuasai sekitar 40 otot kecil kaki dan
otot tungkai. Beban yang diterima setiap inci persegi pada telapak kaki kira-kira puluhan
kilogram dan hal ini akan merangsang pembentukan kalus dan pembentukan kalus biasanya
merupakan kelainan awal dari perjalanan kaki diabetik. 6
Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara
berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus
ditempat itu. Kalus (Callosity) merupakan hiperkeratosis berupa hiperplasia epidermis setempat
akibat penekanan atau gesekan. 2,6
II.4. KLASIFIKASI
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat menurut Wagner,
yaitu;
Derajat Lesi
0 Kulit utuh; ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati
1 Tukak superfisial
2 Tukak lebih dalam
Tukak dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan
3
atau osteomielitis
4 Gangren jari
5 Gangren kaki
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya daerah
iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dari klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner, yaitu;
II.5. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dengan penentuan tipe angiopati dan neuropati
berupa kelainan mikroangiopat
i atau makroangiopati, sifat obstruksi, dan status vaskuler.
Gangren diabetik akibat mikroangiopati disebut juga sebagai gangren panas karena walaupun
terjadi nekrosis, daerah akral akan tampak tetap merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Bila sumbatan terjadi secara
akut, emboli akan memberikan gejala klinis berupa 5P, yaitu Pain, Paleness, Paresthesia,
Pulselessness dan Paralisis dan bila terjadi sumbatan secara kronis, akan timbul gambaran klinik
menurut pola dari Fontaine, yaitu Pada stadium I; asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan
atau geringgingan), stadium II; terjadi klaudikasio intermiten, stadium III; timbul nyeri saat
istirahat dan stadium IV; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus). 2,3,4,6
II.6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kelainan kaki diabetik terdiri dari pengendalian diabetes dan penanganan terhadap
kelainan kaki.
Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan melakukan manajemen
medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena kebanyakan pasien dengan kaki diabetik
juga menderita malnutrisi, penyakit ginjal kronik, dan infeksi kronis.
Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan terjadinya berbagai
komplikasi kronik diabetes, salah satu- nya adalah terjadinya gangren diabetik. Jika kadar
glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua komplikasi yang akan
terjadi dapat dicegah, paling sedikit dihambat.
Dalam mengelola diabetes mellitus langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan non
farmakologis, berupa perencanaan makanan dan kegiatan jasmani. Baru kemudian kalau dengan
langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes yang ditentukan belum tercapai,
dilanjut-kan dengan langkah berikutnya, yaitu dengan penggunaan obat atau pengelolaan
farmakologis.
Perencanaan makanan pada penderita diabetes mellitus masih tetap merupakan pengobatan
utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus, meskipun sudah sedemikian majunya riset
dibidang pengobatan diabetes dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang
mutakhir. Perencanaan makanan yang memenuhi standar untuk diabetes umumnya berdasarkan
dua hal, yaitu; a). Tinggi karbohidrat, rendah lemak, tinggi serat, atau b). Tinggi karbohidrat,
tinggi asam lemak tidak jenuh berikatan tunggal.
Sarana pengendalian secara farmakologis pada penderita diabetes mellitus dapat berupa ;
- Golongan Sulfonylurea
- Golongan Biguanid
b. Pemberian Insulin
Lama Kerja
Frekuensi
NAMA GENERIK DOSIS
(Kali)
(jam)
Harian (mg) Awal (mg)
SULFONILUREA
- Klorpropamid 100-500 50 24-36 1
1) Strategi pencegahan
Fokus utama penanganan kaki diabetik adalah pencegahan terhadap terjadinya luka. Strategi
pencegahan meliputi edukasi kepada pasien, perawatan kulit, kuku dan kaki dan penggunaan alas
kaki yang dapat melindungi. 3,4
Pada penderita dengan risiko rendah diperbolehkan mengguna-kan sepatu, hanya saja sepatu
yang digunakan tidak sempit atau sesak. Sepatu atau sandal dengan bantalan yang lembut dapat
mengurangi risiko terjadinya kerusakan jaringan akibat tekanan langsung yang dapat memberi
beban pada telapak kaki. 3
Pada penderita diabetes mellitus dengan gangguan penglihatan sebaiknya memilih kaos kaki
yang putih karena diharapkan kaos kaki putih dapat memperlihatkan adanya luka dengan mudah.
3
Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus adalah kuku-kuku harus
dipotong secara transversal untuk mengurangi risiko terjadinya kuku yang tumbuh kedalam dan
menusuk jaringan sekitar. 2,3,4,6
Edukasi tentang pentingnya perawatan kulit, kuku dan kaki serta penggunaan alas kaki yang
dapat melindungi dapat dilakukan saat penderita datang untuk kontrol. 3,4,6
Gambar 1.Jenis alas kaki yang direkomendasikan.3
- Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting sehingga menuntut perhatian penuh
- Penderita dan keluarganya harus sadar akan penyulit berat pada tungkai
- Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan handuk kering setiap kali mandi
- Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya; dapat dengan menggunakan cermin
- Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan api
- Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan
2) Penanganan ulkus
Di klinik dibedakan 2 bentuk ulkus diabetik pada kaki, yaitu kaki neuropati dan kaki neuro-
iskemik. 2,3,4
Ulkus pada kaki neuropati biasanya terjadi pada kalus yang tidak terawat dengan baik. Kalus ini
terbentuk karena rangsangan dari luar pada ujung jari atau penekanan oleh ujung tulang.
Nekrosis terjadi dibawah kalus yang kemudian membentuk rongga berisi cairan serous dan bila
pecah akan terjadi luka yang sering diikuti oleh infeksi sekunder. 2,3,4
Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan, yaitu; 3,7
a) Tingkat 0 :
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan pelengkap alas kaki
yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara khusus dapat mengurangi tekanan yang
terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya deformitas, biasanya tidak
dapat hanya diatasi dengan pengguna-an alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan
pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy) atau dengan pembenahan deformitas.
b) Tingkat I :
Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius, perawatan lokal luka
dan pengurangan beban.
c) Tingkat II :
Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, perawatan lokal luka dan
teknik pengurangan beban yang lebih berarti.
d) Tingkat III :
Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi
yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur.
e) Tingkat IV :
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi seluruh kaki.
II.7. PROGNOSIS
Menurut penelitian pada penderita kaki diabetik yang telah dilakukan amputasi transtibial, dalam
kurun waktu 2 tahun terdapat 36% penderita meninggal. 3
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia penderita
diabetes mellitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan
tungkainya, lamanya menderita diabetes mellitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas
sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis. 3,8
DAFTAR PUSTAKA
2. Staf Pengajar Bagian Bedah FK UI, Vaskuler, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara
Jakarta, 1995; hal: 241-330.
4. Frykberg R.G. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management, American Family
Physician, November 1, 2002.
7. Cunha BA: Diabetic foot infections. Emerg Med, 1997; 10: 115-24.