Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Geografi merupakan rumpun ilmu yang multidisiplin, sehingga dalam mengkaji dan
menjelaskan suatu fenomena yang terjadi di permukaan bumi, harus dipahami tentang objek
material dan objek formal Geografi dan perspektif (sudut pandang) yang digunakan dalam
menganalisis suatu masalah. Dalam disiplin Ilmu Geografi, terdapat berbagai pendekatan, antara
lain:
Pada pendekatan ekologis, ekosistem dan lingkungan hidup menjadi inti pada setiap pokok
bahasan. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem juga memiliki cara pandang yaitu: Keterkaitan,
Ketergantungan, Keserasian, Keselarasan, Keseimbangan, antar komponen ekosistem.
Sedangkan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain. Untuk menjaga
keberlangsungan itu kita harus mempertimbangkan ketersediaan sumber daya, daya dukung,
dan daya tampung lingkungan.
Dalam perlindungan dan pegelolaan lingkungan hidup terdapat dipayungi oleh Undang-Undang
no 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut UU
tersebut, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Dengan demikian,
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang
terpadu berupa suatu kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah. Undang-
Undang ini mewajibkan Pemerintah dan pemerintah daerah untuk membuat kajian lingkungan
hidup strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.
Lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terdiri dari Perencanaan, Pemanfaatan,
Pengendalian, Pemeliharaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum. Perencanaan mempunyai
peran yang sangat penting dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, karena
nantinya akan menjadi acuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ke depannya.
Tahap yang dilakukan dalam proses perencanaan yaitu:
Pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup tidak bisa lepas dari pendekatan
keruangan/ spasial, yang diperlukan untuk memahami, mengkaji, dan menilai lokasi/tempat
keberadaan aktivitas manusia di permukaan bumi, dengan penyelenggaran dan pelaksanaan
penataan ruang. Dalam penataan ruang kita harus memahami prinsip (1) interelasi keruangan,
yaitu Objek materi yang ditata adalah bagian dari muka bumi itu sendiri yang bersifat kontinum
yang saling terkait dan saling mempengaruhi; (2) integrasi keruangan, yaitu hakikat dari
hubungan antarwilayah saling melengkapi sekaligus saling bersaing.
Berdasarkan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pada pasal 14
menyebutkan: Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:
Dalam penataan ruang nasional terdapat tantangan diantaranya Konflik Ruang, Kompetisi
Ruang, Akses Atas Ruang, dan Tekanan Pertumbuhan. Untuk menjawab tantangan tersebut,
diperlukan strategi besar yang mencakup penyelenggaraan perencanaan, intervensi
pengambilan keputusan dan reformasi regulasi. Oleh karena itu dibutuhkan instrument yang
mampu mendeteksi permasalahan pada tingkat hulu, yaitu Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS).
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 1, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah
serangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Dari definisi tersebut, KLHS
bermanfaat untuk memfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama antar pelaku
pembangunan, agar memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program.
Pada tahun 2016, pelaksanaan KLHS semakin diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS yang
berkonsekuensi diperlukannya Peraturan Menteri untuk mengatur teknis penyelenggaraan KLHS.
Tahun 2017, KLHK menerbitkan PERMENLHK Nomor 69 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis.
KLHS dapat membantu pencegahan degradasi sumber daya alam dan Lingkungan Hidup di
tingkat Kebijakan, Rencana, dan/atau Program, sehingga membantu efektivitas pelaksanaan
AMDAL, UKL-UPL, dan perizinan. Dalam konteks ini, target utama KLHS yaitu Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program, sementara AMDAL targetnya adalah pada satuan kegiatan/proyek.
KLHS tidak setara dengan AMDAL karena kajian dalam KLHS mengkaji skenario pembangunan
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sedangkan AMDAL adalah kajian kelayakan
rencana usaha dan/atau kegiatan. Namun keduanya berisi kajian dampak yang penting terhadap
Lingkungan Hidup karena langsung berkaitan dengan isu – isu Pembangunan Berkelanjutan.
Potensi dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup yang mungkin ditimbulkan oleh suatu
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program, sebelum pengambilan keputusan dilakukan, dapat
diantisipasi melalui KLHS. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berdampak dan/atau
berisiko kerusakan terhadap Lingkungan Hidup sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup meliputi Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko antara lain
meningkatkan perubahan iklim, meningkatkan kerusakan, kemerosotan atau kepunahan
keanekaragaman hayati, meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, kekeringan dan/atau
kebakaran hutan dan lahan, menurunkan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, mendorong
perubahan penggunaan dan/atau alih fungsi kawasan hutan terutama pada daerah yang
kondisinya tergolong kritis, meningkatkan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, dan/atau meningkatkan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia.