Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOPOROSIS
a. Pengertian
b. Penyebab osteoporosis
1. Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan
meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.
Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun,
pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun
demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan
akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui
cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik.
Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan
melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan
seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini
memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan
aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-
20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa
skelet per tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation –
Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang
berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah
menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang
mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan
ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin
D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan
glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang
menyebabkan osteoporosis.
Merokok
Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan,
peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan
melemahnya daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang sehingga
pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi kopi lebih dari
3 cangkir perhari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut
menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.
Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga
berat
badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban fisik yang terintegrasi
merupakan penentu dari puncak massa tulang
Gangguan makan (anoreksia nervosa)
Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang menjadi
lebihcepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.
Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,
hormonetiroid berlebihan, dan kortikosteroid.
c. Epidemiologi/insiden kasus
Penyakit ini 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh
klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diatas 60 tahun dan satu diantara enam
pria yang berusia diatas 75tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini.
Namun tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis
postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit
ini daripada wanita kulit hitam. Menurut penelitian, 24% dari wanita umur 40-
59tahun sudah mengalami osteoporosis dan 62% wanita berumur 60-70tahun
mengalami osteoporosis (www.medicastore.com).
Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita
sebanyak 18-36% sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun untuk wanita
53,6% sedangkan pria 38%.
d. Patofisiologi
Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan factor
lingkungan.
Factor genetic meliputi: usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah
melahirkan.
Factor lingkungan meliputi:
merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas,
anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium
dari darah ke tulag, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya
masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang
selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan
tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.
e. Klasifikasi
1. Osteoporosis primer
Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause
Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif
misalnya mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-
obatan yang toksik untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada
kurang lebih 2-3 juta klien.
3. Osteoporosis Idiopatik
4. Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :
Usia kanak-kanak (juvenile)
Usia
remaja (adolesen)
Wanita pra-menopause
Pria usia pertengahan
terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak
pada pergelangan tangan setelah jatuh.
6. Kecenderungan penurunan tinggi badan
7. Postur tubuh kelihatan memendek
g. Pemeriksaan fisik
1. B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki
2. B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya
pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang
berkaitan dengan efek obat
3. B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah
4. B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan
5. B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses
6. B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering
menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada
perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal.
Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3
h. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali,
eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)
2. Pemeriksaan x-ray
3. Pemeriksaan absorpsiometri
4. Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)
5. Pemeriksaan biopsy
6. Diagnosis/criteria diagnosis
7. Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :
Radiology
Pengukuran massa tulang
Pemeriksaan lab kimiawi
Pengukuran densitas tulang
j. Terapi/penatalaksanaan
1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi tulang
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung
k. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur
colles pada pergelangan tangan
l. Prognosis
Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan wanita.
Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu
pernafasan.
Pengkajian
a. Anamnesis
1). Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien
osteoporosis. Kadang- kadang keluhan utama mengarahkan ke diagnosa ( mis., fraktur colum
femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras,
status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada
orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan
yang teratur dan bersifat weight bearing.
Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti kortikosteroid,
hormon tiroid, anti konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium flourida dan
etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya osteoporosis.
Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah
penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas.
Riwayat haid, usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan.
Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada beberapa penyakit
tulang metabolik yang bersifat herediter.
2). Pengkajian psikososial. Gambaran klinis pasien dengan osteoporosis adalah wanita
pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya
fraktur multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien terutama citra diri,
khususnya klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi sosial karena
perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain.
Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri atau tidak nyaman selama posisi
interkoitus. Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu
mengkaji perasaan cemas dan takut pada klien.
3). Pola aktifitas sehari-hari. Pola aktifitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah
raga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olah raga
dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olah raga
dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang
kompleks antara saraf dan muskulosekeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan
dengan menurunnya gerak persendian adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar)
menurun, stamina menurun, koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi
ketrampilan motorik halus) menurun.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing).
b. B2 ( Blood). Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema
yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain). Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
.
c. Leher: Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus
merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra
d. B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
e. B5 ( Bowel). Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone). Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan
berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri
spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
OSTEOPOROSIS
Defisiensi kalsium
Thalamus
Korteks serebri
Dipersepsi
Klien terjaga
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai
dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan,
terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun,
dan terdapat penurunan tinggi badan
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,
tulang belakang terlihat bungkuk
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan penekanan pada tulang ditandai dengan klien
mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat
fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan criteria
hasil klien dapat mengekspresikan perasaan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat, klien
dapat mandiri dalam penanganan dan perawatannya secara sederhana.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri 1. Mempengaruhi pilihan/pengawasan
1. Evaluasi keluhan keefektifan intervensi
nyeri/ketidaknyamanan, 2. Membantu dan memusatkan
perhatikan lokasi dan perhatian yang dapat menghilangkan
karakteristik termasuk rasa nyeri.
intensitas (skala 1-10). 3. alternative lain untuk mengatasi
Perhatikan petunjuk nyeri nyeri misalnya kompres hangat,
nonverbal (perubahan pada mengatur posisi untuk mencegah
tanda vital dan emosi/prilaku) kesalahan posisi pada tulang
2. Dengarkan keluhan dan Memfokuskan kembali perhatian,
pertahankan kontak dengan meningkatkan rasa control dan dapat
pasien meningkatkan kemampuan koping
3. Ajarkan klien tentang dalam manajemen nyeri yang
alternative lain untuk mungkin menetap untuk periode
mengatasi dan mengurangi lebih lama /jaringan yang cedera
rasa nyerinya.Dorong
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun,
dan terdapat penurunan tinggi badan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri 1. sebagai dasar untuk memberikan
1. Kaji tingkat kemampuan klien alternative dan latihan gerak
yang masih ada yang sesuai dengan
2. Rencanakan tentang pemberian kemampuannya
program latihan, ajarkan klien 2. latihan akan meningkatkan
tentang aktivitas hidup sehari-hari pergerakan otot dan stimulasi
yang dapat dikerjakan sirkulasi darah
3. Berikan dorongan untuk 3. kemajuan aktivitas bertahap
melakukan aktivitas /perawatan mencegah peningkatan kerja
diri secara bertahap jika dapat jantung tiba-tiba
ditoleransi. 4. memberikan bantuan hanya
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,
tulang belakang terlihat bungkuk
Tujuan : cedera tidak terjadi dengan criteria hasil klien tidak jatuh dan tidak mengalami
fraktur, klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan yang bebas 1. menciptakan lingkungan yang
dari bahaya missal : tempatkan aman mengurangi risiko
klien pada tempat tidur rendah, terjadinya kecelakaan
berikan penerangan yang cukup, 2. pergerakan yang cepat akan
tempatkan klien pada ruangan memudahkan terjadinya fraktur
yang mudah untuk diobservasi kompresi vertebra pada klien
2. Ajarkan pada klien untuk berhenti osteoporosis
secara perlahan,tidak naik tangga 3. obat-obatan seperti diuretic,
dan mengangkat beban berat fenotiazin dapat menyebabkan
3. Observasi efek samping obat- pusing, mengantuk dan lemah
obatan yang digunakan yang merupakan predisposisi
klien untuk jatuh
1. Pengkajian
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama lengkap : Ny P
Tempat /tgl lahir : Ambon / 14 Mei 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Maluku/ Indonesia
Pendidikan terakhir : SR
Diagnosa medis : Osteoporosis
Alamat : Passo
Tanggal masuk : Mei 2006
Tanggal pengkajian : 15– 12- 2010
Jam pengkajian : 10.00 wit
2. Keluarga atau Orang Lain yang Penting/ Dekat yang Dapat Dihubungi:
Nama : Tn. S
Alamat : Passo
No. telepon :-
Hubungan dengan klien : Anak Kandung
4.Aktivitas Rekreasi
Hobi : Nonton
Bepergian/wisata : Kadang-kadang
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
5.Riwayat Keluarga
X X X X
X X X X X X
77 HDS
X
Laki-laiki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal : X
Ikatan pernikahan :
Ikatan saudara :
a. Saudara Kandung
Nama Keadaan Saat Ini Keterangan
1. Alm. Tn. L Meninggal Lansia
2. Tn H Hidup dan Sehat Lansia
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : 4 x/ hari
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 1 x/hari
Konsistensi : Lembek
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada
Pengalaman memakai laxantif/ pencahar : Pasien lupa
3. Personal Higiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : 2 x/hari
Pemakaian sabun (ya/tidak) : ya
b. Oral hygiene
Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2 x/hari (saat mandi)
Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci rambut
Frekuensi : 3 x seminggu
Penggunaan shampo (ya/tidak) : ya
Nonton TV : Tidak
Berkebun / memasak : Tidak
C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama saat pengakajian: Nyeri pada punggung
P : Lansia
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri menyebar sampai di daerah pinggang
S : Sedang (4-5)
T : Hilang timbul
b. yang menyertai Keluhan: Sering terbangun dari tidur
c. Respon pasien: Baik
d. Hal yang meringankan : Saat istirahat
e. Hal yang memberatkan : Saat banyak beraktivitas
f. Upaya mengatasi:
Pergi ke RS/ klinik pengobatan/ dokter praktek: Belum pernah dirawat di
RS/Klinik/dokter praktek
Mengkonsumsi obat – obatan sendiri : Tidak pernah
Mengkonsumsi obat – obatan tradisonal : Tidak pernah
Resume
1. MASALAH KESEHATAN KRONIS
N Keluhan Kesehatan Atau Gejala Selalu Sering Jarang T.pernah
O Yang Dirasakan klien dalam (3) (2) (1) (0)
waktu 3 bulan berkaitan dengan
fungsi- fungsi
A Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
B Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga berdenging
C Fungsi paru (pernapasan)
6. Batuk lama disertai keringat
lama
7. Sesak napas
8. Berdahak/sputum
D Fungsi jantung
9. Jantung berdebar- debar
10. Cepat lelah
11. Nyeri dada
E Fungsi pencernaan
12. Mual/muntah
F 13. Nyeri ulu hati
14. Makan dan minum banyak
(berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan buang air
besar (mencret atau sembelit)
G 16. Nyeri kaki saat berjalan
17. Nyeri pinggang atau tulang
belakang
18. Nyeri persendian/ bengkak
H Fungsi persarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada
kaki atau tangan
20. Kehilangan rasa
21. Gemetar/tremor
22. Nyeri/pegal pada daerah
tengkuk
I Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak
24. Sering buang air kecil pada
malam hari
25. Tidak mamapu mengontrol
pengeluaran air kemih
(ngompol)
JUMLAH 2 12 11
Keterangan :
Skor : ≤ 25 : Tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan
Skor : 26-50 : Masalah kesehatan ronis sedang
Skor : ≥ 51 : Masalah kesehatan kronis berat
Analisis hasil:
Skor : 3 + 11 + 11 = 25
≤ 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis sampai dengan masalah kesehatan kronis
ringan
2. FUNGSI KOGNITIF
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ)
No Item Pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang?
Jawab: jam 8
2 Tahun berapa sekarang?
Jawab: 2010
3 Kapan Ibu lahir?
Jawab: tahun 1935
4 Berapa Umur Ibu sekarang:
Jawab: 77 tahun
5 Dimana Alamat Bapak/Ibu sekarang?
Jawab: di panti werda
6 Berapa jumlah lansia yang tinggal
Jawab: 6
7 Siapa nama teman sekamar Ibu?
Jawab: oma ota
8 Tahun Berapa hari kemerdekaan Indonesia?
Jawab:1945
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang?
Jawab: SBY
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1
Jawab: 20, 19, 18, 15, 14, 13, 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3,
2, 1
JUMLAH 9 1
Keterangan : Penilaian SPMQ
(kesalahan 0-2) : Fungsi intelektual utuh
(kesalahan 3-4) : Fungsi intelektual ringan
(kesalahan 5-7) : Fungsi intelektual sedang
(kesalahan 8-10) : Fungsi intelektual berat
Analisis hasil:
(kesalahan 1) : Fungsi intelektual utuh
3. STATUS FUNGSIONAL
Keterangan :
Point: 13-17 (mandiri)
Point: 0-12 (ketergantungan)
Analisis hasil:
Point: 17 (mandiri)
Keterangan :
Terganggu, nilai 1
normal nilai 0
Analisa :
Nilai 0 : Normal
E. Klasifikasi Data
Data subjektif:
Klien mengatakan :
Nyeri pada punggung
Nyeri menyebar sampai daerah pinggang
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
Nyeri hilang timbul
Kurang tidur
Sering terbangun dari tidur
Cepat lelah
Data objektif:
F. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DS
Pasien mengatakan :
Nyeri pada punggung
Nyeri menyebar sampai daerah
pinggang
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
Penekanan pada
1 Nyeri hilang timbul Nyeri
tulang
DO
Adanya nyeri tekan pada bagian
punggung saat palpasi
Bentuk vertebrae kifosis
(membungkuk)
Skala nyeri sedang (4-5)
DS
Pasien mengatakan :
Kurang tidur
Sering terbangun dari tidur
Cepat lelah
Perubahan pola
2 DO Nyeri
istitahat dan tidur
Adanya lingkaran hitam
dibawah mata
Tidur malam 4 jam
Tidur siang ½ jam
G. Perumusan diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan pada tulang
yang ditandai dengan :
DS
Pasien mengatakan :
Nyeri pada punggung
Nyeri menyebar sampai daerah pinggang
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
Nyeri hilang timbul
DO
Adanya nyeri tekan pada bagian punggung saat palpasi
Bentuk vertebrae kifosis (membungkuk)
Skala nyeri sedang (4-5)
H. Prioritas masalah
P E R E N C A N A A N
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri berhubungan dengan Nyeri teratasi dengan Mandiri 1. Mempengaruhi
penekanan pada tulang criteria: 1. Evaluasi keluhan pilihan/pengawasan
yang ditandai dengan : nyeri/ketidaknyamanan, keefektifan intervensi
Nyeri berkurang perhatikan lokasi dan 2. Membantu dan
DS
karakteristik termasuk memusatkan kembali
Pasien mengatakan : sampai hilang
intensitas (skala 1-10). perhatian yang dapat
Nyeri pada punggung Perhatikan petunjuk nyeri menghilangkan nyeri.
Nyeri menyebar sampai Tidak ada nyeri nonverbal (perubahan pada 3. alternative lain untuk
daerah pinggang tekan tanda vital dan mengatasi nyeri
Nyeri dirasakan seperti emosi/prilaku) misalnya kompres
ditusuk-tusuk Skala nyeri 0 2. Mendengarkan keluhan dan hangat, mengatur
mempertahankan kontak posisi untuk mencegah
Nyeri hilang timbul
dengan klien kesalahan posisi pada
DO 3. Ajarkan klien tentang tulang Memfokuskan
Adanya nyeri tekan pada alternative lain untuk kembali perhatian,
bagian punggung saat mengatasi dan mengurangi meningkatkan rasa
palpasi rasa nyerinya.Dorong control dan dapat
Bentuk vertebrae kifosis menggunakan teknik meningkatkan
(membungkuk) manajemen stress contoh kemampuan koping
relaksasi progresif, latihan dalam manajemen
Skala nyeri sedang (4-5) nafasa dalam, imajinasi nyeri yang mungkin
visualisasi, sentuhan menetap untuk periode
teraupetik lebih lama /jaringan
NO
IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1. Hari/ tanggal: Rabu 15 – 12- 2010 Hari/tanggal: Rabu 15 – 12-
2010
Jam : 10.00 wit
Jam : 12.00 wit
1. Menanyakan bagaimana nyeri yang
dirasakan klien, lokasi, penyebaran dan S: pasien mengatakan
waktu datangnya nyeri. Nyeri berkurang
Nyeri masih terasa di
pinggang
Hasil:
Nyeri terasa seperti
ditusu-tusuk
Klien mengatakan nyeri pada
Nyeri hilang timbul
punggung, nyeri menyebar sampai
daerah pinggang, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
timbul.
O:
Adanya nyeri tekan pada bagian
Skala nyeri ringan
punggung saat palpasi, skala nyeri
(3-4)
sedang (4-5)
2. Berbincang-bincang dengan klien mengenai
nyeri yang sering dirasakan klien dan
mendengarkan keluhan serta
mempertahankan kontak dengan pasien.
Hasil:
A : Masalah sebagian teratasi
Klien mengatakan nyeri pada
punggung, nyeri menyebar sampai
daerah pinggang, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
timbul.
Adanya nyeri tekan pada bagian P: Intervensi 1 dan 3 dilanjutkan
punggung saat palpasi, skala nyeri
sedang (4-5)
hasil:
Hasil:
Hasil:
k. Catatan Perkembangan
O:
Skala nyeri ringan (3-4)
A : Masalah nyeri sebagian teratasi
I:
E:
Nyeri berkurang
Skala nyeri ringan (3-4)
R:-
O:
Tidur siang 1 jam
Ada lingkaran hitam di
bawah mata
P: Intervensi 3 dilanjutkan
I:
E:
R:-
DAFTAR PUSTAKA