Você está na página 1de 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK DI RUANG ANAK


STASE KEPERAWATAN ANAK
RSI DARUS SHIFA BENOWO
SURABAYA

OLEH
TRI ARGANITA
NIM: 20174663078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2018
2

KONSEP DASAR
DIARE

A. DEFINISI
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong,
2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari
empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair,
dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan
kualitas defekasi.
2. Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu

B. ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling
sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius dan
pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang
teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap
laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3

3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv
dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik
(Elizabeth J. Corwin, 2007).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
- Demam.
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan Pada Keadaan
Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB kolera,
atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01
atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
4

b. Massa intra abdominal (abdominal mass)


c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
atau sedang a. Rewel gelisah dengan makanan untuk
b. Mata cekung dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi,
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile
ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.

2. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas
diagnosis klinis yang paling mungkin:
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan
folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
5

- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan
diet yang terstandardisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit
seliaka dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan
ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik
(misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan berlebihan
bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn
atau bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara
paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.
6

F. WOC (Web Of Caution) Diare

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air &


elektrolit Hiperperistaltik

Isi usus
Penyerapan makanan di
usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
MK:
berlebihan
Ketidakseimbangan
nutrisi:
Nafsu kurang
makandari
MK: Kerusakan kebutuhan tubuh
Gangguan keseimbangan
integritas kulit
cairan dan elektrolit

Dehidrasi

MK: Kekurangan MK: Resiko syok


volume cairan (hipovolemik)

(Nurarif, Amin & Kusuma, H., 2013)


7

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan
penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan glukosa
oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan loperamid
(Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.
Penatalaksanaan diare akut pada anak:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan
dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik
(0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada
setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat
diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

Metode Perbandingan BB dan Umur


Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan

<3 < 1 bln 150 125 25 300


3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 080 25 205
15-25 5-10 thn 080 025 25 130

Sumber: Ngastiyah (1997)


8

Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.
NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :
2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1
ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
- Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
9

2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan kalori,
kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Asam amino
a. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
a. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
b. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe
yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran
dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan
diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan
yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram
dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama:
tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang sudah diblender dengan
tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu
mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan. Cara kedua: tempe direbus
lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine, gula pasir dengan sisa
rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental kemudian
disaring dan siap untuk disajikan.

3. Obat-obatan
Tabel antidiare (Kee, 1996)
Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan
Opiat
Tingfur opium TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 tts, Untuk diare akut dan nonspesifik.
q.i.d. dicampur dengan air Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4 kali/
hari
Paregorik D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan III
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/ hari
Kodein D: PO: 15-30 mg, q.i.d. Untuk diare
10

Agen-agen opiat related


Difenoksilat dengan atropin D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut, nonspesifik.
(Lomotil) Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, setiap Dosis untuk anak bervariasi sesuai
hari dalam dosis terbagi 4 atau 2 dengan umur.
mg, 3-5 kali setiap hari
Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 mg Untuk diare. Obat bebas terbaru.
setelah buang air cair. Tidak Kategori kehamilan B. Tidak
melebihi 16 mg/ hari. mempengaruhi SSP. Kurang dari
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis dapat 1% yang mencapai sirkulasi
diulangi, tidak melebihi 4 mg/ hari sistemik.
Adsorben
Kaolin-Pektin (Kaopectate) Sesuai dengan label Untuk diare. Diberikan setelah
setiap kali buang air cair. Obat
bebas.
Garam-garam bismut Sesuai dengan label Untuk diare, gangguan lambung.
(Pepto-Bismol) Dalam bentuk cair atau tablet.
Kombinasi
Difenoksilat dengan atropin Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen opiat related
(Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung paregorik dan
kaopecatate
Donnagel D: PO: M: 30 mg, kemudian 15-30 Mengandung atropin dan
mg setelah setiap kali buang air cair kaopectate
A: PO: 5-10 mg setelah setiap kali
buang air cair
Donnagel P-G D: PO: 15 mg, setiap 3 jam Mengandung opium, atropin, dan
kaopectate
Kunci:
D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >: lebih dari; tts:
tetes.
H. ANALISA DATA
Masalah Diagnosa Keperawatan
No. Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1. Batasan karakteristik : Kekurangan volume Output berlebih Kekurangan volume cairan berhubungan
- Perubahan status mental cairan dengan output berlebih (00027)
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan turgor kulit
- Peurunan haluaran urine
- Membran mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan berat badan
- Haus
- Kelemahan

2. Batasan karakteristik : Gangguan nutrisi Intake makanan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Kram abdomen kurang dari yang tidak adekuat berhubungan dengan intake makanan yang
- Nyeri abdomen kebutuhan tubuh tidak adekuat (00002)
- Menghindari makanan
- Berat badan 20% atau lebih di
bawah berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang makanan

11
- Kurang informasi
- Penurunan berat badan
dengan asupan makanan
adekuat
- Membran mukosa pucat
- Ketidakmampuan memakan
makanan
- Tonus otot menurun
- Mengeluh gangguan sensasi
rasa
- Cepat kenyang setelah makan
- Sariawan rongga mulut
- Kelemahan otot pengunyah
- Klemahan otot untuk menelan

12
3. Batasan karakteristik : Kerusakan integritas Kelembapan Kerusakan integritas kulit berhubungan
- Kerusakan lapisan kulit kulit dengan kelembapan (00046)
(dermis)
- Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
- Invasi struktur tubuh
(NANDA, 2015-2017)

13
14

I. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluide management


berhubungan dengan output selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Timbang popok/pembalut jika
berlebih (00027). cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien dapat diperlukan
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
- Input dan output cairan elektrolit 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
seimbang. membran mukosa, nadi adekuat,
- Menunjukkan membran mukosa lembab tekanan ortostatik), jika diperlukan
dan turgor jaringan normal. 4. Monitor vital sign
5. Kolaborasikan cairan IV
6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Kolaborasi dengan dokter.
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
2. Monitor tingkat HB dan hematokrit
3. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
4. Monitor berat badan
2. Gangguan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition management
kebutuhan tubuh berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
dengan intake makanan yang tidak nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
adekuat (00002). hasil: menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 3. Anjurukan pasien untuk meningkatkan
badan intake IV
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

14
15

- Menunjukan peningkatan fungsi 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan


pengecapan dari menelan protein dan vitamin C
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang 5. Berikan substansi gula
berarti 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
7. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor kadar albumin, total protein,
HB, dan kadar HT
11. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva

15
3. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure Management:
berhubungan dengan kelembapan selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
(00046) integritas kulit pasien dapat teratasi dengan pakaian yang longgar
kriteria hasil: 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
- Integritas kulit yang baik bisa 3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien)
dipertahankan (sensasi, elastisitas, setiap 2 jam sekali
temperatur, hidrasi, pigmentasi) 4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit pada daerah tertekan
- Perfusi jaringan baik 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Menunjukkan pemahaman dalam proses 6. Memandikan pasien dengan sabun dan
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya air hangat
cidere berulang
- Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
(NIC&NOC, 2016)
Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC.
Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15.
Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti.
Jakarta: EGC.
Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing
Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.
Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan,
dkk. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.
(Ed. 6). Missouri : Mosby.

17

Você também pode gostar

  • Peminjaman Barang Bau
    Peminjaman Barang Bau
    Documento1 página
    Peminjaman Barang Bau
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Ilnes ?: Apa Itu Gangguan Jiwa Atau Mental
    Ilnes ?: Apa Itu Gangguan Jiwa Atau Mental
    Documento2 páginas
    Ilnes ?: Apa Itu Gangguan Jiwa Atau Mental
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Resume Hemodialisa
    Resume Hemodialisa
    Documento6 páginas
    Resume Hemodialisa
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • 30B08711-DB57-4A53-BCA1-AB66932C04F2
    30B08711-DB57-4A53-BCA1-AB66932C04F2
    Documento12 páginas
    30B08711-DB57-4A53-BCA1-AB66932C04F2
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Peminjaman Barang Bau
    Peminjaman Barang Bau
    Documento46 páginas
    Peminjaman Barang Bau
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • FORMAT LAPORAN Praktik Docx-2
    FORMAT LAPORAN Praktik Docx-2
    Documento21 páginas
    FORMAT LAPORAN Praktik Docx-2
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
    Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
    Documento36 páginas
    Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Satuan Acara Penyuluhan Siap Print
    Satuan Acara Penyuluhan Siap Print
    Documento23 páginas
    Satuan Acara Penyuluhan Siap Print
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah
    Laporan Pendahuluan Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah
    Documento10 páginas
    Laporan Pendahuluan Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah
    Krisna Siantarini
    100% (4)
  • Pengkajian Ismail Baru
    Pengkajian Ismail Baru
    Documento24 páginas
    Pengkajian Ismail Baru
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Format Pengkajian Keperawatan Anak
    Format Pengkajian Keperawatan Anak
    Documento34 páginas
    Format Pengkajian Keperawatan Anak
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • FORMAT LAPORAN Praktik Docx-2
    FORMAT LAPORAN Praktik Docx-2
    Documento21 páginas
    FORMAT LAPORAN Praktik Docx-2
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento75 páginas
    Bab I
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Documento14 páginas
    Bab Iv
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab 4
    Bab 4
    Documento4 páginas
    Bab 4
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab 5
    Bab 5
    Documento2 páginas
    Bab 5
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Peminjaman Barang Bau
    Peminjaman Barang Bau
    Documento1 página
    Peminjaman Barang Bau
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab 5
    Bab 5
    Documento2 páginas
    Bab 5
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
    Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
    Documento36 páginas
    Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento75 páginas
    Bab I
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab 4
    Bab 4
    Documento4 páginas
    Bab 4
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento25 páginas
    Bab Iii
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento6 páginas
    Bab I
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento14 páginas
    Bab Iii
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Documento14 páginas
    Bab Iv
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento25 páginas
    Bab Ii
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento14 páginas
    Bab Iii
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento25 páginas
    Bab Ii
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento6 páginas
    Bab I
    Nurul Badriyatus Sholehah
    Ainda não há avaliações