Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Luthfia Pravitakari A 22020117220110
Ria Rahmawati 22020117220108
Whawha Ayuningsih 22020117220133
B. Evidence Knowledge
Pasien dalam perawatan kritis yang mengalami intubasi endotrakeal
mengalami masalah dalam mobilisasi. Terdapat hubungan yang bermakna
antara hambatan mobilisasi dengan terjadinya pressure ulcer pada pasien di
IRIN (ICU). Hal ini menyebabkan waktu rawat inap lebih lama dan menjadi
lebih rumit. Perlu adanya intervensi yang tepat oleh petugas kesehatan
dalam hal ini khususnya perawat untuk mempermudah proses pemenuhan
kebutuhan pasien di ICU yang tidak mampu melakukan alih baring secara
mandiri (Melinda, E, 2017).
Mobilisasi atau alih baring merupakan bagian penting dalam praktik
keperawatan, bukan hanya untuk mengatasi masalah Hospital-acquired
pressure ulcers (HAPUs) namun juga untuk mencegah adanya pressure
ulcer (Chou, dkk, 2013). Perawat di ICU memiliki pengalaman yang cukup
untuk menentukan intervensi mengatasi dan mencegah terjadinya HAPUs.
Dalam hal ini juga diperlukan adanya pelatihan penerapan mobilisasi yang
perlu dilakukan setiap 2 jam sekali dan hanya berpindah dari miring kanan,
kiri dan terlentang serta mencatat kegiatan setiap akhir shift (Hall KD, dkk,
2012).
Repositioning pada pasien di ICU sangat penting untuk dilakukan
untuk mengatasi dan mencegah terjadinya pressure ulcer. Ada dua cara
yang dapat dilakukan untuk melakukan repositioning yaitu dengan
Specifically Standard of Care (SOC) menggunakan triangel pillow dan
Patien Positioning Sistem (PPS) dengan alat pabrikan (Jan, D, 2016).
Perawat memegang peran penting dalam perawatan kepada pasien yang
terpasang ventilator mekanik sehingga perawat dapat melakukan intervensi
yang tepat dan efektif supaya dapat menurunkan angka kejadian HAPUs.
Alternatif lain yang bisa digunakan untuk mencegah terjadinya
pressure ulcer adalah dengan menggunakan APMO, kasur bertekanan yang
dilengkapi dengan sistem udara untuk membatasi kondensasi dan maserasi.
APMO di dukung oleh udara dan dioperasikan dengan dua mode yaitu
dinamis dan statis. Tekanan yang diberikan oleh APMO disesuaikan secara
manual sesuai dengan berat pasien. Operasi pompa APMO dibatasi sesuai
dengan tingkat kenyamanan pasien.
Tekanan permukaan sacrum (panggul) dan sendi pinggul pasien dalam
kondisi terlentang yang dinilai dengan alat indeks tekanan puncak (PPI),
secara signifikan lebih besar jika dibandingkan tekanan pada posisi lain
seperti posisi lateral 90o, 30o, dan 40o. Sedangkan pada posisi lateral 30o dan
40o, tekanan pada sendi pinggul lebih kecil jika sendi pinggul pada posisi
yang normal daripada posisi rotasi eksternal. Rotasi sendi pinggul
menimbulkan efek terhadap tekanan permukaan yang mungkin disebabkan
oleh jaraknya dengan sacrum sesuai posisi dari sendi pinggul.
Tekanan permukaan adalah salah satu faktor penyebab ulcus pressure
(PU), distribusi tekanan dengan mengontrol posisi pasien berkontribusi
terhadap pemeliharaan sirkulasi kapiler. Oleh karena itu, penurunan tekanan
permukaan dengan posisi yang tepat diperlukan untuk mencegah PU, selain
itu perlu dievaluasi efek dari distribusi tekanan di berbagai posisi. Menurut
Japanese Society of Pressure Uncers (2012), posisi miring 30o dan 90o
disarankan untuk pencegahan dan manajemen PU. Posisi miring 30o dapat
mencegah iskemi pada trokanter mayor dan sacrum. Krapfl et al
melaporkan bahwa posisi lateral 30o lebih baik untuk distribusi tekanan
daripada posisi lateral 90o dan semi fowler.
Mengoptimalkan posisi yang tepat untuk pendistribusian tekanan
permukaan sacrum dan trokanter mayor pada pasien terbaring di tempat
tidur dengan pemosisian sudut dalam posisi berbaring lateral dengan rotasi
sendi pinggul. Pada posisi miring lateral 30o, sendi pinggul tetap
bersentuhan dengan tempat tidur karena rotasi eskternal disebabkan oleh
gravitasi. Sacrum pada posisi supinasi, memiliki kontak maksimal pada
tempat tidur, sedangkan pada posisi miring 30o dan 40o tekanan pada
sacrum dan tempat tidur menjadi minimal. Tekanan paling tinggi pada
sacrum adalah pada saat posisi supinasi. Tekanan pada 30o adalah 20mmHg,
sedangkan 40o adalah 15mmHg.
Di Jepang, kejadian PU paling tinggi pada bagian sacrum, tokanter
mayor juga mudah terjadi PU karena gerakan sendi pinggul yang bisa
menyebabakan arthtritis. Oleh sebab itu, tekanan kontak pada sacrum dan
trokanter mayor harus diminimalkan. Tidak hanya panggul dan sendi
pinggul, namun tumit juga harus diatur tekanannya menggunakan bantal
lembut.
C. Critical Thinking
Pelaksanaan intervensi hambatan mobilisasi di IRIN ICU RSUP Dr
Kariadi belum berjalan dengan baik karena masih belum diterapkan,
walaupun untuk pengisian tools resiko pressure ulcer sudah dijalankan
namun penerapan intervensi belum dilakukan. Dalam penelitian disebutkan
bahwa SOC dengan bantuan triangel pillow dan PPS dengan bantuan alat
pabrik sangat efektif dalam mengatasi dan mencegah masalah HAPUs.
Perawat memegang peran yang cukup besar dalam pencegahan pressure
ulcer sehingga perawat setidaknya melakukan tindakan alih baring untuk
mencegah terjadinya HAPUs dan penyakit penyerta lainnya seperti
pneumonia.
Pasien yang mengalami perawatan di ruang ICU memiliki banyak
faktor yang dapat meningkatkan angka kejadian dekubitus. Pasien yang
terpasang alat bantu pernafasan, alat kompresi, kateter urine, dan kateter
vena meningkatkan risiko dekubitus (Dawn E, dkk, 2016). Faktor lain
terjadinya luka tekan adalah pada pasien yang mengalami imobilisasi lama
atau tirah baring. Manajemen luka tekan yang telah dilakukan di ruang ICU
RS Kariadi adalah dengan memberikan minyak zaitun atau virgin coconut
oil (VCO). Pemberian VCO dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada
pagi dan sore hari setelah dilakukan perawatan diri seperti mandi,
mengganti baju, dan mengganti linen. Selain itu, penggunaan kasur untuk
mencegah terjadinya luka tekan juga sudah diberikan tetapi di ruangan
hanya tersedia satu kasur saja sehingga diperlukan modifikasi untuk
mencegah terjadinya luka tekan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi repositioning
pada pasien di IRIN ICU dengan hambatan mobilisasi belum dilakukan
intervensi alih baring, dari beberapa evidence base merekomendasikan
untuk dilakukan alih baring guna mencegah pressure ulcers yang telah
diterbitkan oleh beberapa lembaga termasuk Eropa Panel Penasihat Ulkus
(EPUAP) dan Tekanan Nasional Ulcer Advisory Panel (NPUAP) sehingga
dapat menjadi saran untuk perawat di IRIN ICU agar dapat menerapkan
intervensi ini.
DAFTAR PUSTAKA