Você está na página 1de 32

Alih fungsi lahan palawija menjadi kelapa sawit di desa sei kase

ABSTRAK
Beras merupakan komoditas strategis dan bahkan politis karena tidak bisa tidak harus selalu tersedia dan tidak boleh
kekurangan hal ini disebabkan komoditi beras sebagai bahan pangan utama bangsaIndonesia. Luas areal panen dan
produktifitas tanaman merupakan faktor utama peningkatan produksi padi nasional. Beberapa tahun terakhir
pertumbuhan luas areal menjadi masalah yang sangat serius seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, karena
lahan pertanian sawah telah dialih fungsikan ke non pertanian dan perkebunan terutama tanaman kelapa sawit.
Sehingga pada daerah yang selama ini merupakan sentra produksi beras terus menurun, seiring dengan terjadinya
alih fungsi lahan. Terjadinya alih fungsi lahan sawah ke tanaman kelapa sawit disebabkan oleh : pendapatan usaha
tani lebih tinggi, resiko usaha tani lebih rendah, nilai jual/anggunan lebih tinggi, biaya produksi lebih rendah,
ketersediaan air, teknologi budidaya dan dampak yang dihadapi produksi beras menurun, konversi lahan menurun
dan produktifitas lahan menurun. Upaya yang harus ditempu untuk menekan laju alih fungsi lahan adalah peran
penyuluh ditingkatkan, adanya subsidi pemerintah dan upaya pelarangan oleh pemerintah dengan diberlakukanya
UU No.41 Tahun 2009.
Kata kunci : Alih fungsi, Lahan, Sawah, Kelapa Sawit.
BAB.I. PENDAHULUAN
BangsaIndonesiamerupakan Bangsa yang sangat menikmati komoditi beras sebagai bahan pangan utamanya. Oleh
karenanya beras merupakan komoditi strategis dan bahkan politis untuk tidak bisa tidak harus selalu tersedia dan
tidak boleh kekurangan.
Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut
komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyatIndonesia. Selain lebih dari 90 persen
pendudukIndonesiamenjadikan beras sebagai makanan pokoknya, beras juga menjadi industri yang strategis bagi
perekonomian nasional.
Luas areal panen merupakan salah satu determinan utama peningkatan produksi padi nasional di samping tingkat
produktifitas tanaman. Pertumbuhan luas areal menjadi masalah yang sangat serius karena bersaing dengan
pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, indusrialisasi dan pembanguan infrastruktur publik. Faktor-faktor tersebut
telah mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Pada lahan pertanian secara umum
terjadinya koversi lahan sawah dan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan perkebunan, sehingga lahan pertanian
sawah yang tersedia baik lahan yang sudah ada maupun percetakan lahan sawah baru tidak sebanding dengan
dengan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan banyak lahan sawah yang ada dialihfungsikan menjadi
tamanan perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan produksi beras nasional terus menurun seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk.
BAB.II. PENYEBAB DAN DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
2.1. Penyebab
2.1.1. Pendapatan usaha tani
Pada usaha tani tanaman padi pendapatan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan usaha tani kelapa sawit.
Produktifitas tanaman padi hanya 3.74 ton/Ha (BPS, 2007), sedangkan biaya yang dibutuhkan dalam pengelooan
tananman tersebut dibutuhkan biaya yang sangat tinggi sehingga pendapat yang diperoleh sangat rendah. Juga
dipengaruhi oleh harga yang sangat rendah dan berfluktuatif. Berbeda dengan kelapa sawit, produktifitas kelapa
sawit cukup tinggi yaitu 24 ton/Ha/tahun (Yan Fauzi,2005). Sedangkan biaya yang dibutuhkan cukup rendah.
2.1.2. Resiko usaha tani
Usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen atau fuso hal ini dapat disebabkan olehhamadan
penyakit juga factor alam. Pada beberapa tempat serangan yang paling berat diantaranya seranganhamatikus,
seranganhamawereng dan penyakit tunggro dimana serangan tersebut kadang kala tidak bisa dikendalikan lagi
sehingga bukan mendapat keuntungan malah kerugian yang diterima. Sedangkan pada tanaman kelapa sawit resiko
kegagalan panen dan harga relatip stabil sehingga resiko yang dihadapi petani kelapa sawit tersebut sangat kecil.
2.1.3. Nilai jual /nilai anggunan
Pada lahan dan usaha tanaman padi nilai jual atau anggunan untuk mendapatkan kredit cukup sulit dan kredit yang
didapat relatip kecil hal ini disebabkan pada usaha tani padi nilai kredit hanya dilihat dari nilai jual lahan sedangkan
usaha taninya tidak berpengaruh terhadap nilai kredit. Sedangkan usaha tani tanaman kelapa sawit nilai kredit yang
didapat cukup tinggi hal ini disebabkan ada usaha tani tanaman kelapa sawit nilai jual lahan dan nilai tanaman dapat
mempengaruhi nilai kredit yang didapat karena produktifitas hasil dan harga TBS (tandan buah segar) relatip stabil.
2.1.4. Biaya produksi
Usaha tani padi sawah membutuhkan biaya yang cukup besar, dimana kebutuhan akan sarana produksi (pupuk,
pestisida) dan biaya tenaga kerja sangat tinggi. Sedangkan pada usaha tanaman kelapa sawit biaya yang cukup
besar hanya dibutuhkan pada saat awal pelaksanaan budidaya usaha tani, selanjutnya setelah produksi biaya yang
dibutuhkan cukup rendah.
2.1.5. Ketersediaan air
Pada berbagai daerah yang selama ini merupakan sentra produksi beras, lahan sawah para petani telah banyak
dialih fungsikan dikarenakan areal persawahan sudah sulit mendapatkan air. Hal ini disebabkan oleh telah
banyaknya saluran-saluran air irigasi yang rusak dan telah berkurangnya perhatian pemerintah terhadap sector
pertanian khususnya penanganan sarana irigasi dan partisipasi masyarakat dalam menjaga saluran irigasi yang telah
ada sudah berkurang. Pada areal yang berpotensi di cetak menjadi lahan sawah ataupun lahan sawah yang ada jauh
dari saluran pintu-pintu utama saluran irigasi sehingga akibat pemakaian dan pengaturan air yang sembarangan
menyebabkan pada sawah-sawah hilir tidak mendapatkan pasokan air yang memadai.
2.1.6. Teknologi budidaya
Pada masyarakat yang kurang mengerti teknologi pertanian cendrung pada lahan sawah hanya menaman tanaman
padi ataupun hanya sebagian petani yang menanam tanaman palawija. Dengan keterbatasan mereka pada
teknologi, lahan sawah yang mestinya bisa dibudidayakan berbagai macam tanaman semusim yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi pada akhirnya mencari jenis tanaman yang yang secara teknologi ataupun resiko yang rendah
mereka mengalih funsikan lahan mereka. Dengan kemampuan petani yang ada hal ini dimungkin diberikan informasi
mengenai budidaya berbagai jenis tananam sehingga musim tanam tidak hanya pada tanaman padi akan tetapi
lahan pertanian dapat ditanamai dengan tanaman yang memberikan nilai ekonomis yang cukup tinggi dan tidak
mempengaruhi keadaan lahan tersebut. Adanya tumpang gilir tanaman hal ini juga dapat memutus siklushamadan
penyakit.
2.2. Dampak
2.2.1. Produksi beras menurun
Sebagai Negara produsen beras terbesar ke tigadi Dunia,Indonesiaseharusnya mampu memenuhi kebutuhan
konsumsi domestiknya (USDA, 2007).mengingat beras merupakan bahan makanan pokok bagi hampir seluruh
penduduk yang memenuhi lebih dari 50 persen total kebutuhan kalori per hari. Adapun usaha pemenuhan
kebutuhan konsumsi selama ini ditempuh oleh pemerintah melalui dua cara yaitu melalui peningkatan produksi
domestic dan melakukan impor. Pemenuhan dari produksi domestic telah dilakukan dengan berbagai cara dan
melalui berbagai kebijakan, tetapi hasilnya masih kurang maksimal.
Kebijakan perberasan diIndonesiameliputi kebijakan produksi, distribusi, impor dan pengendalian harga domestic
dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Dengan berbagai kebijakan diantaranya Bimbingan Masal
(Bimas) tahun1965, Intensifikasi Khusus (Insus) tahun1979 dan Supra Insus tahun 1987 sehingg pada tahun 1984
dapat menghantarkan Indonesia swasembada beras. Namun kondisi tersebut hanya berlangsung sementara karena
setelah ituIndonesiaharus mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhannya.
Penurunan produksi disebabkan oleh penggunaan input yang kurang berkualitas, masih rendahnya rendemen beras,
teknologi pasca panen yang kurang tepat, degradasi kualitas lahan dan penurunan luas panen akibat konversi atau
alih fungsi lahan.
2.2.2. Konversi lahan bernilai negatif
Beberapa kelemahan yang harus diperbaiki dalam pembangunan pertanian Indonesiaantara lain penguasaan lahan
yang cukup sempit menyebabkan pendapatan petani tidak mencukupi kebutuhan hidup jika dari usaha taninya.
Karena itu Sebagian petani padi selain menjadi produsen juga menjadi net consumer beras. Sempitnya penguasaan
lahan dikarenakan sistem warisan yang turun temurun. System warisan yang membagi rata lahan pertanian kepada
turunan menyebabkan terjadinya fragmentasi lahan yang akhirnya mendorong terjadinya konversi lahan dengan
alasan ekonomi. Walaupun masih tetap ditanami padi akan tetapi hasil yang didapat tidak bisa menopang ekonomi
mereka bahkan sampai tidak bisa memenuhi kebutuhan akan pangan keluarga petani itu sendiri. Lahan sawah
tersebut dialih fungsikan menjadi lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit agar lebih mudah dalam perawatan
dan dapat dijadikan usaha sampingan. Dengan terjadinya lahan sawah dialih fungsikan menjadi lahan non pertanian
ataupun beralih ketanaman kelapa sawit maka akan terjadinya penurunan atau berkurangnya areal persawahan
dengan kata lain akan terjadinya penyempitan lahan pertanian sawah. Walaupun adanya upaya pemerintah
mencetak areal persawahan baru akan tetapi usaha tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk
yang sangat pesat dimana membutuhkan bahan pangan beras sangat tinggi dikarenakan pola konsumsi
pendudukIndonesia sebagian besar besar merupakan bahan pangan utama. Kalau hal ini terjadi secara terus
menerus tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kita akan kekurang lahan pertanian sawah.
2.2.3. Produktifitas lahan menurun
Pada lahan yang sudah ditanami kelapa sawit membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengembalikan ke
produktifitas lahan seperti semula. Baik untuk pertanian sawah maupun jenis tanaman palawija dan hortikultura
ataupun jenis tanaman lainnya. Secara ekonomis memang budidaya tanaman kelapa sawit memang sangat
menguntungkan akan tetapi hal tersebut hanya pada jangka pendek dimana kelapa sawit hanya mampu menghasil
yang optimal sampai pada umur 15 tahun.
Setelah itu lahan bekas tanaman kelapa sawit sudah tidak memungkin untuk diolah menjadi lahan yang produktif
atau tidak bisa dikembalikan ke lahan pertanian sawah. Karena lahan tersebut baik secara struktur tanah sudah
rusak maupun kandungan unsur haranya sudah menjadi tanah gersang, hal ini juga dipengaruhi oleh system
perakaran serabut pada tanaman kelapa sawit. walaupun masih bisa dikembalikan membutuhkan waktu yang
sangat panjang dan biaya sangat tinggi.
III. PEMBAHASAN
Booming alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi lahan perkebunan menjadi tren di kalangan petani. Hal ini
tidak bisa dipungkiri, karena menjadi petani perkebunan, khususnya kelapa sawit sangat menjanjikan sekali. Setiap
saat harga Tandan Buah Segar (TBS) terus naik, kondisi ini tentunya sangat menguntungkan petani. Persoalan tidak
hanya di situ. Mahalnya harga pupuk dan seranganhamapenyakit terhadap sawah petani juga menjadi pemicu
semakin sengsaranya masyarakat petani. Serta pada saat panen harga dipasaran menjadi rendah. Padahal suatu
ketika dulu merupakan sektor unggulan. Agar pengalih fungsi lahan dapat dikurangi atau ditekan dengan berbagai
cara diantaranya;
3.1. Peran Penyuluh
Keberadaan Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorlu) sangat diperlukan sekali, karena akan bisa memberikan
pendampingan kepada petani pertanian khususnya petani sawah sehingga upaya alih fungsi lahan pertanian sawah
menjadi lahan perkebunan bisa ditekan semaksimal mungkin. Banyaknya terjadi alih fungsi lahan saat ini karena
minimnya penyuluh yang memberikan pemahaman kepada petani arti pentingnya lahan pertaniaan. Hal ini juga
dipengaruhi oleh para penyuluh pertanian sudah banyak ditarik menjadi tenaga teknis di berbagai instansi
pemerintah. Ini terjadi sejak banyaknya pembentukan kabupaten/kota baru.
Terjadinya degradasi lahan pertanian, membuat masyarakat tani sekarang tergiur mengalih funsikan lahan
pertaniannya menjadi perkebunan, jika ini terus dibiarkan akan menimbulkan dampak negate pada produksi
perberasan baik daerah maupun secara nasional.
Masyarakat miskin yang ada di daerah manyoritas adalah mereka yang berkecimpung di bidang pertanian, mereka
banyak yang tidak paham abagaimana meningkatkan produksi pertaniannya dan masih banyak diantara mereka
yang masih petani tradisional. Padahal dengan teknologi yang ada masa tanam tersebut bisa bisa ditingkatkan
menjadi dua atau tiga kali setahun.
Di sinilah peran penyuluh, sayang sampai saat ini mereka tidak diperhatikan. Sudah saatnya pemerintah daerah
khususnya memperhatikan, baik itu penyuluh pertanian, perikanan, kehutanan dan sebagainya. Dari tangan
penyuluhlah akan bisa membantu para petani khususnya dalam meningkatkan pendapatan dan taraf hidup yang
lebih baik.
3.2. Subsidi petani
Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke perkebunan yang dilakukan para petani sebenarnya bisa dimaklumi, selain
karena kondisi lebih menguntungkan juga dikarenakan kondisi lahan lahan yang ada kurang cocok untuk lahan
pertanian. Pada lahan yang memang cocok untuk tanaman padi atau bahkan menjadi kawasan sentra produksi
beras, lahan tersebutlah yang mestinya harus dijaga agar tidak terjadi alih fungsi lahan.
Pemerintah harus turun tangan setidaknya dengan melakukan subsidi kepada petani. Harga sarana produksi seperti
pupuk dan pestisida sangat mahal, mereka bekerja keras sementara hasil gabah mereka jual dengan harga murah di
pasaran. Di sisi lain hasil produksi tanaman perkebunan kelapa sawit terus mengalami peningkatan dan harga jual
yang stabil mekipun pemerintah tidak ikut campur dalam hal pemasaran. Subsidi yang dilakukan pemerintah adalah
dengan membeli hasil produksi pertanian tanaman pangan dengan harga mahal dari petani dan kemudian dijual
dengan harga murah. Jika pemerintah ikut campur tangan dalam hal pemasaran hasil pertanian petani, maka alih
fungsi lahan khususnya lahan-lahan yang cocok untuk pertanian tidak akan dilakukan petani.
3.3. Dilarang
Larangan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan dan sebagainya telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Melalui Undang-undang (UU) 41 tahun 2009, pemerintah telah mengeluarakan aturan, setiap pelaku baik petani,
pejabat maupun badan usaha melakukan alih fungsi lahan akan dikenakan hukuman pidana dan denda sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Kebijakan ini dibuat untuk mempertahankan kelangsungan produksi pertanian diIndonesia, terlebih lagi ancaman alih
fungsi lahan pertanian ke perkebunan sudah tidak terkendali. Walaupun belum adanya data berapa luas lahan
produktif beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan. Laju alih fungsi ini harus segera dihentikan, jika tidak
ancaman rawan pangan bakal terjadi.
Dalam UU 41 tahun 2009 dikatakan, bagi perseorangan yang melakukan tindakan alih fungsi lahan akan dikenakan
hukuman penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 1 milyar. Dan bagi perseorangan yang tidak
melakukan kewajiban mengembalikan keadaan lahan pertanian pangan bekelanjutan ke keadaan semula dikenakan
hukuman pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp 3 milyar. Dan apabila perbuatan
tersebut diatas pelakunya pejabat pemerintah, pidananya ditambah 1/3 (satu pertiga) dari pidana yang diancamkan.
Pemerintah daerah baik propinsi, kabupaten/kota diberi tenggak waktu dua tahun untuk menetapkan lahan pertanian
bekelanjutan. Artinya, masing-masing daerah diberi tenggak dua tahun untuk membuat perda kawasan lahan
pertanian berkelanjutan. Lahan inilah nantinya jika dialih fungsikan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai aturan
yang ada. Jual beli lahan pertanian tetap diperbolehkan, akan tetapi pembelinya tidak diperkenankan untuk
melakukan alih fungsi lahan tersebut.

IV. KESIMPULAN
1. Petani akan mengalih fungsikan lahan pertanian sawah ke lahan perkebunan diantaranya disebabkan oleh :
pendapatan usaha tani sawit lebih tinggi, resiko usaha tani kelapa sawit lebih rendah, nilai jual/anggunan kebun
kelapa sawit nilanya lebih tinggi, biaya produksi padi lebih tinggi, ketersedian air pada lahan sawah sudah sulit,
teknologi budidaya sawit lebih mudah dipahami dan dilaksanakan.
2. Akibat atau dampak yang ditimbulkan alih funsi lahan adalah produksi beras menurun, konversi lahan negative
atau tidak sebanding lahan yang tersedia baik yang telah ada maupun cetak baru terhadap jumlah penduduk dan
produktifitas lahan menurun dimana bekas lahan yang telah ditanami sawit diperlukan waktu yang sangat panjang
untuk bisa diolah kembali menjadi lahan produktif.
3. Untuk menekan laju alih fungsi lahan perlu dilakukan peningkatan peran penyuluh, subsidi pemerintah, dan
adanya upaya pelarang oleh pemerintah dalam pengalih fungsi lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus.M., Lukman.M.B. dan Purdiyanti.P. 2008. Swasembada Beras Dari Masa ke Masa. IPB.Bogor.
Tunggal.H.S.2010. Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Undang-Undang RI.No41
tahun 2009). Harvarindo.Jakarta.
Fauzi.Y.,Yutiana.E.W.,Imam.S.,Rudi.H.2005. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran. Penebar Swadaya.Jakarta.
Najiyati.S dan Danarti.2007. Petunjuk Mengairidan Menyirami Tanaman. Penebar Swadaya.Jakarta.
Suherman.RD.M., Analisis Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya terhadap Produksi Padi, Jagung dan
Kedelai di Propinsi Daerah Istimewa Yogakarta. http://arc.ugm..ac.id. UGM.
Setara.G.2010. Ketika Petani Hanya Bisa Memandang. http://greenstudenjournalists.blogspot.com
Himatullah, Sawijo dan Nata Suharto.2002. Potensi dan Kendala Pengembangan Sumber Daya Alam Untuk
Pencetakan Sawah Irigasi di luar Jawa.
http://www.Pustaka. Deptan.go.id.
Iqbal M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengembalian Alih Fungi Lahan Pertaniaa Bertumbuh Pada Partisipasi
Masyarakat. http://pse.litbang. deptan.go Pustaka. deptan.go.id.
Sudirja.R. 2008. Mewujudkan Kedaulatan Pangan Melalui Kebijakan Pengelolaan Lahan Pertanian
Pangan.http://pustaka.unpad.ac.id.
Kompas. 2008. Lahan Pertanian Terus Menyusut. http:// els.Pabpenas. go. Id.
Agus. F. 2004. Konversi dan Hilangnya Multi Fungsi Lahan Sawah. http://www.litbang.deptan.go.id.
. Buah Naga Cepat Tumbuh Tunas dan Panjang

Penanganan tanaman buah naga supaya cepat tumbuh tunas baru dan memanjang,
dibutuhkan ketersediaan unsur N yang tinggi, jika anda menggunakan pupuk kandang,
maka jenis yang paling tepat adalah yang berasal dari kotoran ayam. Bagi anda yang
menggunakan pupuk kemasan, pilihlah pupuk yang memiliki unsur N lebih tinggi dari P
dan K. Penanganan ini akan menghasilkan batang yang cepat tumbuh memanjang dan
tumbuh tunas baru yang lebih cepat, warna terlihat lebih muda dan diameter batang
akan lebih kecil dibandingkan batang buah naga yang di beri unsur P lebih tinggi dari N
nya. Metode ini cocok digunakan dalam perbanyakan bibit atau pada tanaman buah
naga dewasa setelah musim buah habis.

2. Bibit Cepat Berbunga dan Berbuah

Penanganan bibit supaya cepat “tua” (cepat berbunga dan berbuah) dibutuhkan suplai unsur P yang lebih tinggi
dari unsur N, kalau anda menggunakan pupuk kandang, jenis yang paling bagus yang berasal dari kotoran kambing.
Perlakuan ini akan menghasilkan batang yang berwarna hijau lebih gelap dan diameter batang akan lebih besar dari
batang yang diberi unsur N lebih tinggi dari P nya. Metode ini cocok bagi budidaya buah naga di dalam pot atau pada
budidaya buah naga dewasa pada masa berbuah tiba.

 Pada bibit, lebih baik langsung ditanam pada bedengan pada lahan , berikan pupuk kandang kotoran
kambing secara merata pada bedengan.
 Pada model Tabulampot (Tanaman Buah Dalam Pot), ini wajib dilakukan karena yang dibutuhkan adalah
tanaman buah naga yang berukuran kecil tetapi sudah berbuah.
 Pada tanaman dewasa, pemangkasan batang ini wajib dilakukan untuk menyambut musim buah tiba,
dilakukan bersamaan dengan Pemangkasan bunga
 Anda bisa menggunakan jenis pupuk apa saja, yang dibutuhkan adalah anda tahu betul kandungan unsur-
unsurnya.
 Jika anda menggunakan pupuk kandang, pastikan pupuk kandang sudah matang / kering, akan lebih baik
lagi jika di fermentasi lebih dulu.Sederhananya untuk membuat tanaman buah naga dapat berbunga dan
berbuah adalah :
1. Media tanam tidak terlalu padat (tidak lama menyimpan air)
2. Mendapat sinar matahari yang cukup.
3. Pemupukan yang tepat (penjelasan di atas)
4. Pemangkasan untuk mencegah cabang terus tumbuh dan munculnya tunas baru.
5. Sulur tidak terlalu rimbun, sehingga sulur atas tidak menutupi sulur pada bagian bawah dari sinar matahari.

Jika 5 hal tersebut terpenuhi, tanaman buah naga anda pasti akan berbunga dan berbuah dengan baik.

Tips Budidaya Buah Naga


Ada beberapa faktor yang mendukung Buah Naga agar bisa berbuah besar dan lebat. Secara garis besar, akan
kami ulas secara singkat, agar rekan rekan pemula bisa mengetahui secara umum cara budidaya Buah
Naga yang baik. Berikut adalah tips budidaya Buah Naga :

1. Kebutuhan umum untuk budidaya Buah Naga adalah dengan kondisi tanah berpasir, kering, cenderung
merah, PH normal (6-7). Apabila syarat umum diatas belum terpenuhi, bisa dilakukan pengolahan tanah lebih
lanjut sesuai dengan kebutuhan. Misalnya apabila tanah cenderung basah/asam, maka perlu pengaplikasian
Kapur/Dolomit untuk meningkatkan PH tanah. Begitu pula apabila tanahnya cenderung keras, penambahan
pasir atau abu sekam juga perlu dilakukan.
2. PH tanah normal 6-7 sangat penting dalam budidaya Buah Naga. Apabila PH cenderung asam, maka akan
terjadi banyak serangan jamur yang mengakibatkan busuk akar atau batang. Kedua serapan unsur Kalium akan
terhambat sehingga Buah Naga menjadi tidak maksimal (kerdil). Turunnya PH tanah bisa terjadi karena curah
hujan yang tinggi dan sistem drainase yang kurang bagus, sehingga air tidak bisa cepat tersalurkan.
3. Jumlah cabang Buah Naga yang terlalu banyak juga menyebabkan hasil produksi Buah Naga tidak
maksimal. Unsur hara yang diserap pohon naga akan habis untuk memenuhi kebutuhan batangnya saja. Jumlah
normal cabang sekitar 4-6 cabang/pohon.
4. Ketika pada masa berbuah, pemotongan ujung cabang diperlukan agar cabang tidak berkonsentrasi untuk
pengembangan batang. Sehingga unsur hara bisa dialihkan untuk pemenuhan pembesaran Buah Naga.
5. Unsur Kalium sangat penting dalam proses pembentukan dan pembesaran Buah Naga. Unsur Kalium
alami/organik banyak didapatkan dari Pangkal pohon pisang, serabut kelapa, organik laut, tulang ikan/hewani,
daun teh dll. Bahan bahan alami tersebut diproses dengan cara fermentasi. Kalium anorganik didapat dari ZK,
MKP, KNO3. Bahan Kalium bisa disemprotkan dan juga bisa ditaburkan disekitar tanaman.
http://anomali-dunia.blogspot.com/2013/04/agar-buah-naga-cepat-tumbuh-tunas-dan.htm

Tutorial Penyerbukan Manual Buah Naga

Beberapa hal yang perlu anda ketahui adalah :

1. Waktu terbaik untuk melakukan penyerbukan adalah ketika mahkota bunga sudah mekar sempurna.
Penyerbukan sebelum bunga mekar kurang bagus hasilnya, lebih baik dilakukan saat bunga sudah mekar
beberapa waktu ( kuntum bungan mulai menutup ) hasilnya lebih bagus daripada diserbukkan sebelum bunga
mekar sempurna.

2. Hati-hati saat mengoleskan serbuk sari pada putik, jangan sampai tangkai putik patah akibat gerakan yang
terlalu keras. Ini akan menyebabkan gagalnya penyerbukan.

3. Bagi anda pemula, sebaiknya menggunakan kuas bersih dan kering untuk mengoleskan serbuk sari ke putik.
Meskipun bisa dilakukan dengan jari tangan, tetapi tangan yang berkeringat, basah, atau tidak bersih bisa
mengakibatkan gagalnya penyerbukan.

4. Untuk kuntum bunga yang menghadap keatas, setelah anda melakukan penyerbukan sebaiknya di beri
kerodong untuk mencegah terkena air hujan langsung, meskipun banyak juga yang tidak
dikerodong,penyerbukan tetap berhasil.

5. Serbuk sari bisa digunakan untuk di oleskan pada putik bunga lain, biasanya dilakukan untuk penyilangan dua
jenis buah naga.
http://www.denidi.com/2011/12/tutorial-penyerbukan-manual-buah-naga.html

Antisipasi Curah Hujan Tinggi Pada Buah Naga


Dua tahun belakangan ini produksi buah naga para pekebun di Indonesia bisa dibilang tidak
memuaskan (tidak maksimal) dikarenakan curah hujan yang tinggi dan cuaca ekstrim yang terjadi
sepanjang tahun.

Sebenarnya gangguan utama yang terjadi pada buah naga karena curah hujan yang tinggi adalah
masalah kelembaban lahan dan saluran pembuangan air yang tidak lancar yang menyebabkan
lebih banyak munculnya jamur, media tanam tergenang yang menyebabkab busuk batang dan
pertumbuhan akar yang mengganggu. Selain itu dengan hujan yang turun terus menerus akan
menyebabkan agen penyerbuk alami (seranggga, lebah, burung dll) tidak bisa aktif untuk
membantu penyerbukan pada bunga buah naga.

Berikut ini beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk antisipasinya supaya hasil produksi dan
pertumbuhan tanamannya tetap bagus.

1. Buatlah parit yang lebih dalam untuk saluran pembuangan air. Pastikan air yang berasal dari
hujan atau penyiraman bisa langsung mengalir dan tidak menggenang terlalu lama pada media
tanam buah naga.

2. Lakukan penyemprotan pupuk dengan kadar P yang tinggi untuk mengurangi jumlah bunga
rontok atau kuncup yang layu sebelum penyerbukan. Setelah terjadi penyerbukan, bungkuslah
kuntum jadi tersebut dengan plastik untuk menghindari terkena air hujan langsung.

3. Periksa secara berkala kepadatan media tanam (air yang menggenang terlalu lama bisa
menyebabkan hal ini) dan perhatikan apakah akar tanaman buah naga anda tumbuh dengan baik
atau tidak. Jika media terlalu padat anda bisa menggemburkan atau mengganti dengan media
tanam baru yang lebih bagus.

4. Berikan penyemprotan fungisida untuk menghalau jamur di lahan anda, dan bersihkanlah lahan
dari sampah potongan cabang, rumput/gulma pengganggu. Lahan yang bersih akan terhindar dari
serangan beberapa hama dan gangguan lainnya.

5. Pada potongan bibit baru yang ditanam, curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan kebusukan,
anda bisa memindahkan bibit yang ditanam pada tempat yang lebih tinggi untuk menghindari air
yang menggenang.

6. Pastikan pupuk kandang yang digunakan sudah benar-benar matang saat diberikan, jika tidak
dengan turunnya hujan akan menyebabkan banyak gangguan pada tanaman buah naga.

7. Gunakan model pemakainan ban atau metode lain yang intinya tanaman buah naga anda
medianya lebih tinggi dari tanah sekelilingnya, air bisa langsung terbuang.

8. Lakukan penyerbukan manual dengan tangan, karena aktifitas agen penyerbuk alami akan
menurun jika turun hujan secara terus-menerus.
http://www.denidi.com/2011/05/antisipasi-curah-hujan-tinggi-pada-buah.html

Cara Membudidayakan Buah Naga (Dragon Fruits)


1. Persiapan Lahan
Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang
primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10
cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapikan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari
tiang penyangga diberi besi yang berbentulk lingkaran untulk penopang dari cabang tanaman
Sebulan sebelum tanam, terlebi dahulu dibuatkan lubang tanan dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm
dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 hektar terdapat sekitar 2000 lubang tanam
penyangga
Setiap tiang/pohon penyangga itu dibuat 3 – 4 Lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tian
penyangga.
Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5 – 10 kg
dicampur dengan tanah.
2. Persiapan bibit dan penanaman
Buah naga dapat diperbanyak dengan cara :
Stek dan Biji
Umumnya ditanam dengan stek dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang 25 – 30 cm
yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir clan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Setelah bibit berumur ? 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam di lahan.
3. Pemeliharaan
Pengairan
Pada tahap awal perturnbuhan pengairan dilakukan 1 – 2 hari sekali. pemberian air berlebihan
akan menyebabkan terjadinya pembusukan
Pemupukan
Pernupukan tanaman diberikan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali,
sebanyak 5 – 10 Kg.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Sementara belum ditemukan adanya serangan hama clan penyakit yang potensial. Pembersilhan
lahan atau pengendalian gulma dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
Pemangkasan
Catang utama ( primer ) dipangkas, setelah tinggi mencapai tiang penyangga ( sekitar 2 m ), clan
ditumbuhkan 2 cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi
clan ditumbuhkan 2 cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi.
Jumlah cabang Buah Naga yang terlalu banyak juga menyebabkan hasil produksi Buah
Naga tidak maksimal. Unsur hara yang diserap pohon naga akan habis untuk memenuhi
kebutuhan batangnya saja. Jumlah normal cabang sekitar 4-6 cabang/pohon.
Ketika pada masa berbuah, pemotongan ujung cabang diperlukan agar cabang tidak
berkonsentrasi untuk pengembangan batang. Sehingga unsur hara bisa dialihkan untuk
pemenuhan pembesaran Buah Naga.
Unsur Kalium sangat penting dalam proses pembentukan dan pembesaranBuah Naga. Unsur
Kalium alami/organik banyak didapatkan dari Pangkal pohon pisang, serabut kelapa, organik laut,
tulang ikan/hewani, daun teh dll. Bahan bahan alami tersebut diproses dengan cara fermentasi.
Kalium anorganik didapat dari ZK, MKP, KNO3. Bahan Kalium bisa disemprotkan dan juga bisa
ditaburkan disekitar tanaman.
4. Panen
Setelah tanaman umur 1,5 – 2 tahun, mulai berbunga dan berbuah. Pemanenan pada tanaman
buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri – ciri warna kulit merah
mengkilap, jumbai / sisik berubah warna dari hijau menjadi kernerahan. Pemanenan dilakulkan
dengan menggunakan gunting, buah dapat dipanen saat buah mencapai umur 50 hari terhitung
sejak bunga mekar
Dalam 2 tahun pertama. setiap tiang penyangga mampu menghasilkan buah 8 s / d 10 buah
naga dengan bobot sekitar antara 400 – 650 gram
Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret
Umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 15 – 20 tahun
http://warasfarm.wordpress.com/2012/10/17/cara-membudidayakan-buah-naga-dragon-fruits/
7 Manfaat Limbah Kelapa Sawit Bagi Manusia
Advertisement

Kelapa sawit merupakan salah satu jenis komoditi pasar yang paling menjanjikan di Indonesia. Jenis
pohon yang dalam bahasa latinnya dikenal dengan nama Elais ini adalah pohon yang saat ini memiliki
perkebunan yang sangat besar dan juga luas di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari beberapa data,
dimana terjadi pembukaan lahan besar-besaran yang dirubah dan disulap menjadi perkebunan kelapa
sawit. Hal ini mungkin disebabkan karena memang kelapa sawit memiliki harga jual yang cenderung
stabil dan juga tinggi, sehingga kelapa sawit dianggap lebih menguntungkan dibandingkan komoditi pasar
lainnya.

Di Indonesia sendiri, yang merupakan salah satu negara penghasil komoditas kelapa sawit yang besar,
banyak tmbuh pada daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan dan juga Sulawesi. Kelapa sawit sendiri setelah
diolah menghasilkan apa yang kita kenal dengan nama minyak kelapa sawit yang pada penggunaannya
di Indonesia dan juga dunia sering dimanfaatkan untuk berbagai hal berikut ini:

 Pembuatan minyak goreng


 Sebagai bahan bakar biodiesel
 Sebagai pelumas dan juga oli
 Dimanfaatkan untuk pembuatan lotion dan juga cream kulit
 Dibuat menjadi mentega
 Bahan pembuatan cat
 Pembuatan pasta gigi
 Dan berbagai manfaat lainnya yang tentu saja banyak bermanfaat untuk kita.

Limbah Kelapa Sawit


Dalam proses pengolahan kelapa sawit menjadi berbagai macam kebutuhan, maka sudah pasti akan
meninggalkan sisa-sisa dan juga residu yang dikenal dengan nama limbah. Ya, kelapa sawit pun dalam
pengolahannya juga dapat menghasilkan limbah. Namun demikian, limbah hasil pengolahan dari kelapa
sawit ini tidak terlalu berdampak buruk bagi lingkungan, karena merupakan salah satu bentuk limbah
yang bersifat organik, tanpa mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan lingkungan. Karena
itu beberapa limbah dari kelapa sawit pun sering dimanfaatkan untuk keperluan perkebunan dan juga
perternakan.

Limbah kelapa sawit sediri karena merupakan salah satu jenis limbah organik, membuatnya menjadi
lebih mudah untuk diolah dan cenderung aman bagi lingkungan. Karena itu, pemanfaatan dari limbah
kelapa sawit itu sendiri cukup bervariasi. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari limbah kelapa sawit :

1. Sebagai pembuatan pupuk organik


Manfaat limbah kelapa sawit yang paling sering kita dengar adalah sebagai salah satu alternatif pupuk
organik. Ya, setelah manfaat kelapa sawit diolah menjadi minyak mentah, maka akan muncul limbah sisa
dari kelapa sawit yang sudah kering dan hancur. Sisa limbah inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk. Dengan menggunakan pupuk yang berasal dari limbah kelapa sawit ini, maka para petani dan
juga warga yang memiliki kebun tidak perlu terlalu menggantungkan kelangsungan hidup kebun mereka
dari pupuk kimia lagi.

Tumbuhan dan juga produk pertanian yang menggunakan pupuk organik memiliki tingkat kesegaran dan
juga higienitas yang lebih tinggi, karena tidak tersentuh bahan-bahan kimia. Manfaat bahan alami yang
dapat digunakan sebagai pupuk organik lainnya adalah :

 manfaat ampas tahu


 manfaat pohon kelapa
 manfaat sabut kelapa

2. Sebagai bahan pakan ternak


Selain dimanfaatkan sebagai pupuk organik, manfaat limbah kelapa sawit ini juga dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pakan ternak. Limbah dari pengolahan kelapa sawit ini memilki
nutrisi yang cukup baik untuk ternak anda, terutama sapi, kambing dan juga hewan babi untuk selalu
menjaga kualitas dari hewan ternak anda.

Selain limbah kelapa sawit, kegunaan sebagai pakan ternak ini juga bisa diberikan oleh :

 manfaat daun gamal


 manfaat eceng gondok
 manfaat bonggol jagung

3. Pembuatan pulp kertas


Manfaat lainnya dari limbah kelapa sawit adalah sebagai bahan dari pulp kertas. Limbah dari kelapa
sawit ini dapat mengurangi ketergantungan impor Indonesia terhadap bahan dasar dari pulp kertas, serta
memiliki kualitas yang baik.

Pembuatan pulp kertas ini juga bisa menggunakan :

 manfaat pohon damar


 manfaat buah zuriat
 manfaat limbah tebu

5. Sebagai arang
Sama seperti manfaat batok kelapa, tempurung dari tanaman sawit sendiri memiliki manfaat yang sangat
baik arang. Biasanya kita mengenal ini dengan istilah arang batok. Pada daerah yang terdapat banyak
perkebunan sawit, manfaat arang yang terbuat dari tempurung alias batok dari kelapa sawit ini sudah
banyak digunakan. Selain karena manfaat arang batok kelapa kualitasnya bagus, tempurung atau batok
kelapa sawit ini juga memiliki harga yang terjangkau dan juga murah.

6. Sebagai perabotan rumah tangga


sponsored links

Batang dari tanaman sawit yang sudah tidak terpakai, akan menjadi limbah dan biasanya akan dibuang.
Namun ternyata batang dari kelapa sawit ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan perabotan rumah tangga
dan juga keperluan hiasan rumah tangga dengan harga yang tinggi. jadi, jangan langsung
membuang batang kelapa sawit begitu saja, karena ternyata batang kelapa sawit ini memiliki manfaat
untuk perabotan rumah tangga kita.

Bahan pembuatan perabotan rumah tangga lainnya juga bisa diperoleh dari :

 manfaat kayu cendana


 manfaat kayu akasia
 manfaat timah

6. Sebagai media perkembangan dari jamur


Ketika panen, kelapa sawit akan ditumpuk pada suatu wadah penyimpanan. Ketika wadah penyimpanan
itu mulai kosong dan hanya tersisa beberapa limbah kecil dari kelapa sawit itu, maka akan muncul jamur.
Jamur ini sering dikenal dengan nama jamur sawit. Yang ternyata jamur ini juga memiliki rasa yang enak,
serta memiliki potensi yang cukup baik untuk dijual kembali oleh warga sekitarnya.

Berbagai manfaat jamur juga bisa tumbuh pada limbah kelapa sawit seperti :

 manfaat jamur kuping


 manfaat jamur merang
 manfaat jamur tiram

7. Tanah bekas tumbuhnya kelapa sawit memiliki unsur hara yang tinggi
Ketika tanaman sawit sudah dipanen dan pohonnya diambil, maka lahan dari kelapa sawit tersebut akan
kosong. Lahan yang kosong atau lahan yang berada pada sekitar lahan tanaman kelapa sawit tersebut
memiliki kandungan unsur hara yang sangat tinggi. Biasanya, manfaat tanah dari lahan perkebunan
kelapa sawit ini seringkali diambil dalam bentuk pot-pot kecil. Lalu digunakan sebagai media tanam
pohon dan juga tanaman bunga lainnya. Unsur hara yang sangat tinggi membuat tanah dari lahan kelapa
sawit tersebut dapat membuat tanaman yang tumbuh di dalamnya menjadi lebih subur dan juga segar.

Unsur hara yang tinggi juga bisa didapatkan dengan :

 manfaat abu sekam padi


 manfaat serbuk gergaji kayu
 manfaat pupuk KCL
Manfaat Limbah Kelapa Sawit

1. LATAR BELAKANG

Perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan biofuel telah
mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari crude palm oil (CPO) yang
berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan
minyak sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton/hektar.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan perkebunan dan industri kelapa
sawit karena memiliki potensi cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan
kesesuaian agroklimat.

Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri dari
zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri dapat
digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas yang dapat
mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berkisar antara 600-700 liter/ton
tandan buah segar (TBS). Limbah ini merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan
lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan
limbah (end of the pipe).Diantara upaya tersebut adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses
digester anaerob untuk memproduksi biogas.

2. TUJUAN

1. Menjelaskan pengertian tentang kelapa sawit

2. Menjelaskan manfaat limbah kelapa sawit

3. Menjelaskan dampak dari limbah kelapa sawit

4. Menjelaskan cara pengolahan limbah kelapa sawit

BAB II

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN

Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah
industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat
organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke
perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat
terjadinya fermentasi limbah.

Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian
pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit
juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat
dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses
klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit mengandung
bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Sedangkan limbah
padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan
berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau
lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat
bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal
dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit
kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Pantai Timur, Sumatera,
Jawa, dan Sulawesi.

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dengan kelembaban
80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil.
2000 – 2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat
kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

2. MANFAAT LIMBAH KELAPA SAWIT

Kelapa sawit terbukti memberikan peran yang nyata dalam pembangunan perekonomian,
sosial dan lingkungan di Indonesia. Peran tersebut terutama dalam hal: penyediaan lapangan kerja,
sumber pendapatan masyarakat, perolehan devisa bagi negara, mendukung industri dalam negeri
berbasis bahan dasar kelapa sawit, pemanfaatan lahan kritis, sumber oksigen bagi kehidupan dan
menyerap karbon dari udara.Luas areal ini akan berkembang terus sejalan dengan kebijakan revitalisasi
perkebunan, kelapa sawit bukan monopoli perusahaan skala besar milik pemerintah dan swasta, tetapi
terbuka luas untuk diusahakan pekebun rakyat. CPO berasal dari pengolahan Tandan Buah Segar (TBS).
Setiap ton TBS yang diolah dapat menghasilkan 140 200 kg CPO dan limbah/produk samping, antara lain:
limbah padat, limbah cair dan gas. Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak, yaitu berkisar antara 600
700 kg. Bilamana limbah/produk samping ini tidak diolah akan menimbulkan masalah berupa;
penumpukan limbah dan resiko cairan dan gas. Potensi Limbah Kelapa Sawit Limbah Kelapa Sawit
memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan memberi nilai ekonomi dalam bidang pertanian dan industri,
yaitu; pupuk, kompos, kertas, arang, dan sebagainya. Limbah Kelapa Sawit terdiri dari tandan kosong,
pelepah, daun, serat buah, cangkang, limbah cair dan gas. Pada Tabel 1 disajikan Jenis, Potensi dan
Manfaat Limbah Kelapa Sawit. Limbah kelapa sawit menghasilkan unsur hara makro yang diperlukan
tanaman, seperti Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnesium dan Calsium. Minyak sawit dan produk minyak
sawit lainnya dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak goreng, mentega, dan bahan baku untuk industri.
Pada industri makanan, minyak sawit digunakan untuk mentega, shortening, coklat, diitive, minyak
goring, es krim dan lain sebagainya. Pada industri obat-obatan dan kosmetik digunakan untuk krim,
shampo, lotion, pomade, vitamin, dan β-karoten. Sedangkan pada industri kimia digunakan sebagai
bahan kimia untuk pembuatan detergen, sabun, dan minyak.

Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut akan dijelaskan manfaat limbah kelapa sawit.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki
kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai
23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan
memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau
dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk
menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C /
N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu
tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO.
Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100
ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton
TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit;
dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran
berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk
berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil,
papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.

2. Tempurung buah sawit untuk arang aktif


Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang
cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh
berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.

3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas


Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi
untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan
memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan
serat.

4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel


Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi
produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah
tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat
diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.

5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak


Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat
tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan
menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan
menggunakan uap.

3. DAMPAK LIMBAH KELAPA SAWIT

Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung dapat
meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak sawit limbah
berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari pabrik. Setiap ton tandan buah
segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah tersebut berdampak negatif
terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dewasa ini mulai diperkenalkan pengelolaan
lingkungan yang bersifat pencegahan terhadap sumber-sumber dihasilkan limbah, seperti eco-efficient,
pollution prevention, waste minimization, waste minimization atau source reduction. United Nation
Environment Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner production atau produksi bersih sebagai
upaya preventif dan intregrasi yang dilaksanakan secara berkesinambunan terhadap proses dan jasa
untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.

4. CARA PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT

Produk utama adalah minyak sawit, CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku
industri hilir pangan maupun non pangan. Di samping produk utama CPO dan CPKO serta produk-produk
turunannya secara lebih rinci dalam pohon industri kelapa sawit, dapat dilihat potensi produk-produk
sampingan seperti tandan kosong, pelepah dan batang, serta limbah padat dan limbah cair. Industri
minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, berkembang di Negara Negara tropis
seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat
pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan
masyarakat. Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan berdampak positif bagi perekenomian
Indonesia. Di masa akan datang, industri minyak kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor
pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dampak positif dari
perkembangan Seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit khususnya, juga
diikuti oleh dampak negative terhadap lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat dan gas dari
kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan
dampak negatif dari kegiatan PerkebunanKelapa Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus
meningkatkan dampak positifnya.

1. Sekilas Tentang Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik Minyak
Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar
tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigae) . Perlu
diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisis buah (TBS)
yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan
kehilangan didalam pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak semata-mata tergantung dari TBS yang
masuk ke dalam Pabrik.

1. Perebusan

Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan yang
terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana
perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm 2. Proses perebusan
ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu,
juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan
inti dengan keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan
menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat
dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini
kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser
dengan menggunakan Hoisting Crane.

2. Perontokan Buah dari Tandan

Padatahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh
Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat
yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak
selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut
dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk

mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan cara janjang
kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang,
tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan
dimanfaatkan sebagai produk samping.

3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam
Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam
proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara
80° – 90°C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat
pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu
tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan
diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil
Tank, harus dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan
penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge)
dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut
perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil)
kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang
berupa minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke
oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam
Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.

4. Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air
sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki
timbun (Oil Storage Tank).

2. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari Tandan
Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in housekeeping.
Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar
tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi
limbah berikutnya. Terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi
yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara
yang mampu menggantikan pupuk sintetis (Urea, TSP dan lain-lain).
Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar
yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun pemanfaatannya masih terbatas.
Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa. Persentase
Tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton Tankos mengandung unsure hara N, P, K, dan Mg
berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan demikian
dari satu unit PKS kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K,
dan Mg berturut-turut setara dengan 360 Kg Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kiserit (Lubis
dan Tobing, 1989). Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74
juta ton.

3. Pengelolaan Limbah Cair

a. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit

Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, selain menghasilkan minyak sawit
tetapi juga menghasilkan limbah cair, dimana air limbah tersebut berasal dari :

 Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit pengempaan(pressure). Injeksi
uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan injeksi uap
bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil kondensasi uap air pada kedua unit tersebut
dikeluarkan dari unit pengempaan

 Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut bersama
batok/cangkang

 Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit penampung biji
bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok maupun inti pada unit
pemecah biji

 Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti

 Penambahan air pada hydrocyclone yang bertujuan mempermudah pemisahan serat dari
cangkang.

 Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisaminyak dari ampas.

Limbah cair kelapa sawit mengandung konsentrasi bahan organik yang relatif tinggi dan
secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit umumnya berwarna kecoklatan, mengandung padatan
terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan BOD tinggi. Berdasarkan
hasil analisa pada tabel 1 menunjukkan bahwa limbah cair industri kelapa sawit bila dibuang
kepengairan sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan, sehingga harus diolah terlebih dahulu
sebelum di buang keperairan. Pada umumnya industri kelapa sawit yang berskala besar telah
mempunyai pengolahan limbah cair.

b. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Kelapa Sawit


Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya menggunakan
metode pengolahan limbah kombinasi. yaitu dengan sistem proses anaerobikdan aerobik. Limbah cair
yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan ke bak penampungan untuk dipisahkan antara minyak
yang terikut dan limbah cair. Setelah itu maka limbah cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan
proses anaerobik. Pengolahan limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi senyawa organik
seperti karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik tanpa
kehadiran Oksigen menjadi biogas yang terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil.
Waktu tinggal limbah cair pada bioreactor anaerobik adalah selama 30 hari.Berdasarkan hasil analisa
diatas menunjukkan bahwa proses anaerobik dapat menurunkan kadar BOD dan COD limbah cair
sebanyak 70 %. Setelah pengolahan limbah cair secara anaerobik dilakukan pengolahan limbah cair
dengan proses aerobic selama 15 hari. Pada proses pengolahan secara aerobik menunjukkan
penurunaan kadar BOD dan Kadar COD adalah sebesar 15 %, yaituBerdasarkan hasil analisa diatas
menunjukkan bahwa air hasil olahan telah dapat dibuang ke perairan , tetapi tidak dapat digunakan
sebagai air proses dikarenakan air hasil olahan tersebut masih mempunyai warna kecoklatan.

c. Kombinasi Proses pengolahan anaerobik-aerobik- membran reverse osmosis

Pada pengolahan limbah cair kelapa sawit, pengolahan akhir adalah proses secara aerobik
dan setelah air hasil olahan dapat dibuang ke perairan. Hal ini bertujuan untuk memanfaatkan air hasil
olahan tersebut untuk recycle dan air minum, sehingga perlu dilakukan pengolahan lagi. Air hasil olahan
dari proses aerobik dialirkan ke membran reverse osmosis dengan tekanan 8 kg/cm2 dan laju alir 100
ml/menit. Air hasil olahan dari membran reverse osmosis kemudian dianalisa.Berdasarkan dari hasil
analisa diatas menunjukkan bahwa air hasil olahan dari pengolahan kombinasi diatas effluentnya dapat
digunakan sebagai air minum dan dapat digunakan untuk recycle air proses.

d. Pemanfaatan limbah cair “CPO parit” untuk pembuatan biodiesel

CPO parit merupakan limbah cair hasil proses pengolahan kelapa sawit yang dapat
mencemari air dan tanah. Namun, dengan adanya proses pengolahan CPO parit menjadi biodiesel maka
CPO parit tersebut menjadi lebih bermanfaat. CPO parit memiliki kandungan CPO yang relatif sedikit
yaitu sekitar 2% dari jumlah CPO keseluruhan yang dihasilkan. Adapun alur proses pengutipan CPO parit
adalah sbb :

 Hasil bawah dari alat centrifuge yang berupa campuran air, kotoran, dan minyak pada
pengolahan CPO, mengalir ke parit-parit pembuangan

 Aliran ini berkumpul di suatu tempat yang disebut pad feed I yang dilengkapi dengan mesin
pengutip minyak

 Minyak yang terkumpul oleh mesin dialirkan pada tangki penampungan minyak untuk diproses
kembali

 Sisa minyak yang tidak terkumpul pada mesin pengutp minyak, dialirkan menuju kolam pad
feed II yang mengandung artikel kotoran yang sangat banyak
 Kemudian aliran slurry (air, lumpur yang terbawa, minyak) ini dikumpulkan pada kolam
penampungan minyak terakhir yang dilengkapi dengan mesin rotor yang berputar untuk memerangkap
minyak lalu dialirkan ke tangki pengumpul minyak. Minyak inilah yang kemudian disebut dengan CPO
parit.Komposisi yang terdapat dalam minyak CPO parit terdiri dari trigliserida – trigliserida (mempunyai
kandungan terbanyak dalam minyak nabati), asam lemak bebas /FFA, monogliserida, dan digliserida,
serta beberapa komponen – komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau
sulfur.Salah satu alternatif pengolahan CPO parit adalah dengan mengolahnya menjadi biodiesel.
Pembuatan biodiesel dengan bahan baku CPO parit sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu
pemanfaatan yang relatif baru. Hal ini dapat menjadi solusi akan krisis energi saat ini, mengingat
penggunaan CPO menjadi biodiesel sebagai alternatif energi terbaharukan cukup mengganggu pasokan
untuk keperluan industri lain yang berbasiskan CPO misalnya industri minyak goreng, margarin,
surfaktan, industri kertas, industri polimer dan industri kosmetik.

Proses pembuatan biodiesel cpo parit:

Ada beberapa proses pengolahan biodiesel berbasis CPO parit, di antaranya adalah
esterifikasi dan transesterifikasi yang termasuk dalam proses alkoholisis. Proses esterifikasi dilakukan
cukup dengan satu tahap untuk menghilangkan kadar FFA berlebih di dalam CPO parit sedangkan proses
transesterifikasi dilakukan dengan dua tahap karena tahap pertama transesterifikasi masih menyisakan
jumlah trigliserida yang cukup banyak pada akhir reaksi transesterifikasi I.Sebelum melakukan reaksi
esterifikasi, CPO parit yang akan direaksikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse untuk
memisahkan kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit sehingga tidak mengganggu reaksi
esterifikasi nantinya.Proses esterifikasi yaitu mereaksikan methanol (CH3OH) dengan CPO parit dengan
bantuan katalis asam yaitu asam sulfat (H2SO4). Dalam pencampuran ini, asam lemak bebas akan
bereaksi dengan methanol membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan perbandingan rasio molar
antara FFA dan methanol yaitu 1 : 20, dengan jumlah katalis asam sulfat yang digunakan adalah 0,2%
dari FFA (Warta PPKS, 2008). Kadar methanol yang digunakan adalah 98% (% b) sedangkan kadar asam
sulfat yaitu 97%. Reaksi berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan konversi 98% (Warta PPKS,
2008). Kemudian sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi, hasil reaksi dipisahkan dalam
sentrifuse selama 15 menit. Lapisan ester, trigliserida, dan FFA sisa diumpankan ke reaktor
transesterifikasi sedangkan air, methanol sisa, dan katalis diumpankan ke methanol recovery.Pada
proses transesterifikasi I dan II prinsip kerjanya sama yaitu mencampurkan kalium hidroksida (KOH) dan
metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi pada esterifikasi. Proses transesterifikasi ini melibatkan reaksi
antara trigliserida dengan methanol membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio molar
trigliserida dengan methanol adalah 1 : 6 dan jumlah katalis yang digunakan adalah 1% dari trigliserida
(Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di
pasar-pasar bahan kimia. Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan akan meningkatkan hasil
yang dicapai dengan kualitas yang tinggi pula. Hal ini berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi
transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi. Lama reaksi
transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008). Hasil reaksi
transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse sebelum diumpankan ke reaktor
transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi pemisahan antara lapisan atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa
trigliserida, dan sisa metanol dengan lapisan bawah yaitu gliserol, air, dan katalis asam maupun
basa.Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel. Temperatur air pencucian yang
digunakan sekitar 60°C dan jumlah air yang digunakan 30% dari metil ester yang akan dicuci. Tujuan
pencucian itu sendiri adalah agar senyawa yang tidak diperlukan (sisa gliserol, sisa metanol, dan lain-
lain) larut dalam air. Kemudian hasil pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk memisahkan air
dan metal ester berdasarkan berat jenisnya.Selanjutnya adalah proses pengeringan metil ester dengan
menggunakan evaporator yang bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam metal
ester. Pengeringan dilakukan lebih kurang selama 15 menit dengan temperature 105°C. Keluaran
evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki penyimpanan biodiesel.

4. Pengelolaan limbah padat

a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik

Sebelum melakukan pengkomposan Tankos (Tandan Kosong), bahan baku ini dirajang
terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan memakai mesin rajang agar dekomposisi dapat
dipercepat. Penguraian bahan organik tergantung kepada kelembaban lingkungan. Kelernbaban
optimum antara 50-60%, dan jika kadar air bahan >85%, perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi
kadar air, agar masa fermentasi lebih cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH antara 6,8-
7,5.Kompos merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang telah mengalami
pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik disebut sebagai pupuk organik. Inokulum
yang digunakan dapat berasal dari bakteri yang diisolasi atau kotoran ternak sebanyak 15-20%, dan
dicampurkan dengan pupuk urea sebagai sumber nitrogen, lalu diaduk secara merata dengan Tankos.
Limbah padat ini kemudian dimasukkan ke dalam fermentor yang disebut tromol dengan kapasitas 3 m 3.
Waktu fermentasi berlangsung cukup lama yaitu antara 14-21 hari dengan menggunakan bakteri mesofil
dan termofil. Tromol diputar selama 5-7 jam perhari dengan kecepatan 2-3 rpm, dan suhu fermentasi
antara 45-60oC. Pemutaran tromol bertujuan untuk mempercepat homogenasi dan penguraian bahan
organik majemuk menjadi bahan organik sederhana. Setelah fermentasi, dan limbah mengalami
biodegradasi menjadi kompos, lalu dikeluar-kan dari dalam tromol, dan selanjutnya ditimbun dengan
ketinggian 1 meter, atau volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini berpengaruh terhadap suhu
fermentasi selama penimbunan. Fermentasi di tempat terbuka ini masih berlangsung antara 5-7 hari
pada suhu antara 60-70°C. Selanjutnya timbunan kompos ditebarkan pada hamparan yang cukup luas
untuk menurunkan suhunya, dan diayak dengan ukuran tertentu dan dikering anginkan.

b. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit

Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam proses
pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya hanya dijadikan bahan bakar,
dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja. Sabut kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan
pembuatan papan partikel yang berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit
sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomi. MInyak yang terdapat pada sabut kelapa sawit
dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan partikel. Oleh karena situ kadar minyak
harus dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar minyak dapat dilakukan salah satunya dengan
memasak sabut kelapa sawit dalam larutan NaOH 10% selama 1 jam. Tahapan Pembuatan Papan
Partikel Sebagai berikut:
 Serat dari sabut kelapa sawit yang akan digunakan dalam pembuatan papan partikel baik yang
belum mengalami proses pengurangan kadar minyak ataupun yang sudah mengalami proses
pengurangan kadar minyak, dibilas dan dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan hingga kadar air
maksimal 10%.

 Timbang sabut kelapa sawit sesuai kebutuhan.

 Perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada sabut kelapa sawit dan diaduk secara merata.
Masukan adonan ke dalam cetakan di atas plat besi dan dipa-datkan secara merata.

 Kemudian ditambahkan semen ke serat yang telah dibasahi tersebut, kemudian diaduk dengan
cepat sampai campuran kelihatan homogen dan sempurna.

 Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam cetakan yang telah diolesi dengan minyak
pelumas, kemudian dikempa sampai tercapai tebal papan 1,2 cm.

 Papan dikempa selama 24 jam

 Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan yang sirkulasi udaranya baik selama 28 hari.

c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit

Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya sangat
penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun untuk keperluan
industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut
kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS,
doorslag, manila, karton, duplicator/cycto style dll. Tahapan Pembuatan :

 Sediakan sabut kelapa sawit kurang lebih 0,5 kg yang bersih dari daunnya.

 Potong sabut kelapa sawit dengan ukuran panjang 3 cm.

 Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa sawit yang telah bersih kemudian dipotong halus dengan
pisau.

 Timbang berat sabut kelapa sawit yang telah dihaluskan tadi dengan ketelitian 4 desimal.

 Tentukan kadar air dengan metode Oven (dipanaskan sekaligus selama 4 jam dan ditimbang
beratnya).

 Hitung kadar air bahan dan persentase Berat Bahan Kering (BBK).

 Ambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut kelapa sawit yang bersih (point 1).

 Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari BBK.

 Hitung kebutuhan air untuk pemasakan jika perbandingan bahan (BBK) dengan air (ratio
pemasakan) 1 : 10.
 Hitung kebutuhan air yang ditambahkan yaitu kebutuhan air sesungguhnya dikurangi dengan air
dalam bahan.

 Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam air (point 10).

 Masak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam larutan NaOH selama 3,5 jam dalam suasana
mendidih.

 Cuci pulp yang diperoleh sampai netral.

 Saring

 Peras air yang masih ada dalam pulp sekaligus pulp yang didapat dijadikan 1 gumpalan.

 Timbang gumpalan pulp tersebut (ketelitian dua desimal).

 Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan keringkan dalam Oven 105oC (selama 4 jam/berat konstan).
Hitung BBK yang diperoleh dalam persentase

 Dengan bantuan angka pada point di atas dapat diketahui berat pulp yang diperoleh
sesungguhnya pada point 16.

d. Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit

 Proses Karbonasi

Tujuan: untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam bentuk unsur-unsur
non karbon, hidrogen dan oksigen.

1. Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum atau kaleng yang telah
dibuang tutup bagian atasnya dan diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama pada tutup
bagian bawahnya.

2. Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara masuk.

3. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.

4. Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit sampai setingga
permukaan drum atau kaleng.

5. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil.

6. Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah dan dilapisi dengan
penutup dari logam yang ditutupkan rapat.

7. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.


Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat pemanasan semakin
sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang dihasilkan lebih rendah sedangkan semakin
tinggi tekanan semakin besar rendemen arang.

 Proses Aktifasi

Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara


menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat dihilangkan pada proses
karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia menggunakan aktifator HNO3 1% atau dapat juga
dilakukan proses dehidrasi dengan garam mineral seperti MgCL2 10% dan ZnCl2 10%.

1. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150µm.

2. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang cangkang sawit,
material direndam dengan HNO3 1% atau MgCL2 10% dan ZnCl2 10% selama 3 jam.

3. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.

4. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.

Manfaat arang aktif diantaranya adalah : Bahan bakar alternative, Zat penghilang bau, Pengontrol
kelembaban yang efektif, Industri rumah tangga, Pemanasan di industri peternakan

e. Asap Cair Dari Cangkang Kelapa Sawit

Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar
senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Proses pirolisa melibatkan berbagai proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan
kondensasi.Pembuatan asap cair dilakukan dengan destilasi. Bahan cangkang sawit sebelumnya
dianalisa kadar hemiselulosa, selulosa dan lignin kemudian kadar airnya dibuat menjadi 8%, 13% dan
18% dengan pengering kabinet. Asap cair dibuat dengan memasukkan 1 kg cangkang sawit ke dalam
reaktor kemudian ditutup dan rangkaian kondensor dipasang.Selanjutnya dapur pemanas dihidupkan
dengan mengatur suhu dan waktu yang dikehendaki. Pada penelitian ini suhu yang digunakan 350°C,
400°C dan 450 °C sedangkan waktu yang digunakan adalah 45 menit, 60 menit dan 75 menit yang
dihitung pada saat tercapai suhu yang dikehendaki. Asap yang keluar dari reaktor akan mengalir ke
kolom pendingin melalui pipa penyalur asap yang mana pada pipa ini terdapat selang yang dihubungkan
botol penampung untuk menampung tar , kemudian ke dalam kolom pendingin ini dialirkan air dengan
suhu kamar menggunakan aerator sehingga asap akan terkondensasi dan mencair. Embunan berupa
asap cair yang masih bercampur dengan tar ditampung kedalam erlenmeyer, selanjutnya disimpan di
dalam botol, sedangkan asap yang tidak terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur asap
sisa.Selanjutnya asap cair + tar yang terdapat didalam botol dilakukan pengendapan untuk memisahkan
tar dan asap cair.
f. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel

Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi
produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah
tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat
diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.

g. Potensi Produksi Xylose dari tandan kosong

Rahman et.al (2006) meneliti bahwa tandan buah kosong kelapa sawit dapat dijadikan
sumber yang potensial untuk produksi xylosa. Biomassa tandan kosong mengandung sellulosa,
hemisellulosa dan lignin. Diperkirakan 24% dari total biomassa tandan kosong tersusun atas xylan,
polimer gula yang tediri dari gula pentose yaitu xylose. Xylosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan senyawa lain melalui proses kimia dan bioteknologi,salah satunya adalah xylitol.
Penggunaan xylitol sangat luas, mulai dari industri pangan (sebagai pemanis alternative untuk penderita
diabetes), sebagai antikariogenik dalam formula pasta gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet
vitamin,dan sebagainya.Pembuatan xylose dengan cara hirolisis asam,yaitu merendam tandan kosong
kelapa sawit dengan H2SO4 dengan konsentrasi,suhu dan waktu tertentu. Setelah reaksi selesai,padatan
yang dihasilkan dipisahkan dari liquid dengan cara filtrasi. Disebutkan bahwa kondisi optimum yang
menghasilkan yield xylose terbanyak adalah pada suhu 119°C, waktu hidrolisis 60 menit,dengan
konsentrasi asam sulfat 2%

Você também pode gostar