Você está na página 1de 6

J.

Agroland 24 (2) : 113 - 118, Agustus 2017 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA


(Hylocereus undatus L.) YANG DIBERIKAN BERBAGAI
KONSENTRASI NAA (Napthalen Acetic Acid) SECARA IN VITRO
The Growth of Dragon Fruit (Hylocereus undatus L.) on The Application
of NAA (Napthalen Acetic Acid) Concentration Trought In Vitro

Ramal Yusuf 1), Syamsuddin Laude 1), Hawalina 1) Ni Made Setianingsih 2),
1)
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, e-mail :
ryusufus@untad.ac.id, syam_marikidi@yahoo.com, Hawalinak@yahoo.com.
2)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, e-mail :
Nimadesetianingsi21@gmail.com,

ABSTRACT

The research aimed to gain the appropriate NAA concentration in performing tissue culture
of dragon fruit plants. The research was compiled by using completely randomized design
consisting of 4 treatments and each treatment was repeated 6 times that 24 experimental units were
done. The variables observed include the number of shoots, the number of roots, the number of
segments, and the length of shoots observed at the age of 4 weeks and 8 weeks after planting. The
research findings reveal that on the observation at 4 weeks after planting the NAA concentration
has effect on the number of segments and the elongation of shoots, yet it does not have effect on the
number of shoots and roots, while at 8 weeks after planting the NAA concentration has effect on the
number of shoots, the number of roots, the number of segments, and the length of shoots. The
research findings also show that the treatment of N3 (0.3 ppm NAA) gives better result compared
with other treatments in which the average number of shoots formed is 5.50 per explant, the number
of roots formed is 3.50 per explant, the number of segments formed is 8.83 per explant and the
average length of shoots formed is 2.13 cm per explant.

Key Words : Dragon Fruit, NAA Concentration, In Vitro.

PENDAHULUAN mendukung dalam pembudidayaannya.


Unsur iklim yang sangat mempengaruhi
Buah naga (Hylocerus undatus L.) pertumbuhan yaitu sinar matahari,
merupakan komoditi baru di dunia buah- terutama lamanya penyinaran. Dalam
buahan tanah air. Tanaman ini berasal dari proses pembungaan tanaman buah naga
Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika membutuhkan penyinaran cahaya matahari
Selatan. Bentuknya yang eksotik, aromanya penuh, ± selama 12 jam dalam sehari.
harum, dan rasanya manis membuat buah Tanaman buah naga paling baik ditanam di
kaktus madu tersebut semakin digemari di dataran rendah, pada ketinggian 20-500 m
Indonesia. diatas permukaan laut. Kondisi tanah yang
Meskipun demikian, ketersediaannya gembur, porous, banyak mengandung bahan
di pasar masih terbatas, sebagai buah organik dan unsur hara, pH tanah 6,5-7
impor yang umumnya didatangkan dari sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman
Thailand (Nurchayati dan Hikmah, 2013). buah naga. Tanaman ini peka terhadap
Dalam upaya pengembangan buah naga, kekeringan dan akan membusuk bila
iklim Indonesia khususnya Kota Palu sangat kelebihan air (Cahyono, 2009).

113
Masalah yang sering dijumpai dalam Alat yang digunakan dalam penelitian
melakukan budidaya tanaman buah naga ini terdiri atas: Laminar Air Flow Cabinet
secara konvensional khususnya di Kota (LAFC), autoklaf, lemari pendingin, oven
Palu adalah kurangnya ketersediaan bibit. listrik, timbangan analitik, pembakar Bunsen,
Usaha untuk mendapatkan bibit buah naga cawan Petri, scapel dan blade, pemanas
dalam jumlah yang banyak, seragam, bebas air (hot plate), hand sprayer, masker, labu
penyakit dan dalam waktu singkat dapat semprot, corong, gelas ukur, korek api,
diperoleh melalui tehnik kultur jaringan. pipet, gelas piala, batang pengaduk
Saat ini perbanyakan bibit buah naga masih (magnetic stirrer), pH meter, pinset, botol
terbatas secara konvensional yaitu dengan kultur, rak kultur, dan air conditioner (AC).
perbanyakan secara stek. Penyediaan bibit Bahan yang digunakan adalah
tersebut selain terbatas jumlahnya juga eksplan tunas tanaman buah naga yang
kemungkinan terserang berbagai penyakit berasal dari kecambah steril, bahan kimia
(Sparta dkk, 2011). sesuai dengan komposisi media dasar
Di dalam teknik kultur jaringan, Murashige dan Skoog (MS), zat pengatur
kehadiran zat pengatur tumbuh sangat tumbuh (NAA), sukrosa, aquades steril,
nyata pengaruhnya. Netty dan Donowati agar-agar, alkohol 70%, kertas label, plastik,
(2007) menyatakan bahwa sangat sulit kertas tissue, spritus, dan karet gelang.
untuk menerapkan teknik kultur jaringan Penelitian ini dilaksanakan dengan
pada upaya perbanyakan tanaman tanpa menggunakan Rancangan Acak Lengkap
melibatkan zat pengatur tumbuh. Salah satu (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yang
zat pengatur tumbuh yang sering digunakan diulang sebanyak 6 kali. Adapun konsentrasi
dalam tehnik kultur jaringan adalah auksin,
NAA yang dicobakan adalah sebagai
dimana hormon ini memiliki peranan dalam
berikut : N1 (0,1 ppm NAA), N2 (0,2 ppm
memacu kecepatan pertumbuhan (batang
dan akar) tanaman. NAA), N3 (0,3 ppm NAA), N4 (0,4 ppm
Auksin sintetik seperti NAA dan NAA). Guna mengetahui pengaruh perlakuan
2,4-D biasanya lebih efektif dari pada yang dicobakan data hasil penelitian yang
IAA karena NAA dan 2,4-D tidak dirusak diperoleh dianalisis menggunakan sidik
oleh oksidase atau enzim lain sehingga ragam (uji F 0,05). Hasil sidik ragam yang
dapat bertahan lebih lama dan lebih stabil. menunjukan pengaruh nyata diuji lanjut
Mahadi dkk (2013) menyatakan bahwa dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur
penambahan 0,4 ppm NAA dan 3 ppm (BNJ) taraf 5%.
kinetin pada media kultur akan membentuk
jumlah tunas buah naga yang lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
banyak, sedangkan Handayani dkk (2012)
menyatakan bahwa penambahan 0,2 ppm Hasil.
NAA dan 3 ppm BAP akan membentuk Jumlah Tunas. Hasil analisis ragam
jumlah tunas buah naga yang lebih banyak. menunjukkan tidak ada pengaruh konsentrasi
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan
NAA terhadap jumlah tunas pada 4 minggu
penelitian mengenai pemberian berbagai
setelah tanam, namun pada 8 minggu
konsentrasi NAA pada eksplan buah naga
secara In Vitro. setelah tanam menunjukkan adanya pengaruh
konsentrasi NAA pada jumlah tunas. Rata-
METODE PENELITIAN rata jumlah tunas yang terbentuk 8 minggu
setelah tanam disajikan pada Tabel 1.
Penelitian ini dilaksanakan di Hasil uji BNJ 5% terhadap
Laboratorium Bioteknologi, Fakultas rata-rata jumlah tunas 8 minggu setelah
Pertanian, Universitas Tadulako. Yang tanam menunjukan bahwa pemberian 0,3
dilaksanakan bulan Februari 2016 sampai ppm NAA (N3) menghasilkan jumlah tunas
dengan bulan April 2016. tertinggi yaitu 5,50 tunas per eksplan,
114
konsentrasi NAA ini tidak berbeda nyata Tabel 4. Rata-Rata Panjang Tunas yang
dengan 0,1 ppm NAA (N1) dan konsentrasi Terbentuk pada Umur 4 dan 8
0,4 ppm NAA (N4), namun berbeda nyata Minggu Setelah Tanam.
dengan 0,2 ppm NAA (N2). 4 Minggu 8 Minggu
Perlakuan Setelah Setelah
Tabel 1. Rata-rata Jumlah Tunas yang Tanam Tanam
Terbentuk pada Umur 8 Minggu N1 (0,1 ppm) 1,22 a 1,53 a
Setelah Tanam. N2 (0,2 ppm) 1,37 b 2,08 b
Perlakuan Rata-rata N3 (0,3 ppm) 1,35 b 2,13 b
N1 (0,1 ppm) 4,00 ab N4 (0,4 ppm) 1,37 b 1,98 ab
N2 (0,2 ppm) 3,50 a BNJ 5% 0,12 0,47
N3 (0,3 ppm) 5,50 b
N4 (0,4 ppm) 4,17 ab Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama
pada Kolom yang Sama, Tidak Berbeda
BNJ 5% 1,54 pada Taraf Uji BNJ 5%.

Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama Jumlah Akar. Hasil analisis ragam
pada Kolom yang Sama, Tidak Berbeda menunjukkan tidak ada pengaruh konsentrasi
pada Taraf Uji BNJ 5%. NAA terhadap jumlah akar pada 4 minggu
setelah tanam, namun pada 8 minggu
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Akar yang Terbentuk setelah tanam menunjukkan adanya
pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam pengaruh konsentrasi NAA pada jumlah
akar. Rata-rata jumlah akar pada
Perlakuan Rata-rata pengamatan 8 minggu setelah tanam
N1 (0,1 ppm) 2,00 a disajikan pada Tabel 2.
N2 (0,2 ppm) 2,50 ab Hasil uji BNJ 5% terhadap
N3 (0,3 ppm) 3,50 b rata-rata jumlah akar 8 minggu setelah
N4 (0,4 ppm) 2,67 ab tanam menunjukkan bahwa pemberian 0,3
ppm NAA (N3) menghasilkan jumlah tunas
BNJ 5% 1,15
tertinggi yaitu 3,50 akar per eksplan,
Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama konsentrasi NAA ini tidak berbeda nyata
pada Kolom yang Sama, Tidak Berbeda dengan 0,2 ppm NAA (N2) dan konsentrasi
pada Taraf Uji BNJ 5%. 0,4 ppm NAA (N4), namun berbeda nyata
dengan 0,1 ppm NAA (N1).
Jumlah Buku. Hasil analisis ragam
Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Buku yang menunjukkan pengaruh konsentrasi NAA
Terbentuk pada Umur 4 dan 8
terhadap jumlah buku pada 4 minggu
Minggu Setelah Tanam
setelah tanam dan pada 8 minggu setelah
4 Minggu 8 Minggu tanam. Rata-rata jumlah buku yang
Perlakuan
Setelah Tanam Setelah Tanam terbentuk disajikan pada Tabel 3.
Hasil uji BNJ 5% terhadap
N1 (0,1 ppm) 2,23 a 7,00 a rata-rata jumlah buku pada pengamatan
N2 (0,2 ppm) 2,27 ab 7,33 ab
N3 (0,3 ppm) 2,57 b 8,83 b 4 setelah tanam dan 8 minggu setelah
N4 (0,4 ppm) 2,30 ab 7,67 ab tanam menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi NAA berpengaruh nyata
BNJ 5% 0,26 1,50
terhadap pembentukan buku tanaman
Ket : Angka yang diikuti Huruf yang sama pada buah naga. Pada pengamatan 4 minggu
Kolom yang sama, Tidak Berbeda pada setelah tanam pemberian 0,3 ppm NAA
Taraf Uji BNJ 5%. (N3) menghasilkan jumlah buku terbanyak
115
yaitu 2,57 buku per eksplan, konsentrasi diperhatikan pada suatu media kultur
NAA ini tidak berbeda dengan 0,2 ppm jaringan adalah zat pengatur tumbuh yang
NAA (N2) dan konsentrasi 0,4 ppm NAA digunakan terutama jenis dan konsentrasi
(N4) namun berbeda dengan 0,1 ppm NAA yang digunakan (Netty dan Donowati, 2007).
(N1). Pada pengamatan 8 minggu setelah Hasil penelitian menunjukkan
tanam pemberian 0,3 ppm NAA (N3) bahwa perlakuan dengan penambahan
menghasilkan jumlah buku terbanyak yaitu NAA pada media kultur jaringan berpengaruh
8,83 buku per eksplan, konsentrasi NAA ini nyata terhadap jumlah buku dan
tidak berbeda dengan 0,2 ppm NAA (N2) pemanjangan tunas buah naga pada umur 4
dan konsentrasi 0,4 ppm NAA (N4) namun minggu setelah tanam serta berpengaruh
berbeda dengan 0,1 ppm NAA (N1). nyata pada jumlah tunas, jumlah akar,
Panjang Tunas. Hasil analisis ragam jumlah buku dan panjang tunas pada umur 8
menunjukkan pengaruh konsentrasi NAA minggu setelah tanam. Hasil penelitian ini
terhadap panjang tunas pada 4 minggu menunjukkan bahwa jumlah tunas, jumlah
setelah tanam dan pada 8 minggu setelah akar, jumlah buku dan panjang tunas terbaik
tanam. Rata-rata panjang tunas yang adalah pada perlakuan dengan penambahan
terbentuk disajikan masing-masing pada 0,3 ppm NAA jika dibandingkan dengan
Tabel 4. perlakuan lainnya. Rata-rata pertumbuhan
Hasil uji BNJ 5% terhadap rata-rata eksplan tanaman buah naga pada perlakuan
jumlah buku pada pengamatan 4 setelah 0,3 ppm NAA adalah 5,50 tunas per
tanam dan 8 minggu setelah tanam eksplan, 3,50 akar per eksplan, 2,57 buku
menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi per eksplan pada 4 minggu setelah tanam
NAA berpengaruh nyata terhadap panjang dan 8,83 buku per eksplan pada 8 minggu
tunas tanaman buah naga. Pada pengamatan setelah tanam dan 1,37 cm pada 4 minggu
4 minggu setelah tanam pemberian 0,2 setelah tanam serta 2,13 cm panjang tunas
ppm NAA (N2) dan 0,4 ppm NAA (N4) per eksplan pada 8 minggu setelah tanam.
menghasilkan panjang tunas tertinggi Berdasarkan hasil itu maka diketahui bahwa
yaitu 1,37 cm panjang tunas per eksplan, media yang ditambahkan 0,3 ppm NAA
konsentrasi NAA ini tidak berbeda dengan merupakan komposisi media yang lebih
0,3 ppm NAA (N3) namun berbeda dengan sesuai untuk pertumbuhan eksplan tanaman
0,1 ppm NAA (N1). Pada pengamatan 8 buah naga secara in vitro (terutama untuk
minggu setelah tanam pemberian 0,3 ppm pembentukan tunas, akar, buku maupun
NAA (N3) menghasilkan panjang tunas untuk perpanjangan tunas). Meskipun
yaitu 2,13 cm panjang tunas per eksplan, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
konsentrasi NAA ini tidak berbeda dengan pertumbuhan tanaman buah naga akan lebih
0,2 ppm NAA (N2) dan konsentrasi 0,4 ppm baik apabila ditambahkan NAA dengan
NAA (N4) namun berbeda dengan 0,1 ppm konsentrasi 0,4 ppm (Handayani dkk,
NAA (N1). 2013). Untuk memicu pembentukan buku
tanaman buah naga yang lebih baik
Pembahasan. penelitian yang dilakukan sebelumnya
Keberhasilan pertumbuhan eksplan juga menyatakan bahwa penambahan
pada tehnik kultur jaringan dipengaruhi NAA pada konsentrasi 0,2 ppm akan
oleh berbagai faktor di antaranya adalah membentuk jumlah buku yang lebih banyak
konsentrasi hara yang ditambahkan kedalam (Samudin, 2009).
media tumbuh tanaman. Pada penelitian Hal tersebut menunjukkan bahwa
ini dicobakan penambahan zat pengatur dengan penambahan 0,3 ppm NAA pada
tumbuh dari golongan auksin yaitu NAA media kultur tanaman buah naga telah
dengan konsentrasi 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 terjadi keseimbangan antara hormon yang
ppm dan 0,4 ppm. Aspek yang perlu ada dalam eksplan (phytohormon) dan

116
konsentrasi jumlah zat pengatur tumbuh dan perkembangan sel tanaman secara
yang ditambahkan dalam mendorong optimal. Selain itu bahwa dengan penambahan
pertumbuhan tanaman buah naga secara in zat pengatur tumbuh pada konsentrasi
vitro. Menurut hasil penelitian sebelumnya rendah maupun tinggi tidak akan dapat
menerangkan bahwa pemberian NAA pada memacu pertumbuhan sel tanaman karena
media kultur jaringan pada konsentrasi berada pada kondisi yang kurang maupun
0,2 ppm dan 0,3 ppm NAA akan memacu berlebihan sehingga pertumbuhan sel-sel
pertumbuhan tunas buah naga yang lebih tanaman menjadi terhambat (Hendaryono
banyak dibandingkan dengan pemberian dan Wijayani, 1994).
NAA pada konsentrasi 0,4 ppm (Mahadi Mufida (2008) menjelaskan
dkk, 2013). bahwa pada konsentrasi yang rendah,
Dari hasil penelitian dapat diketahui zat pengatur tumbuh berada dalam
bahwa penambahan NAA pada konsentrasi jumlah yang kurang sehingga tidak mampu
yang lebih rendah (0,1 ppm dan 0,2 ppm) mendorong pertumbuhan sel tanaman yang
ataupun pada konsentrasi yang lebih tinggi lebih cepat, dan pada konsentrasi yang
(0,4 ppm) menyebabkan pembentukan tinggi zat pengatur tumbuh berada dalam
tunas, akar, buku maupun perpanjang tunas jumlah yang berlebihan sehingga menekan
eksplan tanaman buah naga mengalami pertumbuhan terutama dalam pembelahan
penurunan. Hal ini diduga pemberian NAA dan pemanjangan sel.
pada konsentrasi yang lebih rendah (0,1
ppm dan 0,2 ppm) belum mencapai jumlah KESIMPULAN DAN SARAN
yang ideal (sesuai) sehingga belum terlalu Kesimpulan
optimal untuk memacu aktivitas fisiologi
dan biokimia sehingga jumlah tunas, akar, Berdasarkan hasil yang diperoleh
buku maupun proses pemanjangan tunas maka disimpulkan:
relatif lebih rendah dibandingakan dengan 1. Perlakuan konsentrasi NAA pada
penambahan 0,3 ppm NAA. Sedangkan pengamatan 4 minggu setelah tanam
penambahan NAA pada konsentrasi yang berpengaruh nyata pada jumlah buku dan
lebih tinggi diperkirakan telah melampaui panjang tunas, dan tidak berpengaruh
jumlah ideal (sesuai) sehingga pembentukan nyata terhadap jumlah tunas dan jumlah
tunas, pembentukan akar, pembentukan akar.
buku maupun pemanjangan tunas eksplan 2. Media yang ditambahkan 0,3 ppm NAA
tanaman buah naga menjadi berkurang. walaupun tidak berbeda nyata dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan perlakuan lainnya namun memberikan
pendapat Krikorian (1995), bahwa zat hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan
pengatur tumbuh yang ditambahkan pada tanaman buah naga dengan tehnik kultur
media akan masuk kedalam sel tanaman jaringan.
melalui proses difusi ataupun proses Saran
penyerapan aktif tanaman. Masuknya zat
pengatur tumbuh (NAA) dalam konsentrasi Berdasarkan hasil penelitian ini,
(jumlah) yang sesuai akan mengubah maka disarankan untuk menggunakan
keseimbangan hormon dalam tubuh komposisi media yang ditambahkan 0,3
tanaman hingga diperoleh suatu kondisi ppm NAA dalam melakukan kultur jaringan
yang sesuai untuk mendorong dan tanaman buah naga walaupun penambahan
memacu pembentukan tunas, akar, duri dan 0,3 ppm NAA tidak berbeda nyata
perpajangan tunas sehingga diperoleh total dengan perlakuan lainnya namun perlu
pertumbuhan eksplan tanaman buah naga mempertimbangkan faktor lainnya seperti
yang lebih baik. jumlah tanaman yang terkontaminasi
Pada konsentrasi yang sesuai zat paling sedikit adalah pelakuan dengan
pengatur tumbuh dapat memacu pertumbuhan penambahan 0,3 ppm NAA.
117
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono B. 2009. Buah Naga. Pustaka Mina. Jakarta.

Eka Handayani, Sakka Samudin, Zainuddin Basri. 2012. Pertumbuhan Tanaman Buah Naga
(Hylocereus undatus) pada Cara Tanam Berbeda Secara In Vitro. e-J. Agrotekbis. 1 (1) :
1-7 Palu.

Hendaryono, D.P.S. dan A, Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Krikorian, A,D. 1994. Hormone in Tissue Culture and Micropogation in Plant Hormone. Phyciologic,
Biochemistry and Moleculer Biology. Kluwer Academic Publisher, New York.

Mahadi, Imam., Sri Wulandari., dan Delfi Trisnawati. 2013. Pengaruh Penambahan NAA dan
Kinetin Terhadap Pertumbuhan Buah Naga (Hyloecereus costaricensis L.) Melalui Tehnik
Kultur Jaringan Secara In Vitro. J. Biogenesis. Vol. 9 (2). Riau.

Mufida. 2008. Pertumbuhan Buah Naga pada Berbagai Konsentrasi Kombinasi Sitokinin-Auksin
secara in Vitro. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. (Tidak dipublikasikan).

Netty Widyastuti dan Donowati Tjokrokusumo. 2007. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) Tanaman pada Kultur in Vitro. J. Sains dan Teknologi Indonesia. Vol. 3 : 5 (55-63)
Humas BPPT/ANY.

Nurchayati dan Hikmah. 2013. Pola Distribusi Buah Lokal dan Buah Import. J. Research Menthods
and Organizational Studies. Vol. 1 (40-50). Semarang.

Samudin, S. 2009. Pengaruh Kombinasi Auksin-Sitokinin terhadap Pertumbuhan Buah Naga.


Media Litbang Sulteng 2 (1) : 62 – 66. Diakses Tanggal 02 November 2015.

Sparta Andre, Andini Mega, Rahman Taupik. 2011. Pengaruh Berbagai Panjag Stek terhadap
Pertumbuhan Bibit Buah Naga (Hylocereus polyryzus). Balai Penelitian Buah Tropika.
Bengkulu.

118

Você também pode gostar