Você está na página 1de 17

ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017


Analisis Efisiensi, Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Hotel Dan
Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Di Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2011-2016
I Nyoman Sutama1, Syafruddin2, Yuni Zulfiana3
Fakultas Ekonomi & Manajemen Universitas Samawa
Program Studi Ekonomi Pembangunan
Email : inyomansutama@universitassamawa.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Efisiensi, Efektivitas, dan Kontribusi Pajak Hotel
dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2011 – 2016 dengan tujuan untuk menganalisis efektifitas, efisiensi dan
kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2011-2016. Data yang digunakan
bersumber dari data sekunder yaitu laporan Dinas Pengelolaan Pendapatan dan
Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari target, realisasi
penerimaan dan biaya pemungutan pajak hotel dan restoran serta pendapatan asli
daerah Kabupaten Sumbawa Barat. Data diolah menggunakan analisis rasio
efektifitas, efisiensi dan kontribusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode
2011-2016, penerimaan pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat
mencapai kategori sangat efektif, dan biaya pemungutan mencapai kategori kurang
efisien, sedangkan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah mencapai
kategori kurang. Saran yang dikemukakan dalam penelitian adalah diperlukannya
sistem pembayaran online, disertai adanya fasilitas mobil pelayanan pajak keliling
untuk mendorong efektifitas, efisiensi dan meningkatkan kontribusi pajak hotel dan
restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Sumbawa Barat pada masa
mendatang.

Kata Kunci : Efektifitas, Efisiensi, Kontribusi, Pajak Hotel dan Restoran, PAD.

PENDAHULUAN
Pajak daerah memiliki kontribusi yang amat penting bagi proses
pembangunan suatu daerah. Kesanggupan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan
penggalian pajak daerah merupakan salah satu usaha pemerintah daerah dalam
menerapkan otonomi daerah yaitu dengan membiayai kegiatan rumah tangga daerah
itu sendiri. Pengertian pajak daerah dalam Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 adalah “sumbangan wajib dari masyarakat kepada pemerintah Daerah yang
di manfaatkan untuk membiayai kepentingan atau bahkan kegiatan pemerintah Daerah
dan dipungut berlandaskan Undang-Undang serta berperilaku memaksa, dan tidak ada
prestasi langsung yang diberikan.”
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah otonom diharuskan menanggung
keperluan biaya rumah tangganya sendiri. Demi terlaksananya dengan lancar

256
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
mengenai otonomi daerah itu, bagian pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat dirasa
perlu melakukan penggalian pajak yang dalam hal ini pajak daerah. Penerimaan PAD
salah satu berasal dari sektor pajak daerah. Pajak daerah di Indonesia menurut UU 28
Tahun 2009 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah terbagi menjadi dua yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten atau
kota. Pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air,
bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan. Pajak kabupaten atau kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan
bahan galian golongan C dan pajak parkir.
Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan
(budgetary function) yang utama dan juga sebagai alat pengatur (regulatory function).
Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti membiayai administrasi pemerintah,
membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan
kesehatan, membiayai anggota polisi, dan membiayai kegiatan pemerintah daerah
dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh pihak
swasta yaitu berupa barang-barang publik.
Melihat dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa pentingnya pajak bagi
suatu daerah, terutama dalam menyokong pembangunan daerah itu sendiri merupakan
pemasukan dana yang sangat potensial karena besarnya penerimaan pajak akan
meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas politik.
Dalam pembangunan suatu daerah, pajak memegang peranan penting dalam suatu
pembangunan., termasuk pajak hotel dan restoran.
Pajak hotel adalah sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh hotel
kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan yang diberikan hotel
(UU No. 28 tahun 2009 pasal 1 angka 20). Sedangkan pajak restoran adalah
sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran kepada para tamu atau
konsumen yang menggunakan pelayanan yang telah disediakan dan juga
dilaksanakan oleh restoran.(UU No. 28 tahun 2009 pasal 1 angka 22 dan 23). Sebagai
gambaran berikut ini perkembangan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara
maupun domestik di Kabupaten Sumbawa Barat selama lima (5) tahun terakhir yang
dapat menjadi indikasi potensi penerimaan pajak hotel dan restoran di Kabupaten
Sumbawa Barat.

Tabel 1
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2011-2015

257
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
Wisatawan (Org)
Tahun Jumlah
Mancanegara Domestik
2011 14.238 1.659 15.897
2012 16.749 1.480 18.229
2013 20.759 1.940 22.699
2014 14.480 3.537 18.017
2015 13.575 1.083 14.658
Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa Barat (2016)

Pada tabel 1.1 tersebut diatas, diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan
di Kabupaten Sumbawa Barat selama lima (5) tahun terakhir mengalami perkembangan
yang cukup signifikan. Meski terjadi penurunan pada dua (2) tahun terakhir, yaitu pada
tahun 2014 dan 2015 namun jika dilihat jumlah kunjungan wisatawan tetap tinggi yaitu
diatas 10.000 wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Tingginya jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik sebagaimana tersaji pada tabel 1.1
diatas mengindikasikan bahwa jumlah tamu menginap di hotel maupun yang
berkunjung ke restoran yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat tentunya akan
meningkat. Dengan demikian penerimaan pajak hotel dan restoran juga diperkirakan
akan meningkat, sehingga kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
juga akan meningkat setiap tahunnya. Oleh karenanya, pajak hotel dan restoran
perlu dikelola penerimaannya dengan efektif dan efisien agar kontribusinya semakin
meningkat sebagaimana yang diharapkan, dan tentunya mendukung pembiayaan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Sebagai gambaran berikut ini,
perkembangan jumlah hotel dan restoran yang ada di kabupaten Sumbawa Barat selama
lima (5) tahun terakhir.
Tabel 2
Perkembangan Hotel dan Restoran
Di Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2010-2015

No Jenis Akomodasi 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Hotel 17 22 22 20 20 20
Restorant/
2 98 14 40 108 335 342
Rumah Makan

Jumlah 115 36 62 128 355 362


Sumber : Sumbawa Barat Dalam Angka (berbagai terbitan)

Pada tabel 2 tersebut diatas, diketahui bahwa keberadaan hotel di Kabupaten


Sumbawa Barat, selama lima (5) tahun terakhir mengalami peningkatan pada tahun
2011, dari yang sebelumnya berjumlah 17 unit pada tahun 2010, menjadi 22 unit pada
tahun 2011-2012. Namun pada tahun 2013 jumlah tersebut menurun menjadi 20 unit
sampai dengan tahun 2015. Keadaan yang berbeda pada jumlah restoran/rumah

258
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
makan, meski sempat mengalami penurunan pada tahun 2011, namun sejak tahun
2012 jumlahnya terus mengalami peningkatan sampai tahun 2015 mencapai 342 unit.
Penurunan jumlah hotel tersebut, umumnya disebabkan karena faktor internal
perusahaan seperti ketidakmampuan menutupi mahalnya biaya operasional sebagai
dampak menurunnya omzet atau penerimaan pemilik hotel akibat semakin rendahnya
jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumbawa Barat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengkaji lebih lanjut tentang
efektifitas, efisiensi dan kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap
pendapatan asli daerah di Kabupaten Sumbawa Barat adapun judul penelitian adalah
Analisis Efisiensi, Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2011-2016.

KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pajak
Pajak ialah sumbangan wajib dari masyarakat kepada pemerintah Negara yang
di manfaatkan untuk membiayai kepentingan atau bahkan kegiatan pemerintah
Negara dan dipungut berlandaskan Undang-Undang serta berperilaku memaksa, dan
tidak ada prestasi langsung yang diberikan.(Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)). Ciri-ciri pajak
antara lain: bersifat sumbangan dari rakyat, yang bersifat memaksa, yang melakukan
penagihan ialah negara, digunakan untuk membiayai kepentingan pemerintah, dan
tidak terdapat timbal balik secara langsung.
Pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo dan Makhafatih
(2002:30) yaitu iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sedangkan menurut Soeparman Soemahamidjaja bahwa pajak adalah iuran wajib,
berupa uang dan barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum(2002:33).
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
1) Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.
Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2) Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi
hasil pungutannya diberikan kepada, dibagihasilkan dengan, atau dibebani beban
pungutan tambahan (opsen) oleh pemerintah daerah.

259
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
Pajak Daerah ialah sumbangan wajib dari masyarakat kepada pemerintah
Daerah yang di manfaatkan untuk membiayai kepentingan atau bahkan kegiatan
pemerintah Daerah dan dipungut berlandaskan Undang-Undang serta berperilaku
memaksa, dan tidak ada prestasi langsung yang diberikan.(UU No.28 Tahun 2009)
Jenis pajak daerah dalam UU No.28 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1) Pajak Propinsi; antara lain pajak bea balik nama, pajak air permukaan, pajak
bahan bakar, pajak rokok, kendaraan bermotor.
2) Pajak Kabupaten/kota; antara lain pajak bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan, pajak sarang burung walet, pajak hotel, pajak penerangan jalan, pajak
bumi dan bangunan, pajak restoran, pajak hiburan, pajak mineral bukan logam
dan batuan, pajak reklame, pajak air tanah, pajak parkir.
Sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh daerah dibagi atas 3, yaitu
sebagai berikut.
1) Sistem Official Assessment
Pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib pajak. Ciri-cirinya sebagai
berikut.
(1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
(2) Wajib Pajak bersifat pasif
(3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
2) Sistem Self Assessment
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Ciri-cirinya sebagai berikut.
(1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib
Pajak sendiri
(2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
(3) sendiri pajak yang terutang.
(4) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
3) Sistem With Holding
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga (bukan
fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan
besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib
Pajak

Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh hotel
kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan yang diberikan
hotel.(UU No. 28 tahun 2009 pasal 1 angka 20). Objek Pajak Hotel adalah berbagai
macam pelayanan yang disediakan oleh hotel yang untuk mengetahuinya digunakan
sistem transaksi pembayaran oleh konsumen. Subjek pajak pada pajak hotel adalah
penyewa/pemakai hotel yang melakukan transaksi kepada yang mengusahakan hotel
atau dapat disebut pula pemilik hotel. Untuk wajib pajak hotel ialah yang telah
mengusahakan hotel dan atau pemilik hotel.

260
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah besaran transaksi pembayaran yang
dibayar oleh pemakai jasa hotel kepada hotel(Siahaan, 2010:304). Sedangkan tarif
Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) persen dan ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Pajak Hotel di Kabupaten Sumbawa Barat diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Hotel. Dalam Bab I Ketentuan Umum No.9
dijelaskan bahwa Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Selanjutnya Nomor 10 sampai 13 dijelaskan sebagai berikut :
1) Hotel adalah fasilitas jasa penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa
terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen,
gubuk pariwisata, wisma pariwista, pesanggarahan, rumah penginapan dan
sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
2) Subyek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.
3) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, dan
pemungut pajak, pemotong pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan perpajakan daerah.
4) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah
paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.
Selanjutnya dalam pasal 2 dijelaskan bahwa Pajak Hotel adalah pajak
dipungut pajak atas setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel. Pada Pasal 3,
dijelaskan objek pajak dan jasa penunjang dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Obyek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya
memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan
hiburan.
2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon,
faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan
fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
Pada Pasal 5, dijelaskan dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Sedangkan Pasal 6. Tarif
Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan yang telah
disediakan dan juga dilaksanakan oleh restoran.(UU No. 28 tahun 2009 pasal 1 angka
22 dan 23). Objek pajak restoran adalah berbagai macam pelayanan yang disediakan
oleh restoran yang untuk mengetahuinya digunakan sistem transaksi pembayaran oleh
konsumen. Subjek pajak pada pajak restoran adalah penyewa/pemakai hotel yang
melakukan transaksi kepada yang mengusahakan restoran atau dapat disebut pula

261
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
pemilik restoran. Untuk wajib pajak restoran ialah yang telah mengusahakan restoran
dan atau pemilik restoran.
Dasar pengenaan pajak restoran adalah besaran transaksi pembayaran yang
dibayar oleh pemakai jasa restoran kepada restoran (Siahaan, 2010:331). Sedangkan
tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) persen dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Pajak Restoran di Kabupaten Sumbawa Barat diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Restoran. Dalam Ketentuan Umum Pasal 1
Nomor 9 dijelaskan bahwa Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Selanjutnya nomor 10 sampai 13 dijelaskan sebagai berikut
1) Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan
sejenisnya termasuk jasa boga/catering.
2) Subyek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan
dan/atau minuman dari restoran.
3) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan
pembayaran pajak yang terutang termasuk pemungut atau pemotong pajak
tertentu.
4) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah
paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.
Selanjutnya dalam pasal 2 dijelaskan bahwa pajak restoran adalah pajak atas
setiap pelayanan yang disediakan oleh restoran dipungut pajak dengan namaPajak
Restoran. Pada Pasal 3 dijelaskan objek dan subjek pajak restoran sebagai berikut:
1) Obyek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran.
2) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli,
baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.
3) Tidak termasuk obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan oleh restoran yang peredarannya atau penjualannya tidak melebihi Rp
7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulan.
Pada Pasal 4 dijelaskan dijelaskan subjek pajak restoran sebagai berikut :
1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan
dan/atau minuman dari restoran.
2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan
restoran.
Pada Pasal 5 ditetapkan dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah
pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran. Sedangkan Pasal
6 menjelaskan bahwa tarif pajak restoran ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

Pendapatan Asli Daerah

262
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
menyebutkan bahwa pendapatan daerah yaitu semua hak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu. Sedangkan
menurut Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 menyebutkan bahwa “Pendapatan asli daerah,
selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Undang-Undang No.28 Tahun 2009 juga menyebutkan tentang pengertian
pendapatan asli daerah yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah
yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.
Dari pendapat-pendapat yang ada diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan yang didapat suatu daerah
dimana penerimaan tersebut di dapat dari sumber yang mempunyai potensi di daerah
tersebut contohnya hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengolahan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Efektivitas
Kata efektiv berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil. Sedangkan menurut kamus ilmiah populer
mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang
tujuan.Pengertian efektivitas menurut Hidayat (2006:80) yaitu suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah tercapai.
Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Lebih lanjut Hidayat mengemukakan bahwa efektivitas adalah pencapaian target
output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA)
dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektiv.
Pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono (2011:32) yaitu
efektivitas adalah sebagian besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan ouput
yang diharapkan dari sejumlah input. Dari pengertian beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa efektivitas yaitu seberapa jauh tercapainya suatu target yang telah
ditentukan sebelumnya. Efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak
daerah yang ditargetkan.
Efisiensi
Kata efisien berasal dari bahasa latin efficere yang berarti menghasilkan,
mengadakan, menjadikan. Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (2000:3) yaitu
efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan
yang sebenarnya. Sedangkan menurut Malayu (2013:67) yaitu efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara
keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil

263
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain
hubungan antara apa yang telah diselesaikan.
Halim (2004:30) mengemukakan bahwa efisiensi adalah pengukur besarnya
biaya pemungutan yang digunakan terhadap realisasi penerimaan. Efisiensi pajak
berhubungan dengan besarnya biaya pemungutan dengan realisasi penerimaan pajak
daerah.
Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu, Contribute, Contribution
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan diri maupun sumbangan. Berarti dalam
hal ini kontribusi dapat berupa materi dan tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya
seorang individu atau sebuah lembaga yang memberikan bantuan terhadap pihak lain
demi kebaikan bersama.Kontribusi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
sumbangan atau pemberian, jadi kontribusi adalah pemberian andil setiap kegiatan,
peranan, masukan, ide dan lainnya. Sedangkan menurut kamus Ekonomi, kontribusi
adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya,
atau kerugian tertentu dan bersama-sama. (Guritno, 67:1999).
Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa bentuk nyata yang
dilakukan oleh individu atau lembaga yang kemudian memberikan dampak baik
positif maupun negatif terhadap pihak lain. Dari rumusan pengertian kontribusi yang
dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan
yang dilakukan oleh individu atau sebuah lembaga yang kemudian memposisikan
dirinya terhadap peran dalam sebuah kerja sama, dan memberikan dampak nilai dari
aspek sosial dan ekonomi. Adapun kontribusi dalam pajak daerah adalah sejauh mana
porsi atau hasil atau jumlah dana yang terkumpul dari sektor pajak di suatu daerah
dibandingkan dengan jumlah total pendapatan daerah tersebut.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dimana peneliti akan mendeskripsikan,
menggambarkan penemuan yang terjadi dari penelitian yang dilakukan. Dalam
penelitian ini penemuan tersebut berkaitan mengenai pajak hotel dan pajak restoran di
Kabupaten Sumbawa Barat. Setelah itu dihitung efektivitas, efisiensi dan kontribusi
pajak hotel dan restoran terhadap PAD yang dimulai pada tahun 2011 hingga 2016.
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu (time
series) tahunan selama tahun 2011-2016. Adapun jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1) Data kuantitatif, yaitu data yang dapat diukur dalam skala numerik (angka)
berkaitan dengan pajak hotel dan restoran serta PAD di Kabupaten Sumbawa
Barat (Sugiyono,2010:20) yang meliputi :
(1) Realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran;
(2) Target penerimaan pajak hotel dan restoran;
(3) Biaya pemungutan pajak hotel dan restoran;

264
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
(4) Realisasi penerimaan PAD;
2) Data kualitatif, adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik
(Sugiyono,2010:20) yang meliputi keterangan-keterangan yang berkaitan dengan
identitas atau gambaran umum tentang keberadaan hotel dan restotan serta profil
Kabupaten Sumbawa Barat.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
(Sugiyono,2010:20). Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua dalam bentuk dokumen maupun laporan publikasi dari instansi atau lembaga
resmi.

Klasifikasi Variabel Penelitian


Variabel adalah variasi dari objek dalam suatu penelitian atau apa yang
menjadi fokus dalam penelitian yang dilakukan (Sutrisno Hadi, 25:2012). Dalam
penelitian ini variabel yang digunakan diklasifikasikan sebagai variabel mandiri, yang
terdiri dari variabel-variabel sebagai berikut :
1) Efektivitas;
2) Efisiensi;
3) Kontribusi.

Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah penjelasan teknis mengenai variable penelitian.
Adapun secara rinci variable penjelasan teknisnya adalah sebagai berikut :
1) Efektivitas adalah perbandingan (rasio) realisasi terhadap target penerimaan pajak
hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2011-2016 dalam
satuan persentase.
2) Efisiensi adalah perbandingan (rasio) realisasi biaya pemungutan terhadap
penerimaan pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun
2011-2016dalam satuan persentase.
3) Kontribusi adalah perbandingan (rasio) realisasi penerimaan pajak hotel dan
restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sumbawa Barat selama
tahun 2011-2016 dalam satuan prosentase.

Alat Analisis
Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas dari pajak hotel dan restoran
digunakan rumus sebagai berikut (Halim, 2004:163) :
Σ ���
� ���������
� ����������
��������
�������
�����


������
���
�= �100%
Σ ����� ���������� �
���潴��������
�����
�������
���

Tabel 3
Kriteria Efektifitas Pajak Daerah
Prosentase Kriteria

265
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
> 100% Sangat Efektif
90 – 100% Efektif Cukup
80 – 90% Efektif Kurang
60-80% Efektif
< 60% Tidak Efektif

Sumber: Kepmendagri No.690.900.327

Dalam penelitian ini untuk mengukur efisiensi dari pajak hotel dan restoran
digunakan rumus sebagai berikut (Halim, 2004:164) :

� �� �
�𝑃� �������
�𝑃�������
�����
�������
���

�����
� ��= �100%
���
� ������𝑃�
� �
���
� ��𝑃�
��������
�������
�����

Tabel 4
Kriteria Efisiensi Pajak Daerah
Prosentase Kriteria
> 100% Tidak Efisien
90 – 100% Kurang Efisien
80 – 90% Cukup Efisien
60-80% Efisien
< 60% Sangat Efisien
Sumber: Kepmendagri No.690.900.327

Dalam penelitian ini untuk mengukur kontribusi pajak hotel dan restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah digunakan rumus sebagai berikut (Halim,
2004:164) :
Σ ���� ������𝑃���������𝑃� ������ ��������� ������
𝐾�� �������= �100%
Σ ���� ������𝑃�
� ����
� ��𝑃� �
� �� ����� ���� �� ���

Tabel 5
Kriteria Kontribusi Pajak Daerah
Prosentase Kriteria
0,00 - 10% Sangat Kurang
10,00- 20% Kurang

266
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
20,00-30% Sedang
30,00 - 40% Cukup Baik
40,00 - 50% Baik
> 50% Sangat Baik
Sumber: Kepmendagri No.690.900.327

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas, efisiensi pajak hotel dan
restoran serta kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Sumbawa Barat selama tahun 2011-2016. Berikut ini, disajikan masing-masing
pengukuran yang telah dilakukan.

Efektifitas
Efektivitas pada dasarnya adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan
pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai
pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini, efektifitas yang dimaksud adalah pencapaian realisasi penerimaan
pajak hotel dan restoran dibandingkan dengan target penerimaan yang telah ditentukan.
Tabel 6
Efektifitas Pajak Hotel dan Restoran
Di Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2011-2016
x otel dan Restoran
Penerimaan Pajak H
Tahun Makna Efektifitas
Target (Rp) Realisasi (Rp) Rasio (%)
2011 2.529.785.966 2.376.928.230 93,96 Efektif

2012 3.387.609.900 3.406.164.831 100,5 Sangat Efektif

2013 3.659.939.559 3.728.176.044 101,9 Sangat Efektif

2014 3.066.859.399 3.855.419.133 125,7 Sangat Efektif

2015 4.393.500.000 4.918.626.177 112,0 Sangat Efektif

2016 5.638.360.200 5.638.307.120 100,0 Efektif

Rata-rata 3.779.342.504 3.987.270.256 105,67 Sangat Efektif

Terendah 2.529.785.966 2.376.928.230 93,96 Efektif

Tertinggi 5.638.360.200 5.638.307.120 125,71 Sangat Efektif

Sumber : DPPK Sumbawa Barat (Data diolah)

267
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
Pada tabel 6 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa secara statistik
pencapaian efektifitas pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat selama
tahun 2011-2016, rata-rata mencapai 105,67%. Capaian ini termasuk dalam kategori
sangat efektif, nilai efektifitas tertinggi diperoleh pada tahun 2014, yaitu sebesar
125,71%, dan terendah pada tahun 2011 yaitu sebesar 93,96%.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa
efektifitas pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat sudah sangat
efektif. Hal ini tentunya harus tetap dipertahankan agar pendapatan daerah dari sektor
ini dapat terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Pencapaian penerimaan pajak
hotel dan restoran yang sangat efektif ini, tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor
salah satu diantaranya adalah tingginya tingkat kepatuhan wajib pajak. Disamping itu,
faktor yang cukup dominan dalam pemungutan pajak hotel dan restoran ini, adalah
pelaksana tugas atau penegak hukum yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak.
Dalam hal ini, penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai pedoman
antara lain peraturan tertulis tertentu yang mencangkup ruang kerja dan tugasnya
serta data base pajak hotel dan restoran yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat. Secara
sederhana, para pejabat yang mengambil keputusan penetapan pajak, maupun
pelaksana lapangan dalam melakukan identifikasi terhadap jenis kegiatan atau usaha
yang wajib dikenakan pajak telah memiliki data base objek pajak yang cukup lengkap
dan memiliki kinerja yang cukup tinggi untuk melaksanakan tugasnya, guna
mencapai penerimaan pajak sebagaimana yang telah di targetkan.

Efisiensi
Efisiensi merupakan penggunaan sumber daya secara minimum guna
pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi juga dianggap sebagai upaya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari
cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi secara
umum hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, seperti
membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Dalam penelitian ini,
efisien diukur dengan membandingkan biaya pemungutan yang dikeluarkan, terhadap
realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran.

Tabel 7
Efisiensi Pajak Hotel dan Restoran
Di Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2011-2016
Biaya Pajak Hotel dan Restoran
Tahun Makna Efisiensi
Target (Rp) Realisasi (Rp) Rasio (%)

268
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
2011 126.489.298 142.615.694 112,7 Tidak Efisien

2012 169.380.495 102.184.945 60,3 Efisien

2013 182.996.978 186.408.802 101,9 Tidak Efisien

2014 153.342.970 150.361.346 98,1 Kurang Efisien

2015 219.675.000 255.768.561 116,4 Tidak Efisien

2016 281.918.010 225.532.285 80,0 Cukup Efisien

Rata-rata 188.967.125 177.145.272 94,9 Kurang Efisien

Terendah 126.489.298 102.184.945 60,3 Efisien

Tertinggi 281.918.010 255.768.561 116,4 Tidak Efisien

Sumber : DPPK Sumbawa Barat (Data diolah)

Pada tabel 7 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa secara statistik pencapaian
efisiensi pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2011-
2016, rata-rata mencapai 94,9%. Capaian ini termasuk dalam kategori kurang efisien,
nilai tidak efisien tertinggi diperoleh pada tahun 2015, yaitu sebesar 116,4%, dan
nilai efisien diperoleh pada tahun 2012 yaitu sebesar 60,3%.
Pencapaian efisiensi yang tergolong kurang efisien ini menunjukkan bahwa
upaya memperoleh penerimaan pajak hotel dan restoran yang dilakukan masih
memiliki biaya yang tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh belum tersedianya fasilitas
sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung operasional pemungutan pajak
hotel dan restoran, seperti jumlah kendaraan dinas baik roda dua (2) maupun roda
empat (4).
Dalam hal ini kendaraan baik kendaraan roda dua (motor), atau pun kendaraan
roda empat (mobil) sebagai alat transportasi sangat diperlukan karena letak lokasi objek
pajak saling berjauhan yang apabila pelaksanaan pemungutanya tidak dilengkapi
oleh sarana tersebut maka akan menambah beban biaya pungut semakin besar. Dan
ketetapan waktu pelaksanaan pemungutan tidak sesuai dengan yang direncanakan dan
dengan sendirinya akan mengurangi penerimaan pajak tersebut. Ketersediaan sarana
dan prasarana sangat penting perannya dalam pencapaian tujuan suatu usaha dalam
hal ini untuk mengoptimalkan pemungutan pajak. Sarana dan Fasilitas secara
sederhana dapat dirumuskan sebagai sesuatu untuk mencapai tujuan yang ruang
lingkupnya terutama adalah secara fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung.
Dengan fasilitas yang kurang memandai maka mengakibatkan kurangnya informasi dan
sosialisasi terhadap dinamika kebijakan pajak daerah yang dapat menimbulkan kurang
kepedulian dari warga masyarakat untuk segera membayar pajak tatkala mendekati
jatuh tempo.

269
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017

Kontribusi
Analisis kontribusi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pajak hotel dan restoran memberikan sumbangan terhadap penerimaan PAD
Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2011-2016.
Tabel 4.8
Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2011-2016
Realisasi Realisasi
Penerimaan Pendapatan Rasio
Tahun Pajak Hotel & Asli Daerah Makna Kontribusi
(%)
Restoran (Rp) (Rp)
2011 2.376.928.230 11.538.426.105 20,60 Sedang

2012 3.406.164.831 34.687.428.807 9,82 Sangat Kurang

2013 3.728.176.044 27.962.831.697 13,33 Kurang

2014 3.855.419.133 42.509.446.245 9,07 Sangat Kurang

2015 4.918.626.177 49.802.801.952 9,88 Sangat Kurang

2016 5.638.307.120 46.834.775.952 12,04 Kurang

Rata-rata 3.987.270.256 35.555.951.793 12,46 Kurang

Terendah 2.376.928.230 11.538.426.105 9,07 Sangat Kurang

Tertinggi 5.638.307.120 49.802.801.952 20,60 Sedang

Sumber : DPPK Sumbawa Barat (Data diolah)

Pada tabel 4.8 tersebut diatas, diketahui bahwa secara statistik capaian rata-rata
kontribusi pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2011-
2016 mencapai 12,46%. Capaian rata-rata kontribusi ini, tergolong dalam kategori
kurang. Capaian kontribusi tertinggi diperoleh pada tahun 2011 dengan kategori sedang
sebesar 20,60%, dan terendah pada tahun 2014 dengan kategori sangat kurang sebesar
9,07%.
Rendah atau kurangnya kontribusi pajak hotel dan restoran di Kabupaten
Sumbawa Barat selama tahun 2011-2016 umumnya disebabkan karena keberadaan
subjek pajak hotel dan restoran seperti hotel dan restoran yang belum banyak terdapat
di Kabupaten Sumbawa Barat, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota yang ada di
Nusa Tenggara Barat. Disamping itu, faktor yang tidak kalah penting adalah pajak
hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat, bukan merupakan pajak yang
dominan, dibandingkan dengan pajak jenis lain seperti pajak bea perolehan hak atas

270
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
tanah dan bangunan, pajak bumi dan bangunan serta pajak mineral bukan logam dan
batuan. Kesesuain dengan penelitian sebelumnya adalah dengan Wahyu,
Jelita (2015). Melakukan penelitian dengan judul Analisis Efektifitas, Efisiensi Pajak
Daerah Dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Pesisir Selatan Dan Kota Sawahlunto.Objek kajian efektivitas, efisiensi dan
kontribusi serta menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Efektifitas pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun
2011-2016 tergolong dalam kategori sangat efektif;
2. Efisiensi pajak hotel dan restoran di Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun
2011-2016 tergolong dalam kategori kurang efisien;
3. Kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2011-2016 tergolong dalam kategori
kurang berkontribusi terhadap PAD.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Dalam upaya mendorong efektifitas pajak hotel dan restoran di Kabupaten
Sumbawa Barat pada masa mendatang maka perlu mempertimbangkan aspek-
aspek pelayanan yang efektif, cepat dan efisien kepada wajib pajak untuk
meningkatkan akuntabilitas kerja aparatur pajak.
2. Dalam upaya mendorong efisiensi pajak hotel dan restoran di Kabupaten
Sumbawa Barat pada masa mendatang maka perlu penambahan fasilitas
pemungutan pajak seperti adanya pelayanan mobil keliling DPPK yang
memberikan pelayanan langsung/jemput bola didalam pelaksanaan pembayaran
pajak hotel dan restoran diseluruh wilayah dan unit pelayanan pajak yang ada.
3. Dalam upaya mendorong kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap PAD, maka
pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat pada masa mendatang harus tetap
mempertahankan capaian efektifitas yang telah diperoleh dan meningkatn
efisiensi dalam biaya pemungutan pajak yang dilakukan.
4. Dalam upaya untuk meningkan kunjungan wisatawan mancanegara yaitu
pemerintah dan masyarakat perlu untuk menjaga kebersihan pantai.

DAFTAR PUSTAKA
Depdagri Kemendagri No. 690.900.327 Tahun 1996 tentang Indikator dan
Kontribusi.
Erly Suandy. 2008. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Harun, H Hamrolie. 2003. Menghitung Potensi Pajak dan Retribusi Daerah.
Yogyakarta: BFFE-Yogyakarta.

271
ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14 No 3, Desember 2017
Hidayat. 2006. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
Ika Kristianti, Berliana Dara Jati, 2015. Tingkat Pencapaian Target Dan Efisiensi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Salatiga. Makara, Sosial Humaniora Vol.7 No.2
Kesit Bambang Prakosa, 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press.
Mardiasmo, 2008. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Mulyamah, 2003.Manajemen Perubahan. Yudhistira, Jakarta.
Prasetyo Budi Saksono, 2011. Menuju SDM Berdaya, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
S.P,Hasibuan, Malayu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Siahaan P, Marihot. 2008. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Grafindo
Sigit Purwanto, 2014. Tingkat Efisiensi Dan Efektivitas Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang. Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan, Nopember 2015, Hlm: 152 – 160 Vol. 4, No. 2
T. Guritnno, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Ekonomi, Cetakan ke
8. Jakarta.
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.”
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang “Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.”
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999. Tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000. Tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.
Wahyu Jelita, 2015. Analisis Efektivitas, Efisiensi Pajak Daerah Dan Kontribusi
Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Dan Kota
Sawahlunto. scholar.unand.ac.id
Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

272

Você também pode gostar