Você está na página 1de 18

Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No.

1, April 2016 : 43-59

ANALISIS LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA


DI KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG
MADURA

Diah Wijayanti Sutha *


*Dosen D3 RMIK STIKES Yayasan RS Dr. Soetomo
Surel : diahwsutha@gmail.com

ABSTRAK
Perokok usia remaja dengan rentang usia 14-19 tahun, di Indonesia terus meningkat.
Banyak faktor yang menyebabkan mereka merokok di usia muda tersebut, salah satu alasan
mereka merokok agar diterima dikalangan kelompoknya yaitu lingkungan sosialnya
(keluarga, teman sebaya dan guru yang merokok). Permasalahan ini jelas menjadi topik
yang sangat memerlukan perhatian mengingat remaja merupakan generasi penerus bangsa
yang nantinya juga menjadi penerus untuk pembangunan negara ini. Tujuan : Menganalisis
kondisi lingkungan sosial terhadap perilaku merokok remaja di Kecamatan Pangarengan
Kabupaten Sampang. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah explanatory research
dengan rancangan belah lintang (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pelajar remaja yang berada di Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang
Madura yaitu sebanyak 1.610. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan Simple
Random Sampling, maka diperoleh sampel penelitian sebesar 214. Analisis data
menggunakan Chi Square. Hasil : Variabel lingkungan sosial yang mempunyai hubungan
yang signifikan terhadap perilaku merokok adalah semua variabel yang ada yaitu
lingkungan keluarga, teman sebaya, guru, idola, dan lingkungan budaya, karena mempunyai
nilai P yang lebih kecil dari α= 0,05.

Kata Kunci: Remaja, Perilaku merokok, lingkungan sosial (Keluarga, Teman sebaya, guru,
idola, dan budaya)

ABTRACT

Adolescent smoking behavior (14-19 years) in Indonesia continues to increase. Many


of the factors that cause them to smoke at a young age, one of the reasons they smoke in
order to be accepted among the group that the social environment (family, peers and
teachers who smoke). This issue is obviously a topic that is in need of attention given
adolescents are the future generation who will also be the successor to the country's
development. Objective: To analyze the social environment on adolescent smoking behavior
in District Pangarengan Sampang. Method: This research is explanatory research with cross
sectional design (cross-sectional). The population in this study were all students in their
adolescents who are in Pangarengan Sampang, Madura as many as 1,610. The sampling
technique was performed using Simple Random Sampling, then obtained a sample of 214.
The data analysis using Chi Square. Results: Variable social environment has a significant
connection to the smoking behavior are all variables which are the family environment,
peers, teachers, idols, and cultural environment, because it has a P value less than α = 0.05.

Keywords: Adolescents, Smoking behavior, social environment (family, peers, teachers, idols,
and culture)
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

PENDAHULUAN akan sangat rendah, diperkirakan mencapai


Jumlah perokok di Indonesia dalam 44 per 100 penduduk produktif. Hal ini
30 tahun terakhir meningkat 57 persen. sejalan dengan laporan PBB, yang me-
Peningkatan ini merupakan jumlah nyatakan bahwa dibandingkan dengan
tertinggi kedua di dunia berdasarkan hasil negara Asia lainnya, angka ketergantungan
penelitian The Institute for Health Metrics penduduk Indonesia akan terus turun
and Evaluation (IMHE) dan diterbitkan sampai 2020. Tentu saja ini merupakan
dalam Jurnal Kesehatan Amerika 2014. suatu berkah. Melimpahnya jumlah
World Health Organization dalam buku penduduk usia kerja akan menguntungkan
panduan strategi pengendalian bahaya dari sisi pembangunan sehingga dapat
tembakau (MPOWER) menjelaskan bahwa memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat
kematian akibat tembakau diseluruh dunia yang lebih tinggi. Impasnya adalah
sangat mengejutkan, terdapat 1 kematian meningkatkannya kesejahteraan masya-
setiap 6 detik. Jumlah kematian sebanyak rakat secara keselu-ruhan. Namun, kondisi
5,4 juta jiwa pada tahun 2005, sebanyak tersebut bisa saja terjadi sebaliknya. Hal
100 juta jiwa selama abad ke-20 jika itu bsa terjadi jika angka merokok pada
dibiarkan 8 juta jiwa pada tahun 2030 dan remaja terus meningkat, dimana angka
1 miliyar jiwa selama abad ke-21. Riset kesakitan remaja juga otomatis meningkat
yang juga telah dipublikasikan dalam yang nantinya malah akan menjadi beban
Journal of The American Medical untuk negara. Melihat angka merokok
Association Januari 2014, menunjukkan remaja yang terus meningkat, Indonesia
bahwa Indonesia merupakan salah satu bisa terancam untuk gagal mendapatkan
dari 12 negara yang menyumbangkan Bonus Demografi tersebut. Remaja
angka sebanyak 40% dari total jumlah merupakan kelompok yang berpotensi
perokok dunia. Organisasi Kesehatan berisiko dan perlu mendapat perhatian
Dunia (WHO) menyatakan, tembakau serius. Terdapat tiga alasan yang
membunuh lebih dari lima juta orang per melandasi perlunya perhatian tersebut
tahun dan diproyeksikan akan membunuh (Shaluhiyah, 2006). Pada masa ini pula
10 juta orang sampai tahun 2020, sebanyak beberapa pola perilaku seseorang mulai
70% korban berasal dari negara dibentuk, termasuk identitas diri,
berkembang termasuk Indonesia. Jumlah kematangan seksual dan keberanian untuk
perokok yang ada di Indonesia mencapai melakukan perilaku berisiko (Shaluhiyah,
62,8 juta, sebanyak 40 persen di antaranya 2006).
berasal dari kalangan ekonomi bawah. Perilaku merokok remaja merupakan
(Bustan, 2007). fenomena yang memba-hayakan, dimana
Indonesia memang diprediksi akan dalam hal kuantitas jumlah perokok
mendapat bonus di tahun 2020-2030 yaitu semakin meningkat, bahkan pada usia
Bonus Demografi, dimana penduduk muda dan produktif. Sedangakan hal
dengan umur produktif sangat besar kualitas usia pertamakali merokok juga
sementara usia muda semakin kecil dan semakin muda. Banyak faktor yang
usia lanjut belum banyak. Bonus mempengaruhi semakin banyaknya remaja
demografi ini tentu akan membawa yang merokok. Pengetahuan dan sikap
dampak sosial ekonomi. Salah satunya yang buruk akan bahaya rokok, disamping
adalah menyebabkan angka ketergan- pengaruh teman dan adanya contoh dari
tungan penduduk, yaitu tingkat penduduk orang dewasa dapat menyebabkan
produktif yang menanggung penduduk meningkatnya kejadian merokok pada
nonproduktif (usia tua dan anak-anak) remaja. Secara umum menurut Kurt
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

Lewin, perilaku merokok merupakan Mereka menghabiskan paling sedikit >10


fungsi dari lingkungan dan individu. batang rokok setiap harinya, dan konsumsi
Artinya, perilaku merokok selain tersebut bisa bertambah apabila mereka
disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, berkumpul bersama teman sesama
juga disebabkan faktor lingkungan. Faktor perokok. Setelah dilakukan wawancara
dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian singkat kebanyakan dari para remaja yang
perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikarenakan ada anggota
merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, keluarga mereka yang merokok, begitu
1989) berkaitan dengan adanya krisis juga para teman sebayanya. Remaja
aspek psikososial yang dialami pada masa perokok di Kabupaten Sampang yaitu 7
perkembangannya yaitu masa ketika dari 10 remaja mengungkapkan bahwa
mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam mereka juga ingin terlihat keren seperti apa
masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai yang dipaparkan iklan rokok di media
masa badai dan topan karena yang terjamah oleh mereka apabila mereka
ketidaksesuaian antara perkembangan fisik merokok.
yang sudah matang dan belum diimbangi Hasil studi pendahuluan yang
oleh perkembangan psikis dan sosial. dilakukan pada 20 pelajar di masing-
Upaya-upaya untuk menemukan jati diri masing kecamatan (10 pelajar laki-laki, 10
tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai pelajar perempuan), yaitu di 5 Kecamatan
dengan harapan masyarakat. dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten
Survey sementara yang dilakukan Sampang terdata sebanyak 90% pelajar
pada siswa di tiga Sekolah Menengah dengan rentan umur 11-18 tahun sudah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah mempunyai kebiasaan merokok. Survey
Atas (SMA) yang ada di Kabupaten pendahuluan ini dilakukan di 5 Kecamatan
Sampang yang memiliki rentan umur rata- di Kabupaten Sampang yang mempunyai
rata 14-18 tahun, sebanyak 9 dari 10 siswa jumlah pelajar terbanyak yaitu Kecamatan
adalah perokok dan 5 diantaranya Torjun, Pangarengan, Sampang, Banyuates
termasuk dalam golongan perokok berat. dan Tambelangan.

Tabel 1.1 Data Merokok dan Tidak Merokok Pada Pelajar di Kecamatan Sampang, Torjun,
Pangerangan, Banyuates dan Tambelangan (Studi Pendahuluan)

No Kabupaten Jumlah Pelajar laki-laki Jumlah Pelajar Perempuan


Merokok Tidak Merokok Tidak
merokok Merokok
1 Sampang 80% 20% 20% 80%
2 Torjun 80% 20% 10% 90%
3 Pangarengan 90% 10% 10% 90%
4 Banyuates 90% 10% 0 100%
5 Tambelangan 70% 30% 0 100%

Tabel 1.1 diatas dapat diuraikan yang membuat peneliti menargetkan


bahwa pelajar perokok dari hasil studi Kecamatan Pangarengan di Kabupaten
pendahuluan yang dilakukan di 5 Sampang sebagai tempat untuk dilakukan
Kecamatan di Kabupaten Sampang, penelitian.
Kecamatan Pangarengan menduduki Perilaku merokok di Kecamatan
urutan pertama dengan jumlah perokok Pangarengan dari hasil studi pendahuluan
remaja terbanyak, yaitu 90% perokok memang mempunyai jumlah perokok yang
remaja laki-laki dan 10% perokok remaja paling banyak. Perilaku merokok seakan
perempuan. Hasil studi pendahuluan itulah sudah menjadi gaya hidup bagi remaja
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

disana. Sebagian dari mereka tahu bahwa yaitu sebanyak 1.610 remaja (Data UPTD
merokok akan berbahaya bagi dirinya, Kabupaten Sampang, 2013/2014).
namun mereka merasa tidak peduli dengan Pengambilan sampel dilakukan
hal itu. Hasil wawancara mengungkapkan secara acak dengan kriteria inklusi
6 dari 10 pelajar memang sudah merasakan responden: Remaja putra dan putri dengan
dampak yang mereka terima dari perilaku rentang usia 13-15 tahun ; tidak buta huruf
merokok, yang paling banyak diderita (bisa baca dan tulis); dan ersedia menjadi
adalah sesak nafas dan batuk-batuk, responden. Teknik pengambilan sampel
sisanya belum merasakan apa-apa dan dilakukan menggunakan Simple Random
beranggapan bahwa mereka masih sehat. Sampling. Asumsi tingkat kelonggaran
atau ketidaktelitian sebesar 5% sehingga
METODOLOGI PENELITIAN diperoleh sampel penelitian sebesar 214
Jenis penelitian adalah explanatory responden.
research dengan rancangan belah lintang Metode kualitatif dilaksanakan
(cross sectional), Lokasi penelitian ini setelah metode kuantitaif selesai
dilakukan di Kecamatan Pangarengan dilaksankan/series. Hal ini dillakukan
Kabupaten Sampang dikarenakan dari dengan tujuan untuk menggali lebih dalam
hasil studi pendahuluan banyak remaja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
yang mempunyai perilaku tidak sehat yang merokok remaja. Data didapatkan melalui
ditandai dengan banyaknya remaja yang wawancara mendalam kepada responden.
memiliki perilaku merokok. Populasi Analisis diskriptif dilakukan dengan tujuan
dalam penelitian ini adalah semua pelajar untuk menggambarkan setiap variabel
remaja yang berada di Kecamatan yang diteliti secara terpisah dengan cara
Pangarengan Kabupaten Sampang Madura membuat tabel frekuensi atau grafik dari
masing-masing variabel. Analisa bivariat
Dilakukan untuk mencari hubungan antara membandingkan kategori dengan kategori
variabel bebas (Jenis kelamin, usia, tingkat lainnya. Secara umum proses :
pendidikan, tingkat pengetahuan, perilaku Pengumpulan data, Penyederhanaan atau
orangtua/anggota keluarga, guru, teman reduksi data, Penyajian data dan Verifikasi
sebaya, idola, budaya, dengan variabel simpulan.
terikat (perilaku merokok). Uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini HASIL PENELITIAN
adalah korelasi Chi square. Analisis data a. Jenis Kelamin
kualitatif menggunakan metode Distribusi frekuensi responden
perbandingan tetap yaitu secara tetap menurut jenis kelamin dapat dilihat
membandingkan satu datum dengan datum pada tabel berikut:
lain dan kemudian secara tetap

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin f Persentase
1 Laki-Laki 88 41,1%
2 Perempuan 126 58,9%
Jumlah 214 100%

Tabel 1.2 menggambarkan bahwa sebagian


besar responden sebanyak 58,9% berjenis
kelamin perempuan, dan responden b. Usia
berjenis laki-laki sebanyak 41,1%. Distribusi frekuensi responden
menurut usia dapat dilihat pada tabel
berikut :
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia


No Usia f Persentase
1 11 Tahun 33 15,4%
2 12 Tahun 36 16,8%
3 13 Tahun 44 20,6%
4 14 Tahun 57 26,6%
5 15 Tahun 44 20,6%
Jumlah 214 100%
Tabel 1.3 terlihat bahwa sebagian c. Tingkat Pendidikan
besar responden berusia 14 tahun Jumlah responden menurut tingkat
(26,6%), sedangkan kelompok umur pendidikan dapat dilihat pada tabel
yang paling sedikit adalah responden berikut :
dengan umur 11 tahun yaitu sebesar
15,4%.
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat f Persentase
pendidikan
1 SD 52 24,3%
2 MI 2 0,9%
3 SMP 99 46,3%
4 MTS 61 28,5%
Jumlah 214 100%
Tingkat pendidikan responden yang 1. Lingkungan Sosial
ada saat ini sebagian besar merupakan a. Perilaku Orangtua/Anggota Keluarga
siswa Sekolah Menengah Pertama Distribusi frekuensi responden
(SMP), yaitu sebanyak 46,3% dan berdasarkan perilaku orangtua/anggota
siswa Madrasah Syanawiyah (MTS) keluarga dapat dilihat pada tabel
sebanyak 28,5, kemudian diikuti oleh berikut:
responden yang merupakan siswa
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 24,3%
dan siswa MI sebesar 0,9%.

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Orangtua/Anggota


Keluarga terhadap Perilaku Merokok
No Perilaku Anggota f Persentase
keluarga/Orangtua
1 Kurang 47 22.0%
2 Cukup 115 53.7%
3 Baik 52 24.3%
4 Jumlah 214 100%

Perilaku anggota keluaraga/orangtua responden pada kategori kurang yaitu


terhadap terbentuknya perilaku sebesar 22,0%. Hasil analisis peneliti
merokok sebagian besar masuk berdasarkan jawaban responden
kedalam kategori cukup yaitu 53,7% terhadap pernyataan favorable dan
dan kategori baik 24,3%, sedangkan unfavorable mengenai perilaku
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

anggota keluarga/teman terhadap


perilaku merokok dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 1.6 Jawaban Responden Bedasarkan Perilaku Anggota Keluarga/Orangtua


No Pernyataan Ya Tidak
1 Orangtua pernah menyuruh saya untuk 195 (91,1%) 19 (8,9%)
menjauhi rokok
2 Bapak, ibu, adik/kakak kandung, atau orang 54 (25,2%) 160 (74,8%)
lain yang tinggal serumah dengan saya ada
yang merokok
3 Bapak, ibu, adik/kakak kandung, atau orang 52 (24,3%) 162 (75,7%)
lain yang tinggal serumah dengan saya bebas
merokok didepan saya atau orang lain
4 Bapak, ibu, adik/kakak kandung, atau orang 13 (6,1%) 201 (93,9%)
lain yang tinggal serumah dengan saya pernah
menawari saya rokok
5 Saya akan mendapatkan masalah (dimarahi 210 (98,1%) 4 (1,9%)
orangtua) jika saya merokok

Paparan tabel 1.6 menunjukkan bahwa hasil wawancara dapat disampaikan


mayoritas perilaku anggota sebagai berikut:
keluarga/orangtua terhadap perilaku “Saya merokok karena orangtua saya
merokok adalah baik. Namun merokok mbak, tapi orangtua saya
sebanyak 74,8% orangtua/anggota nggak tahu, saya juga sering ambil
keluarga responden rata-rata merokok rokok orang tua saya.....”
dan sebanyak 75,7% orangtua/anggota “ saya kalau ketahuan merokok pasti
keluarga responden tersebut bebas dimarain mbak, ya walaupun bapak
merokok didepan orang lain bahkan ama mas saya ngrokok....”
responden sendiri. Adapun hasil peran b. Perilaku Guru
orangtua/anggota keluarga responden Ditribusi frekuensi responden berdasar
terhadap perilaku merokok dalam perilaku Guru dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Guru
No Perilaku Guru f Persentase
1 Kurang - -
2 Cukup 209 97,7%
3 Baik 5 2,3%
4 Jumlah 214 100%

Perilaku guru terhadap perilaku merokok dapat dilihat pada tabel


merokok sebagian besar masuk berikut :
kedalam kategori cukup yaitu 97,7%
dan kategori baik 24,3%. Sedangkan
apabila dilihat lebih mendalam dari
hasil jawaban menurut responden
terhadap pertanyaan mengenai
perilaku guru terhadap perilaku
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

Tabel 1.8 Jawaban Responden terhadap Perilaku Guru


No Pernyataan Ya Tidak
1 Guru saya disekolah ada yang merokok 104 (48,6%) 110 (51,4%)
2 Guru saya terang-terangan merokok didepan 118 (55,1%) 96 (44,9%)
murid
3 Guru saya pernah memberi larangan untuk 101 (47,2%) 113 (52,9%)
tidak merokok
4 Guru saya pernah mengajar sambil merokok 98 (45,8%) 116 (54,2%)
di kelas
5 Guru saya pernah memberikan pelajaran 111 (51,9%) 103 (48,1%)
tentang bahaya merokok

Paparan pada tabel 1.8 merokok. Namun sebanyak 55,1%


memperlihatkan bahwa sebagian besar guru yang merokok tesebut terang-
perilaku guru responden terhadap terangan merokok didepan murid
perilaku merokok sudah baik, sebesar (responden).
51,9% guru pernah memberikan c. Perilaku Teman Sebaya
pelajaran tentang bahaya merokok Ditribusi frekuensi responden berdasar
kepada responden dan jumlah guru perilaku teman sebaya terhadap
yang merokok lebih sedikit daripada perilaku merokok dapat dilihat pada
jumlah guru yang tidak merokok, tabel berikut :
yaitu sebesar 51,4% guru yang tidak

Tabel 1.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Teman Sebaya


No Perilaku Teman Sebaya f Persentase
1 Kurang 32 15,0%
2 Cukup 22 10,3%
3 Baik 160 74,8%
4 Jumlah 214 100%

Perilaku teman sebaya terhadap analisis berdasarkan jawaban


perilaku merokok sebagian besar responden terhadap pernyataan
masuk kedalam kategori baik yaitu favorable dan unfavorable mengenai
74,8%, disusul oleh kategori kurang perilaku teman sebaya terhadap
sebanyak 15,0%, dan terakhir yaitu perilaku merokok dapat dilihat pada
kategori cukup sebesar 10,3%. Hasil tabel berikut :

Tabel 1.10 Jawaban Responden terhadap Perilaku Teman Sebaya


No Pernyataan Ya Tidak
1 Teman saya banyak yang perokok daripada 32 (15%) 182 (85%)
yang tidak merokok
2 Teman saya pernah menawari saya rokok 42 (19,6%) 172 (80,4%)
3 Teman saya banyak yang merokok saat kita 44 (20,6%) 170 (79,4%)
nongkrong bareng
4 Teman saya tidak takut merokok didepan 28 (13,1%) 186 (86,9%)
orang dewasa
5 Teman saya tidak ada satupun yang 138 (64,5%) 76 (35,5%)
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

merokok

Paparan pada tabel 1.10 terlihat bahwa dengan apa yang disampaikan
sebagian besar responden menyatakan responden sebagai berikut :
bahwa mereka mempunya leih banyak “ teman saya tidak takut mbak kalau
teman yang tidak merokok (85%), dan merokok di depan orang dewasa,
juga mereka mempunyai teman yang biasanya juga teman teman kumpul
tidak ada satupun dari teman juga kebanyakan anak-anak SMA,
responden tersebut yang merokok, sambil ngopi ngopi sama maen kartu
yaitu sebesar 64,5%). Namun dilain gitu di warung atau di pos kambling
sisi juga sebagian responden pernah (pos ronda)....”
ditawari rokok oleh teman “ bisasanya kita patungan beli
sepermainannya sendiri yaitu sebesar rokoknya di warung.........”
20,6% dan juga teman sebaya d. Perilaku Idola
responden tersebut tidak takut untuk Distribusi frekuensi responden
merokok didepan orang dewasa, yaitu berdasarkan perilaku Idola adalah
sebanyak 13,1%. Hal ini juga sepaham sebagai berikut

Tabel 1.11 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Idola terhadap


Perilaku Merokok
No Perilaku Teman Sebaya f Persentase
1 Baik 214 100%
2 Jumlah 214 100%

Perilaku idola terhadap perilaku favorable dan unfavorable mengenai


merokok sebagian besar masuk perilaku teman sebaya terhadap
kedalam kategori baik yaitu 100%. perilaku merokok dapat dilihat pada
Hasil analisis berdasarkan jawaban tabel berikut :
responden terhadap pernyataan

Tabel 1.12 Jawaban Responden terhadap Perilaku Idola


No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya mempunyai idola yang saya sukai 214 (100%) 0
2 Saya sering meniru dan melakukan hal yang 201 (93,9%) 13 (6,1%)
sama dengan idola saya tersebut
3 Idola saya merokok 2 (0,9%) 212 (99,1%)
4 Idola saya pernah menjadi bintang dalam 0 214 (100%)
iklan rokok (atau hal-hal apa saja yang
berkaitan dengan rokok)
5 Saya sering mencari informasi tentang idol 198 (92,5%) 16 (7,5%)
saya tersebut

Tabel 1.12 terlihat bahwa semua dan orangtuanya sendiri. Responden


responden mempunyai idola atau mempunyai berbagai alasan kenapa
tokoh yang menjadi kegemarannya. mereka memilih mengidolakan orang
Setiap respoden mempunyai tokoh tersebut yang sekarang menjadi
idola yang bermacam-macam, mulai idolanya. Hal ini juga sepaham dengan
dari artis, pemain sepak bola, pemain apa yang disampaikan responden
musik, atau bahkan temannya sendiri sebagai berikut :
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

“ saya mengidolakan Tores mbak, “ Saya suka sama Mas Aldi mbak
soalnya besok saya mau jadi pemain (pemain Band anak SMA), dia keren
sepak bola dan saya suka bola......” ...”(idola yang merokok)
“ saya suka ama valentino rossi, 2. Perilaku Merokok Responden
pokoknya kalau ada acara balap Distribusi frekuensi perilaku merokok
balapan saya nggak pernah responden dapat dilihat pada tabel
ketinggalan nonton di tivi...” berikut :

Tabel 1.13 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Responden


No Perilaku Merokok f Persentase
1 Merokok 32 15 %
2 Tidak Merokok 182 85%
Jumlah 214 100%

Perilaku merokok responden pada rentan usia 11 tahun sampai dengan


remaja yang ada di kecamatan usia 15 tahun.
Pangarengan berjumlah 32 remaja dari A. Hubungan karakteristik individu
214 remaja yang ada dengan persentase dengan perilaku merokok
15%. Perilaku merokok yang menjadi 1. Hubungan antara jenis kelamin
kriteria dalam penelitian ini adalah dengan perilaku merokok
responden yang saat ini menjadi Hasil uji hubungan antara jenis kelamin
perokok atau sebelumnya pernah dengan perilaku merokok dapat dilihat
mencoba merokok. Perilaku merokok pada tabel silang berikut :
tersebut dilakukan oleh responden di
Tabel 1.14 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok
No Jenis Perilaku Merokok Total
Kelamin Merokok % Tidak % f %
Merokok
1 Laki-Laki 32 36,4% 56 63,6% 88 100%
2 Perempuan 0 0,0% 126 100% 126 100%
Jumlah 32 15% 182 85% 214 100%
2
X = 0,000 α= 0,05
Hasil analisa bivariat antara jenis perilaku merokok, baik yang saat ini
kelamin dengan perilaku merokok yang masih merokok maupun pernah
tertulis pada tabel 5.11 menyatakan mencoba merokok, semua dilakukan
bahwa ada hubungan antara jenis oleh remaja laki-laki.
kelamin dengan perilaku merokok, nilai 2. Hubungan Tingkat Pendidikan
2
X = 0,000 < α= 0,05. Sampai saat dengan perilaku merokok
penelitian dilakukan, ada 32 responden Hasil uji hubungan antara tingkat
remaja laki-laki (36,4%) yang merokok. pendidikan dengan perilaku merokok
Data diatas menggambarkan bahwa dapat dilihat pada tabel silang berikut :

Tabel 1.15 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Merokok


No Tingkat Perilaku Merokok Total
Pendidikan Merokok % Tidak % f %
Merokok
1 SD 7 13,5% 45 86,5% 52 100%
2 MI 1 50,0% 1 50,0% 2 100%
3 SMP 17 17,2% 82 82,8% 99 100%
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

No Tingkat Perilaku Merokok Total


Pendidikan Merokok % Tidak % f %
Merokok
4 MTS 7 11,5% 54 88,5% 61 100%
Jumlah 32 15,0% 182 85,0% 214 100%
X2 = 0,394 α= 0,05
Hasil analisa bivariat antara tingkat 3. Hubungan antara Usia dengan
pendidikan responden dengan perilaku Perilaku Merokok
merokok yang tertulis pada tabel 1.12 Hasil uji hubungan antara usia dengan
menyatakan bahwa tidak ada hubungan perilaku merokok dapat dilihat pada
antara tingkat pendidikan individu tabel silang berikut :
dengan perilaku merokok, nilai X2=
0,394 >α= 0,05.
Tabel 1.16 Hubungan antara Usia dengan Perilaku Merokok
No Usia Perilaku Merokok Total
Merokok % Tidak Merokok % f %
1 11 Tahun 3 9,1% 30 90,9% 33 100%
2 12 Tahun 6 16,7% 30 83,3% 36 100%
3 13 Tahun 4 9,1% 40 37,4% 44 100%
4 14 Tahun 8 14,0% 49 86,0% 57 100%
5 15 Tahun 11 25,0% 33 75,5% 44 100%
Jumlah 32 15,0% 182 85,0% 214 100%
X2 =0,223α= 0,05

Hasil analisa bivariat antara usia dengan pada usia 8 tahun. Dari tabel dia atas
perilaku merokok yang tertulis pada juga dipaparkan bahwa semakin
tabel 1.13 menyatakan bahwa tidak ada bertambahnya usia semakin meningkat
hubungan antara usia dengan perilaku juga jumlah remaja yang merokok.
merokok, nilai X2= 0,223 > α= 0,05.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa 4. Hubungan lingkungan sosial dengan
semakin bertambahnya usia semakin perilaku merokok
banyak remaja yang merokok. Usia 11 a. Hubungan antara perilaku anggota
tahun responden masih berada di keluarga/orangtua dengan perilaku
bangku sekolah dasar dan mempunyai merokok
perilaku merokok, hal ini dikuatkan Hasil uji hubungan antara Perilaku
dengan pernyataan bahwa sebagian Anggota Keluarga/Orangtua dengan
responden menyebutkan bahwa usia perilaku merokok dapat dilihat pada
pertama kali mencoba merokok yaitu tabel silang berikut :

Tabel 1.17 Hubungan antara Anggota Keluarga/Orangtua dengan Perilaku Merokok


No Perilaku Perilaku Merokok Total
Anggota Merokok % Tidak % f %
Keluarga Merokok
1 Kurang 29 61,7% 18 38,3% 47 100%
2 Cukup 3 2,6% 112 97,4% 115 100%
3 Baik 0 0% 52 100% 52 100%
Jumlah 32 15,0% 182 85,0% 214 100%
X2 =0,000 α= 0,05
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

Hasil analisa bivariat antara anggota Hasil uji hubungan antara teman
keluarga/orangtua dengan perilaku sebaya dengan perilaku merokok
merokok yang tertulis pada tabel 5.24 dapat dilihat pada tabel silang berikut :
menyatakan bahwa ada hubungan
antara anggota keluarga/orangtua
dengan perilaku merokok, nilai X2=
0,000 <α= 0,05.
b. Hubungan antara perilaku teman
sebaya dengan perilaku merokok

Tabel 1.18 Hubungan antara Perilaku Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok
No Perilaku Perilaku Merokok Total
Teman Merokok % Tidak % f %
Sebaya Merokok
1 Kurang 31 96,9% 1 3,1% 32 100%
2 Cukup 1 4,5% 21 95,5% 22 100%
3 Baik 0 0% 160 100% 160 100%
Jumlah 32 15,0% 182 85,0% 214 100%
X2 =0,000 α= 0,05

Hasil analisa bivariat antara teman c. Hubungan antara Perilaku Guru


sebaya dengan perilaku merokok yang dengan perilaku merokok
tertulis pada tabel 1.15 menyatakan Hasil uji hubungan antara guru dengan
bahwa ada hubungan antara perilaku perilaku merokok dapat dilihat pada
teman sebaya dengan perilaku tabel silang berikut :
merokok, nilai X2= 0,000 <α= 0,05.

Tabel 1.19 Hubungan antara Perilaku Guru dengan Perilaku Merokok


No Perilaku Perilaku Merokok Total
Guru Merokok % Tidak % f %
Merokok
1 Kurang 0 0% 0 0% 0 0%
2 Cukup 32 15,3% 177 84,7% 209 100%
3 Baik 0 0% 5 100% 5 100%
Jumlah 32 15,0% 182 85,0% 214 100%
X2 =0,343α= 0,05

Hasil analisa bivariat antara


perilakuguru dengan perilaku
merokok yang tertulis pada tabel 1.16
menyatakan bahwa ada hubungan
antara perilaku guru dengan perilaku
merokok, nilai X2= 0,000 <α= 0,05.
d. Hubungan antara Perilaku Idola
dengan Perilaku Merokok
Hasil uji hubungan antara idola
dengan perilaku merokok dapat dilihat
pada tabel silang berikut :
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

Tabel 1.20 Hubungan antara Idola dengan Perilaku Merokok


No Perilaku Perilaku Merokok Total
Idola Merokok % Tidak % f %
Merokok
1 Kurang 0 0% 0 0% 0 0%
2 Cukup 0 0% 0 0% 0 100%
3 Baik 32 15,5% 182 85,0% 214 100%
Jumlah 32 15,0% 182 85,0% 214 100%
2
X =-0,777α= 0,05

Hasil analisa bivariat antara perilaku e. Hubungan antara Budaya dengan


idola dengan perilaku merokok yang Perilaku Merokok
tertulis pada tabel 1.17 menyatakan Hasil uji hubungan antara budaya
bahwa tidak ada hubungan antara dengan perilaku merokok dapat dilihat
perilaku idola dengan perilaku pada tabel silang berikut :
merokok, nilai X2= 0,777 >α= 0,05.

Tabel 1.21 Hubungan antara Budaya dengan Perilaku Merokok


No Perilaku Perilaku Merokok Total
Idola Merokok % Tidak % f %
Merokok
1 Kurang 11 91,7% 1 8,3% 12 100%
2 Cukup 13 28,3% 33 71,7% 46 100%
3 Baik 8 5,1% 148 94,9% 156 100%
Jumlah 32 15,0% 182 85,0% 214 100%
2
X =0,000 α= 0,05

Hasil analisa bivariat antara budaya dengan perilaku merokok yang tertulis pada tabel
1.18 menyatakan bahwa ada hubungan antara budaya dengan perilaku merokok, nilai X2=
0,000 <α= 0,05.

PEMBAHASAN perokok perumpuan yang ada di daerah


Patut diperhatikan bahwa peneliti.
belakangan ini kejadian merokok Dari segi pendidikan, sebagian besar
meningkat pada remaja wanita. Wanita responden saat ini menumpuh jenjang
perokok dilaporkan menjadi percaya diri, pendidikan di Sekoah Menengah Pertama
suka menentang, dan secara sosial cakap, (SMP) yaitu sebsar 46,3%. Pendidikan
keadaan ini berbeda dengan perokok laki- responden yang ada saat ini sebagian besar
laki yang secara sosial tidak aman. Pada merupakan siswa Sekolah Menengah
saat ini, peningkatan kejadian merokok Pertama (SMP), yaitu sebanyak 46,3% dan
tidak hanya terjadi pada remaja laki-laki. siswa Madrasah Syanawiyah (MTS)
Begitupun dengan wanita, wanita yang sebanyak 28,5, kemudian diikuti oleh
merokok dilaporkan menjadi percaya diri, responden yang merupakan siswa Sekolah
suka menentang dan mandiri. Namun pada Dasar (SD) sebanyak 24,3% dan siswa MI
kasus ini karena pengaruh adanya budaya sebesar 0,9%. Berdasarkan uji statistik
yang menganggap bahwa merokok dengan uji ch square ternyata tidak ada
merupakan hal yang sangat tercela untuk hubungan antara tingkat pendidikan
perempuan, hal ini menekan tumbuhnya dengan perilaku merokok pada remaja. Hal
ini sejalan dengan penelitian Bagio (2009)
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

yang menyatakan bahwa pendidikan tidak menyatakan bahwa ada hubungan yang
berhubungan dengan perilaku merokok signifikan antara anggota keluarga/
seseorang. Pada aman sekarang orang orangtua dengan perilaku merokok, nilai
cenderung merokok jika mereka suka, dan X2= 0,000 < α= 0,05. Hal ini sepandapat
tidak peduli saat ini dia berstatus sebagai dengan salah satu temuan tentang remaja
pelajar ataupun penganggurab. Rokok perokok adalah bahwa anak-anak muda
sudah membius ke semua kalangan, yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahkan orang yang mempunyai bahagia, di mana orang tua tidak begitu
pengetahuan tinggipun dapat terpengaruh memperhatikan anak-anaknya dan
untuk terjerumus ke perilaku merokok. memberikan hukuman fisik yang keras,
lebih mudah untuk menjadi perokok
Lingkungan Sosial dengan Perilaku dibandingkan dengan anak-anak muda
Merokok yang berasal dari lingkungan rumah tangga
Dari segi lingkungan sosial responden yang bahagia (Baer dan Corado dalam
di Kecamatan Pangarengan Kabupaten Atkinson, 1999). Anak-anak dengan
Sampang yang terdiri dari lingkungan orangtua perokok cenderung akan
keluarga, lingkungan sekolah, dan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi
lingkungan bermain responden semua paling sedikit disebabkan oleh karena dua
mempunyai peranan yang sangat penting hal: Pertama, karena anak tersebut ingin
untuk terbentuknya perilaku merokok pada seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan
remaja saat ini.Lingkungan sering disebut dewasa saat merokok. Kedua, karena anak
environment atau juga disebut nature. sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah,
Lingkungan dalam pengertian psikologi dengan kata lain disaat kecil mereka telah
adalah segala apa yang berpengaruh pada menjadi perokok pasif dan sesudah remaja
diri individu dalam berperilaku. anak gampang saja beralih menjadi
Lingkungan turut berpengaruh terhadap perokok aktif.
perkembangan pembawaan dan kehidupan Remaja yang berasal dari keluarga
manusia. konservatif yang menekankan nilai-nilai
a. Perilaku Anggota Keluarga/ sosial dan agama dengan baik dengan
Orangtua tujuan jangka panjang lebih sulit untuk
Hasil penelitian menunjukkan terlibat dengan rokok/tembakau/obat-
sebagian besar responden mempunyai obatan dibandingkan dengan keluarga
perilaku anggota keluarga/ orangtua yang yang permisif dengan penekanan pada
cukup yaitu sebesar 53,7% dan baik falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-
sebesar 24,3%. Walau separuh lebih sendiri”. Paling kuat pengaruhnya adalah
perilaku anggota keluarga/orangtua bila orang tua sendiri menjadi figur
tergolong kedalam kaategori cukup, contoh, yaitu sebagai perokok berat, maka
namun masih ada hal esensial tentag anak-anaknya akan mungkin sekali untuk
perilaku mereka terhadap perilaku mencontohnya. Perilaku merokok lebih
merokok yang tentunya berkontribusi banyak ditemui pada mereka yang tinggal
terhadap timbulnya perilaku merokok pada dengan satu orang tua (single parent).
responden. Sebesar 74,8% anggota Daripada ayah yang perkok, remaja akan
keluarag/orangtua responden mempunyai lebih cepat berperilaku sebagai perokok
kebiasaan merokok, dan sebanyak 6,1% justru bila ibu mereka yang merokok, hal
dari anggota keluarga responden pernah ini lebih terlihat pada remaja putri.
menawari responden merokok. Pada dasarnya perilaku merokok
Dilingkungan keluarga dari hasil adalah perilaku yang dipelajari. Hal itu
analisa bivariat antara anggota berarti ada fihak-fihak yang berpengaruh
keluarga/orangtua dengan perilaku besar dalam proses sosialisasi. Konsep
merokok dalam hasil peneltian sosialisasi pertama berkembang dari
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

Sosiologi dan Psikologi Sosial merupakan membuat remaja memiliki kebebasan


suatu proses tranmisi nilai-nilai, sistem emosional dari luar orangtua sehingga
belief, sikap, atau pun perilakuperilaku remaja justru lebih percaya pada teman-
dari generasi sebelumnya kepada generasi temannya yang senasib dengannya.
berikutnya (Durkin, 1995). Adapun tujuan Remaja mampu bergaul lebih matang
sosialisasi ini adalah agar generasi dengan kedua jenis kelamin.
berikutnya mempunyai sistem nilai yang Pada masa remaja, remaja sudah
sesuai dengan tuntutan norma yang seharusnya menyadari akan pentingnya
diinginkan oleh kelompok, sehingga pergaulan. Remaja yang menyadari akan
individu dapat diterima dalam suatu tugas perkembangan yang harus dilaluinya
kelompok. Dalam kaitannya dengan adalah mampu bergaul dengan kedua jenis
perilaku merokok, pada dasarnya hampir kelamin maka termasuk remaja yang
tidak ada orang tua yang menginginkan sukses memasuki tahap perkembangan ini.
anaknya untuk menjadi perokok bahkan Beberapa motivasi yang melatar belakangi
masyarakat tidak menuntut anggota seseorang merokok adalah untuk mendapat
masyarakat untuk menjadi perokok. pengakuan, menghilangkan kekecewaan,
Namun demikian, dalam kaitan ini secara dan menganggap perbuatannya tersebut
tidak sadar, ada beberapa agen yang tidak melanggar norma.
merupakan model dan penguat bagi Hal ini sejalan dengan kegiatan
perokok remaja. merokok yang dilakukan oleh remaja yang
biasanya dilakukan di depan orang lain,
Perilaku Teman Sebaya terutama dilakukan di depan kelompoknya
Merokok ditujukan untuk mengikuti karena mereka sangat tertarik kepada
kebiasaan kelompok, identifikasi dengan kelompok sebayanya atau dengan kata lain
perokok lain, dan untuk menentukan image terikat dengan kelompoknya.
diri seseorang. Merokok pada anak-anak Lingkungan teman sebaya
juga dapat disebabkan adanya paksaan dari memberikan sumbangan efektif sebesar
teman-temannya.masa remaja disebut juga 93,8% terhadap munculnya perilaku
sebagai periode peralihan, periode merokok pada remaja. Dalam
perubahan, periode bermasalah, periode penelitiannya dikatakan bahwa semakin
pencarian identitas, dan periode tidak banyak dukungan teman untuk merokok
realistik. Pada periode pencarian identitas, dapat mendorong seseorang untuk semakin
remaja yang tidak ingin lagi disebut menjadi perokok. Teman sebaya
sebagai anak-anak, berusaha menampilkan mempunyai peran yang sangat berarti bagi
atau mengidentifikasi perilaku yang remaja, karena masa tersebut remaja mulai
menjadi simbol status kedewasaan. Salah memisahkan diri dari orang tua dan mulai
satu perilaku yang muncul adalah perilaku bergabung pada kelompok sebaya.
merokok yang mereka anggap sebagai Kebutuhan untuk diterima sering kali
simbol kematangan, dimana perilaku ini membuat remaja berbuat apa saja agar
seringkali dimulai pada usia sekolah dapat diterima kelompoknya dan terbebas
menengah pertama. dari sebutan „pengecut‟ dan „banci‟.
Usaha remaja untuk memperoleh Selanjutnya jika dilihat dari tahap-tahap
kebebasan emosional sering disertai perilaku merokok, teman sebaya dan
perilaku “pemberontakan” dan melawan keluarga merupakan fihak-fihak yang
keinginan orangtua. Bila tugas pertama kali mengenalkan atau mencoba
perkembangan ini sering menimbulkan merokok, kemudian berlanjut dan
pertentangan dalam keluarga dan tidak berkembang menjadi tobacco dependency
dapat diselesaikan di rumah, maka remaja atau adanya ketergantungan merokok.
akan mencari jalan keluar dan ketenangan Dalam tahap ini maka merokok merupakan
di luar rumah. Hal tersebut tentunya akan kepuasan psikologis dan bukan
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

sematamata kebutuhan untuk mewujudkan perilakunya tanpa tujuan tertentu. Selain


simbolisasi kejantanan dan kedewasaan itu remaja melakukan perilaku merokok
remaja. ditujukan untuk mengikuti kebiasaan
Penguruh positif lain diterima dari kelompoknya dan biasa terjadi pada masa
teman sebaya. Hasil penelitian ini remaja, identifikasi perokok lain, dan
memperkuat penelitian yang dilakukan menentukan image diri (Levanthal, 1990).
oleh Harlianti (1988) bahwa lingkungan Hampir sebagian remaja memahami
teman sebaya memberikan sumbangan akibat-akibat yang berbahay dari asap
efektif sebesar 33,048%. Lingkungan rokok tetapi mereka tidak menghindari dan
teman sebaya mempunyai arti yang sangat tetap memilih melakoni perilaku tersebut.
penting bagi remaja. Kebutuhan untuk Ada banyak alsan yang melatarbelakangi
diterima dan usaha untuk menghindari perilaku merokok pada remaja, dan hal
penolakan kelompok teman sebaya budaya atau kebiasaan yang berada di
merupakan kebutuhan yang sangat lingkungan remajalah yang juga banyak
penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak memberikan kontribusi mengapa remaja
dan mengindari sebutan „banci‟ atau tersebut tetap memilih melakukan perilaku
„pengecut‟. Merokok bagi remaja juga tersebut walaupun mereka benar-benar
merupakan simbolisasi, simbol atas sadar akibat yang akan di dapatkannya.
kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan Dorongan teman sebaya, kebiasaan
(Komasari, 2000). merokok yang dianggap biasa di
lingkungan mereka, dan bahkan pujian
Budaya Perilaku Merokok Remaja yang dilontarkan kepada perokok yang
Hasil analisa bivariat antara budaya menyatakan bahwa lelaki yang merokok
dengan perilaku merokok menyatakan adalah sosok yang tangguh itulah yang
bahwa ada hubungan antara budaya membuat remaja memilih melakoni
dengan perilaku merokok, nilai X2= 0,000 < perilaku tersebut.
α= 0,05.Dari data yang diperoleh dapat Hal ini sependapat dengan penelitian
diketahui bahwa remaja awalnya merokok Kur Lewin (2000), perilaku merokok
karena mempunyai keinginan untuk merupakan fungsi dari lingkungan dan
mencoba. Kemudian mereka menjadi individu, artinya perilaku merokok selain
kecanduan terhadap rokok, karena disebabkan faktor-faktor dari dalam diri
menganggap rokok dapat menghilangkan juga disebabkan oleh faktor lingkungan
stres, depresi, dan dapat memberikan rasa sekitar. Menurut Erikson (2000), remaja
nikmat. Mereka mengetahui akan bahaya mulai merokok berkaitan dengan adanya
merokok, namun mereka tetap merokok aspek psikososial yag dialami pada masa
karena telah kecanduan. Di lingkungan perkembangannya yaitu masa ketika
sekitar dan lingkungan keluarga mereka mereka sedang mencari jati dirinya.
juga terdapat orang-orang yang merokok. Lingkungan sosial buaya disinilah yang
Kebiasaan merupakan salah satu motif membawa pengaruh terhadap sikap,
remaja menjadi perokok, dimana remaja kepercayaan dan perhatian remaja pada
tersebut menjadikan perilaku merokok rokok. Seseorang akan berperilaku
sebagai sebuah perilaku yang harus tetap merokok dengan memperhatikan
dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat lingkungan sosial budayanya (Smet,
negatif ataupun positif. Remaja tersebut 1994).
merokok hanya untuk meneruskan
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

SIMPULAN DAN SARAN benar-benar melanggar peraturan


Simpulan tersebut diharapkan untuk segera
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis diberikan sanksi atau tindakan tegas.
yang telah diuraikan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : DAFTAR PUSTAKA
1. Sebagian besar responden berjenis Aditama, TY.,(2006) Rokok dan
kelamin perempuan, berusia 11-13 Kesehatan. Jakarta: Universitas
tahun dengan tingkat pendidikan Indonesia.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al Bachri. 1991. AdaApadengan Rokok.
sederajat. Available on http://sekolahindonesia
2. Semua responden yang merokok .com. (Sitasi Tanggal 4 Maret 2013)
berjenis kelamin laki-laki, Baer &Corado. (1999:294). Pengantar
berpendidikan SMP, dan berusia 14-15 Psikologi. Atkinson.
tahun. Responden perokok memiliki Budiarjdo, Bagio. (1991). Remaja dan
keluarga, teman sebaya, guru, idola dan Masyarakat. Jakarta: PT Elex Media
budaya (lingkungan sosial) yang Komputindo Kelompok Gramedia.
mendukung perilaku merokok. Bustan. M., (2007). Epidemiologi Penyakit
Saran Tidak Menular. Rineka Cipta : Jakarta
1. Bagi Masyarakat Durkin, K (1995). Developmental Social
Orangtua yang merokok hendaknya Psychology, Massachussets:Blackwell
berhenti merokok atau tidak merokok Publisher Inc
didepan remaja. Teman sebaya Ekawati, E.R. (2012). Hubungan Kadar
memberikan kontribusi yang cukup Glukosa darah Terhadap
besar kepada remaja untuk merokok, Hypertriglyceridemia Pada Penderita
dalam hal ini jika orang tua tidak Diabetes Mellitus. Universitas
menginginkan anaknya merokok, maka Airlangga.
orang tua perlu waspada terhadap Erikson, E.H., (1963). Childhood and
kelompok teman sebaya anak-anaknya Society. New York: Norton &
dan orang tua hendaknya mengawasi Company
anaknya agar lebih selektif memilih Gibney, Michael K et al. (2005) Gizi
teman yang bukan perokok. Kesehatan Masyarakat. Jakarta
2. Bagi pemerintah :Penerbit Kedokteran EGC.
Supaya membentuk tim pemantau Harlianti, T. T. (1988). Hubungan Antara
pelaksaan peraturan KTR di setiap Pemenuhan Kasih Sayang Orang Tua
sekolah yang meliputi larangan untuk dan Pangaruh Lingkungan Merokok
kegiatan merokok atau kegiatan Teman Sebaya dengan Tingkah Laku
memproduksi, menjual, mengiklankan, Merokok remaja SMP.SkripsiFakultas
dan/atau mempromosikan produk Psikologi UGM Yogyakarta: Tidak
tembakau serta pemberian sanksi diterbitkan.
kepada setiap yang melanggar. Komasari, D., Helmi., A, F. (2000).
3. Bagi Kementerian Kesehatan Faktor-faktor Penyebab Perilaku
Agar fokus dalam membina lingkungan Merokok Pada Remaja. Jurnal
bermain remaja yang mendukung Psikologi N0. 1, 37-47.
remaja untuk menjauhi perilaku Kurt, Lewin (1935). A Dynamic Theory of
merokok dalam upaya menurunkan Personality. Selected Papers. New
prevalensi merokok pada remaja. York: McGraw- Hill.
Memberlakukan secara tegas peraturan Leventhal, G.S., Karuza, J., & Fry, W.R.
larangan merokok di tempat-tempat 1980. Beyond Fairness: A Theory of
umum seperti di sekolah, kantor, dan Allocation Preferences. In G. Mikula
sebagainya. Apabila ada pihak yang (Editor), Justice and Social
Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol.2 No. 1, April 2016 : 43-59

Interaction: 167-218, New York:


Springer-Verlag.
Laventhal, H., Cleary.,(2000) The smoking
problem: A review of The Reasearch
and Theory in behavioral Rissk
Modification. Psychological Bulletin,
Vol. 88, No. 2, 370-405.
RISKEDAS,(2010).http://www.litbang.de
pkes.go.id/sites/download/buku_lapor
an/lapnas_riskesdas2010/Laporan_risk
esdas_2010.pdf (sitasi 18 Desember
2014)
Shaluhiyah, Z., (2006) Sexual Lifestyle
and Interpersonal Relationships of
University Students in Central Java
Indonesia and Theirs Implication for
Sexual and Reproductive Health, in
Phylosophy in Medical Geography.
Exeter.
Smet, B., (1994) Psikologi Kesehatan.
Penerbit PT Grasindo. Jakarta
UPTD Kabupaten Sampang Madura Jawa
Timur , 2013/2014
WHO, (2013) World Health Statistics
report. http://www.who.int /gho/publi-
cations/world_health_statistics/EN_W
HS2013_Full.pdf (Sitasi 24 November
2014).
Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku....(Diah Wijayanti Sutha)

Você também pode gostar