Você está na página 1de 15

AKUNTANSI KEWAJIBAN PEMERINTAH

Akuntansi Sektor Publik

Dosen :
Agus Hendrawan, S.E, M.Si

Penyusun :
Muhammad Nurfajar (2016320029)
Yoga Pradita (2016320 )
Chandra Al Firza (2016320 )

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah Swt. karena berkat-Nyalah


sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan makalah ini
merupakan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik di program jurusan S1
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Adapun judul yang diambil dalam makalah ini adalah “Akuntansi Kewajiban
Pemerintah”.

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua,
penyusunan makalah ini belum tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini,


sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 18 Desember 2018

Penyusun

~1~
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Klasifikasi Kewajiban .......................................................... 5


2.2 Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban .................................................... 6
2.3 Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo ....................................... 9

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 13


3.2 Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

~2~
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Akuntansi kewajiban pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah (PP) nomor 24


tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan No.09 (PSAP) tentang
Akuntansi Kewajiban. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan
sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari
masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban
dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan
barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun
anggaran.

Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak


mengingat atau atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab untuk
bertindak atau melakukan sesuatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan
perusahaan karena tindakan atau transaksi sebelumnya.

Pengorbanan ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain jasa-jasa, atau
melakukan pekerjaan tertentu.tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat berupa
uang, barang atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian.

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi kewajiban?


2. Apa saja klasifikasi kewajiban?
3. Bagaimana pengakuan kewajiban dalam akuntansi pemerintahan?
4. Bagaimana pengukuran kewajiban dalam akuntansi pemerintahan?
5. Bagaimana penyelesaian kewjiban sebelum jatuh tempo pada akuntansi
pemerintahan?

~3~
2.3 Tujuan

1. Memahami pengertian kewajiban


2. Memahami klasifikasi kewajiban
3. Memahami pengakuan kewajiban
4. Menjelaskan pengukuran kewajiban
5. Memahami perlakuan akuntansi untuk penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo.

~4~
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Klasifikasi Kewajiban

A. Pengertian Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan
yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga
keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga
terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban
kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi,
alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa
lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari
pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran.

B. Klasifikasi Kewajiban

Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka pendek


dan kewajiban jangka panjang.

1. Kewajiban Jangka Pendek


Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban jangka
pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu
bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban
jangka pendek lainnya. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak
ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.

2. Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan.
Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah mempunyai utang jangka panjang, maka
pemerintah harus melakukan reklasifikasi kewajiban tersebut ke kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang.

Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah dapat melakukan restrukturisasi atau
pendanaan kembali terhadap utang-utangnya yang akan jatuh tempo.

~5~
Apabila hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat memasukkan kewajiban jatuh temponya
dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan ke dalam klasifikasi kewajiban jangka
panjang, jika:
Ø Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan
Ø Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas
dasar jangka panjang
Ø Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali
(refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.

2.2 Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban

A. Pengakuan Kewajiban

Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran sumber daya


ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat ini, dan
kewajiban tersebut dapat diukur dengan andal.

Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Peristiwa
tersebut menimbulkan suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas.
Peristiwa yang dimaksud mungkin dapat berupa suatu kejadian internal dalam entitas
seperti timbul kewajiban kepada pegawai organisasi pemerintah akibat pemerintah
belum membayar tunjangan pegawai, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang
melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti adanya
transaksi dengan entitas lain.

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban
timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
a) Transaksi pertukaran (exchange transactions)
b) Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), dimana pemerintah
belum melaksanakan kewajibannya sampai akhir periode akuntansi
c) Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events)
d) Kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).

Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam transaksi
tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus
timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam
transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau
jasa sebagai gantinya pemerintah berjanji untuk memberikan uang atau sumber daya
lain di masa depan.

~6~
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi
menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai
gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa
pertukaran, kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada
tanggal pelaporan.

Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus kepada entitas pelaporan
lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika pemerintah pusat membuat
program pemindahan kepemilikan atau memberikan hibah atau mengalokasikan
dananya ke pemerintah daerah, persyaratan pembayaran ditentukan oleh peraturan dan
hukum yang ada dan bukan melalui transaksi dengan pertukaran.

Terdapat kewajiban pemerintah yang timbul bukan didasarkan pada transaksi namun
berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut
mungkin berada di luar kendali pemerintah. Pengakuan kewajiban yang timbul dari
kejadian tersebut sama dengan kewajiban yang timbul dari transaksi dengan
pertukaran.

B. Pengukuran Kewajiban

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan
dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat
pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang
pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, perubahan
penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain
perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban
tersebut. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik
dari masing-masing pos.

1. Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)


Terhadap barang/jasa yang telah diterima pemerintah dan belum dibayar, termasuk
barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah mengakui kewajiban
tersebut sebagai utang di neraca.
Contoh: Kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan spesifikasi yang
ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah. Kontraktor tersebut sudah
menyelesaikan porsi pekerjaan tahap I dan telah menyerahkan kepada pemerintah.
Jumlah tagihan termin I tersebut sampai akhir tahun belum dibayar. Oleh karena itu,
jumlah tersebut merupakan utang yang harus disajikan di neraca. Apabila dalam jumlah

~7~
kewajiban terdapat utang yang disebabkan adanya transaksi antar unit pemerintahan,
penyajiannya harus dipisahkan dari kewajiban kepada unit nonpemerintahan.

2. Utang Transfer
Merupakan kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan pembayaran
kepadaentitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan. Diakui dan dinilai
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Utang Bunga (Accrued Interest)


Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar biaya bunga yang telah terjadi dan
belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari dalam
maupun luar negeri. Utang bunga pinjaman pemerintah yang belum dibayar harus
diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban jangka
pendek. Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk sekuritas
pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara
(SUN) dan yang diterbitkanoleh pemerintah daerah (provinsi, kota, dan kabupaten)
dalam bentuk dan substansi yang sama dengan SUN.

4. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)


Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK yang belum
disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di neraca sebesar jumlah
yang masih harus disetorkan. Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan
pemerintah harus diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah
yang dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo
pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain. Jumlah saldo
pungutan/potongan tersebut harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang masih harus
disetorkan sebagai utang PFK.

5. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang jangka
panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan. Contohnya Pinjaman obligasi yang jatuh tempo tahun yang akan
datang sebesar Rp 1 Milyar disajikan sebesar nilai nominal.

6. Perubahan Valuta Asing


Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan kurs tengah
bank sentral saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi
sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati
kurs tanggal transaksi sering digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah bank sentral
selama seminggu atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada periode

~8~
tersebut. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan penggunaan kurs rata-rata
untuk suatu periode tidak dapat diandalkan.

Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan
ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
neraca. Selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam mata uang asing antara
tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas
dana periode berjalan. Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam
mata uang asing akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang
berhubungan dan ekuitas dana pada entitas pelaporan. Apabila suatu transaksi dalam
mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam periode yang sama, maka seluruh
selisih kurs tersebut diakui pada periode tersebut. Namun jika timbul dan
diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi yang
berbeda, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan
memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

2.3 Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo

Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena
adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit (call feature) dari sekuritas tersebut atau karena
memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka
perbedaan antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban
yang berkaitan.

Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat (carrying value)
maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo dianggap sebagai penyelesaian
utang secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kewajiban dan ekuitas dana
yang berhubungan.

Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat (carrying value)
maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang terkait, jumlah
perbedaan yang ada juga diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

1. Tunggakan
Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk Daftar
Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian
pengungkapan kewajiban. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah
jatuh tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau
bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin jatuh tempo sesuai
jadwal pada satu tanggal yang mengharuskan debitur untuk melakukan pembayaran

~9~
kewajiban kepada kreditur. Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah
tunggakan dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.
Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang menarik
perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan dan solvabilitas
satu entitas. Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.

2. Restrukturisasi Utang
Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus
mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat restrukturisasi
dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi
kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang
ditetapkan dengan persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan
pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban
yang terkait.

Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif konstan
dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara saat restrukturisasi
sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif yang baru adalah sebesar
tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai jumlah pembayaran kas masa
depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru (tidak temasuk utang kontinjen)
dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat bunga efektif yang baru akan dapat
menghasilkan jadwal pembayaran yang baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai
dengan jatuh tempo. Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang
baru harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan .

Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan
baru utang termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah
dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang
sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam
persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan.
Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari
restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat
ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat
utang. Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat merupakan
kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu.

3. Penghapusan Utang
Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada
debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang debitur dalam bentuk

~ 10 ~
perjanjian formal diantara keduanya. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan
oleh debitur ke kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang
di bawah nilai tercatatnya.

Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya
dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada restrukturisasi utang di pragaraf
sebelumnya berlaku.Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di
bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur
harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas dahulu ke nilai wajarnya dan
kemudian menerapkan ketentuan pada resktrusturisasi paragraf sebelumnya,
serta mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos
kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan.

Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan jumlah


perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut yang
merupakan selisih lebih antara:

Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah dengan
bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya penerbitan yang belum
diamortisasi), dengan Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.

4. Biaya-Biaya yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah


Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya bunga dan biaya
lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman dana.Biaya-biaya dimaksud
meliputi:
 Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun
jangka panjang;
 Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman
 Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya
konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya.
 Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut
diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.

Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau
produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari
biaya perolehan aset tertentu tersebut. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan
secara langsung dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi
terhadap aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat
diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman
ditentukan berdasarkan penjelasan pada paragraf 82.

~ 11 ~
Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya hubungan langsung
antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset tertentu dan untuk menentukan
bahwa pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila perolehan aset tertentu tidak terjadi.
Misalnya, apabila terjadi sentralisasi pendanaan lebih dari satu kegiatan/proyek
pemerintah. Kesulitan juga dapat terjadi bila suatu entitas menggunakan beberapa jenis
sumber pembiayaan dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit
untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan,
sehingga diperlukan pertimbangan profesional (professional judgement) untuk
menentukan hal tersebut.

Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk perolehan
aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung
berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average) atas akumulasi biaya seluruh aset
tertentu yang berkaitan selama periode pelaporan.

~ 12 ~
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas alah
Kewajiban merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban-kewajiban yang penyelesaianya harus


menggunakan aktifa lancar atau pembentukan kewajiban lancar lainya. Sedangkan
kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban perusahaan yang jatuh temponya
lebih dari satu periode akuntansi, yang akan dilunasi dengan menggunakan sumber-
sumber yang bukan digolongkan sebagai aktiva lancar. Utang jangka panjang ini,
umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana dalam
merealisasikan rencana-rencana strategis perusahaan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat membatu bagi para pembaca khususnya mahasiswa
pendidikan ekomoni dan dapat memahami apa itu kewajiban dan juda dapat
menggunakan makalah ini sebagaimana mestinya. Selain itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon di maklumi jika ada salah penulisan dalam makalah, semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

~ 13 ~
DAFTAR PUSTAKA
Samiadji T., Fika D., & Ansar ., AKUNTANSI KEWAJIBAN [jurnal], di akses pada
18 Desember 2018, dari URL:
https://www.scribd.com/doc/79404504/AKUNTANSI-KEWAJIBAN

Fauzi Rizki, AKUNTANSI KEWAJIBAN PEMERINTAH [blog] di akses pada 18


Desember 2018, dari URL: https://dark5ne55.blogspot.com/2017/02/makalah-
akuntansi-kewajiban.html

~ 14 ~

Você também pode gostar