Você está na página 1de 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR HALUSINASI

1. Pengertian

a. Skizofrenia

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi

berbagai area, fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi,

menerima dan menginterpretasikan realita, merasakan dan

menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang tidak dapat

diterima secara sosial (Farida, 2010).

Menurut Videback (2008), Skizofrenia merupakan penyakit

mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi,

emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala

skisofrenia dibagi dalam dua kategori utama yaitu gejala positif atau

gejala nyata, yang mencangkup waham, halusinasi, dan diagnosis,

bicara, dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negatif atau gejala

samar, seperti efek daftar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri

dari masyarakat atau rasa yang tidak nyaman.

b. Halusinasi

Persepsi adalah kesadaran akan suatu rangsangan yang dimengerti.

Jadi persepsi adalah sensasi ditambah dengan pengertian, yang di

dapat dari proses interaksi dan asosiasi macam-macam rangsang yang

10

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11

masuk atau dengan perkataan lain dapat disebutkan sebagai

pengalaman tentang benda-benda dan kejadian-kejadian yang ada

pada saat itu (Yosep, 2007).

Menurut Varcarolis, Halusinasi adalah terganggunya persepsi

sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi

yang sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices

or sound), penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman

(Olfactory-smelling odors), pengecapan (Gustatory-experiencing

tastes) (Yosep, 2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghidu. Klien

merasakan stimulus yang betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah / pola stimulus yang

datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi

terhadap stimulus tersebut (Nanda-1, 2012).

2. Etiologi

1) Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2011) adalah :

a. Faktor perkembangan

Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya

mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12

tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya

diri.

b. Faktor sosiokultural

Seseorang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi

akan membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa

di singkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

c. Faktor biokimia

Adanya stress yang berlebih yang di alami oleh seseorang maka

di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang bersifat

halusinogenik neurokimia buffofenon dan metytranferase

sehingga terjadi ketidakseimbangan asetil kolin dan dopamine.

d. Faktor psikologis

Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan

mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat aditif. Klien lebih

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam

nyata.

e. Faktor genetik dan pola asuh

Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13

2) Faktor presipitasi

Menurut Rawlins (1993), penyebab halusinasi dapat dilihat dari lima

dimensi (Yosep, 2011), adalah :

a. Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam

hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur

dalam waktu yang lama.

b. Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari

halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien

tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan

kondisi tersebut klien berbuat sesuatau terhadap ketakutan

tersebut.

c. Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu

dengan halusinasi akan memperhatikan adanya penurunan fungsi

ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri

untuk melawan implus yang menekan, namun merupakan suatu

hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil

seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua

perilaku klien.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14

d. Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi dalam fase awal dan

comforting, klien menggangap bahawa hidup bersosialisasi di

alam nyata sangat membahayakan. Klien asik dengan

halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi

kebutuhan akan interaksi sosial,control diri dan harga diri yang

tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan

system control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah

halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu

cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam

melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan

mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan

pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan

klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan

lingkungan dan halusinasi tidak berlangsung.

e. Dimensi spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,

rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang

berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama

sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan

bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak

jelas tujuan hidupnya. Ia sering memakai takdir tetapi lemah

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15

dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan

orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

3. Jenis halusinasi

Menurut Yosep (2007: 79), jenis halusinasi di bagi menjadi 8 yaitu :

1) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara

bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar

sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara

tersebut di tujukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita

bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.

Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan

mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa

menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa

ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan

kadang-kadang mendesak/ memerintah untuk berbuat sesuatu seperti

membunuh dan merusak.

2) Halusinasi penglihatan (visual, optik)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).

Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,

menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.

3) Halusinasi penciuman (olfaktorik)

Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan

dirasakan tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16

Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita

sebagai suatu kombinasi moral.

4) Halusinasi pengecapan (gustatorik)

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi

penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik

lebih jarang dari halusinasi gustatorik.

5) Halusinasi raba (taktil)

Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di

bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.

6) Halusinasi seksual/ halusinasi raba

Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan

waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.

7) Halusinasi kinestetik

Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau

anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya “phantom

phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak

(phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik

tertentu akibat pemakaian obat tertentu.

8) Halusinasi visceral;

Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17

4. Tahapan Halusinasi

Menurut Kusumawati dan Hartono (2010: 106), tahapan halusinasi terdiri

dari 4 fase yaitu :

1) Fase I (Comforting)

Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini

masuk dalam golongan nonpisikotik. Karakteristik dari fase ini klien

mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian

yang memuncak, dan tidak dapat di selesaikan. Pada fase ini klien

berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan

bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat

jika sedang asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.

2) Fase II (Conndeming)

Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan termasuk dalam

psikotik ringan. Karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman

sensori menjijihkan dan menakutkan, kecemasan meningkat,

melamun, dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan ada

bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan klien

dapat mengontrolnya. Perilaku klien pada fase ini biasanya

meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom seperti peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya

dan tidak dapat membedakan realita.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18

3) Fase III (Controlling)

Controling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori

menjadi berkuasa. Karakteristik klien meliputi bisikan, suara, isi

halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien

menjadi terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya, rentang

perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa

berkeringat, tremor, dan tidak mampu memenuhi perintah.

4) Fase IV (Conquering)

Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan

halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik yang

muncul pada klien meliputi halusinasi berubah menjadi mengancam,

memerintah dan memerahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,

hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan

orang lain dan lingkungan. Perilaku klien menunjukan perilaku teror

akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik

diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah

kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

5. Tanda dan Gejala Halusinasi

Menurut Videback (2004: 310), halusinasi dibagi menjadi 6 tipe (dalam

Yosep, 2011) yaitu :

1) Halusinasi pendengaran (Auditory-hearning voices or sounds)

Data Subjektif :

♣ Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19

♣ Mendengar suara atau bunyi

♣ Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

♣ Mendengar seseorang yang sudah meninggal

♣ Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau

suara lain yang membahayakan.

Data Objektif :

♣ Mengarahkan telinga pada sumber suara

♣ Bicara atau tertawa sendiri

♣ Marah-marah tanpa sebab

♣ Menutup telinga

♣ Mulut komat kamit

♣ Ada gerakan tangan

2) Halusinasi penglihatan (Visual-seeing persons or things)

Data Subjektif :

♣ Melihat orang yang sudah meninggal, melihat makhluk tertentu,

melihat bayangan, hantu atau sesuatu yang menakutkan, cahaya

♣ Monster yang memasuki perawat.

Data Objektif :

♣ Tatapan mata pada tempat tertentu

♣ Menujuk kearah tertentu

♣ Ketakutan pada objek yang dilihat.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20

3) Halusinasi penghidu (Olfactory-smelling odors)

Data Subjektif :

♣ Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, feses, atau bau

masakan, parfum yang menyengat

♣ Klien sering mengatakan mencium bau sesuatu

♣ Tipe halusinasi ini sering menyertai klien demensia, kejang atau

penyakit serebrovaskuler.

Data Objektif :

♣ Ekspresi wajah sepewrti mencium bau sesuatu dengan gerakan

cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu.

4) Halusinasi peraba (Tactile-feeling bodily sensations)

Data Subjektif :

♣ Klien mengatakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuh seperti

tangan, binatang kecil, makhluk halus.

♣ Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sangat panas atau

dingin, merasakan tersengat aliran listrik

Data Objektif :

♣ Mengusap, menggaruk-garuk, meraba-raba permukaan kulit

♣ Terlihat mengerak-gerakan badan seperti merasakan sesuatu rabaan

5) Halusinasi pengecap (Gustatory-experiencing tastes)

Data Subjektif :

♣ Klien seperti sedang merasakan makanan tertentu, rasa tertentu

atau mengunyah sesuatu

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21

Data Objektif :

♣ Seperti mengecap sesuatu

♣ Gerakan mengunyah

♣ Meludah atau muntah

6) Cenesthetic & Kinestetic hallucinations

Data Subjektif :

♣ Klien melaporkan bahwa fungsi tubuhnya tidak dapat terdeteksi

misalnya tidak adanya denyutan di otak, atau sensasi pembentukan

urine dalam tubuhnya, perasaan tubuhnya melayang di atas bumi.

Data Objektif :

♣ Klien menatap tubuhnya sendiri dan terlihat merasakan sesuatu

yang aneh tentang tubuhnya.

6. Psikopatologi

Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang

menderita halusinasi akan menganggap sumber dari halusinasinya berasal

dari lingkungannya atau stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada fase awal

masalah itu menimbulkan peningkatkan kecemasan yang terus dan sistem

pendukung yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk

membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri

menurun.

Meningkatnya pada fase comforting, klien mengalami emosi yang

berlanjut seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat

dikontrol bila kecemasan dapat diatur. Pada fase ini klien cenderung

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22

merasa nyaman dengan halusinasinya. Pada fase condermning klien mulai

menarik diri. Pada fase controlling klien dapat merasakan kesepian bila

halusinasinya berhenti. Pada fase conquering klien lama kelamaan

sensorinya terganggu, klien merasa terancam dengan halusinasinya

terutama bila tidak menuruti perintahnya.

Model Adaptasi Stress menurut Stuart (2013) :

Gambar II. 1 Psikopatologis, Model adaptasi Stress menurut Stuart

Faktor Predisposisi

Biologi Psikologi Sosial Budaya


Stressor Psesipitasi

Sifat Asal Waktu Jumlah


Penilaian terhadap stressor

Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial


Sumber-sumber koping

Kemampuan personal Dukungan sosial Aset materi Keyakinan positif


Mekanisme koping

Construtive Destructive

Menarik diri Proyeksi Regresi


Rentang respons

Respon adaptif Respon maladaptive

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23

7. Rentang Respon

Gambar II. 2 Rentang respon

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Kadang-kadang Waham


Persepsi akurat proses pikir Halusinasi
Emosi konsistensi terganggu Kerusakan proses
dengan Ilusi emosi
pengalaman Emosi berlebihan Perilaku tidak
Perilaku cocok Perilaku yang terorganisasi
Hubungan sosial tidak biasa Isolasi sosial
harmonis Menarik diri

(Yosep, 2011).

8. Mekanisme koping

Mekanisme koping klien Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

pendengaran menurut Stuart (2007), perilaku yang mewakili upaya untuk

melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan

respon neurologis maladaptive yaitu :

1) Regresi

Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktifitas

hidup sehari-hari.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24

2) Proyeksi

Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi

3) Menarik diri

9. Penatalaksana Medis

Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono

(2010) adalah sebagai berikut :

1) Anti Psikotik

Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)

Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak

Sebagai penenang, penurun aktifitas motorik,

mengurangi insomnia, sangat efektif untuk

mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan

proses berfikir.

Efek samping :

a. Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur

condong kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng,

sakit kepala, dan kejang

b. Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual, muntah,

berat badan bertambah.

c. Sering berkemih, retensi urine, hipertensi, anemia, dan dermatitis

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25

2) Anti Ansietas

Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)

Mekanisme kerja : Meredakan ansietas atau ketegangan yang

berhubungan dengan situasi tertentu.

Efek samping :

a. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih,

depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas

b. Anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, kemerahan, dan gatal-

gatal.

3) Anti Depresan

Jenis : Elavil, asendin, anafranil, norpamin, sinequan,

tofranil, ludiomil, pamelor, vivactil, surmontil.

Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang

Efek samping :

a. Tremor, gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas,

lemas, dan insomnia

b. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen,

diare, hepatitis, ikterus

c. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi.

4) Anti Manik

Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal

Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan

mengurangi sensitivitas reseptor dopamin

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26

Efek samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori,

suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.

5) Anti Parkinson

Jenis : Levodova, trihexipenidyl (THP)

Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk

mengatasi gejala parkinsonisme akibat

penggunaan obat antipsikotik, menurunkan

ansietas, iritabilitas.

Efek samping : Sakit kepala, mual, muntah, dan hipotensi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dalam proses

keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan masalah atas permasalahan klien. Pengkajian yang dilakukan

pada pasien halusinasi meliputi data :

a. Faktor Predisposisi (Stuart, 2007)

Faktor predisposisi yang mempengaruhi pada pasien halusinasi dapat

mencakup :

- Dimensi Biologis

Meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf, yang

berhungan dengan respon neurobiology maladaptif yang

ditunjukan melalui hasil penelitian pencitraan otak, zat kimia otak,

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27

dan penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan

anak yang diadopsi yang menunjukan peran genetik pada

skizofrenia.

- Psikologis

Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis yang

maladaptif belum didukung oleh penelitian.

- Sosial budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan

gangguan psikotik lain, tetapi tidak di yakini sebagai penyebab

utama gangguan.

b. Faktor Presipitasi

Stressor yang mencetuskan halusinasi bagi setiap individu bersifat

unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam.

Contoh stressor yang berasal dari luar antara lain serangan fisik,

kematian, dan lain-lain. Sedangkan stressor yang berasal dari dalam

antara lain putus hubungan dengan orang yang berate, kehilangan rasa

cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, dan lain-lain. Selain itu

lingkungan yang terlalu rebut, padat, kritikan yang mengarah pada

penghinaan, tindakan kekerasan, dapat memicu perilaku kekerasan.

c. Persepsi (Keliat, 2012)

- Mengkaji jenis dan isi halusinasi

- Mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi

- Respons terhadap halusinasi.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28

2. Diagnosa Keperawatan

a. Akibat : Resiko perilaku mencederai diri

b. Masalah Utama : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

pendengaran

c. Penyebab : Isolasi sosial : menarik diri

d. Penyebab : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

(Keliat, 2006).

3. Pohon Masalah

Gambar II. 3 Pohon Masalah


Resiko perilaku mencederai diri

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran Core problem

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

(Keliat, 2006).
4. Intervensi

Menurut Yosep (2011), yaitu :

1) Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

a. Tujuan umum

Klien dapat mengontrol halusinasi.

b. Tujuan khusus

 Klien dapat membina hubungan saling percaya

 Klien dapat mengenal halusinasi

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29

 Klien dapat mengontrol halusinasi

 Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan

 Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasi

 Klien dapat memanfaatkan obat secara teratur

c. Intervensi

 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan

prinsip komunikasi teraputik

 Sapa klien dengan sopan

 Perkenalkan diri dengan sopan

 Tanyakan nama klien dengan lengkap

 Jelaskan tujuan pertemuan

 Tunjukan sikap empati

 Beri perhatian kepada klien

 Observasi tingkah laku klien tertarik dengan halusinasi

 Bantu klien mengenal halusinasi

 Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan

halusinasi

 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika

halusinasi.

 Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian

pada klien

 Diskusikan cara lain untuk memutus mengontrol halusinasi

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30

 Bantu klien melatih cara memutus halusinasi

 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih

 Ajarkan klien untuk member tahu keluarga jika mengalami

halusinasi

 Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentang

gejala halusinasi yang dialami

 Cara yang dapat dilakukan klien untuk memutuskan

halusinasi

 Cara merawat halusinasi dirumah, beri kegiatan, jangan

biarkan sendiri

 Beri reinforcement karena sudah berinteraksi

 Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis, frekuensi,

dan manfaat obat

 Ajarkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan

manfaat

 Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang manfaat,

efek sampng obat

 Bantu klien minum obat

2) Isolasi sosial

a. Tujuan Umum

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

b. Tujuan khusus

 Klien dapat membina hubungan saling percaya

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31

 Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian

berhubungan dengan orang lain

 Klien dapat mengidentifikasikan penyebab isolasi sosial

 Klien dapat berkenalan

 Klien dapat menentukan topic pembicaraan

 Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

berkenalan dengan orang pertama (perawat)

 Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan

dengan orang kedua (teman perawat)

c. Intervensi

 Beri salam dan panggil nama klien

 Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan

 Jelaskan tujuan interaksi

 Jelaskan kontrak yang akan di buat

 Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati

 Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

 Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah

sakit

 Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan berhubungan

atau berinteraksi dengan orang lain

 Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan

 Beri kesempatan klien menerapkan teknik berkenalan

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32

 Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik

pembicaraan

 Latih berhubungan sosial secara bertahap dengan perawat

 Masukan dalam jadwal kegiatan klien

 Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan

teman satu ruangan atau sesama pasien

 Masukan dalam jadwal kegiatan klien

3) Resiko Perilaku kekerasan

a. Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik

secara fisik, sosial, verbal, spiritual.

b. Tujuan Khusus

 Bina hubungan saling percaya

 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan

 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

c. Intervensi

 Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan

komunikasi terapuitik

 Bantu klien mengungkapkan perasaan

 Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan

 Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku

kekerasan

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33

 Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku

kekerasan

 Ajarkan klien mempraktekan latihan

4) Harga Diri Redah

a. Tujuan Umum

Klien dapat meningkatkan harga diri

b. Tujuan Khusu

 Klien mampu membina hubungan saling percaya

 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

 Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki

 Klien dapat melakukan kegiatan

c. Intervensi

 Bina hubungan terapuitik

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki klien

 Beri kesempatan klien untuk mencoba

 Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif

 Utamakan memberikan pujian realistik

 Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa digunakan

 Rencanakan bersama

 Beri reinforcement positif atas usaha klien

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34

5. Implementasi

Tindakan keperawatan (Implementasi) dilakukan berdasarkan rencana

yang telah di buat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi klien saat ini. Perawat bekerja sama dengan klien,

keluarga, dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan (Keliat,

2007).

6. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses penilaian berkesinambungan tentang

pengaruh intervensi keperawatan dan program pengobatan terhadap status

kesehatan pasien dan hasil kesehatan yang di harapkan (Stuart, 2013).

Asuhan Keperawatan Pada..., ANGGI FITRIYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Você também pode gostar