Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
▼
Jumat, 15 Januari 2016
MAKALAH
DISKUSI KASUS 1
SISTEM ENDOKRIN
Nama Kelompok 3:
1. Staiful Arif (1221021029)
2. Muhammad Taufiqul Akbar (1221021040)
3. Dewi Alfiatus Sa’adah (152121002)
4. M. Solihin (152121007)
5. Diana Eka Pertiwi (152121010)
6. Anggi Haris Pratiwi (152121016)
7. Heni Dina Permatasari (152121013)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Endokrin”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Indung Susilo S.K,
S.Kep.Ns dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan semua pihak.
Penulis
Kepanjen, 07 Januari 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi tugas ilmu dasar keperawatan 2.
2. Untuk lebih memahami sistem endokrin.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memahami sistem endokrin.
2. Untuk memahami apa yag dimaksud dengan hormon.
3. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan gula darah.
4. Untuk memahami hormone insulin.
5. Untuk memahami gangguam sistem endokrin.
BAB II
TAHAP KE 1-3
2.1 Skenario
Ny. Tumiyem periksa ke poliklinik dengan keluhan sering kencing, banyak minum dan
merasa lemas. Ketika dilakukan pemeriksaan fisik TD : 150/100 mmHg, dan hasil
pemeriksaan darah, dokter mengatakan ada gangguan pada pankreas, khususnya kelenjar
langerhans dalam pembentukan dan kerja hormon insulin, sehingga terjadi peningkata
gula darah dan mengganggu kerja sistem tubuh.
BAB III
TAHAP KE-ENAM
Gambar 3.3:
anatmoi kelenjar paratiroid
4. Kelenjar timus
Kelenjar timus terletak di dalam toraks, kira-kira pada ketinggian bifurkasi
trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdirinatas dua lobus. Pada bayi yang baru
lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atas lebih. Ukurannya bertambah,
pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40 gram, dan kemudian mengkerut lagi.
Fungsinya belom diketahui, tetapi diperkirakan ada hubungannya dengan produksi
antibodi (Pearce, 2009).
Gambar 3.4: anatomi kelenjar tymus
5. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak di atas kutub sebelah atas
setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang bewarna kekuning-
kuningan.
3.2 Hormon
3.2.1 Definisi hormone
Hormon merupakan suatu zat kimia yang disekresikan oleh sel spesifik ke ruang
ekstraseluler kemudian masuk ke aliran darah dan bekerja pada organ target yang
spesifik pula (Jose RL Bahbara, 2010).
3.2.2 Fisiologi hormone
Hormon yang dilepaskan ke dalam aliran darah akan berkatitan dengan suatu protein
pembawa. Hormon yang termasuk dalam golongan ini adalah hormon steroid, tiroid, dan
hormon pertumbuhan. Hormon yang larut dalam air akan beredar secara bebas di dalam
darah tanpa berikatan dengan protein pembawa. Yang termasuk dalam golongan ini
adalah hormon golongan amin, peptida, dan protein. Sekresi hormon ke dalam sistem
sirkulasi bersifat spesifik untuk masing-masing hormon. Sekresi hormon basal dapat
bersifat kontinu (prolaktin), shot burst (insulin) atau episodik (LH, FSH).
Pengeluaran hormon bersifat ritmis, ada yang bersifat diurnal (pagi-sore)/
sirkadian (ACTH, prolaktin, GH, TSH) dan ada yang bersifat bulanan (estrogren,
progesteron pada siklus menstruasi) (Jose RL Bahbara, 2010).
Hormon merupakan zat kimia yang mampu melakukan tugasnya dalam konsentrasi yang
sangat kecil dengan waktu paruh yang singkat. Kadar hormon dalam darah di kontrol
secara tapat dan terus menerus melaui mekanisme umpan balik. Hierarki hormon ini
harus di pahami secara benar karena karena mempunyai arti klinis yang penting.
Hormone releasing dan hormone inhibiting yang di hasilkan oleh hipotalamus akan
merangsang hormon-hormon tropik yang dihasilkan oleh hipofisis. Hormon hipofisis
ini akan merangksang hormon target endokrin untuk mensekresikan hormon hipofisis.
Hormon dari organ target akan memberikan umpan balik negatif ke hipofisis dan
hipotalamus. Hormon dari organ endokrin tidak selalu harus di stimulasi oleh
hierarki hormonal seperti di atas, misalnya hipokalsemia dapat merangsang sekresi
hormon paratiroid, hiperglikemia akan merangsang hormon insulin, atau situasi stres
akan merangsang hormon kortikosteroid. Secara klinis hormon dapat di gunakan
sebagai terapi pengganti (hormonr replacement therapy misalnya pada hipotiroid
kongenital) (Jose RL Bahbara, 2010).
3.2.3 Mekanisme kerja homone
Jaringan endokrin mengeluarkan produksi berupa hormon. Hormon ini di lepas ke dalam
sirkulasi, beredar ke seluruh tubuh, mengatur fungsi jaringan tertentu, dan menjaga
homeostasis. Hormon biasanya berada di dalam plasma dan jaringan interstitial
dengan konsentrasi yang sangat rendah berkisar antara 10-12 sampai 10-9 Molar).
Hormon akan bekerja pada sel target yang terletak jauh dari kelenjar yang
mengeluarkannya. Pada sel target terdapat sistem reseptor yang cukup sensotif untuk
menangkap sinyal hormon yang sangat lemah tersebut. Setelah hormon berikatan dengan
reseptor akan terdapat reaksi enzimatik tertentu sehingga terjadi respon fisiologis
(Jose RL Bahbara, 2010).
Hormon berkaitan dengan reseptor untuk memulai kerjanya pada sel target. Dengan
mengetahui mekanisme kerja hormon pada sel target dapat diketahui patofisiologi
berbagai penyakit endokrin seperti dwarfisme Laron, resistensi insulin, dan sindrom
insentivitas androgren. Berdasarkan fungsinya pada sek target, hormon dpat dibagi
menjadi 2 kelompok:
a. Hormon yang tidak dapat masuk ke dalam sel dan berkaitan dengan reseptor di
permukaan sel (reseptor membran sel) hormon protein atau polipeptida, monoamin, dan
prosaglandin dalam kategori ini (Jose RL Bahbara, 2010).
b. Hormon yang dapat masuk ke dalam sel dan berikatan dengan reseptor
intraseluler. Reseptor ini bekerja pada sel target untuk mengatur ekspresi gen.
Hormon klasik yang termasuk dalam kelompok ini adalah hormon tiroid dan steroid
(Jose RL Bahbara, 2010).
Reseptor merupakan protein spesifik yang terdapat pada sel target dan dapat
berikatan dengan hormon tertentu untuk menimbulkan respon hormonal. Reseptor
biasanya terdapat dalam jumlah kecil (10.000 molekul/sel). Reseptor mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap hormon tertentu, tetapi ikatannya lemah sehingga
reaski ini bersifat revelsibel dan reseptor tersebut dapat digunakan kembali (Jose
RL Bahbara, 2010).
3.2.4 Modulasi dan regulasi pelepasan hormon
Hormon diproduksi oleh kelenjar respon terhadap berbagai sinyal, meliputi hormon,
persarafan maupun sinyal dari lingkungan. Hormon hopofisis anterior sebagian besar
diatur melalui mekanisme unmpan balik san bergfungsi merangsang produksi hoemon du
kelenjar endokrin perifer. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin perifer
ini akan menghambat produksi hormon di hipofisis dan hipotalalus, misalnya produksi
ACTH diatur oleh sekresi hormon kortisol di adrenal, sedangkan FSH dan LH di atur
oleh hormon steroid seks gonad. Pengaturan hormon terjadi dalam rentang yang
sempit, di sebut sebagai set point. Sistem persarafan juga berperan dalam produksi
hormon, kelenjar pineal. Kelenjar ini menerima rangsangan fotosensoris melalui
saraf simpatis yang akan menyebabkan produksi melatolin dari serotonin. Lingkungan
juga dapat merangsang produksi hormon, misalnya peningkatan gula darah akan
menyebabakan pelepasan unsulin dari sel β pankreas. Secara umum produksi hormon ini
akan di atur oleh berbagai mekanisme input baik sebagai stimulator maupun
inhibitor. Produksi hormon di atur melaui satu atau lebih proses, yang terdiri dari
sintesis hormon, pelepasan hormon, dan sintesis fungsional dan sekresi dari organ
yang memproduksi hormon. Oleh karena perbedaan kimia sebagai hormon, produksi
hormon akan melaui berbagai jalur (pathway) dan pengaturan yang berbeda (Jose RL
Bahbara, 2010).
3.4.5 Fungsi dari hormon sistem endokrin
Macam-macam fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
fungsinya
1. Hormon somatotropin (STH), hormon per tumbuhan
Mengendalikan pertumbuhan tubuh, merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak,
serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot. Hormon
tiritropin atau thyroid stimulating hormone (TSH), Mengontrol perumbuhan dan
perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta dalam menghasilkan tiroksin (Pearce,
2009).
2. Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan aktivitas kulit ginjal merangsang kelenjar
adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid (hormone yang dihasilkan untuk
metabolisme karbohidrat(Pearce, 2009).
3. Prolaktin (PRL) atau lactogenic hormone (LTH)
Membantu kelahiran dan memelihara sekresi kelenjar susu oleh kelenjar susu
(Pearce, 2009).
4. Hormon gonatropin
a. Pada wanita
1) Fillicle stimulating hormone (FSH) merangsang pematangan filokel dalam ovarium
dan menghasilkan estrogen.
2) Luteinizing hormone (LH) merangsang pematangan filokel dalam ovarium dan
menghasilkan progestron.
(Pearce, 2009).
b. Pada pria
1) Fillicle stimulating hormone (FSH) merangsang terjadinya spermatogenesis
(proses pematangan sperma).
2) Interstitial cell stimulating hormone (ICSH) merangsang sel-sel interstitial
testis untuk memproduksi testosteron dan androgen.
(Pearce, 2009).
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar hipofisis pars media.
1. Melanosit stimulating hormone
Mempengaruhi warna kulit individu, dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila
hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi hitam (Pearce, 2009).
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar hipofisis lobus posterior.
1. Oksitosin menstimulasi kontraksi otor polos pada rahim wanita selama proses
melahirkan.
2. Hormon anti diuretk hormon (ADH) menurunkan volume urin dan menaikkan tekanan
darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah (Pearce, 2009).
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar tiroid.
1. Tiroksin mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan kegiatan sistem
saraf.
2. Triiodontrironin mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan
kegiatan sistem saraf.
3. Kalsitonin menrunkan kadar kalsium dalam darah dengan cara mempercepat
absorpsi kalsium oleh tulang.
(Pearce, 2009)
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar paratiroid.
1. Kalsitonin mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraselulerdengan
cara mengatur absorpsi kkalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal dan
pelepasan kalsium dari tulang (Pearce, 2009).
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar adrenalin.
a. Bagian korteks adrenal
1) Mineralokortikoid mengontrol metabolisme ion anorganik.
2) Glukokortikoid mengontrol metabolime glukosa.
(Pearce, 2009).
b. Bagian medula adrenal
1) Adrenalin (epinefrin)
2) Noradrenalim
Kedua hormon tersebut bekerjasama dalam hal.
a) Dilatasi bronkolius
b) Vasokonstriksi pada arteri
c) Vasodilatasi pembuluh darah otak dan otot
d) Mengubah glikogen menjadi glukosa dalam hati
e) Gerak peristaltik
f) Bersama insulin mengatur kadar gula darah
(Pearce, 2009).
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar pankreas.
1. Sel alfa mensekresi glukagon, yang meningkatkan kadar gula darah.
2. Sel beta mensekresikan insulin, yang menurunkan kadar gula darah.
3. Sel delta mensekresikan somatostatin, atau hormon penghalang hormon
pertumbuhan, yang menghambat sekresi glukagon dan insulin.
4. Sel F mensekresikan polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk
fungsi yang tidak jelas, yang di lepaskan setelah makan.
(Pearce, 2009)
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar ovarium.
1. Estrogen untuk mempertahankan pembentukan ovum dan ciri-ciri kelainan skunder
(Pearce, 2009).
2. Progesteron mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.
Jenis dan fungsi hormon yang di hasilkan kelenjar testis
1. Testosteron mempertahankan proses pembentukan sperma dan menumbuhkan ciri-
ciri kelainan sekunder (Pearce, 2009).
3.4 Insulin
3.4.1 Definisi insulin
Insulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup peyandang DM tipe-1. Tetapi
insulin pertama kali digunakan pada tahun 1922, menggunakan insulin reguler,
diberikan sebelum makan dan ditambah sekali pada malam hari. Namun saat ini telah
dikembangkan beberapa jenis insulin yang memungkinkan pemberian insulin dalam
berbagai macam regimen (Jose RL Bahbara, 2010).
3.4.2 Kerjainsulin
Puncak kerja dan lama kerja insulin merupakan faktor yang menentukan dalam
pengolahan penderita DM. Respons klinis terhadap insulin tergantung pada beberapa
faktor:
(Jose RL Bahbara, 2010).
a. Umur individu
b. Tebal jaringan lemak.
c. Status pebertas.
d. Dosis insulin
e. Tempat injeksi.
f. Latihan (exercise).
g. Kepekatan, jenis dan campuran insulin.
h. Suhu ruangan dan suhu tubuh.
3.4.3 Jenisinsulin
Sebelum era tahun 80-an, penggunaan insulin masih memakai produk hasil purifikasi
kelenjar prankeas babi atau sapi. Dengan dikembangkannya teknologi DNA rekombinan,
telah dapat di hasilkan insulin rekombinan manusia yang telah digunakan secara luar
saat ini. Insulin rekimbinan ini telah disukai sebagai pilihan utama, selain dapat
memproduksi secara luas juga mempunyai imunogenitas yang lebih rendah dibandingkan
insulin dari babi dan sapi. Berikut jenis sediaan insulin dan profil kerjanya
terlihat pada tabel (Jose RL Bahbara, 2010).
Jenis insulin
Awitan (jam)
Puncak kerja (jam)
Lama kerja (jam)
Kerja insulin (rapid acting) (aspart, glulisine, dan lispro
0,15-0,35
1-3
3-5
Kerja pendek
0,5-1
2-4
5-8
Kerja menengah
1. semilente
2. NPH
3. IZS lente type
1-2
2-4
3-4
4-10
4-12
6-15
8-16
12-24
18-24
Insulin basal
1. glargine
2. detemir
2-4
1-2
Tidak ada
6-12
24*
20-24
Kerja panjang
Ultralente type
4-8
12-24
20-24
Insulin campuran
Cepat menengah
Pendek- menengah
0,5
0,5
1-12
1-12
16-24
16-24
Table 3.1: jenis-jenis insulin(Jose RL Bahbara, 2010).
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2) Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin.
3) Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan.
4) Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik).
5) Peningkatan frekuensi buang air besar.
6) Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
7) Gangguan reproduksi
8) Tidak tahan panas.
9) Cepat letih.
10) Pembesaran kelenjar tiroid.
11) Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi akibat dari penimbunan zat di
dalam orbit mata.
(Huda, 2015a).
d. Pemeriksaan penunjang
1) TSH serum (biasanya menurun).
2) T3 dan T4 (biasanya meningkat).
3) Test darah hormon tiroid.
4) X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor).
(Huda, 2015a).
e. Penatalaksaan
Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hak antara lain berat ringannya
tiroksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat antibodi dan respon
atau reaksi terhadap penyakit lain yang menyertainya, ada tiga jenis pengobatan
terhadap hipertiroid antara lain: (Huda, 2015a).
1) Obat antai tiroid
Golongan tionamid: terdapat dua kelas golongan tionamid, yaitu tiorasil dan
imidazol. Tiourasil dipasarkan dengan nama propitiourasil (PTU) dan imidasor. Obat
golongan tionamid mempunyai efek intra dan ekstratiroid (Huda, 2015a).
2. Hipoglikemia
a. Definisi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa dalam darah < 50/60
mg/dl (Standart of medical care in diabetes, 2009).
b. Etiologi
Menurut sabatine (2004), hipoglikemia dapat terjadi pada penderita diabetes dan non
diabetes dengan etiologi sebagai berikut:
1) Pada diabetes
a) Overdosis insulin.
b) Asupan makanan (tertunda atau lupa, terlalu sedikit, output yang berlebihan
(muntah, diare), diit berlebihan.
c) Aktivitas berlebihan.
d) Gagal ginjal.
e) Hipotiroid.
2) Pada non diabetes
a) Peningkatan produksi insulin.
b) Paska aktivitas.
c) Konsumsi makanan yang sedikit kalori.
d) Konsumsi alcohol.
e) Paska melahirkan.
f) Post gastrectomy.
g) Penggunaan obat-obatan dalam jumlah besar.
c. Karakteristik diagnostic hipoglikemia
1) Terdapat tanda-tanda hipoglikemia.
2) Kadar glukosa darah kurang dari 50 mg %.
3) Gejala akan hilang seiring dengan peningkatan kadar glukosa darah.
d. Klasifikasi dan manifestasi klinis hipoglikemia
Menurut soemadji (2006) dan rush dan louies (2004) klasifikasi dan manifestasi
klinis dari hipoglikemia sebagai berikut:
Jenis hipoglikemia
Sing dan symtoms
Ringan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh memalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain.Macam-macam organ sistem endokrin endokrin adalah
Hipofisis, Tiroid, Paratiroid, Kelenjar adrenalin (anak ginjal), Pankreas, Ovarium,
dan Testis Hormon sistem endokrin adalah zat kimia yang terbentuk dalam satu organ
atau bagian tubuh dan dibawa dalam darah ke organ atau bagian di mana mereka
menghasilkan efek fungsional.
Macam-macam hormon yaitu Hormon somatotropin (STH), Hormon tiritropin atau thyroid,
stimulating hormone (TSH), Adrenocorticotropic hormone (ACTH), Prolaktin (PRL) atau
lactogenic hormone (LTH), (dan sebagainya). Begitu banyak hormon yang ada didalam
tubuh dan memiliki fungsi tersendiri. Mekanisme kerja hormon, sekresi endokrin sel
endokrin mensekresi hormon→hormon dialirkan ke darah→ ditangkap oleh reseptor pada
sel sasaran. Neurosekresi badan sel saraf mensekresi hormon→melalui akson hormon
dialirkan melalui aliran darah→hormon ditangkap oleh reseptor pada sel sasaran.
Neurotransmisi badan sel saraf mengeluarkan sinyal→sehingga mempengaruhi sel
sasaran melakukan sesuatu.
4.2 Saran
Sistem endokrin, organ dan hormon-hormon memiliki fungsi dan mekanisme kerja
masing-masing dan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dari gangguan suatu
penyakit. Maka dari itu, disarankan kepada semua individu agar selalu menjaga
kesehatan tubuhnya dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, E. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. jakarta: penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Huda, A. (2015a). Aplikasi Asuhan Kperawatan berdasarkan Doagnosa Medis dan NANDA
(NIC-NOC) edisi revisi jilid 2. jogjakarta: Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta.
Sloane, E. (2012). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. (palupi wisdyastuti, Ed.).
jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.
Hidayat, A. alimul. (2012). BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA; pendekatan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). (M. Wildan, Ed.). Surabaya: health books publishing.
Guyton. 2012. Fisiologi Manusia & Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Rubeinstein, David, dkk. 2007. Kedokteran klinis. Jakarta: EGC
Jose RLBatubara, Bambang (2010), Buku endokrinologi anak Edisi 1. Jakarta:
penerbit: Badan Penerbit IDAI.
Diana Eka di 23.16
Berbagi
Nama saya Diana Eka Pertiwi, saya lahir diprobolinggo tanggal 10November 1996
tepatnya pada hari pahlawan dan saya merasa bangga saya lahir di tanggal dan bulan
ini rasanya sedikit ada yang berbeda karena pada 10 November selalu di peringati
hari pahlawan serasa ulang tahun saya juga dirayakan bersama indonesio, hhhmmmb
sedikit tentang saya, saya sangat menyukai warna pink apapun itu selalu warna pink,
saya juga sangat menyukai boneka terlebih boneka hello kitty, es cream, dan baju-
baju yang lucu entahlah sampai sekarang saya masih merasa seperti anak kecil, sikap
saya, gaya saya. mungkin hanya ini yang bisa saya ceritakan.
Lihat profil lengkapku