Você está na página 1de 29

MAKALAH

SISTEM MUSKULOSKELETAL II
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ARTRITIS”

Dosen Pembimbing :
Isni Lailatul Maghfiroh, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 01 (VII-A)

1. Agung Prayogi (14.02.01.1390)


7. Novita Sari (14.02.01.1419)
2. Alfiah Dwi R (14.02.01.1391)
8. Vany Miftahkul Jannah (14.02.01.1425)
3. Anggun Rizka Anggraeni (14.02.01.1393)
9. Vivi Fitrotun N (14.02.01.1428)
4. Anni Andila (14.02.01.1394)
10. Yudi Harianto Hady P. (14.02.01.1431)
5. Mahsuna (14.02.01.1415)
11. Ninda Junita (14.02.01.1881P)
6. Moh. Octa Firmansyah (14.02.01.1416)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun oleh kelompok 01

Telah disusun makalah berjudul:


Konsep Asuhan Keperawatan Arthritis
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Muskuloskeletal II yang telah disetujui
untuk dipresentasikan.

Lamongan, Oktober 2017

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Isni Lailatul Maghfiroh, S. Kep., Ns. M. Kep.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu
dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “KONSEP ASKEP ARTRITIS”. Makalah ini disusun sebagai
tugas mata kuliah “SISTEM MUSKULOSKLETALII”.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bpk. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Lamongan.
2. Bpk. Arifal Aris, S. Kep. Ns, M.Kes selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
3. Isni Lailatul Maghfiroh., S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing dan dosen mata
kuliah Sistem Muskuloskeletal II.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.

Lamongan, Oktober 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

MAKALAH .................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan umum.................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................... 4
2.1 Definisi Artritis.............................................................................................. 4
2.2 Klasifikasi Artritis ......................................................................................... 4
2.2.1 Osteoartritis ...................................................................................... 4
2.2.2 Artritis Rheumatoid .......................................................................... 5
2.3 Etiologi Artritis.............................................................................................. 5
2.4 Manisfestasi Klinis Artritis ........................................................................... 6
2.5 Patofisiologi Artritis ...................................................................................... 7
2.6 Pathway ....................................................................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan Artritis .............................................................................. 11
2.7.1 Medis (Kowalak, 2011) .................................................................. 11
2.7.2 Keperawatan (Kowalak, 2011) ....................................................... 12
2.8 Komplikasi Artritis ...................................................................................... 12
2.9 Pemeriksaan Penunjang Artritis .................................................................. 13
2.10 Prognosis Artritis ....................................................................................... 14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS .............................. 15
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 15
3.1.1 Identitas .......................................................................................... 15
3.1.2 Riwayat Kesehatan ......................................................................... 15

iv
v

3.1.3 Pemeriksaan Sekunder.................................................................... 16


3.1.4 Analisa Data ................................................................................... 18
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 19
3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 23
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
4.2 Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin


meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang
sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama
adalah artritis atau peradangan sendi. Artritis yang sering terjadi yaitu osteoartritis dan
artritis rheumatoid. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia.
Osteoartritis merupakan gannguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan
tulang dan sendi. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan Artritis rheumatoid (RA) merupakan
suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung.
Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah
membrane synovial yang melapisi sendi (Corwin, 2009).Gejala awal terjadi pada
beberapa sendi. Persendian yang sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan
tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul yang
iasanya bersifat bilateral/simetris (Nurarif & Kusuma, 2013).
Osteoartritis dan Artritis rheumatoid sering menyerang perempuan daripada laki-
laki. Angka kejadian meningkat anatara usia 40 hingga 60 tahun. Penyakit ini
menyerang orang-orang di seluruh dunia dari berbagai suku bangsa. Prevalensi artritis
rheumatoid adalah sekitar 1% dalam populasi umum di Amerika Serikatdan setiap tahun
timbul kira-kira 750 kasus baru per satu juta penduduk; angka prevalensi serupa juga
dijumpai di tempat lain. (Muttaqin, 2008).
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai keluhan nyeri sendi bahkan
pembengkakakn sendi sampai sulit melakukan aktivitas rutin. Banyak klien tidak
menyadari telah terjadi kelianan sendi. Akhirnya, klien akanberobat ketika gejala sudah

1
2

menonjol. Selain itu keadaan ini akan masalah yaitu perubahan bentuk sendi. Oleh
sebab itu perawat harus dapat mengkaji secara adekuat pasiendengan kelainan bentuk
sendi dan memulai tindakan keperawatan. Meskipun peran perawat dalam program
pencegahan amat penting, perannya dalam mengenali dan merawat juga tidak kalah
pentingnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun
makalah tentang konsep artritis untuk mengetahui lebih dalam tentang karakteristik
artritis serta bagaimana penatalaksanaan keperawatan yang tepat. Sehingga kejadian
yang tidak diinginkan seperti adanya komplikasi lebih lanjut seperti angka kesakitan
pada artritis ini dapat dikurangi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, makadapat diambil rumusan masalah sebagai


berikut:
1. Apa definisi dari artritis ?
2. Apa klasifikasi dari artritis ?
3. Apa etiologi dari artritis ?
4. Apa manifestasi klinis dari artritis ?
5. Bagaimana patofisiologi dari artritis ?
6. Bagaimana pathway dari artrits ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari artritis ?
8. Bagaimana komplikasi dari artritis ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari artritis ?
10. Bagaimana prognosis dari artritis ?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawaatan pada klien artritis ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan konsep
penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada pasien artritis.
3

1.3.2 Tujuan khusus

Diharapkan Mahasiswa mampu :


1. Untuk mengetahui definisi dari artritis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari artritis.
3. Untuk mengetahui etiologi dari artritis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari artritis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari artritis.
6. Untuk mengetahui pathway dari artritis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari artritis.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari artritis.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari artritis.
10. Untuk mengetahui prognosis dari artritis.
11. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawtan pada klien artritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Artritis

Artritis adalah peradangan sendi dan dapat mempengaruhi beberapa sendi (Price,
2005). Artritis adalah penyakit bersifat kronis dan terjadi seumur hidup dan biasanya
menyerang pria dan wanita yang berusia di atas 55 tahun (Muttaqin, 2008). Artritis
adalah peradangan pada satu atau lebih persendian yang disertai dengan rasa sakit
kebengkakan, dan keterbatasan bergerak (McPhee & Ganong, 2010).
Artritis adalah penyakit sendi yang menyerang tulang rawan sendi yang rusak dan
menyebabkan sendi menjadi sakit dan bengkak (Kowalak, 2011). Sedangkan menurut
Nurarif & Kusuma (2013), artritis adalah peradangan sendi dengan ciri-ciri bengkak,
dan gangguan fungsi sendi tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan artritis adalah penyakit
sendi yang merupakan proses peradangan pada satu atau lebih persendian yang ditandai
dengan rasa sakit kebengkakan, dan keterbatasan sendi.

2.2 Klasifikasi Artritis

Menurut Muttaqin (2008), artritis dapat diklasifikaikan menjadi osteoartritis, dan


artritis rheumatoid :
2.2.1 Osteoartritis

Osteoartritis atau penyakit degenerative merupakan keadaan kronis yang


menyebabkan degenerasi kartilago tulang dan pembentukan tulang baru sebagai reaksi
atas degenerasi tersebut di daerah tepi serta daerah subkrondrium sendi (Kowalak,
2011). Sedangkan menurut Nurarif & Kusuma (2013), osteoartritis (OA) merupakan
penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi, vertebra,
panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA.

4
5

2.2.2 Artritis Rheumatoid

Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbacterial yang bersifat sistemik,


progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai system organ (Muttaqin, 2008).
Sedangkan menurut McPhee & Ganong (2010), artritis rheumatoid adalah suatu
penyakit peradangan sistemik kronik yang ditandai oleh peradangan simetris menetap
banyak sendi perifer.
Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan
terutama menyerang persendian perifer serta otot-otot, tendon, ligamen, dan pembuluh
darah yang ada di sekitarnya (Kowalak, 2011). Selain itu Nurarif & Kusuma (2013)
mengatakan bahwa, artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan
ikat sendi secara simetris.

2.3 Etiologi Artritis

Menurut Kowalak (2011), etologi artritis dapat meliputi:


2.3.1 Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus
Infeksi (virus atau bakteri) yang mungkin terdapat kerja hormone, atau faktor
gaya hidup yang mempengaruhi awitan penyakit ini.
2.3.2 Endokrin
Autoimun akan bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup difteroid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi.
2.3.3 Autoimun
Artritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun yang terjadi pada individu
rentan seetelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketaui. Agen
pemicunya meliputi bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau
mirip sendi secara antigenic.
2.3.4 Metabolik
Pembentukan antibodi immunoglobulin (Ig) M terhadap IgG tubuh sendiri (yang
juga dinamakan factor rheumatoid); factor rheumatoid akan menggumpal menjadi
6

kompleks dan menimbulkan inflamasi yang menyebabkan kerusakan kartilago


serta memicu respons imun yang lain.
2.3.5 Faktor genetik serta factor pemicu lingkungan
Aktivasi imun yang abnormal (terjadi pada individu ysng secara genetik memiliki
kerentanan) sehingga timbul inflamasi, fiksasi komplemen, dan proliferasi sel di
dalam persendian serta selubung tendon.

2.4 Manisfestasi Klinis Artritis

Menurut Kowalak (2011), keluhan utama dari osteoarthritis adalah nyeri sendi.
Nyeri disebabkan oleh peradangan dan gangguan mekanik. Nyeri karena peradangan
biasanya betambah di pagi hari atau setelah lutut menetap pada satu posisi dalam waktu
lama dan berkurang saat bergerak. Sedangkan nyeri mekanik akan lebih terasa saat
melakukan aktivitas lama dan berkurang saat istirahat, kemungkinan hal ini
berhubungan dengan kerusakan kartilago yang sudah parah..
Selain itu penderita OA akan merasakan Kaku atau keterbatasan gerak pada sendi,
hal ini hampir dirasakan semua penderita OA, terutama pada pagi hari, namun dapat
juga terjadi setelah istirahat agak lama. Kekakuan osteoartritis biasanya terjadi kurang
dari 30 menit (Kowalak, 2011).
Pembengkakan sendi juga akan dialami oleh penderita OA, pembekakan sendi
merupakan reaksi peradangan sehingga terjadi penggumpalan cairan dalam ruang sendi.
Pada inflamasi aktualitas tinggi, pembengkakan dapat disertai nyeri tekan, gangguan
gerak, peningkatan temperatur lokal dan warna kemerahan (Kowalak, 2011).
Penderita OA selanjutnya akan mengalami perubahan pola jalan. Perubahan pola
jalan terjadi dimana fase weigh bearing pada sisi yang sakit akan lebih cepat (analitic
gait) (Kowalak, 2011).
Tidak hanya keluhan tersebut, tanda dan gejala OA lain yang mungkin dialami
yaitu Hambatan gerak sendi dimna gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri, Krepitasi atau bisa disebut rasa
gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit, dan Pembesaran
sendi (deformitas) (Kowalak, 2011).
7

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), tanda dan gejala artritis rheumatoid
berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
2.4.1 Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala lokal yang
berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi matakarpofalangeal.
Pemeriksaan fisik : tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan tangan dan
fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan local
berupa pembengkakan nyeri serta tanda-tanda efusi sendi.
2.4.2 Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya
timbul/ketidakstabilan sendi akibat rupture tendo/ligament yang menyebabkan
deformitas rheumatoid yang khas berupa devisi ulnar jari-jari, devisi radial/volar
pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.

Untuk menegakkan diagnosa artritis rheumatoid diperlukan beberapa kriteria


Artritis Rheumatoid menurut American Rheumatism Association (ARA) tahun 1970
yaitu : Kaku pagi hari daerah sendi sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan
maksimal, artritis pada 3 daerah persendian atau lebih, artritis pada persendian tangan,
pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu
sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu, Pembengkakan sendi
yang bersifat simetris, Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstensor,
gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid, dan Perubahan karakteristik
histologis lapisan synovial (Corwin, 2009).

2.5 Patofisiologi Artritis

Jejas mekanis dan kimiawi pada synovia sendi terjadi multifocal, anatara lain
faktor usia, stress mekanis, penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis,
obesitas, genetic, humoral. Pada proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi
kondrosit. Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup di dalam tulang rawan sendi.
Pada tulang rawan sendi terjadi perlunakan dan iregularitas pada tulang rawan sendi lalu
terbentuknya lapisan dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau adanya cairan
8

viskosa menyebabkan kekakuan pada sendi. Pada OA juga terjadi peningkatan


vaskularisasi yang menyebabkan pembentukan osteofit pada ujung persendian lalu
mengalami peningkatan tekanan intraartikular akibat kogesti vaskuler dan terjadi
perubahan mekanis otot akibatnya tubuh menjadi lemah. Pada membrane synovial
terjadi penebalan berupa kista lalu terjadi pembengkakan pada sendi yang
mengakibatkan fibrosis pada kapsul, osteofit, atau iregularis permukaan sendi. Pada
tulang rawan terjadi kerusakan yang menyebabkan kontraktur lalu mengalami
deformitas (Muttaqin, 2008).
Pada artritis rheumatoid terjadi proses peradangan. Jika tidak dihentikan, proses
inflamasi di dalam persendian akan terjadi dalam empat tahap (McPhee & Ganong,
2010) :
1. Kelainan pada synovial :Kelainan artritis rheumatoid dimulai pada synovia berupa
synovitis. Pada tahap awal terjadi hyperemia dan pembengkakan pada sel-sel yang
meliputi synovia disertai infiltrasi limfosit dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi
pembentukan vilus yang berkembang ke ruang sendi dan terjadi nekrosis. Pada
pemeriksaan mikroskopik, ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh
jaringan fibroblast membentuk garis radial kea rah bagian nekrosis.
2. Kelainan pada tendo : Kelainan pada tendo terjadi tenosynovitis disertai invasi
kolagen yang dapat menyebabkan rupture tendo secara parsial atau total.
3. Kelainan pada daerah artikuler : Ada 3 stadium kelainan yang terjadi pada tulang
meliputi a) Stadium I (stadium synovitis) : Pada tahap ini awal terjadi kongesti
vascular, proliferasi synovial disertai infiltrasi lapisan subsinovial oleh sel-sel
polimorfi limfosit dan sel plasma. Selanjutnya terjadi penebalan struktur kapsul sendi
disertai pembentukan vili pada sinovium dan efusi pada sendi/pembungkus tendo; b)
Stadium II (stadium destruksi) : Pada stadium ini inflamasi berlanjut menjdi kronis
serta terjadi destruksi sendi dan tendo. Kerusakan pada tulang rawan sendi karena
enzim proteolitik dan jaringan vascular pada lipatan synovia sertajaringan granulasi
terbentuk pada permukaan sendi (panus). Pada tendo terjadi tenosynovitis dsertai
invasi kolagen yang dapat menyebabkan rupture; dan c) Stadium III (stadium
deformitas) : Pada stadium ini koordinasi antara destruksi sendi, ketegangan selaput
sendi, dan rupture tendo akan menyebabkan instabilitas dan deformitas sendi.
9

4. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler : Perubahan patologis yang dapat terjadi pada
jaringan ekstra-artikuler diantaranya (1) otot terjadi miopati pada elektromiograf
yang menunjukkan adanya degenerasi serabut otot, (2) pembuluh darah perifer
terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa, (3)
nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral dan
dikelilingi oleh lapisan sel mononuclear ysng tersusun secara radial dengan jaringan
ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat, (4) kelenjar limfe terjadi
pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi, hiperplasi folikuler,
peningkatan aktivitas system retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan
splenomegali, (5) saraf terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit,
dan (6) organ visera terjadi demam reumatik pada jantung dan menyebabkan
gangguan katub jantung berakhir dengan kegagalan fungsi jantung.
10

Reaksi faktor R dengan antibody, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus
2.6 Pathway
Reaksi peradangan

Osteoartritis Artritis Rheumatoid

Tulang Peningkatan Membran Kerusakan pada Sinovilis Tenosinovitis Kelainan Kelainan pada
rawan sendi vasskularisasi sinovial tulang dan pada jaringan
tulang rawan tulang ekstra-
Hiperemia dan Invasi artikuler
Perlunakan Pembentukan Penebalan pembengkakan kolagen
tulang osteofit berupa Kontraktur Erosi tulang
rawan sendi kista kapsul serta & kerusakan Atrofi otot
instabilitas sendi Nekrosis dan Ruptur pada tulang
Peningkatan keruskan tendo rawan
Adanya tekanan Pembengkakan ruang sendi Keterbatasan
cairan intraartikuler sendi Defeormitas Gerakan
viskosa sendi Instabilitas dan Sendi
Kekakuan
Nyeri Sendi deformitas sendi
Perubahan Fibrosis pada Akut
Kekakuan mekanisme kapsul, osteofit, Perubahan Defisit
sendi sendi atau permukaan bentuk tulang Gangguan Perawatan Diri
dan sendi Hambatan
sendi mekanis dan
Mobilitas
Fisik fungsional
Hambatan Nyeri pada sendi
Gangguan Hilangnya
Mobilitas Akut Hilangnya
Citra Kekuatan Otot
Fisik kekuatan otot
Tubuh
Gambaran khas Perubahan
Keterbatasan
nodul subkutan bentuk pada
gerakan sendi Resiko tulang dan sendi Resiko
Cedera Ansietas
Cidera
Defisit Perawatan Ansietas Gangguan
Diri Citra
11

2.7 Penatalaksanaan Artritis

2.7.1 Medis (Kowalak, 2011)

1. Medikasi
Pada penderita osteoarthritis dan arthritis rheumatoid dapat diatasi dengan
pemberian obat-obatan diantaranya golongan salisilat khususnya aspirin (terapi
utama) untuk mengurangi inflamasi dan meredakan nyeri sendi. Lalu obat-obat
golongan antiinflamasi nonsteroid, seperti fenoprofen (Nalfon), ibuprofen
(Motrin), dan indometasin (Indocin) untuk meredakan inflamasi dan nyeri.
Obat-obat golongan antimalarial, seperti hidroksiklorokuin sulfat (plaquenil),
sulfasalazine (Azulfidin), garam emas dan penisilamin (Cuprimine) untuk
mengurangi inflamasi akut dan kronis juga bisa digunakan untuk penderita artritis.
Selain itu obat golongan kortikosteroid bisa digunakan dalam pengobatan ini,
seperti prednisone dengan dosis rendah untuk memberikan efek antiinflamasi dan
dengan dosis tinggi untuk memberikan efek imunosupresi pada sel T. serta
pemberian azathioprin (Imuran), siklosporin (Neoral), dan metotreksat (Folex)
diberikan pada penyakit yang dini berfungsi untuk menimbulkan imunosupresi
dengan menekan proliferasi limfosit T dan B yang menyebabkan destruksi
synovial.
2. Pembedahan
Pembedahan merukan salah satu cara untuk memperbaiki kondisi tulang pada
penderita arthritis apabila kondisi sudah parah dan tidak bisa dengan terapi
farmakologi maupun nonfarmakologi. Tindakan bedah yang bisa dilakukan
diantaranya (1) Sinovektomi yaitu pengangakatan synovial yang sudah rusak
disertai proliferasi dan biasanya terdapat pada sendi pergelangan tangan, lutut,
serta jari-jari tangan. Tindakan ini diharapkan dapat menghentikan atau
memperlambat perjalanan penyakit artritis rheumatoid, (2) Osteotomy
(pemotongan tulang atau eksisi baju tulang) untuk meratakan permukaan sendi
dan meredistribusi tekanan, (3) Pemindahan tendon untuk mencegah deformitas
atau mengurangi kontraktur, (4) Rekonstruksi sendi atau artroplasti total sendi
yang meliputi artroplasti reseksional kaput metatarsal dan ujung distal ulna,
insersi prostesa Silastic di antara sendi metakarpofalangeal dan interphalangeal

11
12

proksimal (penyakit yang berat), (5) Arthrodesis (fusi sendi) untuk menghasilkan
stabilitas dan meredakan rasa nyeri (dengan mengorbankan mobilitas sendi), (6)
Atroplasti yaitu penggantian parsial atau total bagian sendi yang rusak dengan
protesis, dan (7) Osteoplasti (pengerokan dan pencucian tulang yang rusak dari
dalam sendi).
3. Pengobatan Herbal
Pengobatan herbal dengan khasiat anti-inflamasi telah digunakan pada beberapa
generasi untuk mengurangi gejala artritis rheumatoid. Pengobatan ini meliputi
cakar kucing, cakar setan, dan herba Cina lei gong teng.

2.7.2 Keperawatan (Kowalak, 2011)

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat diberikan pada penderita arthritis yaitu


pada sendi yang mengalami inflamasi diistirahatkan selama eksaserbasi, periode
istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian, periksa semua sendi dengan
mencari adanya deformitas, kontraktur, immobilitas, dan ketidakmampuan melakukan
kegiatan sehari-hari, pantau tanda-tanda vital, lakukan perawatan kulit, pantau lama rasa
kaku di pagi hari, pasang bidai dengan teliti dan benar.

2.8 Komplikasi Artritis

Menurut Corwin (2009), Komplikasi utama dari artritis yaitu :


2. 8 1 Nodulus rheumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada
paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu.
Glaucoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan
ocular terbentuk pada mata.
2. 8 2 Vaskulitis (inflamasi system vascular) dapat menyebabkan thrombosis dan
infark.
2. 8 3 Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi,
dan stress keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
2. 8 4 Ankilosis fibrosis adalah hal paling umum yang dapat terjadi di antara konilus
dan fossa sehingga dikus akan menilang dari ruang diskal.
13

2. 8 5 Kontraktur jaringan lunak adalah terbatasnya mobilitas sendi sebagai akibat dri
perubahan patlogis pada permukaan send atau jaringa lunak yang secara fugsionl
berhubungn dengan sendi.
2. 8 6 Sindrom sjogren adalah sebuah kelainan auoimun dimana sel imun menyerang
dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang memproduki air mata dan liur.
2. 8 7 Kompresi medulla spinalis adalah jaringan syaraf berbentuk seperti kabel putih
memanjang dari medulla oblongata turun melalui tulang belakan dan bercabang
ke berbagai bagian tubuh.
2. 8 8 Penyakit sendi temporomandibular adalah penyakit umum yng dissertai dengan
sakit di sekitar sendi dan otot rahang yang mengontrol kunyahan. Sakit
disebabkan oleh multifungsi system otot, ligamen, disk, dan tulang.
2. 8 9 Infeksi adalah profess infasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme kedalam
tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasite), yang saat dalam keadaan
normal mikroorganise tersebut tidak terdapat dalam tubuh.
2. 8 10 Osteoporosis adalah kondisi saat kulitas kepadatan tulang menurun. Kondisi ini
mmembuat tulang menjadi keropos dan rentan retak.
2. 8 11 Miosis (inflamasi otot-otot volunteer) adalah proses dimana jumah kromosom
menjadi setengahnya selama pembentukan gamet.
2. 8 12 Limfadenopati adalah istilah medis untuk menggambarkan adanya
pembengkakan pada kelenjar limfe.
2. 8 13 Neuritis perifer adalah akibat dari kerusakan syaraf perifer yang sering
menyebabkan kelemahan, mati rasa, dan nyeri. Biasanya terjadi pada tangan dan
kaki.

2.9 Pemeriksaan Penunjang Artritis

Menurut Kowalak (2011), pemeriksaan penunjangan artritis yaitu :


2.9.1 Peningkatan faktor reumatoid serum pada 80% kasus.
2.9.2 Perubahan radiograf mencakup dekalsifikasi tulang sendi.
2.9.3 Aspirasi cairan sinovial dapat memperlihatkan adanya sel darah putih dalam
kultur yang steril.
14

2.9.4 Foto rontgen pada artritis rheumatoid yang memperlihatkan demineralisasi tulang
dan pembengkakan jaringan lunak (stadium awal), perubahan kartilago serta
penyempitan rongga sendi dan akhirnya, destruksi kartilago serta tulang, erosi,
subluksasio, serta deformitas (stadium lanjut). Sedangkan pada osteoartritis akan
memperlihatkan Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi, Endapan tulang
mirip kista dalam rongga serta tepi sendi dan sklerosis rongga subkondrium,
Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi, Pertumbuhan tulang di
daerah yang menyangga beban tubuh, dan Fusi atau penyatuan sendi.
2.9.5 Titet faktor reumatoid positif pada 75% hingga 80% pasien (titer 1.160 atau lebih
tinggi).
2.9.6 Analisis cairan sinovial yang memperlihatkan peningkatan volume dan turbiditas
terapi dengan penurunan viskositas dan kenaikan jumlah sel darah putih (yang
biasanya lebih dari 10.000/µl).
2.9.7 Elektroforesis serum yang mungkin menunjukkan kenaikan kadar globulin serum.
2.9.8 Laju endap darah dan kadar C-reaktif protein yang memperlihatkan kenaikan pada
85% hingga 90% pasien (yang mungkin berguna untuk memantau respons
penyakit terhadap terapi karena kenaikan keduanya sering kali sejajar dengan
aktivitas penyakit).
2.9.9 Hitung darah lengkap yang biasanya memperlihatkan anemia sedang, leukositosis
ringan, dan trombositosis ringan.

2.10 Prognosis Artritis

Prognosis pada artritis biasanya berjalan lambat. Masalah utama yang sering
dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan
bila harus menanggung beban, terutama pada lutut. Maalah ini berarti bahwa orang
tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini
sering kali meliputi perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan
olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu
(Price, 2005)‘
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Meliputi nama, jenis kelamin (wanita beresiko dua kali lipat lebih besar daripada
risiko pada laki-laki), usia (bisa terjadi pada usia 40 hingga 60 tahun), alamat, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
dan diagnosa medis.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama
Biasanya terjadi nyeri pada daerah sendi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri pada daerah sendi, nyeri karena
peradangan, nyeri bersifat menusuk, nyeri dapat menjalar atau menyebar, skala
nyeri 1-3, nyeri dirasa waktu pagi hari. Pada pasien artritis rheumatoid stadium
awal biasanya ditandai dengan gangguan keadaan umum berupa malaise,
penurunan berat badan, rasa capek, sedikit panas, dan anemia. Gejala local yang
berupa pembengkakan, nyeri, dan gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu, serta sendi panggul. Pada
osteoarthritis keluhan yang dapat dirasakan yaitu kekakuan, hambatan gerak
sendi, krepitasi, pembesaran sendi (deformitas), perubahan gaya berjalan, dan
tanda-tanda peradanan.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Biasanya klien memiliki riwayat penyakit yang sama, serta penyakitdiabetes akan
menghambat proses penyembuhan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

15
16

Biasanya ada salah satu keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
5. Riwayat Psikososial
Biasanya klien dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena perubahan
bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah

3.1.3 Pemeriksaan Sekunder

1. Penampilan atau keadaan umum


Wajah terlihat menahan sakit, memgang daerah yang sakit, lemah, lemas.
2. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien composmentis GCS 15.
3. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : Biasanya tidak terjadi peningkatan (Normalnya 36,5-37,5°C)
Tekanan Darah : Biasanya tidak terjadi peningkatan (Normalnya 70/100-80/110
mmHg)
RR : Biasanya tidak terjadi peningkatan (Normalnya 16-22 x/menit)
Nadi : Biasanya tidak terjadi peningkatan (Normalnya 60-100
x/menit)
4. Pemeriksaan B6
a. B1 (Breathing) : Klien artritis tidak menunjukkan kelainan system pernapasan
pada saat inspeksi. Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan
dan kiri. Pada auskultasi, tidak ada suara napas tambahan.
b. B2 (Blood) : Klien artritis tidak ada iktus jntung pada palpasi. Nadi mungkin
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, ada suara S1 dan S2 tunggal dan
tidak ada murmur.
c. B3 (Brain) : Klien artritis kesadaran biasanya composmentis.pada kasus yang
lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan geisha.
1. Kepala dan wajah : Ada sianosis
2. Mata : Sklera biasanya tidak ikterik
3. Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
17

4. Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalan keadaan normal.


Tidak ada lesi atau nyeri tekan
5. Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping
hidung
6. Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
7. Status mental : Penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak
mengalami perubahan
8. Pemeriksaan saraf kranial
Nervus I : Tidak ada kelainan pafa fungsi penciuman.
Nervus II : Tes ketajaman penglihatan normal.
Nervus III, IV, VI : Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata,
pupil isokor.
Nervus V : Klien artritis reumatoid umumnya tidak mengalami
paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Nervus VII, XII : Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
Nervus VIII : Tidak ditemukan tuli konduktif atau tuli persepsi.
Nervus IX, X, XI : Kemampuan menelan baik dan tidak ada atrofi oto
stemokleidomastoideus dan trapezius.
Nervus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. B4 (Bladder) : Klien artritis pada produksi urine biasanya dalam batas normal
dan tidak ada keluhan pada system perkemihan
e. B5 (Bowel) : Klien artritis uumnya tidak mengalami gangguan eliminasi.
Meskipun demikian, perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses,
frekuensi berkemih, kepekatan urine, warna, bau, dan jumlah urine juga harus
dikaji. Gangguan gastrointestinal yang sering adalah mual, nyeri lambung,
yang menyebabkan klien tidak nafsu makan, terutama klien yang menggunakan
obat reumatik dan NSAID. Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang
defekasi.
f. B6 (Bone) :
18

Look : Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal),


deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar
lutut, panggul, dan pergelangan tangan. Adanya degenerasi serabut otot
memungkinkan terjadinya pengecilan, atrofi otot yang disebabkan oleh tidak
digunakannya otot akibat inflamasi sendi. Sering ditemukan nodul subkutan
multiple
Feel : Nyeri tekan pada sendi yang sakit
Move : Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan manifestasi
nyeri bila menggerakkan sendi yang sakit. Klien sering mengalami kelemahan
fisik sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi : pada tahap awal, foto rontgen tidak menunjukkan
kelainan yang mencolok. Pada tahap lanjut, terlihat razefaksi korteks sendi
yang difus dan disertai trabekulasi tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi
perubahan degenerative berupa densitas, iregularitas permukaan sendi, serta
spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang rawan, akan terlihat
penyempitan ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
b. Pemeriksaan laboratorium : ditemukan peningkatan laju endap darah, anemia
normositik hipokrom, reaksi protein-C positif dan mukoprotein meningkat,
factor rheumatoid positif 80% (uji Rose-Waaler) dan factor antinuclear positif
80%, tetapi kedua uji ini tidak spesifik.

3.1.4 Analisa Data

No.
Symptom Etiologi Problem
Dx
1. DS : Peningkatan vaskularisasi Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri pada
sendi Pembentukan osteofit
DO :
- Wajah klien tampak meringis Peningkatan tekanan
- P : Nyeri karena peradangan intraartikuler
19

- Q : Nyeri bersifat menussuk


- R : Nyeri menjalar atau
menyebar pada sendi yang Perubahan mekanisme sendi
menglami masalah
- S : Skala nyeri 1-3 Kerusakan ruang sendi
- T : Nyeri pada pagi hari
2. DS : Tulang rawan sendi Hambatan mobilitas
Klien mengatakan terasa kaku fisik
pada daerah sendi Perlunakan tulang rawan
DO :
- Klien hanya istirahat Kekakuan sendi
- Klien mengurangi aktivitas
3. DS : Kerusakan pada tulang dan Gangguan citra tubuh
Klien mengatakan malu karena tulang rawan
bentuk tulang tidak beraturan
DO : Kontraktur kapsul serta
- Klien tidak mau keluar rumah instabilitas sendi
- Klien menutupi bagian tubuh
yang berubah Deformitas sendi

Perubahan bentuk tulang dan


sendi

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (perubahan patologis oleh artritis rheumatoid.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kaku sendi.
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh.
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan.
5. Defisit perawatan diri b.d gangguan musculoskeletal.
6. Resiko Cedera b.d hilangnya kekuatan otot.
20

3.3 Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria
keperawatan Intervensi
hasil Rasional
1 Nyeri akut NOC NIC
b.d agen Tujuan: Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
cedera Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Karena pada pasien
biologis tindakan keperawatan nyeri komprehensif ini sebagian besar
(perubahan selama 2x24 yang meliputi lokasi, mengalami nyeri
patologis diharapkan nyeri karakteristik, sehingga perlu
oleh artritis berkurang, hilang, onset/durasi, diketahui sekala nyeri
rheumatoid. atau teratasi. frekuensi, kualitas, 2. Apalabila pasien
Dengan KH: intensitas atau mengerti tentang
1. Mengenali kapan beratnya nyeri dan nyeri maka akan
nyeri terjadi factor pencetus menurunkan
2. Menggunakan 2. Gali pengetahuan dan kecemasan
tindakan kepercayaan pasien 3. Teknik relaksasi
pengurangan nyeri mengenai nyeri merupakan salah satu
tanpa analgesic 3. Ajarkan pengunaan teknik menurunkan
maupun dengan teknik non nyeri
analgesik farmakologi misalnya 4. Karena pada pasien
3. Melaporkan nyeri relaksasi nyeri sering kesulitan
yang terkontrol 4. Dukung istirahat yang tidur
adekuat untuk 5. Karena informasi
membantu penurunan yang jelas akan
nyeri mempengaruhi
5. Berikan informasi tingkat kesembuhan
untuk meningkatkan pasien
pengetahuan dan Pemberian Analgesik
respon keluarga 1. Apabila nyeri tidak
terhadap pengalaman teratasi dengan teknik
21

nyeri farmakologi, meka


Pemberian Analgesik pemberian analgesic
1. Kolaborasikan dengan perlu diberikan
dokter untuk
menentukan pilihan
obat analgesic
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
2 Hambatan Tujuan: Peningkatan Mekanika Peningkatan Mekanika
mobilitas Setelah dilakukan Tubuh Tubuh
fisik b.d kaku tindakan keperawatan 1. Kaji kemampuan klien 1. Karena dengan
sendi. selama 1x24 untuk menggunakan meletakkan postur
jamdiharapkan klien posisi tubuh yang tubuh yang benar
mampu melaksanakan benar akan mempermudah
aktivitas fisik sesuai Peningkatan Latihan mobilitas
dengan 1. Bantu klien untuk Peningkatan Latihan
kemampuannya. menggerakkan pola 1. Karena pada
Dengan KH: gerakan yang diajakan ekstremitas yang tidak
1. Merencakan latihan pada ektremitas yang sakit akan membantu
yang tepat tidak sakit ekstremitas yang sakit
2. Tidak mengalami 2. Ajarkan klien untuk melakukan
kontraktur sendi melakukan latihan gerakan
3. Gerakan oto tidak gerak aktif pada 2. Karena sering pada
terganggu ekstremitas yang tidak ekstremitas yang sakit
4. Mempertahankan sakit mempengaruhi
koordinasi optimal 3. Evaluasi tingkat ekstremitas yang tidak
5. Menunjukkan kekuatan otot sakit
peningkatan 4. Kolaborasikan dengan 3. Pada pasien ini
bergerak keluarga dan tenaga biasanya mengalami
kesehatan yang lain penurunan kekuatan
dalam merencanakan, otot
22

mengajarkan, dan 4. Apabila banyak


memonitor program dukungan maka akan
latiham otot mendukung semangat
klien dalam
melakukan aktivitas
3 Gangguan Setelah dilakukan Peningkatan Citra Peningkatan Citra
citra tubuh tindakan keperawatan Tubuh Tubuh
b.d selama 2x24 1. Tentukan harapan 1. Karena pada pasien
perubahan jamdiharapkan citra diri pasien ini sering mengalami
fungsi tubuh. persepsi terhadap didasarkan pada tahap penurunan citra tubuh
penampilan dan fungsi perkembangan 2. Perubahan tulang dan
tubuh sendiri kembali 2. Bantu pasien untuk sendi akan terjadi
positif. mendiskusikan pada penyakit ini
Dengan KH: perubahan-perubahan sehingga perlu
1. Gambaran internal tulang dan sendi pemahaman pasien
diri konsisten disebabkan adanya 3. Karena pasien sering
positif penyakit tidak paham tentang
2. Sikap terhadap 3. Identiikasi cara untuk cara menurunkan
menyentuh bagian menurunkan dampak dampak perubahan
tubuh yang dari adanya perubahan tubuh
terkena artritis bentuk tubuh 4. Kelompok pendukung
rheumatoid 4. Identifikasi kelompok sangat penting
konsisten positif pendukung yang mempengaruhi
3. Penyesuaian tersedia bagi pasien tingkat fungsi tubuh
terhadap 5. Gunakan latihan menjadi positif
perubahan membuka diri dengan 5. Keluarga merupakan
tampilan fisik keluarga bagian utama
seseorang jujur
tentang keadaannya
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Artritis adalah penyakit sendi yang merupakan proses peradangan pada satu atau
lebih persendian yang ditandai dengan rasa sakit kebengkakan, dan keterbatasan sendi.
Artritis dibagi menjadi Osteoartritis dan Artritis rheumatoid. Etiologi dari artritis yaitu
Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus, Endokrin,
Autoimun, Metabolic, Faktor genetik serta factor pemicu lingkungan. Manifestasi
osteoarthritis dan artritis rheumatoid sama yaitu nyeri sendi dan kekakuan sendi.
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya Penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup, Kontraktur jaringan lunak, Deformitas sendi dan masih banyak lagi.
Penatalaksanan secara medis yaitu diantaranya dengan pemberian obat-obatan dan
jika terjadi kelainan lebih lanjut maka dilakukan pembedahan. Sedangkan
penatalaksanaan keperawatan yaitu menganjurkan istrirahat, mengompres, dan lain-lain.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien artritis mulai dari
pengkajian misalnya biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pengkajian sekunder,
pemeriksaan penunjang, dan analisa data. Setelah itu ditentukan diagnosa keperawatan
dan dilanjut dengan intervensi keperawatan.

4.2 Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah
agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan
dengan penatalaksaan yang lebih efektif mengenai artritis karena di dalam makalah ini
penatalaksaannya masih banyak kekurangan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2009). Patofisiologi : buku saku. Jakarta: EGC.

Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju


Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Price, S. A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

24

Você também pode gostar