Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SISTEM MUSKULOSKELETAL II
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ARTRITIS”
Dosen Pembimbing :
Isni Lailatul Maghfiroh, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 01 (VII-A)
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu
dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “KONSEP ASKEP ARTRITIS”. Makalah ini disusun sebagai
tugas mata kuliah “SISTEM MUSKULOSKLETALII”.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bpk. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Lamongan.
2. Bpk. Arifal Aris, S. Kep. Ns, M.Kes selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
3. Isni Lailatul Maghfiroh., S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing dan dosen mata
kuliah Sistem Muskuloskeletal II.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
MAKALAH .................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan umum.................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................... 4
2.1 Definisi Artritis.............................................................................................. 4
2.2 Klasifikasi Artritis ......................................................................................... 4
2.2.1 Osteoartritis ...................................................................................... 4
2.2.2 Artritis Rheumatoid .......................................................................... 5
2.3 Etiologi Artritis.............................................................................................. 5
2.4 Manisfestasi Klinis Artritis ........................................................................... 6
2.5 Patofisiologi Artritis ...................................................................................... 7
2.6 Pathway ....................................................................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan Artritis .............................................................................. 11
2.7.1 Medis (Kowalak, 2011) .................................................................. 11
2.7.2 Keperawatan (Kowalak, 2011) ....................................................... 12
2.8 Komplikasi Artritis ...................................................................................... 12
2.9 Pemeriksaan Penunjang Artritis .................................................................. 13
2.10 Prognosis Artritis ....................................................................................... 14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS .............................. 15
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 15
3.1.1 Identitas .......................................................................................... 15
3.1.2 Riwayat Kesehatan ......................................................................... 15
iv
v
1
2
menonjol. Selain itu keadaan ini akan masalah yaitu perubahan bentuk sendi. Oleh
sebab itu perawat harus dapat mengkaji secara adekuat pasiendengan kelainan bentuk
sendi dan memulai tindakan keperawatan. Meskipun peran perawat dalam program
pencegahan amat penting, perannya dalam mengenali dan merawat juga tidak kalah
pentingnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun
makalah tentang konsep artritis untuk mengetahui lebih dalam tentang karakteristik
artritis serta bagaimana penatalaksanaan keperawatan yang tepat. Sehingga kejadian
yang tidak diinginkan seperti adanya komplikasi lebih lanjut seperti angka kesakitan
pada artritis ini dapat dikurangi.
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan konsep
penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada pasien artritis.
3
Artritis adalah peradangan sendi dan dapat mempengaruhi beberapa sendi (Price,
2005). Artritis adalah penyakit bersifat kronis dan terjadi seumur hidup dan biasanya
menyerang pria dan wanita yang berusia di atas 55 tahun (Muttaqin, 2008). Artritis
adalah peradangan pada satu atau lebih persendian yang disertai dengan rasa sakit
kebengkakan, dan keterbatasan bergerak (McPhee & Ganong, 2010).
Artritis adalah penyakit sendi yang menyerang tulang rawan sendi yang rusak dan
menyebabkan sendi menjadi sakit dan bengkak (Kowalak, 2011). Sedangkan menurut
Nurarif & Kusuma (2013), artritis adalah peradangan sendi dengan ciri-ciri bengkak,
dan gangguan fungsi sendi tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan artritis adalah penyakit
sendi yang merupakan proses peradangan pada satu atau lebih persendian yang ditandai
dengan rasa sakit kebengkakan, dan keterbatasan sendi.
4
5
Menurut Kowalak (2011), keluhan utama dari osteoarthritis adalah nyeri sendi.
Nyeri disebabkan oleh peradangan dan gangguan mekanik. Nyeri karena peradangan
biasanya betambah di pagi hari atau setelah lutut menetap pada satu posisi dalam waktu
lama dan berkurang saat bergerak. Sedangkan nyeri mekanik akan lebih terasa saat
melakukan aktivitas lama dan berkurang saat istirahat, kemungkinan hal ini
berhubungan dengan kerusakan kartilago yang sudah parah..
Selain itu penderita OA akan merasakan Kaku atau keterbatasan gerak pada sendi,
hal ini hampir dirasakan semua penderita OA, terutama pada pagi hari, namun dapat
juga terjadi setelah istirahat agak lama. Kekakuan osteoartritis biasanya terjadi kurang
dari 30 menit (Kowalak, 2011).
Pembengkakan sendi juga akan dialami oleh penderita OA, pembekakan sendi
merupakan reaksi peradangan sehingga terjadi penggumpalan cairan dalam ruang sendi.
Pada inflamasi aktualitas tinggi, pembengkakan dapat disertai nyeri tekan, gangguan
gerak, peningkatan temperatur lokal dan warna kemerahan (Kowalak, 2011).
Penderita OA selanjutnya akan mengalami perubahan pola jalan. Perubahan pola
jalan terjadi dimana fase weigh bearing pada sisi yang sakit akan lebih cepat (analitic
gait) (Kowalak, 2011).
Tidak hanya keluhan tersebut, tanda dan gejala OA lain yang mungkin dialami
yaitu Hambatan gerak sendi dimna gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri, Krepitasi atau bisa disebut rasa
gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit, dan Pembesaran
sendi (deformitas) (Kowalak, 2011).
7
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), tanda dan gejala artritis rheumatoid
berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
2.4.1 Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala lokal yang
berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi matakarpofalangeal.
Pemeriksaan fisik : tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan tangan dan
fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan local
berupa pembengkakan nyeri serta tanda-tanda efusi sendi.
2.4.2 Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya
timbul/ketidakstabilan sendi akibat rupture tendo/ligament yang menyebabkan
deformitas rheumatoid yang khas berupa devisi ulnar jari-jari, devisi radial/volar
pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.
Jejas mekanis dan kimiawi pada synovia sendi terjadi multifocal, anatara lain
faktor usia, stress mekanis, penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis,
obesitas, genetic, humoral. Pada proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi
kondrosit. Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup di dalam tulang rawan sendi.
Pada tulang rawan sendi terjadi perlunakan dan iregularitas pada tulang rawan sendi lalu
terbentuknya lapisan dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau adanya cairan
8
4. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler : Perubahan patologis yang dapat terjadi pada
jaringan ekstra-artikuler diantaranya (1) otot terjadi miopati pada elektromiograf
yang menunjukkan adanya degenerasi serabut otot, (2) pembuluh darah perifer
terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa, (3)
nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral dan
dikelilingi oleh lapisan sel mononuclear ysng tersusun secara radial dengan jaringan
ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat, (4) kelenjar limfe terjadi
pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi, hiperplasi folikuler,
peningkatan aktivitas system retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan
splenomegali, (5) saraf terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit,
dan (6) organ visera terjadi demam reumatik pada jantung dan menyebabkan
gangguan katub jantung berakhir dengan kegagalan fungsi jantung.
10
Reaksi faktor R dengan antibody, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus
2.6 Pathway
Reaksi peradangan
Tulang Peningkatan Membran Kerusakan pada Sinovilis Tenosinovitis Kelainan Kelainan pada
rawan sendi vasskularisasi sinovial tulang dan pada jaringan
tulang rawan tulang ekstra-
Hiperemia dan Invasi artikuler
Perlunakan Pembentukan Penebalan pembengkakan kolagen
tulang osteofit berupa Kontraktur Erosi tulang
rawan sendi kista kapsul serta & kerusakan Atrofi otot
instabilitas sendi Nekrosis dan Ruptur pada tulang
Peningkatan keruskan tendo rawan
Adanya tekanan Pembengkakan ruang sendi Keterbatasan
cairan intraartikuler sendi Defeormitas Gerakan
viskosa sendi Instabilitas dan Sendi
Kekakuan
Nyeri Sendi deformitas sendi
Perubahan Fibrosis pada Akut
Kekakuan mekanisme kapsul, osteofit, Perubahan Defisit
sendi sendi atau permukaan bentuk tulang Gangguan Perawatan Diri
dan sendi Hambatan
sendi mekanis dan
Mobilitas
Fisik fungsional
Hambatan Nyeri pada sendi
Gangguan Hilangnya
Mobilitas Akut Hilangnya
Citra Kekuatan Otot
Fisik kekuatan otot
Tubuh
Gambaran khas Perubahan
Keterbatasan
nodul subkutan bentuk pada
gerakan sendi Resiko tulang dan sendi Resiko
Cedera Ansietas
Cidera
Defisit Perawatan Ansietas Gangguan
Diri Citra
11
1. Medikasi
Pada penderita osteoarthritis dan arthritis rheumatoid dapat diatasi dengan
pemberian obat-obatan diantaranya golongan salisilat khususnya aspirin (terapi
utama) untuk mengurangi inflamasi dan meredakan nyeri sendi. Lalu obat-obat
golongan antiinflamasi nonsteroid, seperti fenoprofen (Nalfon), ibuprofen
(Motrin), dan indometasin (Indocin) untuk meredakan inflamasi dan nyeri.
Obat-obat golongan antimalarial, seperti hidroksiklorokuin sulfat (plaquenil),
sulfasalazine (Azulfidin), garam emas dan penisilamin (Cuprimine) untuk
mengurangi inflamasi akut dan kronis juga bisa digunakan untuk penderita artritis.
Selain itu obat golongan kortikosteroid bisa digunakan dalam pengobatan ini,
seperti prednisone dengan dosis rendah untuk memberikan efek antiinflamasi dan
dengan dosis tinggi untuk memberikan efek imunosupresi pada sel T. serta
pemberian azathioprin (Imuran), siklosporin (Neoral), dan metotreksat (Folex)
diberikan pada penyakit yang dini berfungsi untuk menimbulkan imunosupresi
dengan menekan proliferasi limfosit T dan B yang menyebabkan destruksi
synovial.
2. Pembedahan
Pembedahan merukan salah satu cara untuk memperbaiki kondisi tulang pada
penderita arthritis apabila kondisi sudah parah dan tidak bisa dengan terapi
farmakologi maupun nonfarmakologi. Tindakan bedah yang bisa dilakukan
diantaranya (1) Sinovektomi yaitu pengangakatan synovial yang sudah rusak
disertai proliferasi dan biasanya terdapat pada sendi pergelangan tangan, lutut,
serta jari-jari tangan. Tindakan ini diharapkan dapat menghentikan atau
memperlambat perjalanan penyakit artritis rheumatoid, (2) Osteotomy
(pemotongan tulang atau eksisi baju tulang) untuk meratakan permukaan sendi
dan meredistribusi tekanan, (3) Pemindahan tendon untuk mencegah deformitas
atau mengurangi kontraktur, (4) Rekonstruksi sendi atau artroplasti total sendi
yang meliputi artroplasti reseksional kaput metatarsal dan ujung distal ulna,
insersi prostesa Silastic di antara sendi metakarpofalangeal dan interphalangeal
11
12
proksimal (penyakit yang berat), (5) Arthrodesis (fusi sendi) untuk menghasilkan
stabilitas dan meredakan rasa nyeri (dengan mengorbankan mobilitas sendi), (6)
Atroplasti yaitu penggantian parsial atau total bagian sendi yang rusak dengan
protesis, dan (7) Osteoplasti (pengerokan dan pencucian tulang yang rusak dari
dalam sendi).
3. Pengobatan Herbal
Pengobatan herbal dengan khasiat anti-inflamasi telah digunakan pada beberapa
generasi untuk mengurangi gejala artritis rheumatoid. Pengobatan ini meliputi
cakar kucing, cakar setan, dan herba Cina lei gong teng.
2. 8 5 Kontraktur jaringan lunak adalah terbatasnya mobilitas sendi sebagai akibat dri
perubahan patlogis pada permukaan send atau jaringa lunak yang secara fugsionl
berhubungn dengan sendi.
2. 8 6 Sindrom sjogren adalah sebuah kelainan auoimun dimana sel imun menyerang
dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang memproduki air mata dan liur.
2. 8 7 Kompresi medulla spinalis adalah jaringan syaraf berbentuk seperti kabel putih
memanjang dari medulla oblongata turun melalui tulang belakan dan bercabang
ke berbagai bagian tubuh.
2. 8 8 Penyakit sendi temporomandibular adalah penyakit umum yng dissertai dengan
sakit di sekitar sendi dan otot rahang yang mengontrol kunyahan. Sakit
disebabkan oleh multifungsi system otot, ligamen, disk, dan tulang.
2. 8 9 Infeksi adalah profess infasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme kedalam
tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasite), yang saat dalam keadaan
normal mikroorganise tersebut tidak terdapat dalam tubuh.
2. 8 10 Osteoporosis adalah kondisi saat kulitas kepadatan tulang menurun. Kondisi ini
mmembuat tulang menjadi keropos dan rentan retak.
2. 8 11 Miosis (inflamasi otot-otot volunteer) adalah proses dimana jumah kromosom
menjadi setengahnya selama pembentukan gamet.
2. 8 12 Limfadenopati adalah istilah medis untuk menggambarkan adanya
pembengkakan pada kelenjar limfe.
2. 8 13 Neuritis perifer adalah akibat dari kerusakan syaraf perifer yang sering
menyebabkan kelemahan, mati rasa, dan nyeri. Biasanya terjadi pada tangan dan
kaki.
2.9.4 Foto rontgen pada artritis rheumatoid yang memperlihatkan demineralisasi tulang
dan pembengkakan jaringan lunak (stadium awal), perubahan kartilago serta
penyempitan rongga sendi dan akhirnya, destruksi kartilago serta tulang, erosi,
subluksasio, serta deformitas (stadium lanjut). Sedangkan pada osteoartritis akan
memperlihatkan Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi, Endapan tulang
mirip kista dalam rongga serta tepi sendi dan sklerosis rongga subkondrium,
Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi, Pertumbuhan tulang di
daerah yang menyangga beban tubuh, dan Fusi atau penyatuan sendi.
2.9.5 Titet faktor reumatoid positif pada 75% hingga 80% pasien (titer 1.160 atau lebih
tinggi).
2.9.6 Analisis cairan sinovial yang memperlihatkan peningkatan volume dan turbiditas
terapi dengan penurunan viskositas dan kenaikan jumlah sel darah putih (yang
biasanya lebih dari 10.000/µl).
2.9.7 Elektroforesis serum yang mungkin menunjukkan kenaikan kadar globulin serum.
2.9.8 Laju endap darah dan kadar C-reaktif protein yang memperlihatkan kenaikan pada
85% hingga 90% pasien (yang mungkin berguna untuk memantau respons
penyakit terhadap terapi karena kenaikan keduanya sering kali sejajar dengan
aktivitas penyakit).
2.9.9 Hitung darah lengkap yang biasanya memperlihatkan anemia sedang, leukositosis
ringan, dan trombositosis ringan.
Prognosis pada artritis biasanya berjalan lambat. Masalah utama yang sering
dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan
bila harus menanggung beban, terutama pada lutut. Maalah ini berarti bahwa orang
tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini
sering kali meliputi perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan
olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu
(Price, 2005)‘
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin (wanita beresiko dua kali lipat lebih besar daripada
risiko pada laki-laki), usia (bisa terjadi pada usia 40 hingga 60 tahun), alamat, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
dan diagnosa medis.
1. Keluhan Utama
Biasanya terjadi nyeri pada daerah sendi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri pada daerah sendi, nyeri karena
peradangan, nyeri bersifat menusuk, nyeri dapat menjalar atau menyebar, skala
nyeri 1-3, nyeri dirasa waktu pagi hari. Pada pasien artritis rheumatoid stadium
awal biasanya ditandai dengan gangguan keadaan umum berupa malaise,
penurunan berat badan, rasa capek, sedikit panas, dan anemia. Gejala local yang
berupa pembengkakan, nyeri, dan gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu, serta sendi panggul. Pada
osteoarthritis keluhan yang dapat dirasakan yaitu kekakuan, hambatan gerak
sendi, krepitasi, pembesaran sendi (deformitas), perubahan gaya berjalan, dan
tanda-tanda peradanan.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Biasanya klien memiliki riwayat penyakit yang sama, serta penyakitdiabetes akan
menghambat proses penyembuhan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
15
16
Biasanya ada salah satu keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
5. Riwayat Psikososial
Biasanya klien dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena perubahan
bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi : pada tahap awal, foto rontgen tidak menunjukkan
kelainan yang mencolok. Pada tahap lanjut, terlihat razefaksi korteks sendi
yang difus dan disertai trabekulasi tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi
perubahan degenerative berupa densitas, iregularitas permukaan sendi, serta
spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang rawan, akan terlihat
penyempitan ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
b. Pemeriksaan laboratorium : ditemukan peningkatan laju endap darah, anemia
normositik hipokrom, reaksi protein-C positif dan mukoprotein meningkat,
factor rheumatoid positif 80% (uji Rose-Waaler) dan factor antinuclear positif
80%, tetapi kedua uji ini tidak spesifik.
No.
Symptom Etiologi Problem
Dx
1. DS : Peningkatan vaskularisasi Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri pada
sendi Pembentukan osteofit
DO :
- Wajah klien tampak meringis Peningkatan tekanan
- P : Nyeri karena peradangan intraartikuler
19
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (perubahan patologis oleh artritis rheumatoid.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kaku sendi.
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh.
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan.
5. Defisit perawatan diri b.d gangguan musculoskeletal.
6. Resiko Cedera b.d hilangnya kekuatan otot.
20
Rencana keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria
keperawatan Intervensi
hasil Rasional
1 Nyeri akut NOC NIC
b.d agen Tujuan: Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
cedera Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Karena pada pasien
biologis tindakan keperawatan nyeri komprehensif ini sebagian besar
(perubahan selama 2x24 yang meliputi lokasi, mengalami nyeri
patologis diharapkan nyeri karakteristik, sehingga perlu
oleh artritis berkurang, hilang, onset/durasi, diketahui sekala nyeri
rheumatoid. atau teratasi. frekuensi, kualitas, 2. Apalabila pasien
Dengan KH: intensitas atau mengerti tentang
1. Mengenali kapan beratnya nyeri dan nyeri maka akan
nyeri terjadi factor pencetus menurunkan
2. Menggunakan 2. Gali pengetahuan dan kecemasan
tindakan kepercayaan pasien 3. Teknik relaksasi
pengurangan nyeri mengenai nyeri merupakan salah satu
tanpa analgesic 3. Ajarkan pengunaan teknik menurunkan
maupun dengan teknik non nyeri
analgesik farmakologi misalnya 4. Karena pada pasien
3. Melaporkan nyeri relaksasi nyeri sering kesulitan
yang terkontrol 4. Dukung istirahat yang tidur
adekuat untuk 5. Karena informasi
membantu penurunan yang jelas akan
nyeri mempengaruhi
5. Berikan informasi tingkat kesembuhan
untuk meningkatkan pasien
pengetahuan dan Pemberian Analgesik
respon keluarga 1. Apabila nyeri tidak
terhadap pengalaman teratasi dengan teknik
21
4.1 Kesimpulan
Artritis adalah penyakit sendi yang merupakan proses peradangan pada satu atau
lebih persendian yang ditandai dengan rasa sakit kebengkakan, dan keterbatasan sendi.
Artritis dibagi menjadi Osteoartritis dan Artritis rheumatoid. Etiologi dari artritis yaitu
Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus, Endokrin,
Autoimun, Metabolic, Faktor genetik serta factor pemicu lingkungan. Manifestasi
osteoarthritis dan artritis rheumatoid sama yaitu nyeri sendi dan kekakuan sendi.
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya Penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup, Kontraktur jaringan lunak, Deformitas sendi dan masih banyak lagi.
Penatalaksanan secara medis yaitu diantaranya dengan pemberian obat-obatan dan
jika terjadi kelainan lebih lanjut maka dilakukan pembedahan. Sedangkan
penatalaksanaan keperawatan yaitu menganjurkan istrirahat, mengompres, dan lain-lain.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien artritis mulai dari
pengkajian misalnya biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pengkajian sekunder,
pemeriksaan penunjang, dan analisa data. Setelah itu ditentukan diagnosa keperawatan
dan dilanjut dengan intervensi keperawatan.
4.2 Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah
agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan
dengan penatalaksaan yang lebih efektif mengenai artritis karena di dalam makalah ini
penatalaksaannya masih banyak kekurangan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24