Você está na página 1de 6

Analisis Daya Saing Revealed Comparative Advantage (RCA)

Untuk mengetahui daya saing komoditi unggulan Zonasi BBK dan Indonesia digunakan analisis Revealed
Comparative Advantage (RCA). Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) didasarkan pada suatu konsep
bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu wilayah.
Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk/komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang
kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi udang Indonesia di dalam total ekspor komoditi dari suatu
negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi udang di dalam total ekspor komoditi dunia,
diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor Komoditi daerah. Apabila
nilai RCA lebih besar dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) untuk
komoditi andalan dalam penelitian ini artinya komoditas tersebut berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai RCA lebih
kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditas rendah (di bawah rata-rata dunia) atau berdaya saing
lemah.
𝑿𝒊𝒕
( )
RCA =
∑𝑿𝒊𝒕
𝑿𝒏
( )
∑𝑿𝒏

Dimana :

RCA = Keunggulan komparatif (daya saing)


Xit = Nilai ekspor komoditi it daerah
∑Xit = Nilai ekspor seluruh komoditi it daerah
Xn = Nilai ekspor komoditi it daerah pembanding
∑Xn = Nilai ekspor seluruh komoditi daerah pembanding

Nilai daya saing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan, yaitu :

RCA > 1 = Memiliki keunggulan komparatif Tinggi


RCA < 1 = Memiliki keunggulan komparatif Rendah
Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus
indeks RCA adalah sebagai berikut :

𝑅𝐶𝐴 𝑡
Indeks RCA = 𝑅𝐶𝐴 𝑡−1

Dimana :
RCAt = Nilai RCA tahun sekarang (t)
RCAt-1 = Nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)
t = tahun

Nilai daya saing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan, yaitu :

Indeks RCA > 1 = Kinerja Ekspor komoditas meningkat terjadi kenaikan


Indeks RCA < 1 = Kinerja ekspor menurun

Pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan
perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing suatu komoditi di suatu negara.

a. Daya Saing Komoditas Non Migas Indonesia terhadap Ekspor ke Dunia, Ekspor Singapura
dan Ekspor Malaysia

Tabel di bawah menunjukkan adalah tabel RCA (Revealed Comparative Advantage) dari 8 komoditas unggulan
Indonesia yang diekspor ke pasar dunia, pasar Singapura dan Pasar malaysia dari tahun tahun 2014 – 2017
mempunyai 8 komoditas unggulan ini diranking dari nilai total ekspor sector-sektor omiditas unggulan yang dimiliki
oleh Zonasi BBK (Batam, Bintan, Karimun) masing-masing komoditas menggunakan klasifikasi komoditi HS-2. 8
komoditas unggulan ini diranking dari nilai total ekspor masing-masing komoditas dari Malaysia ke Jepang, dengan
menggunakan klasifikasi komoditi HS-2.

Dari grafik terlihat bahwa dari 8 komoditas unggulan ada 4 sektor komoditas unggulan klasifikasi HS-2 yang
mempunyai daya saing ekspor tinggi dan 4 sektor komoditas unggulan berdaya saing rendah ke pasar ekpor dunia.
Untuk pasar ekspor ke Singapura Indonesia 6 komoditas unggulan mempunyai daya saing ekspor tinggi dan 2 sektor
komoditas unggulan yang berdaya saing rendah. Pada Pasar ekspor ke Malaysia ternyata Indonesia mempunyai 5
sektor komoditas unggulan berdaya saing tinggi dan 3 sektor komoidtas unggulan berdaya saing rendah.Syarat
suatu komoditas ekspor memiliki kemampuan ‘revealed’ adalah saat nilai indeks RCA-nya lebih besar dari 1 (Indeks
RCA>1).
RCA Komoditas Non Migas Indonesia terhadap Ekspor ke Dunia, Ekspor Singapura
dan Ekspor Malaysia tahun 2014 -2017*)

Sumber : Worldtrade.org.id (data diolah dan analisis)


*) Catatan : Batasan Kajian sector hanya terbatas pada sector komoditas Unggulan Zonasi BBK (Batam Bintan Karimun dan
Tanjung Pinang)

Pada tabel mengenai daya saing ekspor Indonesia terhadap pasar ekspor Dunia, pasar ekspor Singapura, dan
Pasar Ekspor Malaysia ada 4 komoditas unggulan yang memiliki daya saing ekspor yang tinggi. Adapun 4 komoditas
unggulan yang berdaya saing tinggi terdapat pada sector HS 15 (Komoditas Minyak dan lemak hewan/nabati), HS 62
(Pakaian jadi bukan rajutan). HS 80 (Timah), dan HS 40 (Karet dan barang-barang karet). Singapura memiliki
ketergantungan import 6 kompidtas unggulan BBK dari Indonesia selain 4 komoditas diatas yaitu pada komoditas HS
25 (Garam, belerang, dan Kapur) serta komoditas HS 89 (Kapal Laut). Untuk Malaysia mempunyai ketergantungan
import dari Indonesia yaitu komoditsa HS 89 (Kapal laut).
b. Daya Saing Komoditas Non Migas Indonesia dan Malaysia terhadap Ekspor Singapura

Syarat suatu komoditas ekspor memiliki kemampuan ‘revealed’ adalah saat nilai indeks RCA-nya lebih besar dari 1
(Indeks RCA>1). Pada tabel kemampuan daya saing ekspor komoditas non Migas HS 2 digit Indonesia dan Malaysia
terhadap ekspor ke Singapura terlihat bahwa Indonesia mempunyai daya saing ekspor tinggi pada 6 sektor
komoditas unggulan yaitu pada komoditas HS 15 (Minyak dan lemak hewan/nabati), HS 40 (Karet dan Barang-
barang Karet), HS 62 (Pakaian jadi bukan rajutan), HS 84 (Mesin/Pesawat Mekanik), HS 85 (Mesin/Peralatan listrik),
dan HS 89 (Kapal laut). 2 sektor unggulan komoditas Indonesia mempunyai daya saing rendah terhadap Singapura
yaitu Komoditas HS 25 (Garam, Belerang, dan Kapur) dan HS 80 (Timah).

Pada daya saing ekspor Malaysia terhadap Singapura terlihat bahwa Malasia pun mempunyai daya saing ekpor
yang cukup tinggi (potensial) untuk bersaing dengan pasar ekspor Indonesia pada 5 sektor komodiatsa unggulan
HS 15 (Minyak dan lemak hewan/nabati), HS 40 (Karet dan Barang-barang Karet), HS 84 (Mesin/Pesawat Mekanik),
HS 85 (Mesin/Peralatan listrik), dan HS 89 (Kapal laut). Mengenai peluang keunggulan ekspor Indonesia terhadap
Malaysaia pada sector komoditas HS 62 (Pakaian jadi bukan rajutan)..

RCA Komoditas Non Migas Indonesia dan Malaysia terhadap


Ekspor ke Singapura tahun 2014 -2017*)

Sumber : Worldtrade.org.id (data diolah dan analisis)


*) Catatan : Batasan Kajian sector hanya terbatas pada sector komoditas Unggulan Zonasi BBK (Batam Bintan Karimun dan
Tanjung Pinang)
c. Daya Saing Komoditas Non Migas Indonesia dan Singapura terhadap Ekspor Malaysia

Mengenai Daya Saing ekspor Komoditas Non Migas Indonesia dan Singapura terhadap Ekspor ke negara Malausaia
terlihat bahwa dari 8 sektor komoditas ekspor unggulan Indonesia ada 5 sektor unggulan yang mempunyai daya
saing unggul dibandingkan ekspor Singapura ke Malaysia. Negara Indonesia mempunyai 5 sektor unggulan
komoditas ekspor ke Malaysia dibandingkan dengan Negara Singapura terdapat apada sector ekspor komoditas
unggulan komoditas HS 15 (Minyak dan Lemak hewan/Nabati), HS 25 (Garam,belerang dan kapur), HS 40 (Karet
dan barang-barang dari karet), HS 62 (pakaian jadi bukan rajutan), HS 80 (timah). Untuk sector komoditas non igas
HS 89 (Kapal laut) Negara Indonesia dan Negara Singapura mempunyai daya saing yang cukup kompettitif dimana
masing-masing RCA dari sector komododitas tersebut mempunyai RCA > 1.Indonesia mempunya daya saing lemah
ekspor terhadap Singapura pada sector ekspor komoditas HS 84 (mesin/Pesawat mekanik) dan HS 85
(Mesin/Peralatan listrik)

RCA Komoditas Non Migas Indonesia dan Singapura terhadap


Ekspor ke Malaysia tahun 2014 -2016*)

Sumber : Worldtrade.org.id (data diolah dan analisis)


*) Catatan : Batasan Kajian sector hanya terbatas pada sector komoditas Unggulan Zonasi BBK (Batam Bintan Karimun
dan Tanjung Pinang)
d. Daya Saing Komoditas Non Migas FTZ BBK terhadap Ekspor Indonesia dan Ekspor Singapura

Mengenai Daya Saing ekspor Komoditas Non Migas terhadap Indonesia dan Singapura pada sector ekspor
komoditas unggulan zonasi BBK (Batam, Bintan, dan Karimun) terlihat bahwa 4 sektor unggulan yang dimiliki oleh
BBK pada daya saing ekspor terhadap Indonesia dan Singapura. Pada ekspor negara Indonesia 4 komoditas
unggulan non migas BBK dimiliki oleh ekspor komoditas HS 25 (Garam, Belerang, dan Kapur), komoditas HS 80
(Timah), komoditas HS 84 (Mesin/Pesawat Mekanik), komoditas HS 85 (Mesin/Peralatan Listrik) berlaku sama
dengan ekspor komoditas ke negara Singapura.Hal ini berarti bahwa Zonasi BBK mempunyai daya saing atau
kompetitif yang unggul dengan daerah lain untuk kontribusii ekspor pada negara Indonesia dan Singapura pada 4
sektor komoditas unggulan diatas, Untuk 4 sektor komoditas non migas., yaitu ekspor komoditas HS 15 ('Minyak dan
lemak hewan/nabati ), ekspor komoditas HS 40 (Karet dan Barang-barang Karet), ekspor komoditas HS 62 (Pakaian
jadi bukan rajutan),dan ekspor komoditas HS 89 (Kapal laut).

RCA Komoditas Non Migas BBK Terhadap Ekspor Indonesia


dan Singapura tahun 2014 -2016*)

Sumber : Worldtrade.org.id (data diolah dan analisis)


*) Catatan : Batasan Kajian sector hanya terbatas pada sector komoditas Unggulan Zonasi BBK (Batam Bintan Karimun dan
Tanjung Pinang)

Você também pode gostar