Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ILMU PERUNDANG-
UNDANGAN
[TYPE THE DOCUMENT SUBTITLE]
BIMBINGAN TEKNIS
PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG
8 DESEMBER 2016
FOKUS BAHASAN
S[].
i
ilmu perundang-undangan
Menempatkan
1 sudut pandang
1. Ilmu Perundang-undangan
Ilmu Perundang-undangan, science of legislation
(wetgevingswetenschap), diturunkan dari Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan (Gesetzgebungswissenschaft). Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan merupakan ilmu interdisipliner yang mempelajari tentang
pembentukan peraturan negara. Istilah “Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan di Indonesiadiajukan oleh A. Hamid S. Attamimi (1975),
melahirkan istilah Ilmu Perundang-undangan yang sekarang banyak
digunakan dalam ilmu hukum.
Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan merupakan ilmu ilmu
interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu politik dan sosiologi, secara
garis besar dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yakni:
1. Teori Perundang-undangan, yang berorientasi pada mencari
kejelasan dan kejernihan makna atau pengertian-pengertian, dan
bersifat kognitif.
2. Ilmu Perundang-undangan, yang berorientasi pada melakukan
perbuatan dalam hal pembentukan peraturan perundang-undangan,
dan bersifat normatif.
Ilmu Perundang-undangan yang berorientasi kepada melakukan
perbuatan pembentukan peraturan perundang-undangan dan bersifat
normatif mengikuti ketentuan-ketentuan hukum tata negara dan hukum
administrasi, sedangkan Teori Perundang-undangan berorientasi kepada
membentuk pengertian-pengertian dan menjernihkannya serta bersifat
kognitif menyangkut dasar-dasar bagi hukum di bidang perundang-undangan
positif (Attamimi).
3. Perundang-undangan
Khasanah hukum mengenal kata/istilah “peraturan perundang-
undangan” merupakan terminologi hukum yang terkait dengan istilah
“wetgeving” atau “wettelijke regelingen”.
Menurut A. Hamid S Attamimi (1982 dan 1990), yang mengutip dari
Kamus Hukum Fockema Andreae (lihat juga Maria Farida Indrati Soeprapto
2007), kata “wetgeving” diartikan :
1. perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat
atau tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan; dan
2. keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat
daerah. Inilah yang dimaksud dengan “Peraturan Perundang-
undangan”.
Dengan perkataan lain, wetgeving atau perundang-undangan
mempunyai dua pengertian:
1. Dari segi proses, perundang-undangan adalah perbuatan
membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat atau tingkat
daerah.
2. Dari segi produk, perundang-undangan adalah keseluruhan
peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat daerah.
Sedangkan kata “wettelijkeregeling” diartikan sebagai peraturan-
peraturan yang bersifat perundang-undangan, yang lazim diterjemahkan
sebagai “Peraturan Perundang-undangan”.
Menurut teori legislasi yang diperkenalkan oleh Seidman, ada dua pihak
yang dituju oleh suatu undang-undang, yakni pemegang peran dan agen
pelaksana. Selain itu, ada subjek lain, yakni pembuat undang-undang.
aneka pilihan
undang - undang
LEMBAGA PEMEGANG
PELAKSANA sanksi
PERAN
umpan-balik
Prinsip-prinsip Pembentukan
2 Peraturan Perundang-undangan
7. Kedudukan Pancasila dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
Contoh:
Contoh:
1
Sebelumnya, dalam UU 10/2004, Pasal 5 huruf b dan huruf c masing memuat asas
“kelembagaan dan organ pembentuk yang tepat” dan “kesesuaian antara jenis dan materi
muatan”, dalam UU 12/2011, Pasal 5 huruf b dan huruf c, menjadi “kelembagaan atau
pejabat pembentuk yang tepat” dan “kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan”.
Sumber Kewenangan
4 Perundang-undangan
Teori perundang-undangan membedakan sumber kewenangan
perundang-undangan atas atribusi kewenangan perundang-undangan dan
delegasi kewenangan perundang-undangan. Sebagaimana dikemukakan
Bagir Manan, bahwa sumber kewenangan perundang-undangan berinduk
pada konsepsi negara hukum, bahwa semua kekuasaan atau tindakan
pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum. Wewenang, termasuk
wewenang badan legislatif berdasarkan ketentuan hukum tertentu.
Berdasarkan aturan yang menjadi sumber wewenang itu, maka dibedakan
antara atribusi kewenangan perundang-undangan dan delegasi kewenangan
perundang-undangan (Bagir Manan 19970.
Atribusi kewenangan perundang-undangan, menurut A. Hamid S.
Attamimi (1990), adalah penciptaan kewenangan (baru) oleh
konstitusi/Grondwet atau oleh pembentuk wet (wetgever) yang diberikan
kepada suatu organ negara, baik yang sudah ada maupun yang dibentuk
baru untuk itu. Selanjutnya dikemukakan, di Negara Indonesia atribusi
kewenangan perundang-undangan diberikan oleh UUD NRI 1945. Atribusi
untuk membentuk Undang-undang diberikan kepada Presiden yang
pelaksanaannya dilakukan dengan persetujuan DPR, melalui Pasal 5 ayat (1).
Contoh ini dikemukakan pada tahun 1990, saat UUD NRI 1945 belum
mengalami perubahan. Perubahan UUD NRI 1945 diadakan pada tahun
1999, 2000, 2001, dan 2002. Berdasar UUD NRI 1945 yang sekarang
berlaku, maka atribusi untuk membentuk Undang-Undang diberikan kepada
DPR yang pelaksanaannya dilakukan dengan persetujuan bersama DPR dan
Presiden, melalui Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), sebagaimana dikemukakan
dalam uraian sebelumnya.
Jenis Peraturan
5 Perundang-
undangan
Mengenai jenis peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 7
dan Pasal 8 UU 12/2001. Jenis peraturan perundang-undangan sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 dapat disebut sebagai Jenis
Peraturan Perundang-undangan Di Dalam Hierarki, untuk membedakan
dengan jenis peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 8 ayat
(1) UU 12/2011, yang dapat disebut Jenis Peraturan Perundang-undangan Di
Luar Hierarki.
KOTAK:
JENIS DAN HIERARKI PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
PASAL 7 AYAT (1) ANOTASI
Jenis dan hierarki PeraturanPerundang-undangan terdiri Teori
atas: Jenjang
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Norma
Tahun 1945; (Hans
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; Kelsen dan
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Hans
Undang-Undang; Nawiasky)
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Merujuk pada teori jenjang norma dari Hans Kelsen, maka tata hukum
bukanlah sistem norma yang satu sama lain hanya dikoordinasikan, yang
berdiri sejajar atau sederajat, melainkan suatu hierarki norma-norma dari
tingkatan yang berbeda (uraian teoritik lebih lengkap dikemukakan
berikutnya).
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih memadai mengenai
pengertian dari jenis-jenis peraturan perundang-undangan di dalam hierarki
tersebut dapat disimak dalam Kotak berikut:
Ketetapan MPR yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b berisi
pengakuan terhadap Ketetapan MPR yang masih berlaku menurut Ketetapan
KOTAK:
KONSEKUENSI DIANUTNYA PENJENJANGAN NORMA HUKUM
Pasal 9 ANOTASI
(1) Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Teori
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pengujian
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Norma
Hukum
(2) Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-
Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang,
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
KOTAK:
JENIS PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN DI LUAR HIERARKI
PASAL 8 AYAT (1) PENJELASAN PASAL ANOTASI
8 AYAT (1)
Jenis Peraturan Perundang- Yang dimaksud Diantara
undangan selain sebagaimana dengan “Peraturan jenis-jenis
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Menteri” adalah peraturan
mencakup peraturan yang peraturan yang perundang-
ditetapkan oleh Majelis ditetapkan oleh undangan di
Permusyawaratan Rakyat, Dewan menteri berdasarkan dalam Pasal
Perwakilan Rakyat, Dewan materi muatan dalam 8 ayat (1) itu
Perwakilan Daerah, Mahkamah rangka sendiri tidak
Agung, Mahkamah Konstitusi, penyelenggaraan ada
Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi urusan tertentu hierarkinya.
Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, dalam pemerintahan.
badan, lembaga, atau komisi yang
setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah
atas perintah Undang-Undang,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat.
KOTAK:
MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG
PENGATURAN LEBIH LANJUT MENGENAI KETENTUAN UUD 1945
Pasal 2 (1)UUD 1945: ANOTASI
Majelis Permusyawaratan Rakyat [1]Rumusan diatur dengan undang-
terdiri atas anggota Dewan undang bermakna hal yang diatur
Perwakilan Rakyat dan anggota dalam ketentuan itu harus dirumuskan
Dewan Perwakilan Daerah yang dalam sebuah undang-undang yang
dipilih melalui pemilihan umum dan khusus diterbitkan untuk kepentingan itu
diatur lebih lanjut dengan undang- (Majelis Permusyawaratan Rakyat 2013).
undang.