Você está na página 1de 10

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT PADA PASIEN DENGAN DIPSNEA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Pembimbing : Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

DISUSUN OLEH :

REZANIA CINDY
BERLIANTINE

(20101440116079)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG

2018

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan
istilah “Shortness Of Breath”.
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab
umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut
diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit
jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.

B. ETIOLOGI
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati
ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas
juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap
compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka
makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk selama inspirasi
untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya
compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan
paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama.

C. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit
paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit
peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada.
Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan.
Hal ini disebabkan oleh :
a. Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke
dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah.
b. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia
merupakan penyakit dengan gejala batuk yang mencolok
(Chandrasoma, 2006).
c. Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk
mengevaluasi penyakit paru. Sediaan apusan gram dan biakan
sputum berguna untuk menilai adanya infeksi. Pemeriksaan
sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum,
konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis
penyakitnya.
d. Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit
darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut
atau kronik, pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis,
bronkiektasis, dan emboli paru.
e. Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal
dan kuku tangan dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku,
rasa halus berongga pada dasar kuku, dan ujung jari menjadi besar.
Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru,
penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi
kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler
(Price dan Wilson, 2006).
f. Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten,
nonmusikal, dan pendek, yang merupakan petunjuk adanya
peningkatan sekresi di saluran napas besar. Terdapat pada
pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis.
g. Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada
tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara
secara cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit.
Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung.
h. Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan
menyeluruh. Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding
dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea.
Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip
ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).

D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia.Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam
hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan
gatal-gatal pada ikterus.
E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah


arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG

G. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum Dispnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau
berbaring dengan bantal yang tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung
derajat sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit
yang diderita
2. Terapi Farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergen
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Quick relief medicine
b. Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot
saluran pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan
saat serangan datang. Contoh : bronkodilator
c. Long relief medicine
d. Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada
sesak nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan
kontrol untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid
bentuk inhalasi.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan atau batuk, timbulnya pernapsan yang sulit dan
tidak teratur suara napas terdengar ronchi.
c. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat , hipotensi dapat terjadi
pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada
tahap lanjut.
d. Disability
E1V1M1= kesadaran koma, pupil : isokor
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif : kesulitan dalam beraktivitas, kehilangan sensasi
atau paralisis, mudah lelah, kesulitan istirahat.
Data Obyektif : perubahan tingkat kesadaran, perubahan tonus otot,
hemiplegi, kelemahan umum, gangguan pengliatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif : riwaat penyakit jantung, polisitemia
Data Obyektif : hipetensi arterial,disritmia, perubahan EKG, denyut
karotis, femoral, aorta abdominal.
c. Integritas ego
Data Subyektif : perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data Obyektif : emosi yang labil, kesedihan, kegembiraan, kesulitan
berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subyektif : inkontinensia
Data Obyektif : distensi abdomen, tidak ada suara usus
e. Nutrisi
Data Subyektif : nafsu makan hilang, nausea vomitus.
Data Obyektif : obesitas, reflek palatum dan faring menurun
f. Sensori Neural
Data Subyektif :pusing, nyeri kepala, penglihaan berkurang,
gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data Obyektif : latargi, apatis, paralisis, kesulitan berkata-kata
g. Nyeri / Kenyamanan
Data Subyektif : sakit kepala
Data Obyektif : gelisah, ketegangan otot, tingkah laku yang tidak
stabil

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
mukus banyak.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC.


Harahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan
Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.
McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing intervention classification (NIC).
USA:Mosby.
Muttaqin. (2005). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan. Salemba
Medika: Jakarta.
NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi. Jakarta: EGC.
Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Você também pode gostar